Anda di halaman 1dari 21

MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA LARINGITIS

TUGAS PRATIKUM KLINIK MAHASISWA MATA KULIAH KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH

GEMA ARIENDA PUTRI

CKR0170186

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya, Alhamdulillah dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Modul

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Laringitis”. Proposal penelitian ini disusun untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kuningan (STIKKU). Adapun dalam penyusunan modul ini, peneliti tidak

lepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Maka peneliti mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M. Kes, AIFO., selaku Ketua Yayasan

Pendidikan Bhakti Husada Kuningan dan selaku pembimbing I yang telah

memberikan ilmu, motivasi, dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

2. H. Abdal Rohim, S.Kp, M.H., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kuningan dan Penguji yang telah memberikan saran yang berguna bagi penulisan

proposal ini.

3. Ns. Nanang Saprudin, S.Kep, M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.

4. Bapak Ranto Karyanto, S.Kep.,M.M.Kes Dosen Pembimbing dalam penyusunan

skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

(STIKKu) yang telah sabar mendidik, membimbing, dan memberikan motivasi agar

dapat menyelesaikan penelitian ini tepat waktu.


5. Seluruh Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan yang telah

membantu dalam penyusunan modul ini.

6. Ayahanda tercinta Aria Widjaksana dan Ibunda tercinta Mien Suhermin serta

keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a dan motivasi dalam

penyusunan modul dan selama pendidikan.

7. Teman-teman yang telah bepartisipasi dalam pembuatan modul ini.

Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna,

dari segi teknik penulisan maupun teori. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk bahan perbaikan dimasa yang

akan datang.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Cirebon, 02 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi

II. Etiologi

III. Manifestasi Klinis

IV. Patofisiologi…………………………………………………………………………….

V. Patway

VI. Pemeriksaan Penunjang

VII. Pencegahan…………………………………………………………………………….

VIII. Penatalaksanaan Medik

IX. Asuhan Keperawatan

X. Daftar Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

I. Definisi

Laringitis merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua

infeksi akut pada faring, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang

berlangsung hingga 14 hari dan merupakan peradangan pada membran

mukosa laring dan struktur yang ada disekitarnya. Karena letaknya yang

sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya pada

tonsillitis namun juga mencakup nasofaringitis, dan tonsilofaringitis dan

ditandai dengan keluhan nyeri tenggorok (Rahajoe, 2012).

Laringitis merupakan inflamasi pada laring yang sering terjadi sebagai

akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan

kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran

nafas atas (Smeltzer dan Bare, 2013).

II. Etiologi

Laringitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Virus merupakan

etiologi laringitis yang paling sering yaitu rhinovirus, virus influenza, virus
parainfluenza, edenovirus, dan respiratory synistial, sedangkan beberapa bakteri

yang menyebabkan laringitis yaitu :

1. Blastomyces: biasanya menyebabkan laringitis sebagai komplikasi dari

inflamasi sistemik.

2. Candida biasanya menyebabkan laryngitis

Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebih,

atau infeksi pada pita suara. Bronchitis dan pneumonia juga dapat

menyebabkan laringitis. Onset dari laringitis berhubungan dengan

perubahan suhu yang tiba-tiba, malnutrisi, atau keadaan menurunnya

sistem imun

III. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari laryngitis menurut Smeltzer dan Bare (2013):

1) Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai

suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada

lebih rendah dari suara yang biasa/normal dimana terjadi gangguan

getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan

kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak

bersuara sama sekali (afonia)

2) Sesak nafas dan stridor

3) Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara

4) Gejala radang umum seperti demam, dan malaise

5) Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak yang kental
6) Gejala common cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,

peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 380C

7) Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,

peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 380C, dan adanya rasa

lemah, lemas yang disertai dengan nyeri di seluruh tubuh

8) Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,

membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara dan juga

didapatkan tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal

9) Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti edema subglotis yang

terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa

anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat,

pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium

yang dapat menyebabkan keadaan darurat medic yang dapat mengancam

jiwa anak

IV. Patofisiologi

Laringitis diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan

laringitis kronik. Laringitis akut terjadi infeksi bakteri atau virus, penggunaan

suara yang berlebihan, inhalasi polutan lingkungan. Laringitis Akut ditandai

dengan afonia atau hilang suara dan batuk menahun. Gejala ini semakin

diperparah dengan keadaan lingkungan yang dingin dan kering. Sehingga,

laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari, biasanya
tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat.

Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini

dapat juga dipicu oleh udara dingin atau minum dingin. Pada pasien yang

memiliki alergi, ovula akan terlihat kemerahan.

Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan dapat

diakibatkan oleh merokok, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laryngitis

kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan

terdapat edema pada laring.

Laringitis pada anak sering di derita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun

dan biasanya disertai inflamasi pada trakhea dan bronkus, disebut sebagai

penyakit croup. Penyakit ini sering kali disebabkan oleh virus, yaitu virus

parainfluenza, adenovirus, virus influenza, dan virus campak. Infeksi pada

bakteri dan virus menyebabkan inflamasi dan edema pada laring, trakhea,

dan bronkus, sehingga menyebabkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan

gejala, yaitu berupa afonia, suara stridor, dan batuk. Tidak terdapat

gangguan menelan. Gejala ini biasanya muncul pada saat malam hari dan

membaik di pagi hari. Penyakit croup dapat sembuh sendiri dalam waktu 3-5 hari

(Smeltzer & Bare, 2013).


V. Pathway
VI. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien Laringitis

menurut Doenges (2012), yaitu :

1) Laringoskopi langsung, laringeal tomografi dan biopsi : adalah indikator

diagnostik yang paling nyata.

2) Laringografi : dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh

darah dan nodul limfe.

3) Darah lengkap : dapat menyebabkan anemia, yang merupakan masalah

utama.

4) Leukosit : terjadi peningkatan.

5) Hemoglobin : terjadi penurunan.

6) Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

VII. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita laringitis akut jangan

merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering

dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan

membantu menjaga agar lender yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu

banyak dan mudah untuk di bersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein

untuk mencegah tenggorokan kering. Jangan berdehem untuk membersihkan

tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya fibrasi abnormal

pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan

menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir (Iskandar, 2006).


VIII. Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan pada penderita Laringitis menurut Smeltzer & Bare (2013)

adalah sebagai berikut :

1) Terapi Medis

Penatalaksanaan Laringitis termasuk mengistirahatkan suara, menghindari

merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika

laryngitis merupakan bagian dari infeksi pernapasan yang lebih luas akibat

organisme bakteri atau jika lebih parah, terapi antibiotik yang tepat perlu

diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh dengan pengobatan

konservatif; namun laringitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan

dapat diperburuk oleh pneumonia. Untuk laringitis kronis, pengobatannya

termasuk mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi traktus

respiratorius primer yang mungkin ada, dan membatasi merokok. Penggunaan

kortikosteroid topikal, seperti inhalasi beklometason dipropionate (vanceril),

dapat juga digunakan. Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja

lama dapat mengurangi reaksi inflamasi lokal.

2) Tata Laksana Umum

(1) Istirahat cukup dan pemberian nutrisi dan cairan yang cukup

(2) Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk

mengurangi nyeri tekan tenggorokan

(3) Pemberian antipiretik, dianjurkan parasetamol atau ibuprofen


3) Terapi Antibiotik

Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan Laringitis

Streptococcus dan diharapkan didukung hasil rapid antigen detection test dan

atau kultur positif dari usap tenggorok. Antibiotik empiris dapat diberikan pada

anak dengan klinis mengarah ke Laringitis Streptococcus, tampak toksik dan

tidak ada fasilitas pemeriksaan laboratorium. Golongan penisilin (pilihan untuk

Laringitis Streptococcus) yaitu penicillin V oral 15-30 mg/ kgBB/ hari dibagi 2-3

dosis selama 10 hari atau amoksilin 50 mg/ kgBB/ hari dibagi 2 selama 6 hari.

Bila alergi penisilin dapat diberikan Smeltzer & Bare (2012).

1) Eritromisin estolat 20-40 mg/ kgBB/ hari dengan pemberian 2,3 atau 4 kali

perhari selama 10 hari

2) Eritromisi etil suksinat 40 mg/ kgBB/ hari

3) Makrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10 mg/ kgBB/ hari selama

3 hari

Penanganan Laringitis Streptococcus persisten antara lain :

1) Klindamisin oral 20-30 mg/ kgBB/ hari (10 hari) atau

2) Amoksisilin clavulanat 40 mg/ kgBB/ hari terbagi 3 dosis selama 10 hari atau

3) Injeksi benzathine penicillin G intramuscular, dosis tunggal 600.000 IU (BB<30

kg) atau 1.200.000 IU (BB>30 kg)

IX. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Nursalam (2008), pengkajian adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang


sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien).

Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan

kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan

dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu,

sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari

American Nursing Association (ANA).

2. Anamnesis

Anamnesis pada laringitis meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan

pengkajian psikososial.

1) Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosa

medis.

2) Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien untuk tidak ada nafsu makan dan mengalami

kesulitan dalam hal menelan.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Adanya riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit.

Mengkaji apakah klien demam, tidak enak badan, adanya kesulitan dalam

menelan, adanya sakit tenggorokan, adanya rasa gatal dan kasar di


tenggorokan. Tenggorokan kering, adanya batuk kering, kesulitan

bernapas (pada anak-anak), dan suara serak/ hilang.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Mengkaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami sakit yang sama

atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya

sebelumnya klien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran

tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di rumah sakit.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Mengkaji adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota

keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis.

3. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk

meneruskan aktivitas sebelumnya.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi laring sekunder

3) Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan batuk

tidak ada atau tidak efektif

4. Intervensi Keperawatan

No. Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan


Keperawatan Indonesia Indonesia
Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
1) Manajemen Nyeri
keperawatan selama …x24 jam
Definisi: Mengidentifikasi dan
diharapkan nyeri menurun dengan mengelola pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan
kriteria:
dengan kerusakan jaringan atau
SLKI: fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan
Luaran Utama
berintensitas ringan tinggal berat
1. Tingkat Nyeri (L.08066) dan konstan
Tindakan:
Definisi: Pengalaman sensorik
Observasi
atau emosional yang berkaitan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jaringan aktual
intensitas nyeri
atau fungsinal dengan onset - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non
mendadak atau lambat dan
verbal
berintensitas ringan hingga berat - Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
dan konstan
nyeri
Ekspetasi: Menurun - Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Kriteria Hasil:
- Identifikasi pengaruh budaya
- Kemampuan menuntaskan teradap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
aktivitas
kualitas hidup
- Keluhan nyeri - Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
- Meringis
diberikan
- Sikap protektif - Monitor efek samping penggunaan
analgetik
- Gelisah
Terapeutik
- Kesulitan tidur - Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Menarik diri
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
- Berfokus pada diri sendiri music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
- Diforesis
terbimbing, kmpres hangat/dingin,
- Perasaan depresi (tertekan) terapi bermain)
- Control lingkungan yang
- Perasaan takut mengalami
memperberat rasa nyeri (mis, suhu
cedera berulang ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Anoreksia
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Perineum terasa tertekan - Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
- Uterus teraba membulat
meredakan nyeri
- Ketegangan otot Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
- Pupil dilatasi
pemicu nyeri
- Muntah - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
- Mual
mandiri
- Frekuensi nadi - Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Pola napas
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
- Tekanan darah untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Proses berpikir
- Kolaborasi pemberian analgetik,
- Focus jika perlu
2) Pemberian Analgesik
- Fungsi berkemih
Definisi: Menyiapkan dan
- Perilaku memberikan agen farmakologis
untuk mengurangi atau
- Nafsu makan menghilangkan rasa sakit
Tindakan:
- Pola tidur
Observasi
Luaran Tambahan - Identifikasi karakteristik nyeri (mis,
pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
1. Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
intensitas, frekuensi, durasi)
Definisi: Kemampuan saluran - Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
cerna untuk memasukan dan
analgesic (mis, narkotika,non-
mencerna makanan serta narkotik, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
menyerap nutrisi dan membuang
- Monitor tanda-tanda vital sebelum
zat sisa dan sesudah pemberian analgesic
- Monitor efektifitas analgesic
Ekspetasi: Membaik
Terapeutik
Kriteria Hasil: - Diskusikan jenis analgesic yang
disukai untuk mencapai analgesia
- Toleransi terhadap makanan
optimal, jika perlu
- Nafsu makan - Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
- Mual
mempertahakan kadar dalam
- Muntah serum
- Tetapkan target efektifitas
- Dispnesia
analgesic untuk mengoptimalkan
- Nyeri abdomen respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap
- Distensi abdomen
efek analgesic dan efek yang tidak
- Regurgitasi diinginkan
Edukasi
- Julah residu cairan lambung
- Jelaskan efek terapi da
saat aspirasi efeksamping obat
Kolaborasi
- Darah pada feses
- Kolaborasi pemberian dosis dan
- Hematemesis jenis analgesic, sesuai indikasi
- Frekuensi BAB
- Konsistensi feses
- Paristaltik usus
- Jumlah feses
- Warna feses
2. Kontrol Nyeri (L.08063)
Definisi: Tindakan untuk
meredakan pengalam sensorik atas
emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan
jaringan
Ekspetasi: Meningkat
Kriteria Hasil:
- Melaporkan nyeri terkontrol
- Kemampuan mengenali onset
nyeri
- Kemampuan mengenali
penyebab nyeri
- Kemampuan menggunakan
teknik non-farmakalogis
- Dukungan orang terdekat
- Keluhan nyeri
- Penggunaan analgesik

