“LARINGITIS”
KELOMPOK 2 D
1. Muhammad Gus Shofi 1809511102
2. Putu Raditya Kurnia Putra 1809511103
3. Sheren 1809511113
4. Dwi Aprilia Putri 1809511122
5. Desak Gede Bintang Pradnya Dewanti 1809511123
ETIOLOGI
Umumnya laryngitis dapat disebabkan oleh infeksi agen penyakit dan trauma. Penyebab
laringitis dapat bersifat primer atau sekunder
Penyebab primer :
Penyebab sekunder :
1. Iritasi saluran pernafasan bagian atas (menghirup asap, debu, alargen, regurgitasi
ulang dan aspirasi)
2. Inflamasi granulomatosa
3. Cedera Iatrogenic selama intubasi dan anestesi
4. Trauma
5. Mengonggong terus menerus
GEJALA KLINIS
Gejala klinis laryngitis biasa dimulai dari gejala respirasi nonspesifik seperti rhinorea, batuk,
dan perilaku membersihkan tenggorokan yang terus menerus karena adanya mukus. Perilaku
ini dapat menyebabkan sakit tenggorokan karena edema pada pita suara, hiperemi,
hyperkeratosis, acanthosis, dan atypia selluler. Hypoxia dapat menyebabkan pasien terlihat
lemas dan gelisah (Pham, L., et al. 2016). kucing dan anjing akan membataskan pergerakan
tubuh untuk menyimbangi dan mendorong pemulihan. Sebaliknya kegiatan seperti olahraga
berat, kegembiraan, atau suhu lingkungan yang tinggi dapat memperburuk gejala laryngitis.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan frekuensi pernafasan saat kegiatan-kegiatan tersebut
dapat menciptakan persegakan yang berangsung dapat memperburuk peradangan dan/atau
edema di jaringan sekitar laring.
Pasien dengan laryngitis kronis biasanya memiliki gejala dysphagia dan/atau dysphonia
(Valenti, JPD., et al. 2015). Dysphagia terjadi karena rasa tidak nyaman atau rasa sakit pada
tenggorokan sehingga pasien dapat terlihat tersedak, kesulitan menelan, dan perasaan bahwa
makanan tersangkut di tenggorokan. Dysphonia dapat tampak dari kesulitan bernafas,
terdapat suara wheezing saat bernafas, suara vocal yang tidak maximal (tidak kencang atau
nada tidak luas). Suara-suara yang dapat terdengar adalah stertor dan stridor. Stertor
merupakan suara seperti mengorok yang tidak terus-menerus karena aliran udara yang
melewati jaringan lunak. Penyebabnya adalah ruang nasal yang menyempit, pemanjangan
atau penebalam dari jaringan lunak, atau pun sakulus laryngeal karena edema. Stridor
merupakan suara bernada tinggi yang terdengar saat melakukan inspirasi karena aliran udara
yang melewati obstruksi. Dapat terdengar pada anjing yang mengalami penumbuhan
gumpalan disekitar laring. Kedua suara tersebut juga sangat umum ditemukan pada anjing
yang mengalami paralisis laring dan kolaps laring. Paralisis laring umumnya ditemukan pada
anjing berukuran besar yang sudah berumur cukup tua. Sedangkan kolaps laring umumnya
ditemukan pada anjing jenis Brachichephalic. Keduanya lebih condong terjadi karena
genetik.
Gambar . English Bulldog 6 tahun dengan laring bengkak yang prah dan terdapat sacculus
laringis yang terbalik (everted).
PENGOBATAN / TREATMENT
Valenti, JPD., et al. 2015 “Laryngeal Inflammation”. Department of Otolaryngology- Head &
Thomas, CM., et al. 2017. “Factors Associated With Infectious Laryngitis: A Retrospective
Review of 15 Cases”. Ann Otol Rhinol Laryngol. 2017 May ; 126(5): 388–395.
doi:10.1177/0003489417694911.
Pham, L., et al. 2016. “Laryngitis, Epiglottitis, and Pharyngitis”. Elsevier Public Health
Emergency Collection. Infectious Disease : 229-235.e1. doi: 10.1016/B978-0-7020-
6285-8.00025-3
MacPhail, CM. 2019. “Laryngeal Disease in Dogs and Cats”. Veterinary Clinics of North
America: Small Animal. doi:10.1016/j.cvsm.2019.11.001
Pardon, B., et al. 2018. “Use of a national identification database to determine the lifetime
prognosis in cattle with necrotic laryngitis and the predictive value of venous pCO2”.
Journal of Veterinary Internal Medicine ; 32:1462–1470
Edmunds, JL., et al. 2017. “Factors Affecting The Development Of Laryngeal Chondritis In
Sheep”. Large Animal Review ; 23: 219-222