Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “A”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA : LARINGITIS


DI RUANG
TANGGAL

OLEH :

NAMA : PUTU LINA SURYANTI

NIM :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS

I. Konsep Keperawatan
A. Definisi
Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada laring (letak pita suara di
tenggorokan). Penderita laringitis umumnya akan mengalami gejala-gejala, seperti
nyeri tenggorokan, batuk-batuk, demam, sulit bicara, suara yang dikeluarkan serak,
atau bahkan kehilangan suara sama sekali. (Muttaqin, 2010)
Pada penderita anak-anak dengan struktur saluran pernapasan yang kecil,
gejala sulit bernapas bahkan bisa terjadi. Meski begitu, ini hanya terjadi pada
beberapa kasus saja dan pada orang dewasa jarang sekali terjadi.
Gejala laringitis biasanya pulih dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan.
Namun gejala bisa muncul secara tiba-tiba dan terus memburuk selama dua sampai
tiga hari. Masalah sulit bicara dan suara serak biasanya menjadi gejala yang
terakhir pulih dibandingkan gejala laringitis lainnya.
Jika penderita masih terus merasakan gejala hingga lebih dari 3 minggu,
disarankan untuk menemui dokter. Apalagi jika gejala makin parah, terutama
menyebabkan sulit bernapas, maka bantuan medis harus secepatnya dilakukan.

B. Etiologi
Terjadinya radang atau pembengkakan pada laring bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Kerusakan pada pita suara karena adanya percepatan vibrasi pada organ
tersebut yang melebihi batas ketahanan, misalnya akibat penderita berteriak
terlalu keras atau bernyanyi dengan suara yang tinggi. Selain itu, kerusakan
pita suara juga dapat terjadi akibat batuk berkepanjangan dan trauma saat
penderita melakukan aktivitas fisik atau trauma akibat kecelakaan.
2. Infeksi virus, bakteri, dan jamur. Virus yang umum menyebabkan laringitis
adalah virus flu dan pilek, dari golongan bakteri salah satunya adalah bakteri
penyakit difteria, dan dari jenis jamur salah satunya adalah Candida yang juga
menyebabkan penyakit sariawan. Infeksi jamur dan bakteri pada kasus
laringitis sebenarnya jarang terjadi dibandingkan infeksi virus. Biasanya
infeksi jamur rentan dialami oleh orang-orang yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang lemah, misalnya akibat efek samping obat steroid, kemoterapi, atau
akibat penyakit HIV/AIDS.
3. Reaksi alergi terhadap suatu zat kimia atau paparan debu.
4. Naiknya asam lambung ke tenggorokan lewat kerongkongan pada kasus
penyakit refluks gastroesofageal atau GERD. Jika asam lambung mencapai
tenggorokan maka risiko untuk terjadinya iritasi laring cukup tinggi.
5. Mengering dan teriritasinya laring akibat merokok dan konsumsi minuman
beralkohol. Sama seperti kasus GERD, peluang terjadinya infeksi pada laring
yang teriritasi juga cukup tinggi.
6. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan
suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya,
atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga
disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
7. Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau
regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan
tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar
kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca
dingin.
8. Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis,
pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri. (Manurung,2008)

C. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi
mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak,
defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada
musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya
tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya
didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan
iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi
ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika
berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh. (Somantri,2010)

D. Manifestasi klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang
kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari
suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan
dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara
menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam
dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu
yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah,
lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan
tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak
menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik
akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan
keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak. (Muttaqin, 2010)
Laringitis Akut: Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai
afoni, nyeri ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering
yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis. Pada
pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan
bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut
dihitung sinus peranasak, atau paru.
Laringitis Kronik: Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok
sehingga sering mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring
hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.

E. Penatalaksanaan
1. Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik,
menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek
samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para
profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses
radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama
proses radang berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan
perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis
terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan
latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik
dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara
waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi
obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan
gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton
inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari
polutan.  Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila
terjadi sumbatan laring. Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi
mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3
x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan
kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau
trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.
2. Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengobati peradangan di hidung,
faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik
bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat
diberikan steroid. Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa
minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar
berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan
iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga
dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus
ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan
menghentikan kebiasaan merokok.

F. Komplikasi
Jika penyebab laringitis adalah kelumpuhan pita suara, mekanisme menelan
mungkin juga akan terpengaruh, dan partikel makanan dapat masuk ke laring dan
paru-paru, yang menyebabkan batuk.
Proses ini juga dapat menyebabkan pneumonia dan gejala yang menyertainya
(demam, batuk, sesak napas) ketika makanan yang disedot jauh ke dalam paru-paru
dan menyebabkan iritasi dan peradangan jaringan paru-paru.
Iritasi kronis dari pita suara juga dapat menyebabkan polip atau nodul untuk
terbentuk pada pita suara, yang dapat mempengaruhi kemampuan pita suara
menyebabkan suara serak bergetar. Pada pasien yang berusia lebih tua, laringitis
bisa lebih parah dan dapat menimbulkan pneumonia.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple
sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi
sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat
sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita
suara.

Laringitis Akut: Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi
pada kasus yang lama atau sering residif.
Laringitis tuberculosis: Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum
atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru,
laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA.

II. Proses Keperawatan


A. Pengkajian
Riwayat pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan
gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi
hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa
tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa
yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau
meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah
bagian dari pengkajian, jika mengidentifikasi riwayat alergi atau adnya penyakit
yang timbul bersamaan.
Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi, atau asimetris hidung juga
perdarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti
warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat, dan polip hidung yang mungkin
terjadi dalan ritinitis kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang menunjukkan
inflamasi. Tenggorokan diamati dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-
lebar dan nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal
seperti warna kemerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau perbesaran.
Trakea di palpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher juga  dipalpasi
terhadap pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder akibat proses inflamasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksi karena ketidaknyamanan pada tenggorokkan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat dirumuskan menurut Doenges (2012) adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi
Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
b. Observasi TTV
c. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
d. Kontrol ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
e. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
f. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
g. Tingkatkan istirahat
h. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder akibat proses inflamasi
Intervensi:
a. Posisikan pasien pada posisi ventilasi yang maksimal
b. Identifikasi pasien yang membutuhkan aktual / penyisipan potensi jalan
nafas
c. Bantu klien mengeluarkan secret dengan mendorong batuk atau suctioning
d. Dorong pelan, pernapasan dalam, pemutaran, dan batuk
e. Instruksikan bagaimana batuk yang efektif
f. Berikan obat sesuai indikasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksi karena ketidaknyamanan pada tenggorokkan
Intervensi
a. Kaji pola nutrisi klien
b. Observasi peristaltik usus
c. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
d. Monitor berat badan pasien dalam batas normal
e. Monitor adanya penurunan berat badan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Monitor temperatur tubuh secara teratur
c. Identifikasi adanya dehidrasi, peradangan
d. Kompres hangat disekitar leher
e. Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan yang dimulai setelah
rencana tidankan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien

E. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan, keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn.E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC.


Manurung, Santa 2008. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : Trans
Info Media.
Muttaqin, Arif 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Somantri, Irman 2010. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “A”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA : LARINGITIS
DI RUANG
TANGGAL
A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Putu Lina Suryanti
NIM :
Tempat Praktek :
Tanggal Pengkajian : 8 April 2020
1. Identitas Data
Nama : By. “A”
Tanggal lahir : 12 Desember 2019
Nama Ayah : Tn “ S”
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pendidikan Ayah : SMA
Nama Ibu : Ny “N”
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Jangkuk, Selagalas
No. Telepon :-
Kultur : Sasak
Agama : Islam

2. Keluhan Utama :
Keluarga pasien mengatakan klien pilek dan batuk sejak 2 hari yang lalu.
3. Keluhan Saat di kaji:
Keluarga pasien mengatakan klien masih pilek dan batuk
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
1) Jumlah Kunjungan : Ny “N” melakukan pemeriksaan
kehamilan selama 4 kali selama hamil
2) Bidan/Dokter : Ny “N” melakukan pemeriksaan
kehamilan ke bidan
3) Penkes yang didapat : Klien mengatakan diberikan penkes
tentang cara perawatan payudara, cara menyusui yang baik dan benar
4) HPHT : 8 Maret 2019
5) Kenaikan BB Selama Hamil : 14 Kg
6) Komplikasi Kehamilan : Tidak ada
7) Komplikasi Obat : Tidak ada
8) Obat-Obat Yang Didapat : -
9) Riwayat Hospitalisasi : Tidak pernah
10) Golongan Darah Ibu : O Rhesus +
11) Pemeriksaan Kehamilan/Maternal Screening
(V) Rubelle (V) Hepatitis (V) CMV
(V) Go (V) Herpes (V) HIV
Lain-Lain, Sebutkan :
b. Natal
1) Awal Persalinan : 12 – 14 Jam
2) Lama Persalinan : 1 Jam
3) Komplikasi Persalinan : tidak ada
4) Terapi Yang Diberikan : Tidak ada
5) Cara Melahirkan :
(V) Pervaginam ( ) Caesar
Lain-lain, sebutkan :
6) Tempat Melahirkan
(V) Rumah Bersalin ( ) Rumah ( ) Rumah Sakit
c. Postnatal
1) Usaha Nafas
(V) Dengan Bantuan ( ) Tanpa Bantuan
2) Kebutuhan Resusitasi
a) Jenis dan Lamanya dari 1 dan 5 Menit : 5 menit
b) Skor Apgar : 6 (Asfiksia sedang)
3) Obat-Obat Yang Diberikan Pada Neonatus :
By Ny “N” mendapatkan Vit K, imunisasi hb 0 dan salep mata
chlorampenikol
4) Interaksi Orang Tua Dengan Bayi
a) Kualitas : Baik
b) Lamanya : 5 Menit
5) Trauma Lahir
( ) Ada (V) Tidak Ada
6) Narkosis
( ) Ada (V) Tidak Ada
7) Keluarnya Urine/BAB
(V) Ada ( ) Tidak Ada
8) Respon Fisiologis Atau Perilaku Yang Bermakna
By Ny “N” memegang tangan ibunya
5. Riwayat Keluarga
Ibu bayi mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit kongenital dan ibu klien tidak memiliki riwayat BBLR sebelumnya.
Keluarga klien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, ginjal dan jantung.
Genogram :

Keterangan:
= Laki - Laki
= Perempuan
= Pasien
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
= Tinggal Serumah
6. Riwayat Sosial
a. Sistem Pendukung/Keluarga yang dapat Dihubungi
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat dan menyentuh bayinya dan
memberikan ASI eksklusif. Sedangkan, ayahnya kadang-kadang
menggendong bayinya, mengajak bermain
b. Hubungan Orang Tua dengan Bayi
Ibu Ayah
V Menyentuh V
V Memeluk
V Berbicara V
V Berkunjung V
V Kontak Mata V
c. Anak yang Lain
Anak Ke- Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi
1 Laki-Laki Pervaginam Lengkap
2 Perempuan Pervaginam Lengkap

d. Lingkungan Rumah
Ibu bayi mengatakan tinggal di rumah yang lingkungannya bersih, rumah
selalu di bersihkan 1 kali sehari
e. Problem Sosial yang Penting
( ) Kurangnya sistem pendukung sosial
( ) Perbedaan Bahasa
( ) Riwayat Penyalahgunaan Zat Aditif (obat-obatan)
( ) Lingkungan Rumah yang Kurang Memadai
( ) Keuangan
(V) Tidak Ada
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa Medis
ISPA : Laringitis
b. Tindakan Operasi
Tidak ada
c. Status Nutrisi
By “A” diberikan Asi dan MP ASI
d. Status cairan
By “A” diberikan Asi dan MP ASI
e. Obat-Obatan
1) Paracetamol 125 mg
f. Aktivitas
By “A” bermain di tempat tidur dan sekitar rumah.
g. Tindakan Keperawatan yang telah Dilakukan
-
h. Hasi Laboratorium
-

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah
b. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
0
c. Tanda-Tanda vital : TD :- mmHg Suhu : 38,3 C
RR : 42 X/m N : 142 X/m
Saat Lahir Saat Ini
Berat Badan 2800 8100
Panjang Badan 46 64
Lingkar Kepala 29 30

1) Reflek Moro
(V) Moro ( ) Menggenggam ( ) Menghisap
2) Tonus/Aktivitas
a) ( ) Aktif (V) Tenang
( ) Letargi ( ) Kejang
b) (V) Menangis Keras ( ) lemah
( ) Melengking ( ) Sulit Menangis

3) Kepala/leher
a) Fontanel Anterior
(V) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar
( ) Menonjol ( ) Cekung
b) Sutura Agitalis
(V) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh
c) Gambaran Wajah
(V) Simetris ( ) Asimetris
d) Molding
(V) Caput Succedaneum ( ) Chepalohematoma
4) Mata
(V) Bersih ( ) Sekresi
5) THT
a) Telinga
(V) Normal ( ) Abnormal
b) Hidung
(V) Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping Hidung
c) Palatum
(V) Normal ( ) Abnormal
6) Abdomen
a) (V) Lunak ( ) Tegas
( ) Datar ( ) Kembung
b) Lingkar perut = 47 cm
c) Liver : (V) Kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm
7) Thoraks
a) (V) Simetris ( ) Asimetris
b) Retraksi : ( ) Derajat 1 ( ) Derajat 2 ( ) Derajat 3
c) Klavicula : (V) Normal ( ) Abnormal
8) Paru-paru
a) Suara Nafas : (V) Sama Kanan Kiri ( ) Tidak sama kanan kiri
( ) Bersih (V) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekret
b) Bunyi Nafas
(V) Terdengar di Semua Lapang Paru
( ) Tidak Terdengar ( ) Menurun
c) Respirasi
(V) Spontan, Jumlah = 42 x/menit
( ) Sungkup/boxhead, Jumlah = x/menit
( ) Ventilasi Assisted CPAP
9) Jantung
a) (V) Bunyi Normal Sinus Rytme (NSR), Jumlah = 142 x/menit
( ) Mur-mur ( ) Lain-lain, ..................
b) Waktu Pengisian Kapiler, Batang tubuh = < 2 detik
Ekstremitas = < 2 detik
c) Nadi Perifer
Berat Lemah Tidak Ada
Brachial Kanan V
Brachial Kiri V
Femoral Kanan V
Femoral Kiri V

10) Ekstremitas
a) (V) Semua Ekstremitas Gerak ( ) ROM Terbatas
( ) Tidak dapat dikaji
b) Ekstremitas Atas dan Bawah
(V) Simetri ( ) Asimetris
11) Umbilikus
(V) Normal ( ) Abnormal
( ) Inflamasi ( ) Drainage
12) Genital
(V) Normal ( ) Abnormal ( ) Ambivalen
13) Anus
(V) Paten ( ) Imperforata
14) Spina
(V) Normal ( ) Abnormal

15) Kulit
a) Warna : (V) Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice
b) ( ) Rash/Kemerahan
c) ( ) Tanda Lahir
16) Suhu
a) Lingkungan
(V) Penghangat Radian ( ) Pengaturan Suhu
b) Suhu Kulit : 36,30C
Komentar :
9. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Kemandirian dan Bergaul
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Motorik Halus
Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Kognitif dan Bahasa
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Motorik Kasar
Tidak dilakukan pemeriksaan
KESIMPULAN ERRKEMBANGAN
(V) Menangis bila tidak nyaman
( ) Membuat suara tenggorok yang pelan
(V) Memandang wajah dengan sungguh-sungguh
( ) Mengeluarkan suara
(V) Berespon secara berbeda terhadap obyek yang berbeda
( ) Dapat tersenyum
( ) Menggerakan kedua lengan dan tungkai sama mudahnya ketika
telentang
(V) Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya
( ) Mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
( ) Membalas senyuman
10. Informasi Lain
11. Ringkasan Riwayat Keperawatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.
2.
2. Rumusan Diagnosa

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Prioritas Masakah
a.
2. Rencana Keperawatan
PROSES KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : By “A” NAMA MAHASISWA : PUTU LINA SURYANTI
RUANGAN : NIM :
DIAGNOSA MEDIS : ISPA : Laringitis PARAF : PLS
NO TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
DX KRITERIA HASIL
1.

2. .

Anda mungkin juga menyukai