2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


(D.0142) 1) Manajemen Imunisasi/vaksinasi
keperawatan selama …x24 jam
Definisi: Mengidentifikasi dan
diharapkan infeksi menurun dengan mengelola pemberian pemberian
kekebalan tubuh secara katif dan pasif
kriteria:
Tindakan:
SLKI: Observasi
- Identifikasi riawayat kesehatan dan
Luaran Utama
riwayat alergi
1. Tingkat Nyeri (L.14137)
- Identifikasi kontraindikasi
Definisi: Derajat infeksi
pemberian imunisasi (mis,reaksi
berdasarkan observasi atau
anafilaksis terhadap vaksin
sumber informasi
sebelumnya dan atau sakit parah
Ekspetasi: Menurun
dengan atau tanpa demam)
Kriteria Hasil:
- Identifikasi status imunisasi setiap
- Kebersihan tangan
kunjungan ke pelayanan kesehatan
- Kebersihan badan
Terapeutik
- Nafsu makan
- Berikan suntikan pada bayi
- Demam
dibagian pahaanterolateral
- Kemerahan
- Dokumentasikan informasi
- Nyeri
vaksinasi (mis,nama produsen,
- Bengkak
tanggal kadaluarsa)
- Vesikel
- Jadwalkan imunisasi pada interval
- Cairan berbau busuk
waktu yag tepat
- Sputum berwarna hijau
Edukasi
- Drainase purulen
- Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi
- Pluria
yang terjadi, jadwal dan efek
- Periode malaise
samping
- Periode menggigil
- Informasikan imunisasi yang
- Letargi
diwajibkan pemerintah (mis,
- Gangguan kognitif
hepatitis B, BCG, difteri, tetanus,
- Kadar sel darah putih pertussis, H Influenza, polio,
- Kultur darah campak, meales, rubella)
- Kultur urine - Informasikan imunisasi yang
- Kultur sputum melindungi terhadap penyakit
- Kultur area luka namun saat ini tidak diwajibkan
- Kultur feses pemerintah (mis, influenza,
- Kadar sel darah putih pneumokokus)
Luaran Tambahan - Informasikan vaksinasi untuk
1. Integritas Kulit dan Jaringan kejadian khusus (mis, rabies,
(L.14125) tetanus)
Definisi: Keutuhan kulit (dermis - Informasikan penundaan
ddan/atau epidermis) atau jaringan pemberian imunisasi tidak berarti
(membrane mukosa, kornea, fasia, mengulang jadwal imunisasi
otot, tendon, tulang, kartilago, kembali
kapsul sendi dan/atau ligament) - Informasikan penyedia layanan
Ekspetasi: Meningkat Pekan Imunisasi Nasional yang
Kriteria Hasil: menyediakan vaksin gratis
- Elastisitas 2) Pencegahan Infeksi
- Hidrasi Definisi: Mengidentifikasi dan
- Perfusi jaringan menurunkan risiko terserang
- Kerusakan jaringan organisme patogenik
- Kerusakan lapisan kulit Tindakan:
- Nyeri Observasi
- Perdarahan - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Kemerahan lokasi dan sistematik
- Pigmentasi abnormal Terapeutik
- Jaringan parut - Batasi jumlah pengunjung
- Nekrosis - Berikan perawatan kulit pada area
- Abrasi kornea edema
- Suhu kulit - Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Sensasi kontak dengan pasien dan
- Tekstur lingkungan pasien
- Pertumbuhan rambut - Pertahankan teknik aseptic pada
2. Kontrol Risiko (L.14128) pasien beresiko tinggi
Definisi: Kemampuan untuk Edukasi
mengerti, mencegah, - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
mengeliminasinatau mengurangi - Ajarka cara mencuci tangan
ancaman kesehatan yang dapat dengan benar
dimodifikasi - Ajarkan etika batuk
Ekspetasi: Meningkat - Ajarkan cara memeriksa kondisi
Kriteria Hasil: luka atau lukia oprasi
- Kemampuan mencari informasi - Ajarkan meningkatkan asupan
tentang faktor risiko nutrisi
- Kemampuan mengidentifikasi - Anjurkan meningkatkan asupan
faktor resiko cairan
- Kemampuan melakukan strategi Kolaborasi
control resiko - Kolaborasi pemberian imunisasi,
- Kemampuan mengubah perilaku jika perlu
- Komitmen terhadap strategi
- Kemampuan modifikasi gaya hidup
- Kemampuan menghindari faktor
resiko
- Kemampuan mengenali perubahan
status kesehatan
- Kemampuan berpartisipasi dalam
skrining resiko
- Penggunaan fasilitas kesehatan
- Penggunaan system pendukung
- Pemantauan perubahan status
kesehatan
- Imunisasi

3. Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


Napas Tidak Efektif 1) Latihan Batuk Efektif
keperawatan selama …x24 jam
(D.0001) Definisi: Melatih pasien yang tidak
diharapkan napas bias kembali normal memiliki kemampuan batuk secara
efektif untuk membersihkan laring,
dengan kriteria:
trakea dan bronkiolus dari secret
SLKI: atau benda asing di jalan napas
Tindakan:
Luaran Utama
Observasi
1. Bersihan Jalan Napas (L.01001) - Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
Definisi: Kemampuan
- Monitor tanda dan gejala infeksi
membersihkan secret atau saluran napas
- Monitor input dan butput
obstruksi jalan napas untuk
cairan(mis, jumlah dan
mempertahankan jalan napas tetap karakteristik)
Terapeutik
jalan
- Atur posisi semi-Fowler atau
Ekspetasi: Meningkat Fowler
- Pasang perlak dan bengkok di
Kriteria Hasil:
pangkuan pasien
- Batuk efektif - Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
- Produksi sputum
- Jelaskan tujuan dan prosedur
- Mengi batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam
- Meconium (pada neonnatus)
melalui hidung selama 4 detik,
- Dyspnea ditahan selama 2
detik,kemudian keluarkan dari
- Ortopnea
mulut dengan bibir mencucu
- Sulit bicara (dibulatkan)
- Anjurkan mengulangi tarik
- Sianosis
napas dalam hingga 3 kali
- Gelisah - Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
- Frekuensi napas
dalam yang ke-3
- Pola napas Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik
Luaran Tambahan
atau ekspektoran, jika perlu
1. Kontrol Gejala (L.14127) 2) Manajemen Jalan Napas
Definisi: Mengidentifikasi dan
Definisi: Kemampuan untuk
mengelola kepatenan jalan napas
mengendalikan atau mengurangi Tindakan:
Observasi
perubahan fungsi fisik dan emosi
- Monitor pola napas (frekuensi,
yang dirasakan akibat munculnya kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
masalah kesehatan
(mis, gurgling, mengi, wheezing,
Ekspetasi: Meningkat ronkhi kering)
Kriteria Hasil: - Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
- Kemampuan memonitor
Terapeutik
munculnya gejala secara - Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-tilt
mandiri
(jaw-thrust jika curiga trauma
- Kemampuan memonitor lama servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau fowler
bertahannya gejala
- Berikan minum hangat
- Kemampuan memonitor - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lender
keparahan gejala
kurang dari 15 detik
- Kemampuan memonitor - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
frekuensi gejala
- Keluarkan sumbatan benda padat
- Kemampuan memonitor variasi dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
gejala
Edukasi
- Kemampuan monitor tindakan - Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
pencegahan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kemampuan monitor tindakan Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
untuk mengurangi gejala
bronkodilator, ekspektoran,
- Mendapatkan perawatan mukolitik, jika perlu
3) Pemantauan Respirasi
kesehatan saat gejala bahaya
Definisi: Mengumpulkan dan
muncul menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
- Kemampuan menggunakan
ketidakefektifan pertukaran gas
sumber-sumber daya yang Tindakan:
Observasi
trsedia
- Monitor frekuensi, irama,
- Mencatat hasil pemantauan kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti
gejala
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
- Kemampuan melaporkan gejala Kussmaul, Cheyne-Stokes, biot,
ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan ekspensi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur intervensi pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

X. DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC

Doenges, Marylinn E, dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk

Perawat. Jakarta : EGC

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik

Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai