Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HEMOSTASIS

RUMPLE LEED

DISUSUN OLEH :
1. ANASTASIA N ( NIM. RPL 1913453104 )
2. ELIYANA ( NIM. RPL 1913453110 )
3. NURWIDAYANTI ( NIM. RPL 1913453122 )
4. YUNITA ( NIM. RPL 1913453133 )

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


PROGRAM RPL PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena
berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami akan
menyajikan makalah yang berjudul Rumple Leed secara sederhana agar dapat
mudah dipahami. Dikarenakan waktu yang sangat singkat dan pengetahuan kami
tentang Hemostasias sangat sedikit sehingga kami tidak dapat menyajikan
makalah ini dengan secara sangat lengkap akan tetapi kami menyajikan makalah
ini dengan maksimal.
Kami menyadari walaupun kami berusaha menyajikan makalah ini dengan
maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik dan saran
dari Ibu, teman-teman, dan siapapun yang membaca makalah ini, sehingga dengan
saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah
selanjutnya dan dalam kehidupan kami agar tetap terus berusaha untuk lebih baik.
Sekian kata pengantar dari kami apabila ada kata yang salah kami mohon
maaf. Sekali lagi kami mengatakan kami sangat berharap saran dan kritik agar
kami dapat menjadi lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung , Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Prinsip Pemeriksaan ..................................................................1
C. Tujuan Pemeriksaan ..................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Rumpel Leed................................................................................
.Alat Pemeriksaan ...........................................................................2
a. Prosedur ............................................................................... 2
b.Interpretasi Hasil ................................................................... 2
c. Faktor-faktor yang mempengarui hasil ................................ 2

PENUTUP
E.Kesimpulan .................................................................................. 4

iii
DAFTAR PUSTAKA

Adang Durachim,Dewi Astuti ,Hemostasis ,Bahan Ajar Teknologi Laboratorium


Medik (TLM), Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan ,Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Edisi
Tahun 2018

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemostasis merupakan proses penghentian perdarahan secara spontan dari
pembuluh darah yang mengalami kerusakan atau akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi apabila endothelium yang melapisi
pembuluh darah rusak atau hilang. Proses hemostasis ini mencakup pembekuan
darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta
protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan
bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang
mengalami kerusakan sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu.
Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan pada proses pembentukan agregasi trombosit yang masih
awal, masihlonggar dan bersifat sementara pada tempat luka. Trombosit
akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan
oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade peristiwa koagulasi pada
tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif
lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan
adanya fibrinogen, trombosit kemudian melakukan proses agregasi untuk
membentuk sumbat hemostatik ataupun trombus.
2. Pembentukan jaring atau benang-benang fibrin yang terikat dengan
agregat trombosit sehingga terbentuk sumbatan hemostatik atau trombus
yang lebih kuat dan lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombus oleh plasmin.
Sumbatan Hemostatik :
1. Sumbat hemostatic atau Trombus yang berwarna putih tersusun dari
trombosit serta fibrin dan sedikit mengandung beberapa sel-sel darah
lainnya seperti eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah
yang abnormal sehingga kelihatan berwarna kurang merah, khususnya
didaerah dengan aliran yang cepat seperti arteri.
2. Sumbat hemostatic atau Trombus yang berwarna merah terutama terdiri
atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan perlambatan atau
stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombus
ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang
abnormal bersama dengan sumbat trombosit yang mengawali
pembentukannya.
3. Benang-benang fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/pembuluh darah
yang amat kecil.
Proses hemostasis merupakan proses pencegahan perdarahan pada tubuh
yang dipengaruhi oleh vaskular, trombosit, faktor pembekuan darah dan
fibrinolisis. Pembuluh darah pada tubuh manusia terdiri atas pembuluh darah
arteri, vena dan kapiler.
Pembuluh darah arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah
dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri membawa eritrosit yang
mengandung oksigen ke seluruh tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang membawa
eritrosit yang banyak mengandung karbondioksida. Pembuluh darah arteri terkecil
yang berhubungan dengan pembuluh darah kapiler disebut arteriola. Pembuluh
darah vena bertugas membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung. Pembuluh
darah vena membawa darah kaya akan karbondioksida, kecuali vena pulmonalis
yang membawa ertirosit kaya akan oksigen. Pembuluh darah vena terkecil yang
berhubungan dengan pembuluh darah kapiler disebut venula.
Pembuluh darah kapiler merupakan pembuluh darah yang menghubungkan
antara pembuluh darah arteriol dan venula , dimana eritrosit melakukan
pertukaran oksigen dan korbondioksida pada seluruh jaringan tubuh. Dikarenakan
perbedaan dari komposisi oksigen dalam darah, darah arteri berwarna lebih terang
dibandingkan darah vena. Fungsi yang berbeda tersebut mempengaruhi struktur
dari pembuluh darah arteri, vena dan kapiler. Pembuluh darah arteri mempunyai
dinding pembuluh darah yang tebal dikarenakan darah yang mengalir pada
pembuluh darah arteri memiliki tekanan yang tinggi akibat kontraksi jantung.
Dinding pembuluh darah vena lebih tipis dibandingkan pembuluh darah arteri,
dan memiliki katup yang mencegah aliran darah kembali ke organ tubuh.

2
Pembuluh darah kapiler merupakan pembuluh darah yang memiliki satu lapis sel
yang menghubungkan antara arteriol dan venula.
Ketika terjadi perlukaan pada pembuluh darah, maka proses hemostasis
pertama adalah vasokonstriksi. Vasokonstriksi merupakan penyempitan pembuluh
darah dikarenakan adanya kontraksi otot lunak tunica intima. Vasokontriksi
mengurangi aliran darah pada daerah luka dan mengurangi hilangnya darah.
Untuk mengetahui fungsi vaskular pada proses hemostasis,maka dapat dilakukan
pemeriksaan rumple leed
Trombosit merupakan komponen darah yang dihasilkan dari pecahan
megakariosit, mempunyai ukuran 2-4 μL. Trombosit mempunyai masa hidup
selama 10 hari dalam sirkulasi darah

Gambar 1.1 Pembentukkan trombosit

3
Gambar 1.2 Pembentukkan sumbat trombosit pada perlukaan pembuluh darah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Rumple leed


Seperti yang anda pelajari pada bab sebelumnya, ketika terjadi perdarahan,
maka pembuluh darah akan mengeluarkan zat-zat seperti serotonin, epinefrin,
dan5-hidroksitriptamin sehingga pembuluh darah akan menyempit (vasokontriksi)
yang menyebabkan volume darah yang keluar dari tubuh menjadi lebih sedikit
Untuk menilai kemampuan vaskular pada tubuh seseorang terhadap mekanisme
tersebut, maka dapat dilakukan pemeriksaan rumple leede dan masa perdarahan.

Gambar 2.1.Vasokontriksi pembuluh darah


Pemeriksaan rumple leede merupakan pemeriksaan dimana pembuluh darah
dibendung menggunakan spignomanometer pada tekanan tertentu selama 10
menit. Apabila pembuluh vaskuler tidak kuat menahan tekanan yang diberikan,
maka darah akan akan keluar dari pembuluh darah dan terlihat sebagai bercak
merah pada permukaan kulit (petechia) (Gambar 66).Tekanan darah pada saat
pembendungan merupakan nilai tengah antara tekanan darah sistole dengan
diastole.
Contoh : Pemeriksaan tekanan darah seorang pasien yang akan melakukan
pemeriksaan rumple leede adalah 120/80 mmHg (sistole 120 mmHg, diastole 80
mmHg), maka tekanan spigmomanometer pada uji rumple leede =120+802= 100
mmHg.

5
Gambar 2.2 Petechia dan purpura
Pada pemeriksaan rumple leede hasil positif dapat diketahui jika pada
lingkaran berdiameter 5 cm, kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti terbentuk
petechia (bercak merah) sebanyak lebih dari 10 petechia.Hasil positif juga dapat
disimpulkan apabila terdapat banyak pechia pada bagian daerah distal sekitar
pergelangan tangan. Hasil positif memperlihatkan bahwa kemampuan vaskuler
pasien tidak baik ketika terjadi tekanan pada pembuluh darah.
Hasil negatif dapat disimpulkan apabila tidak terdapat petechia pada
lingkaran berdiameter 5 cm, kira-kira4 cm distal dari fossa cubiti. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kemampuan vaskuler pasien tersebut baik, ketika terjadi
tekanan pada pembuluh darah. Hasil pemeriksaan rumple leede tidak hanya
dipengaruhi oleh kemampuan vaskular, akan tetapi dipengaruhi juga oleh jumlah
dan fungsi trombosit. Pada pemeriksaan rumple leede, pembuluh vaskuler ditekan
pada tekanan tertentu menggunakan spigmomanometer, ketika pembuluh darah
tidak kuat menahan tekanan, maka darah akan keluar dari pembuluh darah dan
terlihat sebagai bercak merah. Hal tersebut dapat dihambat apabila pasien tersebut
mempunyai trombosit dengan jumlah dan fungsi yang normal/baik. Ketika darah
akan keluar dari pembuluh darah, maka trombosit akan membentuk sumbat
trombosit, sehingga tidak terlihat petechia pada permukaan kulit pasien. Akan
tetapi ketika jumlah ataupun fungsi trombosit tidak berfungsi normal, maka akan
lebih mudah terbentuk petechia.
Uji rumple leede dapat positif ketika dilakukan pada pasien dengan
kondisi trombositopenia, seperti pasien demam berdarah. Uji tidak boleh
dilakukan apabila sebelum pelaksaan pemeriksaan, pasien sudah mengalami
pupura atau ekimosis. Apabila uji rumple leede dilakukan setelah pemeriksaan

6
masa perdarahan metode Ivy, maka waktu pembendungan dilakukan selama lima
menit.

B. Prinsip Pemeriksaan Rumple Leed


Dilakukan pembendungan pada pembuluh darah vena, sehingga tekanan
darah dalam pembuluh kapiler meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan
menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga
nampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit, yang disebut dengan
Petechia

. Gambar 2.3 Petechia dan purpura

C. Tujuan Pemeriksaan Rumple Leed


Pemeriksaan Rumple leed dilakukan untuk menguji ketahanan dinding
pembuluh darah kapiler. Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi juga oleh jumlah dan
fungsi trombosit. Kondisi trombositopenia dapat menyebabkan hasil rumple leed
positif. Pada pasien yang telah memiliki purpura secara spontan, percobaan ini
tidak perlu dilakukan.

D. Alat Pemeriksaan Rumple Leed


Pada pemeriksaan rumple leed disiapkan alat-alat sebagai berikut:
Spygmomanometer, Timer/jam, Penggaris, dan Ballpoint. Sebelum digunakan,
alat-alat tersebut harus dipastikan bekerja dengan baik.

7
E. Prosedur Pemeriksaan Rumple Leed

1. Alat disiapkan.

2. Tekanan darah pasien diperiksa terlebih dahulu untuk menentukan tekanan


sfigmomanometer selama uji rumple leed.

3. Sfigmomanometer dipasang di lengan atas dan dipompa hingga nilai tengah


hasil penambahan tekanan sistolik dan diastolik (misalkan tekanan sistolik 80
mmHg dan diastolik 120 mmHg, maka tekanan sfigmomanometer selama uji
rumple leed adalah 100 mmHg ; ((80 + 120) : 2)
4. Tekanan ditahan selama 10 menit (jika uji dilakukan pada lengan yang sama
setelah tes masa perdarahan metode Ivy, maka tekanan ditahan selama 5 menit).

