Anda di halaman 1dari 45

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

TEKNIK OPERASI AURAL HEMATOMA (OTHEMATOMA)

Oleh:

Kelompok 2D

Alviona 1809511098

Ni Made Suksmadewi W. 1809511099

Nur Intan Wulan Yunita 1809511100

I Made Surya Meganugraha 1809511101

Mohammad Gus Shofi 1809511102

Putu Raditya Kurnia Putra 1809511103

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan paper ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “TEKNIK OPERASI AURAL HEMATOMA
(OTHEMATOMA)” tepat waktu. Paper disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah
Khusus Veteriner. Selain itu, penulis juga berharap agar paper ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan paper ini.

Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 12 September 2021

Hormat Kami

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................. iv
BAB I ............................................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 6
1.4 Manfaat ........................................................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 7
2.1 Terminologi ................................................................................................................................. 7
2.2 Indikasi......................................................................................................................................... 7
2.3 Anestesi ........................................................................................................................................ 8
2.4 Pra-Operasi ................................................................................................................................. 8
2.5 Teknik Operasi ............................................................................................................................ 8
2.6 Pascaoperasi .............................................................................................................................. 10
BAB III....................................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13

iii
DAFTAR GAMBAR
Figure 1. Irisan berbentuk lurus ...................................................................................................... 9
Figure 2. Irisan berbentuk S ............................................................................................................ 9
Figure 3. Pengeluaran isi hematoma ............................................................................................... 9
Figure 4. Penjahitan pada telinga .................................................................................................. 10

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telinga adalah organ yang kompleks yang mencakup dua fungsi penting untuk
pendengaran (persepsi suara) dan keseimbangan (maintenance tubuh) posisi. Secara umum
telinga dibagi menjadi 3 daerah, yaitu: telinga bagian luar (eksternus), telinga bagian tengah
(medium), dan telinga bagian dalam (internus). Bagian telinga luar (eksternus), mencakup
pinna auricularis (daun telinga), kanal auditorius eksternus, dan membran tympanika (gendang
telinga). Fungsi Pinna aurikularis yaitu sebagai corong (funnel) penampung vibrasi gelombang
suara dan menyalurkannya ke membran tympanika.
Hematoma adalah akumulasi darah di luar pembuluh darah. Aural hematoma adalah
kondisi trauma berupa pembengkakan akibat penimbunan darah pada daun telinga (pinna
auricula). Aural hematoma atau bisa juga disebut dengan Othematoma ini akan menyebabkan
pembengkakan. Pembengkakan ini disebabkan karena pembuluh darah yang pecah di dalam
tutup telinga, antara lapisan dalam dan di luar tulang rawan. Hal ini menyebabkan telinga terisi
dengan cairan darah. Jika tidak diobati telinga akan menjadi sangat sakit dan akhirnya akan
menimbulkan bekas luka yang serius yang mirip seperti kembang kol. Telinga yang mengalami
hematoma biasanya disebabkan oleh beberapa jenis trauma, seperti ketika hewan peliharaan
agresif sehingga terjadi goresan di telinga. Biasanya ada penyebab yang mendasari untuk
menggaruk dan getaran pada kepala, seperti tungau telinga atau infeksi bakteri dan/atau jamur
pada saluran telinga. Cara penanganan kasus aural hematoma ini juga agak susah karena bisa
terjadi kekambuhan pada kasus yang sudah pernah diobati. Salah satu tindakan yang paling
efektif untuk penanganan kasus ini adalah melalui jalan pembedahan yang biasa disebut
dengan Operasi Aural Hematoma (Othematoma).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa terminologi dari aural hematoma?
2. Apa indikasi dari operasi aural hematoma?
3. Bagaimana anestesi dari operasi aural hematoma?
4. Bagaimana penanganan praoperasi aural hematoma?

5
5. Bagaimana teknik operasi aural hematoma?
6. Bagaimana penanganan pascaoperasi aural hematom?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui terminologi dari aural hematoma.
2. Untuk mengetahui indikasi dari operasi aural hematoma.
3. Untuk mengetahui anestesi dari operasi aural hematoma.
4. Untuk mengetahui penanganan praoperasi aural hematoma.
5. Untuk mengetahui teknik operasi aural hematoma.
6. Untuk mengetahui penanganan pascaoperasi aural hematoma.

1.4 Manfaat
Diharapkan melalui paper ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
mengenai teknik operasi aural hematoma yang pada umumnya sering terjadi pada anjing
maupun kucing. Sehingga dengan pemahaman bagaimana teknik operasi aural hematoma akan
memudahkan dalam melakukan tindakan operasi tersebut.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Terminologi
Aural hematoma juga disebut auricular hematoma atau othematoma. Aural hematoma
adalah kumpulan darah atau serum yang terdapat pada bagian pinna telinga yang menyebabkan
pembengkakan berisi cairan pada permukaan cekung pinna. Kejadian ini biasanya dijumpai
pada pinna akibat iritasi. Aural hematoma ditandai dengan adanya benjolan (terasa kenyal)
pada permukaan konkaf dari telinga. Hematoma harus dikeringkan secepatnya, kejadian ini
harus segera di tangani, karena jika tidak maka akan membentuk fibrin sehingga menyebabkan
fibrosis, rasa sakit pada telinga, dan penebalan pada daearah pinna, serta telinga menjadi cacat
dengan berbentuk seperti kembang kol (Asinga, 2006).
Aural Hematoma sering terjadi pada anjing, kucing, ataupun babi. Dilaporkan bahwa Aural
Hematoma paling sering terjadi pada anjing dengan telinga terjumbai, Namun, breed yang
terkena dampak tidak dilaporkan dan tidak diketahui apakah ini disebabkan oleh konformasi
telinga atau terkait dengan predisposisi breed.

2.2 Indikasi
Adapun indikasi dilakukannya operasi aural hematoma, antara lain:
1. Adanya kebengkakan pada pinna auricula yang berisi cairan (darah) dan terkadang
terasa lunak atau padat.
2. Bila diraba pinna auricula berisi cairan dengan konsistensi cair dan bisa menjadi padat
apabila darah sudah mengalami pembekuan.
3. Kulit telinga terlihat memerah, terasa hangat jika disentuh dan tampak permukaan kulit
mengalami eritema.
4. Adanya pembengkakan disekitar daun telinga.
5. Hewan sering menggoyang-goyangkan kepala atau menggaruk telinga karena merasa
kurang nyaman.
6. Kepala hewan akan miring kesatu sisi.
7. Infeksi dalam jangka waktu yang lama, pinna auricula terasa keras, tebal dan memadat
saat dipalpasi akibat pembentukan fibrin dan jaringan ikat.

7
2.3 Anestesi
Operasi aural hematoma bisa menggunakan prosedur anestesi lokal ditambah dengan
tranquilizer atau dengan anestesi umum (Sudisma, 2006). Prosedur anestesi umum dilakukan
dengan menggunakan atropine sulfat dan xlyazine sebagai premedikasi. Kemudian diikuti
dengan pemberian ketamine dengan selang waktu 10 menit. Pemberian atropine sulfat dengan
dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara subkutan, xylazine dengan dosis 1-2 mg/kg BB dan ketamine
dengan dosis 20-20 mg/kg BB diberikan secara intramuskular. Anestesi pada kucing
menggunakan xylazine 4 mg/kg BB dan ketamine 30 mg/kg BB (Chethana et. al, 2016).
Anestesi pada anjing menggunakan acepromazine 1 mg/kg BB dan ketamine 10 mg/kg BB
diberikan secara intramuskular (Beteg et. al, 2011).

2.4 Pra-Operasi
Pada tahap praoperasi, anjing atau kucing dipersiapkan untuk sebelum melakukan operasi.
Tahap praoperasi yaitu melukan persiapan yang aseptis, mencukur bulu pada daerah telinga
(Beteg et al., 2011). Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan prsedur
operasi. Bahan dan alat yang dibutuhkanantara lain: Scalper blade, scalper handle, jarum
pembedahan, gunting bedah, needle holder, perban, Elizabeth Collar.

2.5 Teknik Operasi


Berbagai metode bedah telah disarankan untuk mengatasi aural hematoma. Sebuah metode
sederhana dijelaskan di bawah ini yaitu:
1. Pertama setelah bulu dibagian telinga dicukur, beri antiseptik pada daerah pinna
telinga. Aplikasikan Betadine dan kemudian menghapusnya. Selain itu oleskan sapuan
steril ke lubang luar telinga untuk mencegah luapan kandungan othematoma di saluran
telinga.
2. Setelah itu, incisi konkaf telinga di sepanjang hematoma, Ada tiga macam irisan yang
bisa dilkukan yaitu irisan lurus disepanjang hematoma, irisan berbentuk S dan dua
irisan sejajar (Sudisma, 2006). Menurut Beteg et al., 2011 Sayatan dilakukan dengan
pisau bedah, mulai dari pangkal telinga hingga ke bagian atas, dengan tekan sedang
untuk menghindari sectioning kulit pada sisi eksternal pinna.

8
Figure 1. Irisan berbentuk lurus

Figure 2. Irisan berbentuk S


(Sumber: Beteg et al. 2011)

3. Isi hematoma dikeluarkan dengan ditekan dan bagian dalam dikuret dan diirigasi untuk
menghilangkan isi hematoma (bekuan darah fibrin dan adesi) dari rongga hematoma.
Hal tersebut dikeluarkan, sehingga mempercepat perlekatan, lalu cuci dengan Nacl.

Figure 3. Pengeluaran isi hematoma


(Sumber: Beteg et al. 2011)

9
4. Kemudian, dilakukan penjahitan dengan panjang ¾ sampai 1cm pada konkaf telinga
sampai tembus kartilago. Dibuat jahitan yang secara pararel (vertikal). Jangan lakukan
ligase pada pembuluh darah dan cabang arteri aurikularis pada daerah konveks telinga.
Jangan melakukan penjahitan untuk menutup tepi luka incisi karena untuk drainase.
Irisan yang sudah dibuat tadi diperlebar yaitu dipotong tepi-tepinya dengan gunting
sehingga terjadi pembukaan selebar ± 4 mm dapat juga dibuat jahitan matras dengan
bahan non absorbable sejajar dengan irisan tadi. Jahitan dilakukan dari bagian konveks
telinga dan menembus daun telinga. Sintetis benang jahit yang tidak mudah diserap,
misalnya Prolene, Ethicon, dapat digunakan). Bahan jahitannya tidak perlu tebal: 4/0
(1,5 metrik) ini cocok, selama jahitan tidak ditempatkan terlalu ketat, ujung pemegang
jarum harus bisa dimasukkan di bawah jahitan bila ditempatkan dengan benar, untuk
memungkinkan pasca operasi pembengkakan. Gangguan suplai darah ke luka dan
penundaan penyembuhan berkaitan dengan jahitan yang sangat ketat menyebabkan
banyak rasa sakit pasca operasi dan bisa menyebabkannya kerusakan luka

A B

Figure 4. Penjahitan pada telinga


(Sumber: Beteg et al. 2011)
5. Lalu telinga dibalut, balutan telinga diganti setiap 3-4 hari. Jahitan dibuka minimal 14
hari, bahkan sampai 3 minggu.

2.6 Pascaoperasi
Perawatan pascaoperasi menggunakan terapi pengobatan dan memperhatikan status fisik
dan diet pakan (Irhas et al, 2019). Pengobatan yang diberikan yaitu antibiotika, antiinflamasi
dan analgesik. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) (Longamox) injeksi dan dilanjutkan

10
dengan Amoxicilin peroral. Antiinflamasi dan analgesik menggunakan non-steroidal anti-
inflamatory drugs (NSAIDs) yaitu Meloxicam. Selama proses penyembuhan hematoma,
disarankan menggunakan Elizabeth Collar atau bandage agar anjing tidak menggaruk
telinganya dan mengurangi infeksi (Beteg et al, 2011).

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aural hematoma adalah kondisi trauma berupa pembengkakan akibat penimbunan darah
pada daun telinga (pinna auricula). Aural hematoma atau bisa juga disebut dengan Othematoma
ini akan menyebabkan pembengkakan. Pembengkakan ini disebabkan karena pembuluh darah
yang pecah di dalam tutup telinga, antara lapisan dalam dan di luar tulang rawan. Hal ini
menyebabkan telinga terisi dengan cairan darah. Penanganan aural hematoma dilakukan dengan
cara operasi. Indikasi dilakukannya operasi aural hematoma adalah karena adanya kebengkakan
pada pinna auricula, kulit telinga terlihat memerah, hewan sering menggoyang-goyangkan kepala,
kepala hewan miring kesatu sisi. Sebelum melakukan tindakan operasi, terlebih dahulu dilakukan
persiapan operasi yaitu persiapan alat, bahan, obat, persiapan ruangan operasi, persiapan hewan
kasus dan operator. Kemudian hewan diberikan atropine sulfat dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB
secara subkutan, xylazine dengan dosis 1-2 mg/kg BB dan ketamine dengan dosis 20-20 mg/kg
BB diberikan secara intramuskular. Pada tindakan operasi terdapat tiga macam irisan yang bisa
dilakukan yaitu irisan berbentuk lurus, irisan berbentuk S, dan dua irisan sejajar. Pasca operasi
hewan diberikan antibiotika, antiinflamasi dan analgesik, serta selama proses penyembuhan hewan
disarankan menggunakan Elizabeth Collar atau bandage agar anjing tidak menggaruk telinganya
dan mengurangi infeksi.

3.2 Saran
Penyakit ini harus ditangani dengan cepat dan tepat karena kasus aural hematoma ini
merupakan kasus yang dapat terjadi berulang meskipun sudah pernah dilakukan pengobatan.
Tindakan pembedahan merupakan cara paling efektif untuk penanganan kasus aural hematoma.

12
DAFTAR PUSTAKA

Beteg, Florin, Muste Aurel, Krupaci Andrei, Scurtu Laura. 2011. Surgical Treatment in Dog
Auricular Hematoma(othematoma). Bulletin UASVM, Veterinary Medicine, 68(2), 38-42.
Brown, C. (2010). Surgical management of canine aural hematoma. Lab animal, 39(4), 104-105.
Chethana. D.H., Shwetha.K.S., Narasimha Murthy and Shashwath.B.S. 2016. Aural Haematoma
and Its Surgical Management in Non Discript Cat. International Journal of Applied and
Pure Science and Agriculture, 2(7), 1-3.
Islami, Devi Nur, Cytra Meyliana Surya Dewi, Nadia Marva Triana, Muhammad Thohawi Elziyad
Purnama. (2018). Laporan Kasus: Otitis Eksterna dan Auricular Hematoma (Othematoma)
pada Anjing Samoyed. Jurnal Medik Veteriner, 1(3), 80-86.
Irhas, R., Jayawardhita, A. A. G., & Dada, I. K. A. (2019). Case report: aural hematoma in 12
years local Balinese dog. Indonesia Medicus Veterinus, 8(6), 719-727.
Pirande, Priskha Florancia. 2017. Penanganan Kasus Aural Hematoma Pada Anjing Di Zoo Klinik
Makassar. Universitas Hassanuddin.
Sudisma, I.G.N. (2006). Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar: Plawa Sari.

13
TEKNIK OPERASI AURAL HEMATOMA
(OTHEMATOMA)

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER


KELOMPOK 2 KELAS D
ANGGOTA KELOMPOK

Alviona 1809511098
Ni Made Suksmadewi W. 1809511099
Nur Intan Wulan Yunita 1809511100
I Made Surya Meganugraha 1809511101
Mohammad Gus Shofi 1809511102
Putu Raditya Kurnia Putra 1809511103
TOPIK BAHASAN

01 02 03
TERMINOLOGI INDIKASI ANESTESI

04 05 06
PRAOPERASI TEKNIK OPERASI PASCAOPERASI
TERMINOLOGI

Aural hematoma juga disebut auricular hematoma atau


othematoma. Aural hematoma adalah kumpulan darah atau
serum yang terdapat pada bagian pinna telinga yang
menyebabkan pembengkakan berisi cairan pada permukaan
cekung pinna.
INDIKASI

1. Adanya kebengkakan pada pinna auricula 4. Adanya pembengkakan disekitar daun


yang berisi cairan (darah) dan terkadang telinga.
terasa lunak atau padat. 5. Hewan sering menggoyang-goyangkan
2. Bila diraba pinna auricula berisi cairan kepala atau menggaruk telinga karena
dengan konsistensi cair dan bisa menjadi merasa kurang nyaman.
padat apabila darah sudah mengalami 6. Kepala hewan akan miring kesatu sisi.
pembekuan. 7. Infeksi dalam jangka waktu yang lama,
3. Kulit telinga terlihat memerah, terasa pinna auricula terasa keras, tebal dan
hangat jika disentuh dan tampak memadat saat dipalpasi akibat
permukaan kulit mengalami eritema. pembentukan fibrin dan jaringan ikat.
ANESTESI
Operasi aural hematoma bisa menggunakan prosedur anestesi lokal ditambah dengan
tranquilizer atau dengan anestesi umum (Sudisma, 2006). Prosedur anestesi umum dilakukan dengan
menggunakan atropine sulfat dan xlyazine sebagai premedikasi. Kemudian diikuti dengan pemberian
ketamine dengan selang waktu 10 menit. Pemberian atropine sulfat dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB
secara subkutan, xylazine dengan dosis 1-2 mg/kg BB dan ketamine dengan dosis 20-20 mg/kg BB
diberikan secara intramuscular.
Anestesi pada kucing menggunakan xylazine 4 mg/kg BB dan ketamine 30 mg/kg BB
(Chethana et. al, 2016). Anestesi pada anjing menggunakan acepromazine 1 mg/kg BB dan ketamine
10 mg/kg BB diberikan secara intramuskular (Beteg et. al, 2011).
PRAOPERASI
Tahap praoperasi yaitu melukan persiapan yang aseptis, mencukur bulu
pada daerah telinga (Beteg et al., 2011). Menyiapkan bahan dan alat yang
digunakan untuk melakukan prsedur operasi. Bahan dan alat yang
dibutuhkan antara lain: Scalper blade, scalper handle, jarum pembedahan,
gunting bedah, needle holder, perban, Elizabeth Collar.
TEKNIK OPERASI
Berbagai metode bedah telah disarankan untuk
mengatasi aural hematoma :

1. Pertama setelah bulu dibagian telinga dicukur,


beri antiseptik pada daerah pinna telinga.
Aplikasikan Betadine dan kemudian
menghapusnya. Selain itu oleskan sapuan
steril ke lubang luar telinga untuk mencegah
luapan kandungan othematoma di saluran
telinga.
2. Setelah itu, incisi konkaf telinga di sepanjang
hematoma, Ada tiga macam irisan yang bisa
dilakukan yaitu irisan lurus disepanjang
hematoma, irisan berbentuk S dan dua irisan Figure 1. Irisan Figure 2. Irisan
sejajar (Sudisma, 2006). berbentuk lurus berbentuk S
TEKNIK OPERASI
3. Isi hematoma dikeluarkan dengan
ditekan dan bagian dalam dikuret dan
diirigasi untuk menghilangkan isi
hematoma (bekuan darah fibrin dan
adesi) dari rongga hematoma.

4. Kemudian, dilakukan penjahitan dengan


panjang ¾ sampai 1cm pada konkaf
telinga sampai tembus kartilago.
Figure 3. Pengeluaran Figure 4. Penjahitan pada
5. Lalu telinga dibalut, balutan telinga
isi hematoma telinga
diganti setiap 3-4 hari. Jahitan dibuka
minimal 14 hari, bahkan sampai 3
minggu.
PASCAOPERASI
Perawatan pascaoperasi menggunakan terapi pengobatan dan memperhatikan
status fisik dan diet pakan (Irhas et al, 2019). Pengobatan yang diberikan yaitu antibiotika,
antiinflamasi dan analgesik. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) (Longamox)
injeksi dan dilanjutkan dengan Amoxicilin peroral. Antiinflamasi dan analgesik
menggunakan non-steroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs) yaitu Meloxicam. Selama
proses penyembuhan hematoma, disarankan menggunakan Elizabeth Collar atau bandage
agar anjing tidak menggaruk telinganya dan mengurangi infeksi (Beteg et al, 2011).


SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH
Jurnal Medik Veteriner Oktober 2018, Vol.1 No.3 : 80-86
pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X online pada https://e-journal.unair.ac.id/JMV

Laporan Kasus: Otitis Eksterna dan Auricular Hematoma


(Othematoma) pada Anjing Samoyed
(CASE REPORT: OTITIS EXTERNA AND AURICULAR HEMATOMA
(OTHEMATOMA) IN SAMOYED DOG)

Devi Nur Islami1*, Cytra Meyliana Surya Dewi1, Nadia Marva Triana1, Muhammad
Thohawi Elziyad Purnama2
1
Bachelor of Veterinary Medicine,
2
Department of Veterinary Anatomy,
Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga,
UNAIR C-Campus Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, 60115
Telp. (031)5993016, Fax. (031)5993015
*Corresponding author: drhdevi99@gmail.com

Abstrak

Laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai kasus otitis eksterna dan auricular hematoma
(othematoma) yang menyerang anjing Samoyed berusia 8 tahun. Diagnosis ditetapkan berdasarkan informasi
yang diperoleh dari anamnesis pemilik anjing serta hasil dari pemeriksaan klinik. Prosedur tata laksana yang
paling sering digunakan untuk menangani kasus ini adalah melalui tindakan operasi, serta terapi sistemik pada
perawatan pascaoperasi menggunakan kombinasi dari obat antiinflamasi, antibiotik, koagulan dan antihistamin.
Berdasarkan pernyataan dari pemilik anjing Samoyed, penilaian penanganan yang telah dilakukan memberikan
hasil baik dibuktikan melalui waktu penyembuhan otitis eksterna dan auricular hematoma anjing berkisar 2
minggu.

Kata kunci: anjing, auricular hematoma, otitis eksterna, operasi, telinga

Abstract

This case report aimed to explain the cases of otitis externa and auricular hematoma (othematoma)
that attack the 8 year old Samoyed dogs. Diagnosis was determined based on information obtained from the
history of dog owner as well as the results of clinical examination. The most common procedure for treating this
case is through surgery, and systemic therapy for postoperative treatment using a combination of anti-
inflammantory drugs, antibiotics, coagulants and antihistamines. Based on the testimony from the owner of the
Samoyed god, the treatment gave good result which has been proved by the healing time of otitis externa and
auricular hematoma (othematoma) dogs around 2 weeks.

Key words: dog, auricular hematoma, otitis externa, surgical treatment, ear

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang


diperoleh data berupa suhu tubuh anjing
Seorang klien pemilik anjing Samoyed Samoyed normal yakni berkisar antara 37,8-
berumur 8 tahun menghubungi Klinik Sahabat 39,50C. Hasil pemeriksaan frekuensi pulsus
Satwa agar melakukan kunjungan ke rumah anjing Samoyed normal yakni berkisar antara
klien untuk memeriksa kondisi anjingnya. 76-148 kali/menit. Hasil pemeriksaan Capillary
Berdasarkan anamnesis yang diperoleh, anjing Refill Time (CRT) normal yakni 1-2 detik. Hasil
Samoyed tersebut sering menggaruk-garuk daun pemeriksaan frekuensi nafasnya normal karena
telinganya, bengkak pada daun telinga, keluar berkisar antara 24-42 kali/menit. Hasil
bau busuk dari dalam telinga, dan sering pemeriksaan membrana mukosa oral dan
menggelengkan kepala ketika sedang berjalan. konjungtiva normal serta alat gerak dari anjing
Samoyed normal. Hasil pemeriksaan fisik

J Med Vet 2018, 1(3):80-86. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 80


Jurnal Medik Veteriner Devi Nur Islami, et al

ditemukan nanah dari dalam telinga dan spuit with needle, scrub, kasa steril, blade dan
limfonodul Mandibula bengkak serta tidak scalpel, hemostat clamp, pinset chirurgis, needle
adanya penurunan nafsu makan dari anjing holder, cairan NaCl fisiologis, chromic catgut
Samoyed. with needle, es batu, dan tissue.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik di atas, ciri-ciri dapat mengarah pada Metode Tindakan
penyakit otitis eksterna dan auricular hematoma 1) Prosedur anastesi umum dilakukan
(othematoma). Otitis externa disebabkan karena menggunakan Atropin sulfas dan xylazine
inflamasi epitel dari saluran telinga dan juga sebagai premedikasi kemudian diikuti dengan
struktur di sekitarnya seperti external auditory pemberian Ketamine dengan selang waktu 10
meatus dan pinna (Fossum et al., 2007). Otitis menit. Pemberian Atropin sulfas dengan dosis
externa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu 0,02-0,04mg/Kg BB dilakukan secara
bakteri, jamur, benda asing, infestasi parasit, subcutan, xylazine dengan dosis 1-2 mg/kg
penyakit imun dan atopic dermatitis (Dye et al., BB dan ketamine dengan dosis 20-30 mg/kg
2002). Infeksi bakteri (Staphylococcus, BB diberikan secara intramuscular;
Streptococcus, Proteus spp., Pseudomonas), 2) Pra incisi. Sebelum dilakukan tindakan
benda asing, parasit (Otodectes cynotis, pembedahan pada othematoma, saluran
Demodex canis, Sarcoptes scabiei, Notoedres telinga ditutup menggunakan kapas steril.
cati, dan caplak), jamur, ragi (Malassezia Rambut disekitar daun telinga digunting
pachydermis) ataupun neoplasia kemungkinan dengan tujuan menghindari kontaminasi dan
dapat menyebabkan otitis externa (Fossum et al., tidak mengganggu saat operasi berlangsung,
2007). diikuti dengan mensterilkan area pembedahan
Auricular hematoma (othematoma) pada menggunakan sabun antiseptic;
anjing merupakan kondisi yang terjadi karena 3) Incisi membentuk huruf S menggunakan
trauma, dipengaruhi oleh peningkatan scalpel pada konkaf daun telinga yang
perdarahan sehingga terjadi akumulasi darah mengalami othematoma. Tekan dan
serta dapat menyebar pada external wajah, keluarkan akumulasi darah yang ada pada
penyakit ini terjadi karena pecahnya pembuluh daun telinga. Setelah pembuangan debris,
darah yang berada diantara cartilago dan kulit gumpalan darah serta cairan lain pada
telinga (Beteg et al., 2011). Othematoma adalah othematoma, lubang dicuci menggunakan
penyakit yang sering terjadi pada anjing dengan cairan NaCl fisiologis;
telinga yang tergantung, namun juga bisa terjadi 4) Setelah pencucian lubang, diberikan terapi
pada anjing dan kucing dengan telinga yang antibiotik topikal yaitu enbatic powder;
tegak. Othematoma merupakan penyakit 5) Teknik jahitan dilakukan di sekitar lubang
sekunder dari otitis externa yang diakibatkan incisi guna mengaitkan kembali cartilago
karena goyangan kepala atau garukan alat gerak dengan permukaan kulit dari convex telinga.
anjing (Dye et al., 2002). Biarkan incisi tetap terbuka untuk
melanjutkan drainase cairan agar tidak terjadi
METODE PELAKSANAAN akumulasi kembali. Material jahitan bisa
menggunakan benang nonasorbable maupun
Alat dan Bahan benang absorbable;
Berdasarkan pemeriksaan fisik serta 6) Kompres daun telinga yang telah selesai
anamnesis dapat dipastikan bahwa anjing dijahit pada bagian rostral dan caudal daun
Samoyed menunjukkan sakit otitis eksterna yang telinga dengan sedikit menekan
diikuti dengan othematoma. Penanganan kasus menggunakan es. Hal ini bertujuan guna
othematoma dapat dilakukan melalui tindakan menghentikan pendarahan;
operatif. Alat instrumen yang digunakan dalam 7) Postoperative melalui terapi sistemik:
prosedur operasi meliputi clipper atau gunting, R/ Methylprednisolone 20 mg

J Med Vet 2018, 1(3):80-86. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 81


Jurnal Medik Veteriner Devi Nur Islami, et al

Clindamycin 200 mg menggaruk telinganya setelah operasi, sehingga


Asam traneksamat 60 mg diperlukan pemasangan Elizabeth collar.
Cetirizine HCL 10 mg Menurut Saibaba et al., (2016), tidak banyak
m.f. caps. dtd. No XIV kejadian penyembuhan othematoma dan otitis
S. 2 dd. Caps. I externa pada hewan yang lebih dari 3 bulan.
# Berdasarkan cepatnya proses penyembuhan
pada anjing Samoyed karena dipengaruhi oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN beberapa faktor seperti penanganan yang lage
artis, pendarahan yang terkontrol, ketelatenan
Proses penyembuhan pada anjing Samoyed pemilik dalam merawat anjing postoperasi, pola
berlangsung sekitar 2 minggu. Hewan akan hidup anjing yang baik, kebersihan kandang dan
sering menggoyangkan kepalanya dan status penyakit.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1. (a) Otitis eksterna; (b) Pembuangan debris, gumpalan darah dan cairan pada othematoma;
(c) Flushing menggunakan cairan NaCl fisiologis; (d) Jahitan dilakukan di sekitar S-
shaped incision (Fossum et al., 2007)

Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Patofisiologi Otitis Eksterna


Saibaba et al., (2016) yang menyatakan bahwa Kejadian otitis externa berhubungan dengan
othematoma dapat menyerang anjing tergantung penyakit kulit, terutama alergi, penyakit imun
pada usia, jenis kelamin dan status umum yang menyerang kulit dan penyakit sistemik
penyakit. (endocrinophatis). Otitis eksterna dapat terjadi
karena tingkat kelembaban dan temperature pada
saluran telinga yang tinggi, saluran telinga yang

J Med Vet 2018, 1(3):80-86. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 82


Jurnal Medik Veteriner Devi Nur Islami, et al

sempit dan adanya sumbatan pada saluran hewan. Menurut Popesko et al. (1990), arteri dan
telinga. Tingginya kelembaban dan temperature vena pada regio auricula meliputi A/V.
dapat menyebabkan runtuhnya lapisan epitel Temporalis superficialis yang ditemukan di
sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder. Glandula parotis. V. Temporalis superficialis
Selain itu, salah satu penyebab dari terjadinya mengarah ke dorsal, meyusuri tepi depan
otitis externa disebabkan karena investasi pangkal telinga menuju M. Temporalis.
parasite (ear mites) (Fossum et al., 2007). Percabangan dari V. Temporalis superficialis
Tungau memiliki saluran makanan yang yang mengarah ke bagian telinga adalah V.
terhubung ke oesophagus bernama gnathosoma Auricularis caudalis dan V. Auricularis rostralis.
(kapitulum). Pada gnathosoma terdapat sepasang
palps yang digunakan tungau untuk mencari Clindamycin (Lincosamide antibiotik)
makanan. Palps adalah organ sensorik sederhana Menurut Plumb (2011), Clindamycin
yang terbagi menjadi beberapa segmen, dimana dimetabolisme di hepar menjadi metabolit aktif
pada segmen terakhir terdapat cakar palps atau dan inaktif. Indikasi digunakan untuk anjing
apotele. Terletak tiga pasang chelicerae diantara yang mempunyai luka, abses dan osteomyelitis
pals yang berfungsi untuk merobek, yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
menggenggam atau menusuk (Wall and Shearer, aureus. Clindamycin dapat melawan organisme
2001). Jaringan yang rusak akibat chelicerae patogen anaerob. Digunakan untuk berbagai
dapat menjadi entry point bagi bakteri untuk macam infeksi protozoa, termasuk
menginfeksi (Parija, 2012). toxoplasmosis. Dapat melawan bakteri coccus
Saat terjadi otitis externa akut, fungsi gram positif aerob termasuk Staphylococcus dan
kelenjar apokrin akan mengalami peningkatan Streptococcus.
jumlah dan ukuran, serta peningkatan sekresi. Kontraindikasi akan ditemukan pada 1)
Sementara fungsi kelenjar sebacea mengalami Kelinci, hamster, chinchillas, marmot, kuda dan
penurunan jumlah dan penurunan aktivitas ruminant karena dapat menyebabkan masalah
(Fossum et al., 2007). pencernaan yang serius hingga kematian; 2)
pasien yang hypersensitive terhadap
Patofisiologi Othematoma lincosamide; 3) menyebabkan esophagitis dan
Penyebab auricular hematoma (othematoma) penyempitan esophagus pada hewan kecil
tidak diketahui dengan baik. Dalam beberapa sehingga harus menghindari dry-pilling ketika
kasus, othematoma disebabkan karena memberikan lincosamide; 4) pasien dengan
guncangan kepala atau garukan pada telinga penyakit ginjal dan hepar harus mendapat
sehingga menimbulkan luka atau iritasi yang peringatan mengenai obat ini dan menyarankan
berhubungan dengan otitis externa. Guncangan pemantauan kadar serum clindamycin selama
kepala dapat menyebabkan fracture pada terapi dosis tinggi; 5) hewan kecil yang baru
cartilage telinga. Beberapa hewan yang lahir.
mengalami hematoma tidak terbukti memiliki Interaksi obat terjadi pada 1) Cyplosporine
penyakit telinga secara bersamaan, beberapa dapat menurunkan kadar Clindamycin; 2)
kasus menunjukkan bahwa hematoma Erythromycin apabila digunakan bersamaan
berhubungan dengan peningkatan kerapuhan dapat menyebabkan antagonisme in vitro
pembuluh kapiler (Fossum et al., 2007). sehingga seiring penggunaannya harus dihindari;
3) Neuromuscular blocking agents Clindamycin
Struktur Anatomi memiliki aktivitas pemblokiran neuromuscular
Othematoma dapat terjadi karena adanya intrinsic sehingga harus digunakan secara hati-
akumulasi darah di antara cartilago dengan hati dengan obat penghambat neuromuscular
permukaan kulit pada convex daun telinga. lain.
Adanya akumulasi darah disebabkan karena Efek Samping, antara lain: gastroenteritis,
vaskularisasi pembuluh darah yang ada di telinga esophagisitis dan penyempitan esofagus apabila

J Med Vet 2018, 1(3):80-86. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 83


Jurnal Medik Veteriner Devi Nur Islami, et al

pemberian tanpa diikuti makanan atau minuman. Diuterik, Pottasium-depleting yang diberikan
Hypersalivasi. Menimbulkan rasa sakit pada bersamaan menyebabkan hypokalemia; 9)
daerah injeksi intramuscular. ephedrine dapat menurunkan kadar darah; 10)
estrogens; 11) insulin dapat meningkatkan pasien
Methylprednisolone (glucocorticoid) dalam menerima glucocorticoid; 12)
Menurut Plumb (2011) apabila ketoconazole dan antijamur azole yang lain,
methylprednisole diberikan secara oral akan macrolide antibiotic dapat menurunkan
diserap dengan baik dan didistribusikan secara metabolisme glucocorticoid dan meningkatkan
luas. Hepar merupakan tempat metabolisme kadar darah glucocorticoid; 13) mitotane dapat
yang utama (oksidasi), kebanyakan obat akan mengubah metabolisme steroids; 14) NSAIDS
dieksresikan di renal untuk menjadi metabolit. dan pemberian obat ulcerogenic dengan
Methylprednisolone lebih berpotensi 5x dari glucocorticoid dapat meningkatkan bahaya pada
kortisol sebagai obat antiinflamasi. ulcer system pencernaan; 15) phenobarbital dan
Indikasi digunakan untuk pengobatan rifampin dapat meningkatkan metabolisme dan
masalah endokrin (seperti adrenal insufficiency), menurunkan kadar darah glucocorticoid; 16)
penyakit reumatik (seperti rheumatoid arthritis), vaksin mengakibatkan respon imun berkurang
penyakit kolagen (seperti systemic lupus), terjadi setelah pemberian vaksin, toksoid atau
penyakit pernafasan (seperti asthma), penyakit bakterin pada pasien yang menerima
kulit (pemphigus, alergi kulit), kelainan darah glucocorticoid; 17) warfarin.
(seperti thrombocytopenias, autoimun Efek samping terjadi pada 1) penggunaan
haemolytic anemias), neoplasia, kelainan system jangka panjang dapat menunjukkan manifestasi
syaraf (peningkatan tekanan CSF), penyakit gejala klinik dari hyperadrenocorticism; 2) pada
pencernaan, dan penyakit ginjal (seperti anjing, pemberian dosis tinggi dapat
nephrotic syndrome). menyebabkan diare, adanya darah pada feses
Kontraindikasi infeksi jamur sistemik. (melena, hematochezia), vomit, pendarahan
Hewan yang menderita tuberculosis, peptic saluran pencernaan dan anorexia. Terapi jangka
ulcer, psikosis akut, cornea ulcer, sindrom pendek dapat menyebabkan polydipsia,
cushingoid, diabetes, osteoporosis, prediposisi polyphagia dan polyuria. Selain itu,
thrombophlebitis, hipertensi, CHF, renal methylprednisolone dapat menyebabkan rambut
insufficiency, dan penggunaan pada penderita kering, peambahan berat badan, panting,
tuberculosis akut harus dikontrol dengan hati- peningkatan enzyme hepar, pancreatitis, ulcerasi
hati. system pencernaan, lipidemia, aktivasi diabetes
Interaksi Obat terjadi pada 1) Amphotericin mellitus dan perubahan tingkah laku; 3) pada
B yang diberikan secara bersamaan dengan kucing: dapat menyebabkan polydipsia, polyuria,
glucocorticoid menyebabkan hypokalemia; 2) polyphagia dengan penambahan berat badan,
Analgesik, Anastesi, Injeksi Epidural: Pemberian diare dan depresi. Pemberian pada jangka waktu
bersamaan menyebabkan cedera CNS bahkan yang panjang dengan dosis tinggi dapat
kematian; 3) Anticholinesterase agents: menyebabkan sindrom cushingoid.
pemberian secara bersamaan pada penderita
myasthenia gravis dapat menyebabkan Cetirize HCL (2nd Generation Histamine)
kelemahan otot yang serius; 4) Aspirin Menurut Plumb (2011), cetirize merupakan
glucocorticoid dapat menurunkan kadar salisilat antihistamin tanpa obat penenang yang
darah; 5) Barbiturate mengakibatkan diaplikasikan secara oral. Schooley et al. (2007)
peningkatan metabolisme glucocorticoid dan mengatakan bahwa cetirize tampaknya
penurunan kadar darah; 6) Cyclophosphamide menurunkan pelepasan histamine basofil pada
glucocorticoid menghalangi metabolisme hepar, beberapa spesies, namun pada kucing, cetirize
7) Cyclosporine yang diberikan bersamaan dan cyproheptadine tidak mengurangi inflamasi
menyebabkan peningkatan kadar darah; 8) eosinophil pada saluran nafas.

J Med Vet 2018, 1(3):80-86. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 84


Jurnal Medik Veteriner Devi Nur Islami, et al

Indikasi digunakan sebagai pengobatan anjing menggoyangkan kepala dan menggaruk-


tambahan pada kondisi pruritus yang menyerang garuk telinga, hasil pemeriksaan pada
anjing maupun kucing. Kontraindikasi menurut temperature tubuh, frekuensi nafas, frekuensi
Plumb (2011) menjelaskan bahwa tidak ada pulsus, CRT, mukosa oral dan konjungtiva
informasi mengenai kontraindikasi penggunaan normal serta pembengkakan limfonodul
cetirizine pada hewan serta kombinasi produk Mandibula, maka anjing Samoyed dapat
yang mengandung pseudoephedrine tidak sesuai didiagnosa menderita otitis eksterna dan
jika digunakan untuk anjing dan kucing. othematoma. Prognosa dari penyakit ini adalah
Interaksi obat terjadi pada CNS Depressant: fausta setelah dilakukan tata laksana penanganan
penambahan depresi CNS apabila digunakan lage artis.
bersamaan dengan cetirizine.
Efek samping terjadi pada penggunaan UCAPAN TERIMA KASIH
cetirize dapat ditoleransi oleh anjing dan kucing.
Namun pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Kami mengucapkan terima kasih kepada
pemberian pada anjing dapat menyebabkan Klinik Hewan Sahabat Satwa Genteng,
muntah dan hypersalivasi. Pemberian dosis yang Banyuwangi atas izin yang diberikan untuk
tinggi pada anjing dapat menyebabkan kantuk. menangani kasus otitis eksterna dan auricular
hematoma (othematoma) serta ilmu yang telah
Asam Traneksamat diberikan.
Gandhi et al. (2013) menyatakan bahwa
asam traneksamat adalah obat yang dapat DAFTAR PUSTAKA
menurunkan pendarahan. Asam traneksamat
merupakan turunan sintesis dari asam amino Beteg, F., M. Aurel, K. Andrei, S. Laura. 2011.
lisin yang dapat menghambat fibrinolisis dengan Surgical Treatment in Dog Auricular
cara memblokir pengikatan lisis di plasminogen, Hematoma (othematoma). Bulletin UASVM,
dan sering digunakan untuk mengontrol Vet Med, 68(2): 38-42.
hemoptisis berulang (Rokhim dan Hasan, 2013).
Pernyataan tersebut didukung oleh Triyudanto Dye, T.L., H.D. Teague, D.A. Ostwald Jr., S.D.
dan Lubis (2016) bahwa fibrinolisis dihindari Ferreira. 2002. Evaluation of Technique
karena asam traneksamat secara kompetitif Using the Carbon Dioxide Laser for the
memblokir reseptor lisin di plasminogen. Treatment of Aural Hematomas. Journal of
the American Animal Hospital Association.
Pencegahan p385.
Pencegahan penting dilakukan guna
menghindari penyakit otitis eksterna maupun Fossum, T.W., C.S. Hedlund, A.L. Johnson, K.S.
othematoma. Adapun pencegahan yang dapat Schulz, H.B. Seim, M.D. Willard, A. Bahr,
dilakukan adalah tata laksana mandi yang baik, G.L. Carrol, K. Knap. 2007. Small Animal
pemberian antiparasit, rutin membersihkan Surgery. 3rd edition. Mosby, Inc., an affiliate
telinga serta memantau kondisi pertumbuhan of Elsevier Inc. p300-309.
rambut di sekitar telinga. Asam traneksamat
adalah salah satu obat antipendarahan yang Gandhi, R., H.M.K. Evans, S.R. Mohamed, N.N.
paling sering digunakan pada pratik klinik. Mahomed. 2013. Tranexamic acid and the
reduction of blood loss in total knee and hip
KESIMPULAN arthroplasty: a meta-analysis. BMC Research
Notes, 6: 184.
Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan
yaitu adanya pembengkakan pada daun telinga, Rokhim, A. dan H. Hasan. 2013. Penggunaan
aroma busuk dari saluran telinga, serta seringnya Asam Traneksamat pada Pasien

J Med Vet 2018, 1(3):80-86. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 85


Jurnal Medik Veteriner Devi Nur Islami, et al

Tuberkulosis Paru dengan Hemoptisis. Rabbit (Oryctologos cunicuulus) – A Case


Abstrak Media Majalah Kedokteran Report. Int J Sci Tech Advan, 2: 37-38.
Respirasi. Indonesia, Mei. 4(2).
Schooley, E.K., J.B.M. Turner, R.D. Jiji, C.M.
Parija, S.C. 2012. Microbiology and Spinka, C.R. Reinero. 2007. Effect of
nd
Immunology. 2 Edition. Elsevier Inc., Cyproheptadine and Cetirize on Eosinophilic
India. Airways Inflammation in Cats with
Experimentally Induced Asthma. Am J Vet
Plumb, D.C. 2011. Veterinary Drug Handbook. Res, 68(11): 1265-1271.
7th Edition. PharmaVet Inc. p258-2589,
p309-311, p903-905. Triyudanto, A.N. dan A.M.T Lubis. 2016. The
Effect of Intra-articular Tranexamic Acid
Popesko, P., V. Rajtova, J. Horak. 1990. A given Intraperioperatively on Post Surgical
Colour Atlas of Anatomy of Small Bleeding and Transfusion Rate Post Total
Laboratory Animals. 3rd Edition. Wolfe Knee Arthroplasty. Med J Indo, 25(4): 234-
Publishing Ltd. p119-120. 239.

Saibaba, M., G. Vani, P. Veena, R.V. Suresh Wall, R and D. Shearer. 2001. Veterinary
Kumar. 2014. Aural Hematoma in Domestic Ectoparasites. 2nd Edition. Blackwell
Science, United State of America.

***

J Med Vet 2018, 1(3):80-86. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 86


Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

Studi Kasus: Aural Hematoma pada Anjing Lokal Berumur 12 Tahun

(CASE REPORT: AURAL HEMATOMA IN 12 YEARS LOCAL BALINESE DOG)

Rajiman Irhas1, Anak Agung Gde Jayawardhita2, I Ketut Anom Dada2

1
Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan,
2
Laboratorium Ilmu Bedah Veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana,
Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia 80234; Telp: (0361) 223791
e-mail: rajimanirhas94@gmail.com

ABSTRAK
Aural hematoma adalah pembengkakan akibat penimbunan darah pada daun telinga (pinna
auricula). Hewan kasus adalah anjing lokal betina berumur 12 tahun dengan bobot badan 15 kg.
Terjadi kebengkakan pada pinna auricula kanan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan menunjukkan
hasil yang normal, namun memang ditemukan adanya infeksi ektoparasit pada tubuh hewan. Infeksi
ektoparasit tersebut diduga yang menjadi penyebab hewan menggaruk dan mengepakkan telinganya
secara berlebihan, hingga menimbukkan aural hematoma pada hewan kasus. Pemeriksaan
laboratorium hewan menunjukkan hasil yang cukup stabil untuk dilakukan tindakan operasi. Tindakan
yang dilakukan adalah menggunakan metode pembedahan teknik insisi dengan pembuatan drainasi
terbuka pada pinna bagian media. Prognosa pada kasus ini adalah fausta Terapi pasca-operasi
menggunakan antibiotika longamox injeksi dan dilanjutkan dengan pemberian Amoxicilin secara
peroral, serta pemberian meloxicam sebagai anti-inflamasi dan analgesiknya. Hasil pengamatan
menunjukkan terjadinya kesembuhan luka pada hari ke-21, yang ditandai dengan luka mengering dan
terbentuk jaringan baru (kolagenasi).

Kata-kata kunci : aural hematoma; pinna auricular; kolagenasi

ABSTRACT
Aural hematoma is swelling due to accumulation of blood on the auricle (pinna auricula). The
case animal is a 12-year-old local female dog with a body weight of 15 kg. There was a swelling in
the right auricula pinna. Physical examination showed normal results, but in skin examination found
an ectoparasite infection on the surface of the animal's body. Ectoparasitic infection is suspected to be
the main cause of the animal’s scratching and ears flapping habit that lead to causing aural hematoma
in the animal’s right ear. Laboratory examination showed a quite stable results for surgery. So the
action taken in this case is to use the method of incision surgery technique by making open drainage
on the inner side of pinna (pinna median). The prognosis in this case is fausta Post-operative therapy
was used long-acting antibiotic Amoxicilin injection (Longamox®) and continued with the
administration of Amoxicilin orally, and also administration of meloxicam as an analgesic. The
observations showed the healing progress of the wound was good, and on the 21st day the wound was
drying up and formed new tissue (collagenation).

Keywords : aural hematoma; pinna Auricula; collagenation

719
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

PENDAHULUAN
Hematoma adalah akumulasi darah di luar pembuluh darah. Aural hematoma adalah
kondisi trauma berupa pembengkakan akibat penimbunan darah pada daun telinga (pinna
auricula) (Sudisma, 2006). Terjadinya penimbunan darah diakibatkan oleh terperangkapnya
darah diantara lapisan kulit dan tulang rawan, sehingga tulang rawan mendapat pasokan
darah secara langsung dari kulit yang terletak diatasnya. Penimbunan darah dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Timothy, 2002). Hematoma dapat
menyebabkan bagian-bagian dari tulang rawan mengerut atau melayu hingga terjadi nekrosis.
Sehingga terjadinya kebengkakan dan perubahan bentuk dari pinna aurikula (Henderson and
Horne, 2003).
Hematoma adalah rusaknya dinding pembuluh darah, vena atau arteri yang berakibat
pada penimbunan darah yang abnormal. Penyebab aural hematoma adalah trauma (Beteg et
al., 2011). Hewan menggaruk telinga akibat reaksi alergi (Eyarefe et al., 2013). Agresifitas
hewan peliharaan, head shaking, dan agen infeksi seperti prasit dan jamur, serta otitis
eksternal akibat reaksi peradangan pada pinna aurikula (Blattler et al., 2007). Aural
hematoma juga telah diamati pada anjing dan kucing dengan infeksi otodectes cynotis
(Kuwahara, 1986). Pada sebagian besar kasus infiltrasi intradermal eosinofil dan sel mast
pernah dilaporkan (Joyce dan Day, 1997). Penyebab pasti kasus aural hematoma sulit
ditentukan (Harvey, 2005).
Tanda klinis aural hematoma adalah kebengkakan pada pinna auricula (Haithem et
al., 2011). Kulit telinga kemerahan, terasa hangat dan berisi darah atau bekuan darah saat di
palpasi (Buckingham, 2004). Faktor predisposisi aural hematoma pada anjing: 1) aural
hematoma dapat menyerang semua umur; 2) aural hematoma sering menginfeksi anjing yang
memiliki telinga terkulai seperti Golden Retriever dan Labrador Retriever; 3) telinga anjing
yang terinfeksi penyakit kronis, seperti infeksi parasit dan jamur serta reaksi alergi (Fossum
2002). Anjing yang tinggal pada lingkungan beriklim tropis juga mengalami peningkatan
risiko terhadap kejadian aural hematoma (Haithem et al., 2011). Infeksi dalam jangka waktu
yang lama, pinna aurikula terasa keras, tebal dan memadat saat dipalpasi akibat pembentukan
fibrin dan jaringan ikat (Louis, 2004).
Laporan ini adalah untuk mengevaluasi penanganan kasus aural hematoma pada
anjing menggunakan metode pembedahan teknik insisi dengan drainasi terbuka. Pengamatan
hasil diperoleh berdasarkan evaluasi proses kesembuhan luka operasi.

720
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

LAPORAN KASUS
Sinyalemen dan Anamnesa
Anjing kasus bernama Brownie, umur 12 tahun dengan berat badan 15 kg. Berjenis
kelamin betina dan berwarna putih. Terjadi kebengkakan pada pinna aurikula kanan.
Berdasarkan informasi dari pemilik, kebengkakan tidak diketahui secara pasti lama
kejadiannya. Anjing kasus pernah terinfeksi kutu dan caplak, menunjukkan gejala mengaruk
telinga, menggelengkan kepala serta kepala dimiringkan ke satu sisi.
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Status present anjing kasus aadalah frekuensi jantung: 112x/m, frekuensi pulsus:
108x/m, frekuensi respirasi: 28x/m, capillary refill time (CRT): < 2 detik, suhu: 38,8 oC. Hasil
pemeriksaan fisik yaitu pinna aurikula kanan mengalami pembengkakan. Kulit pinna
aurikula tampak kemerehan (eritema), berisikan cairan dan terasa hangat saat dipalpasi
(Gambar 1).

Gambar 1. (A) Anjing kasus mengalami pembengkakan pada pinna aurikula kanan; (B)
Kulit pinna aurikula tampak kemerahan (eritema).

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah hematologi darah lengkap (Tabel 1)


untuk mengetahui status kesehatan anjing kasus sebelum dilakukan pembedahan. Hasil
pemeriksaan adalah PCV (29,5%), RBC (5,47 x 106/µL), Hb (10,2g/dL), MCV (54 fL), MCH
(18,7pg), MCHC (34,6g/dL), WBC (10,8 x 103/µL), granulosit (81,4%), monosit (1,7%),
limfosit (16,9%), dan platelet (222 x 109/µL)

721
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

Tabel 1. Pemeriksaan hematologi darah lengkap anjing kasus Brownie

Hematologi Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan


Hemoglobin 10,2 12,0-18,0 g/dl Rendah
3
Leukosit 10,8 6,00-17,0 10 /µl Normal
Eritrosit 5,47 5,50-8,50 106/µl Rendah
PCV 29,5 37,0-55,0 % Rendah
MCV 54 60,0-77,0 fL Rendah
MCH 18,7 14,0-25,0 Pg Normal
MCHC 34,6 31,0-36,0 g/dl Normal
Monosit 1,7 3,00-10,0 % Normal
Lymposit 16,9 12-30 % Normal
Neutrofil 81,4 60-77 % Tinggi
Keterangan: PCV: Packed Cell Volume; MCV: Mean Cospuscular Volume; MCH: Mean
Corpuscular Hemoglobin; MCHC: Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration.
Sumber: Dharmawan, 2002

Diagnosis dan Prognosis


Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan klinis diperoleh diagnosa pada anjing
kasus mengalami aural hematoma dengan prognosa fausta.
Penanganan
Penanganan kasus aural hematoma pada anjing kasus adalah metode pembedahan
teknik insisi dengan drainasi terbuka. Metode tersebut dipertimbangkan pada tingkat
kesembuhan dan menghindari infeksi secara berulang. Perawatan pascaoperasi menggunakan
terapi pengobatan dan memperhatikan status fisik dan diet pakan. Pengobatan yang diberikan
yaitu antibiotika, antiinflamasi dan analgesik. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum)
(Longamox®) injeksi dan dilanjutkan dengan Amoxicilin peroral. Antiinflamasi dan
analgesik menggunakan non-steroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs) yaitu Meloxicam.
Teknik pembedahan aural hematoma yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Bedah
Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana di kutip berdasarkan Shakeel et
al. (2002) dapat dilihat pada Gambar 2.
Insisi secara longitudinal dari distal ke peroksimal permukaan medial pinna aurikula
pada sepanjang daerah yang mengalami hematoma (Gambar 2A). Insisi dilakukan pada kulit
dan menghindari terinsisinya kartilago aurikular yang dapat mempengaruhi proses
kesembuhan (Gambar 2B). Timbunan darah atau bekuan darah beserta fibrin dikeluarkan
menggunakan kasa steril (Gambar 2C). Ruang hematoma di bersihkan menggunakan cairan
steril NaCL 0,9% dan diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
(Gambar 2D). Selanjutnya dilakukan penjahitan pada tepi luka insisi menggunakan jahitan

722
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

interrupted suture pola matras (Gambar 2E). Jahitan dimulai dari pinna bagian medial dan
menembus kartilago sampai bagian lateral. Menghindari dead space sehingga darah tidak
bisa menumpuk lagi pada ruang hematoma. Benang jahit yang digunakan adalah benang silk
berukuran 3-0 non absorbable sepanjang 0.75 s/d 1 cm. Jahitan dibuat longgar untuk
menghindari kematian jaringan (Gambar 2F).

A B C

D E F

Gambar 2. (A) Teknik insisi; (B) Luka irisan; (C). Pengeluaran timbunan darah; (D).
Pembersihan luka insisi (E). Proses penjahitan; (F). Hasil akhir Jahitan .

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan proses kesembuhan luka setelah dilakukan pembedahan pada hari
ke-1 s/d ke-4 luka insisi tampak lembab, sedikit bengkak, kemerahan, terasa hangat dan
terjadi respon sakit saat di palpasi. Kesembuhan luka masih pada fase inflamasi (Gambar 3).
Hari ke-5 s/d ke-20 terjadinya reepitelisasi, neovaskularisasi, dan pembentukan jaringan
granulasi pada luka insisi. Kesembuhan luka masuk pada fase proliferasi (Gambar 4). Hari
ke-21 luka mengering dan terbentuknya jaringan baru (kolagenasi) yang merupakan fase
akhir penyembuhan luka, yaitu maturasi (remodeling) (Gambar 5).
Peyembuhan luka memerlukan manajemen luka yang tepat (Gayatri, 1999).
Pemberian antibiotika, antiinflamasi, dan analgesik diperlukan untuk mengurangi resiko
infeksi dan mempercepat proses penyembuhan (Lostapa et al., 2016). Terapi antibiotika

723
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dengan cara menurunkan atau
mengeliminasi bakteri patogen sampai sistem pertahanan tubuh mampu megatasinya sendiri
(Plumridge, 1998). Obat yang memiliki efek kombinasi anti-inflamasi dan analgesik adalah
golongan NSAIDs (Goodman, 2007). Sistem kerja obat yaitu menurunkan produksi
prostaglandin dan tromboksan. Prostaglandin merupakan hasil metabolisme utama dari asam
arakhidonat yang dihambat oleh NSAIDs sehingga proses inflamasi dapat dihambat dan rasa
nyeri dapat ditekan (Zahra dan Corolla, 2017). Selain terapi pengobatan, makanan, vitamin,
dan pemberian zat-zat tertentu merupakan sumber nutrisi pada penyembuhan luka (Zulfa et
al., 2008).

Gambar 3. Kesembuhan Gambar 4. Kesembuhan luka Gambar 5. Kesembuhan


luka masih pada fase masih pada fase proliferasi luka masih pada Maturasi
inflamasi (remodeling).
Kesembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak
sel (Shenoy et al., 2009). Proses kesembuhan dan regenerasi sel terjadi secara otomatis
sebagai respon fisiologis tubuh (Ingold, 1993). Melibatkan proses seluler, fisiologis,
biokemis, dan molekuler yang menghasilkan pembentukan jaringan parut atau perbaikan
jaringan ikat (Velnar et al., 2009). Terdapat tigas fase kesembuhan luka yaitu inflamasi,
proliferasi (epitelisasi), dan maturasi (remodelling) (Nurani at al., 2015). Inflamasi akan
terjadi respon peradangan oleh sel pertahanan tubuh (Sihotang dan Yulianti, 2018).
Proliferasi terjadinya angiogenesis, epitelisasi, dan pembentukan jaringan granulasi
(Tonnesen et al., 2000). Maturasi terjadinya pembentukan jaringan penghubung seluler
(kolagenasi) dan penguatan epitel baru (Zulfa et al., 2008).

724
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

Respon peradangan tubuh pada luka ditandai dengan kemerahan (rubor) dan
kebengkakan (tumor) (Buckingham, 2004). Kemerahan merupakan bentuk perubahan
vascular pada respon inflamasi akut (Li et al., 2007). Kemerahan terjadi akibat vasokontriksi
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan dan vasodilatasi akibat pelepasan mediator
inflamasi dan sel mast sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah dan peyumbatan
lokal (Sjamsuhidajad dan Dejong, 2005). Vasodilatasi arteriol dan aliran darah meningkatkan
tekanan hidrostatik intravaskuler dan pergerakan cairan dari kapiler. Hilangnya cairan kaya
protein ke dalam ruang perivaskuler menurunkan tekanan osmotik cairan intertisial. Keadaan
ini mengakibatkan mangalirnya air dan ion ke dalam ekstravaskuler yang dapat diamati
dengan terlihatnya edema pada derah luka (Velnar et al., 2009).
Angiogenesis atau neovaskularisasi merupakan proses pembentukan pembuluh darah
baru (Cotran et al., 1999). Fibroblast Growth Factor (FGF) yang merupakan faktor
angiogenesis berpartisipasi dalam migrasi sel makrofag, fibroblast dan endotel pada jaringan
yang rusak dan migrasi epitel (Iozzo dan Antonio, 2001). Epitel bergerak dari tepi luka
dengan sel tepi luka bersifat fagositik untuk membersihkan debris dan plasma. Luka akan
lebih cepat mengalami epitelisasi apabila dipertahankan dalam kondisi lembab (Glat dan
Longaker, 1997). Epitelisasi menutup permukaan luka dan kontraksi merapatkan jarak antara
luka. Miofibroblas merupakan sel yang berperan dalam proses kontraksi. Miofibroblas
mengikat tepi luka dan menarik lapisan epidermis ke arah dalam sehingga tepi luka dapat
saling bertautan (Mallefet, 2008). Granulasi merupakan salah satu tanda penyembuhan luka
yang terlihat pada fase proliferasi (Mandal et al., 2015). Jaringan granulasi terdiri dari
fibroblas, pembuluh kapiler, makrofag dan serabut kolagen (Tonnesen et al., 2000). Serabut-
serabut kolagen dibentuk dengan kepadatan pengerutan yang semakin bertambah dengan
meningkatkan kekuatan potensial jaringan parut. Kolagen yang mengkerut dalam jaringan
ikat memberikan integritas penyembuhan luka dengan baik (Schwartz dan Symour, 2000).

SIMPULAN
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan klinis pada anjing kasus diperoleh
diagnosis hewan kasus mengalami aural hematoma. Tindakan penanganan yang dilakukan
menggunakan metode pembedahan teknik insisi dengan pembuatan drainasi terbuka.
Perawatan setelah pembedahan dilakukan dengan pemberian antibiotika, antiinflamasi dan
analgesik. Hasil pengamatan pada kesembuhan luka diperoleh terjadi proses kesembuhan
luka kea rah yang membaik.

725
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

SARAN
Menghindari infestasi ektoparasit pada anjing kesayangan anda merupakan salah satu
langkah efektif untuk mencegah terbentuknya aural hematoma, karena ektoparasit merupakan
penyebab utama kejadian kasus.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis ucapkan terimakasih kepada para dosen Laboratorium Bedah dan Radiologi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana atas bimbingan dalam penanganan kasus
dan penyusunan laporan, serta semua kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian
kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA

Beteg F, Muste A, Krupaci A, Scurtu L. 2011. Surgical treatment in dog auricular hematoma
(othematoma). Napoca Veterinary Medicine. 2(68): 38-42.
Blattler U, Herlin O, Mattison RG, Rampelberg F. 2007. Fibrin scalant as a treatment for
canine aural hematoma: a case history. The Veterinary Journal. 173(2): 697-700.
Buckingham RA. 2004. Hematoma of auricular in ear. Nose in throat disease a pocket
refrence, Ed2nd. New York. Pp:76.
Cotran RS, Kumar V, Collins T. 1999. Tissue repair: celluler growth, and wound healing. In:
robbins pathologic basis of disease, 6th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, Pp:
89-138.
Dharmawan NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner. Denpasar: Universitas Udayana
Hematologi Klinik. Hlm. 55,102
Eyarefe OD, Oguntoye CO, Emikpe BO. 2013. A preliminary report on aural hematoma
management with auricular pillow method. Journal of Global Veterinaria. 11(1): 44-
48.
Fossum TW, Hedlund CS, Hulse DA. 2002. Small animal surgery. 2nd ed. St. Louis, Mo:
Mosby. Pp: 246-250.
Gayatri D. 1999. Perkembangan manajemen perawatan luka: dulu dan kini. J Keperawatan
Indo. 2(8): 204-308.
Goodman. 2007. The farmacological basis of therapeutics, 8th ed. Millan Publishing
Company, 1990, Pp: 207-300.
Glat PM, Longaker MT. 1997. Wound healing. In: grabb and smith’s plastic surgery (eds:
Aston SJ, Beasley RW, Thorne CHM). 5th ed. Philadelphia: Lippincott-Raven
Publisher, Pp: 5-7.
Haithem AM, Farhagali, Kelany WM., Ebada M. 2011. Field survey on most common
medicinal and surgical diseases in police guard and explosive dogs from 11/ 2007- 2/
2010. Journal of American Science. 7(4): 816-826.
Harvey RG. 2005. Ear diseases of the dog and cat. American Journal of Veterinary. 66(21):
77-87.
Henderson RA, Horne RP. 2003. Textbook of small animal surgery. 3rd ed. Philadelphia, Pa:
Saunders. Pp:1737-1741.

726
Indonesia Medicus Veterinus November 2019 8(6): 719-727
pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637 DOI: 10.19087/imv.2019.8.6.719
online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/imv

Iozzo RV, Antonio JD. 2001. Heparin sulfate proteoglycans: beavy bitters in the angiogenesis
arena. Journal Clinical Investigation. 108(3): 49-55.
Ingold W. 1993. Wound therapy: growth agents as factor to promotes wound healing. Trends
Biotechnol 11. Pp: 387-392.
Joyce J, Day M. 1997. Immunopathogenesis of canine aural hematoma. Journal of Small
Animal Practice. 38(2): 152-158.
Kuwahara J. 1986. Canine and felin aural haematoma: clinical, experimental, and
clinicopathological observations. American Journal of Veterinary Research.
47(1):2300-2308.
Louis NG. 2004. Small Animal Ear Diseases. E-Book: an illustrated guide. 2nd ed. St. Louis,
Missouri: Sounders Elsevier. Pp:157.
Lostapa IWFW, Wardhita AAGJ, Pemayun IGAGP, Sudimartini LM. 2016. Kecepatan
kesembuhan luka insisi yang diberikan amoxicilin dan asam mefenamat pada tikus
putih. Buletin Veteriner Udayana. 8(2): 172-179.
Mallefet P. 2008. Mechanisms involved in wound healing. The Biomedical Scientist, Pp: 609-
615.
Mandal AM, Sene P, Manggang RKJ. 2015. A review on indian medicinal plants and their
role in wound healing activity. World Journal of Pharmaceutical Research. 4(6):
2204-2224.
Nurani D, Keintjem F, Losu FN. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan proses
penyembuhan luka pos sectio caesaria. Jurnal Imu Bidan. 3(1): 1-9.
Plumridge RJ. 1998. Cost of Antibiotics: delivery versus acquisition. Spectrum in General
Medicine. 1(1):1-4.
Schwartz, Symour I. 2000. Intisari prinsip ilmu bedah. Diterjemahkan oleh Linda
Chandranata. Jakarta (ID): EGC, hlm: 133-134
Shakeel M, Vallamkondu V, Mountain R, Hussain A. 2015. Open surgical management of
auricular haematoma: incision, evacuation, and mattress sutures. The Journal of
Laryngology & Otology. 129(5): 496-501.
Shenoy C, Patil MB, Kumar R, Patil S. 2009. Preliminar phytochemical investigation and
wound healing activity of allium cepa linn (liliaceae). International Journal of
Pharmaceutical Sciences. 2(2): 167-175.
Sihotang HM, Yulianti H. 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan
luka post sectio caesarea. Journal Care. 6(2): 175-183.
Sjamsuhidajad R, Dejong W. 2005. Buku ajar: ilmu bedah. Jakarta. EGC. Hlm. 67-72.
Sudisma IGN, Pemayun IGAGP, Wardhita AAGJ, Gorda IW. 2006. Ilmu bedah veteriner
dan teknik operasi. Universitas Udayana. Denpasar: Pelawa Sari.
Timothy, TK. 2002. Disease of the auricular externa in ballanger’s otorhinolaringology
head and neck surgery, Pp: 230-235.
Tonnesen MG, Feng X, Clark RAF. 2000. Angiogenesis in wound healing. JID Symposium
Procedings. 5(1): 40-46.
Velnar T, Bailey T, Smrkolj V. 2009. The wound healing process: an overview of the cellular
and molecular mechanisms. The Journal of International Medical Research. 37(5):
1528-1542.
Zahra AP, Corolla N. 2017. Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS): gastroprotektif vs
kardiotoksik. Majority. 6(3): 153-158.
Zulfa, Murachman E, Gayatri D. 2008. Perbandingan penyembuhan luka terbuka
menggunakan balutan madu atau balutan normal salin-povidone iodine. J
Keperawatan Indo. 12(1): 34-39.