5. Ikatan spygmomanometer dilepaskan setelah masa pembendungan selesai,


lengan yang dibendung dibiarkan hingga kondisi lengan statis (warna lengan
serupa dengan lengan yang tidak dibendung).

6. Adanya Petechia (bercak merah) dihitung pada lingkaran dengan diameter 5


cm, kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

Gambar2.4 Lingkar daerah baca petechia pada pemeriksaan rumple leed

F. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Rumple Leed


Dalam keadaan normal, jumlah Petechia di dalam lingkaran kurang dari atau sama
dengan 10. Hasil rumple leed dinyatakan positif jika dalam lingkaran terdapat >
10 petechia. Apabila jauh pada bagian distal lengan terbentuk banyak petechia,
maka hasil dilaporkan positif.

8
G. Faktor- Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Rumple
Leed.
Hasil pemeriksaan rumple leed dipengaruhi oleh kondisi klinis ataupun
pengerjaan uji mulai dari pra analitik hingga paska analitik. Kondisi klinis pasien
dengan keadaan vaskular yang kurang baik, jumlah trombosit serta fungsi
trombosit yang kurang dari nilai normal akan menyebabkan petchia mudah
terbentuk. Hal tersebut dikarenakan ketika sfigmomanometer dipasang pada
tekanan tertentu, maka pembuluh darah akan mengalami tekanan lebih dari
kondisi normal. Apabila kondisi vaskular kurang baik, maka darah akan
merembes keluar ke jaringan akibat dari tekanan sfigmomanometer. Rembesan
darah dapat dihindari apabila jumlah dan fungsi trombosit baik, karena ketika
akan terjadi rembesan, trombosit akan membentuk sumbat trombosit, sehingga
darah tidak keluar ke jaringan dan petechia tidak terbentuk.

Pada proses uji rumple leed persiapan alat akan mempengaruhi, ketika
tekanan sfigmomanometer tidah stabil, maka tekanan dapat menurun ketika proses
uji. Hal tersebut dapat menyebabkan tekanan darah tidak sesuai dengan SOP,
sehingga stimulus pembentukkan petchia tidak sesuai SOP. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan hasil rumple leed negatif palsu. Pada tahap analitik, penetapan
daerah hitung petechia serta pengenalan ATLM terhadap petechia sangat
mempengaruhi hasil. Petechia tidak boleh dihitung pada daerah lipatan siku (<4
cm distal dari fossa cubiti), karena pada bagian tersebut tekanan
sfigmomanometer lebih besar, sehingga akan lebih mudah terbentuk petchia.
Perhitungan petechia di sekitar lipat siku dapat menyebabkan interpretasi positif
palsu. Pengenalan ATLM terhadap petechia juga sangat mempengaruhi hasil,
karena jika tidak mengetahui bentuk petchia maka akan menyebabkan kesalahan
interpretasi hasil. Ukuran lingkar daerah baca juga harus ditentukan dengan tepat,
jika kurang dari atau lebih dari 5 cm maka akan menyebabkan kesalahan
interpretasi hasil. Selain melihat daerah baca disekitar lingkaran, ATLM juga
harus melihat bagian voler lengan, jika banyak terdapat petechia, maka hasil uji
rumple leed positif. Kesalahan paska analitik terjadi ketika terjadi kesalahan
penulisan hasil uji, oleh karena itu penulisan hasil harus dilakukan dengan teliti
sesuai dengan hasil uji

9
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan rumple leed merupakan uji terhadap kemampuan vaskular pada


proses hemostasis

2. Selain kondisi vaskular, uji rumple leed dipengaruhi oleh jumlah dan fungsi
trombosit
3. Uji rumple leed dinyatakan positif apabila Petechia di dalam lingkaran lebih
dari 10 atau apabila jauh pada bagian distal lengan terbentuk banyak petechia,
maka hasil dilaporkan positif.

4. Uji rumple leed dipengaruhi oleh kondisi klinis ataupun pengerjaan uji mulai
dari pra analitik hingga paska analitik

10
11

Anda mungkin juga menyukai