727
Bulletin UASVM, Veterinary Medicine 68(2)/2011
pISSN 1843-5270; eISSN 1843-5378

Surgical Treatment in Dog Auricular Hematoma(othematoma)

Florin BETEG, MUSTE Aurel, KRUPACI Andrei, SCURTU Laura

University of Agricultural Sciences and Veterinary Medicine,Cluj Napoca,Romania


Faculty of Veterinary Medicine, Surgery Departament
BTG@email.ro

Abstract. Dog ear pathology has an important place in the cranial region disorders. By
anatomotopographical disposal the pinna ear dog is vulnerable exposed to traumatic external
agents,inert or animated that can cause various injuries on the ear pinna region(wounds,
contusions, hematoma, vasculocutaneous tear).Aural hematoma is clinically traduced by the
presence of collection within cartilage plate of the ear, that are initially fluid, soft, fluctuating,
but later due to resorption and fibrosis become more firm and reduce it size and volume. For
surgical treatment of ear hematomas were described several techniques (4). Goals of surgery
are to remove the hematoma, prevent recurrence and to maintain natural and aesthetic
appearance of the ear pinna use. The most common procedure is incision of the parietal tissue
of hematoma, evacuation clots of blood and fibrin and to fix cartilage untill scar tissue
formation.

Key words: dog, auricular hematoma, surgical treatment

INTRODUCTION

Aural hematoma or othematoma in dogs is a traumatic condition located at ear pinna,


clinically traduced by the presence of fluctuating hematogenous collections, disposed on the
external(convex) face, that occurs cosecutive of the tear or cut off the blood vessels located
between the cartilage and cutis ear (4).
Othematoma in dog, itself has been studied, but there is divided opinion regarding optimal
time of treatment, surgical technique preferred(1), when to suppress the suture, if drainage is
necessary, if is necessary to perform a protective bandage and for pinna ear reshaping(2).
The purpose of present work was to identify the surgical procedure which applied to
the right time to give the best results and to preserve cosmetics and aesthetic aspects specific
to affected breed, by avoiding the unwanted complications such as wound dehiscence and the
appearance of mutilated coloboma.

MATERIALS AND METHODS

Research and our observations were performed on a number of 15 dogs, different


breed and age, presented for diagnosis and treatment at the Surgery Clinic of Faculty of
Veterinary Medicine, Cluj Napoca, respectively originating from veterinary clinics, between
October 2008 - 2011. Dogs in the study were diagnosed with aural hematoma (othematom)
unilaterall, with a multiple causality (bite, tear, crushing, hanging, otitis).
Somewhat arbitrary, subsequent clinical screening, for surgical treatement, clinical cases were
devided (depending on the presentation time for clinical diagnosis) in two groups as follows:

38
a.Precocious surgical intervention group (less than 3 days after othematoma producing)
b.Tardive surgical intervention group (over 3 days after othematoma producing)
Preoperative we performed aseptical preparation of pinna of the ear affected ear, by
clipping at both sides (convex and concave) and shaving hair after a good moisturising the
region with antiseptic soap.
Surgical treatement of the auricular hematoma.
Anesthetic protocol was done by neuroleptanalgesia (NLA) with acepromazine
(Vetranquil 1%) and 10% ketamine. Anesthetic medication was administered intramuscularly
according to the following protocol: initially we administered acepromazine i.m. 1mg/kc,
followed by Ketamine 10 minutes after acepromazine administration. The dose of ketamine
administered was 10 mg / kc.
Chemical antisepsia of the ear pinna we realized very careful to reduce microbial
load on the cutaneous layer.We did first application of Betadine solution and then wiped the
pinna with dry sterile swab to remove excess solution and evantuale foreign bodies
(hair).Finally we realized again chemical antisepsia with ticture iodine or isopropylic
alcoohol.
Apply a sterile swab in the external orifice of the ear to prevent overflow of
othematoma content in the ear canal. This preparatory time is required to be performed before
even by chemical antisepsia ot tha pinna, because any liquid or discharge that reaches the ear
canal may be complicated by disease of the external or middle ear(3).
"S" shaped incision of the skin and cartilage on the concave (internal) along the length
of the auricular hematoma(3). Incision performed with the scalpel, starting from the base of
the ear and going to the top of the ear, by moderate pressure to avoid sectioning the skin on
the convex side (external) of pinna(4).Incision edges were plain to prevent formation of
adhesions which cause further changes of the ear aspect (fig. 1).

Fig. 1. S- shape drainage incision of aural hematoma

Drainage of the auricular hematoma content, was performed after opening the parietal
incision(5). Depending on the length of evolution, content drain spontaneously partial in the

39
opening, completed with digital compression from exterior for a more complete
drainage(fig. 2).

Fig. 2. Digital compression from exterior to drainage the content

Othematoma cavity lavage after drainage.After removal of the othematoma content for
stripping of all debris, clots and tissue fluids, we performed a lavage with saline, and
sometimes used hydrogen peroxide.
Suture pexy of the pinna structure. Suture technique applied is defining performance in
obtaining the earliest possible healing without complications and to preserve the phenotypic
appearance of the patient. The suture was performed with 3-0 Prolene not resorbable,
monofilament with needle.Suture was a total perforating suture ( skin on the face of internal -
concave, cartilage and skin of the external-convex face) in separate points, applied parallel to
the axis of the pinna and parallel with major vessels(5).Applied suture points were 0.5 to 0.75
cm loop length, with the appearance of a "U" vertical. (fig. 3a and 3b).We apllied many
sutures to avoid pocket formation in which fluids can accumulate(4,6). The distance between
two adjacent points was a maximum 1cm.

a b
Fig.3. Performing suture of pinna structure

40
Suture points were applied over the whole surface of the pinna which was affected by
othematoma.
Daily was performed postoperative monitoring of general status of the patient, local
antisepsia of the suture pexy(4), respectively of the incision drainage, using appropriate
tampons soaked in saline or hydrogen peroxide.

RESULTS AND DISCUSSIONS

As a result of surgical treatmentof auricular hematoma all 15 dogs undergoing well


the surgery, assisted by an adequate general anesthesia, which ensured operative confort and
conducting surgical maneuvers in good condition. Also operate all dogs evolved favorable
postoperative.
Preoperative protocol compliance, preparing animals for surgery, conduct surgical
maneuvers as described protocol, led to successful intervention, while the othematoma
surgery incumbent difficulties, risks and unforeseen events both intraoperatively and
especially in the postoperative evolution. Postoperative clinical evolution was conducted also
under normal conditions as a result of conduct and compliance with postoperative therapy.
Regarding the postoperative results of surgery in aural hematoma, postoperative
evolution we can affirm that were monitored for 21 days. We planned this monitoring period
because literature data are duabile and most of them require maintenance of the pinna pexy
suture for 21 days and suture removal should be made after that time. This determined us to
design the study to take into account these elements to see in surgical technique applied the
minimum necessary to maintain pinna suture. Therefore cases were monitored daily in the
first five days postoperatively and then at 7 days and 14 days after surgery. In the first five
days after the surgery we found a moderate increase in body temperature by 0.3 to 0.5 C.
The clinical examination of the ear pavilion in all cases we found an increased
sensibility or pain, the animals reacted significantly to topical treatment maneuvers of the
suture and drainage incision. Sensibility and pain persisted in most cases until day 3-5 after
surgery, then painful phenomena disappeared and started itching, accompanied by a
scratching tendency within 3 days postoperatively. At the pinna ear was found a slight
inflammatory swelling and from the incision drainage a serous fluid. Oedema and secretion
persisted until 3rd day postoperative, on day 5 to a crust was present, and on day 7 the crust
was well consolidated and when trying lift it, remained a simply denudated surface, with
slight bleeding.At 7 days after surgery, ear position is normal, respecting specific profile of
breed and congener ear.
We had no cases of postoperative surgical infection or other complications regarding
wound dehiscence. In two cases we observed a reaction of rejection a few sutures in day 5-10
with yellow exudate expressing an aseptic character. Rejection phenomenon was controlled
by local antisepsiawith Betadine solution after draining the fluid expressed, and for sutures
that rejection phenomena were not attenuated in 48 hours we have suppressed the suture. 3-0
Prolene suture that Iused were very well tolerated, to 14 days healing process is completed.
Suppression of suture was performed in the 14th OR 15th postoperative days.

CONCLUSIONS

• Auricular hematoma(othematoma) is a traumatic collection located on the convex face of


the auricular pinna, which occurs in most breeds of dogs regardless of age, sex, genaral
status.

41
• Auricular hematoma(othematoma) is a condition if is not adequately treated, unaesthetic
ear sequelae results, and compromise the phenotypic appearance breed specific.
Surgical technique described in this study provide successful healing without unaesthetic
postoperative complications.
• Large incision, completely drainage, on time and correctly suture pexy performed and
applied, complete with control and monitoring of patients healing,are the key elements of
successful surgical treatement.
• Precocious drainage of the aural hematoma, regardless of its cause, leads to the limitation
of postoperative complications wich compromise aesthestic and cosmetic appearance of
the breed-specific.

REFERENCES

1. AITHAL HP, KINJAVDEKAR P, AMARPAL, MAITI SK, PAWDE AM, SINGH GR.
2000, Treatment of aural haematoma with local administration of dexamethasone in dogs.
Indian Veterinary Journal, 77, 619-621.
2. BOJRAB, MJ, CONSTANTINESCU, GM., 1998,: Sutureless technique for repair of aural
hematoma. Baltimore, Williams and Wilkings, 97-98.
3. CHAKRABARTI A, PAL B, DAS B., 1994, Treatment of a hematoma in the dog. A non
surgical approach. Indian Veterinary Journal, 71 (10), 1229-1230.
4. FOSSUM THERESA WELCH, H. B. SEIM III, C S. HEDLUND, A. L. JOHNSON, K.
S. SCHULZ, M. D. WILLARD, A. BAHR, G. L. CARROLL, 2002, - Small animal
surgery, p.307-310, Mosby Elsevier
5. SOBTI VK, SINGH KI, SAINI NS, SHARMA SN., 1994, A simple surgical technique
for treatment of aural haematoma in dogs – analysis of 50 clinical cases. Indian
Veterinary Journal, 71, 1030-1031.
6. SWAIM, SF, BARDLEY, DM., 1996, Evaluation of closed suction drainage for treating
auricular hematomas. Journal of the American Animal Hospital Association, 32, 36-43.

42

Anda mungkin juga menyukai