Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KELOMPOK

KLINIK RUTIN

“TRANSUDAT DAN EKSUDAT”

OLEH

Kelompok 5 :

MUH. RACHMAN H. J (Ketua) (P00341017079)


ERIN SYAHRANI AR (P00341017062)
HAERUN SAPUTRA (P00341017066)
HERJIANA TOMALILI (P00341017067)
MIEN ASRHA SUHARDIN (P00341017076)
RIZKY AMALIA PUTRI (P00341017090)
SHAMSUL (P00341017091)
SITI NUR KHOLIFAH (P00341017092)
SRI MULIA ELNINA NINGSIH (P00341017094)
SUCI RAHMAWATI (P00341017096)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TINGKAT II B
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat merampungkan
penyusunan makalah KLINIK RUTIN dengan judul "TRANSUDAT DAN
EKSUDAT”.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin di upayakan dan didukung
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam merampungkan makalah ini, terutama kepada ibu
Susanti, SST.,M,Kes selaku dosen pengampuh mata kuliah klinik Rutin.
Namun tidak lepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.

Kendari, 27 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Singkat Transudat Dan Eksudat ............................................... 3
2.2 Mekanisme Pembentukan Transudat Dan Eksudat ............................ 7
2.3 Cara Pengambilan Sampel Transudat Dan Eksudat ........................... 8
2.4 Pemeriksaan Makroskopik Transudate Dan Eksudat ......................... 9
2.5 Pemeriksaan Mikroskopik Transudate Dan Eksudat ......................... 12
2.6 Pemeriksaan Kimia Transudate Dan Eksudat .................................... 14
2.7 Pemeriksaan Bakterioskopi Transudate Dan Eksudat ........................ 17
2.8 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan ................................................... 19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung
sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat ump dalam rongga serosa
perikardium rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas
agar membran-membran yang dilappisi mesontel dapat bergerak tampa
geseran. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan
berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh
gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis,dsb), sedangkan
exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau exudat
bermaksud untuk menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk
mendapat keterangan tentang causanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian transudate dan eksudat?
2. Apa perbedaan transudat dan eksudat?
3. Bagaimana jenis-jenis transudat dan eksudat?
4. Bagaimana mekanisme pembentukan transudat dan eksudat?
5. Bagaimana cara pengambilan sampel transudat eksudat?
6. Bagaimana pemeriksaan makroskopik transudate dan eksudat?
7. Bagaimana pemeriksaan mikroskopik transudate dan eksudat?
8. Bagaimana pemeriksaan kimia transudate dan eksudat?
9. Bagaimana pemeriksaan bakterioskopi transudate dan eksudat?
10. Apa hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pemeriksaan transudate dan
eksudat?

1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian transudate dan eksudat.
2. Untuk mengetahui perbedaan transudat dan eksudat.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis transudat dan eksudat.
4. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan transudat dan eksudat.
5. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel transudat eksudat.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan makroskopik transudate dan eksudat.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan mikroskopik transudate dan eksudat.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan kimia transudate dan eksudat.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan bakterioskopi transudate dan eksudat.
10. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pemeriksaan
transudate dan eksudat.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin, sehingga dapat memenuhi tugas Klinik Rutin yang
diberikan dan sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan
pengetahuan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI SINGKAT TRANSUDAT DAN EKSUDAT


A. Pengertian Transudat Dan Eksudat
a) Transudat
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang
terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya
protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan
proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada
umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan
protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita
hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan
serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh
kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa
radang.
b) Eksudat
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat
jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-
4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas
vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul
besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula
dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan
emigrasinya.
Eksudat merupakan substansi yang merembes melalui
dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa
nanah.

3
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon
tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan
oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri
(eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh
gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis
dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.),
sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.

B. Perbedaan Transudat Dan Eksudat


Ciri-ciri transudat spesifik ; cairan jernih, encer, kuning
muda, berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari
1018, tidak menyusun bekuuan (tak ada fibrinogen), kadar protein
kurang dari 2,5 g/dl, kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam
plasma darah, jumlah sel kecil dan bersifat steril.
Ciri-ciri eksudat spesifik ; keruh (mungkin berkeping-keping,
purulent, mengandung darah, chyloid,dsb.), lebih kental, warna
bermacam-macam, berat jenis lebih dari 1018, sering ada bekuan
(oleh fibrinogen), kadar protein lebih dari 4,0 g/dl, kadar glukosa jauh
kurang dari kadar dalam plasma darah, mengandung banyak sel dan
sering ada bakteri.
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya
sebagian sifat transudat dan sebagian eksudat lagi sifat eksudat,
sehingga usaha untuk membedakan antara transudat dan eksudat
menjadi sukar.

4
Perbedaan Transudat dan Eksudat:

Keterangan: Transudat: Eksudat:


Rivalta - +
Berat jenis < 1,016 > 1,016
Kadar protein < 3 gr / 100 cc > 3 gr / 100 cc
Protein plasma < 0,5 > 0,5
LDH < 200 IU > 200 IU
LDH plasma < 0,6 > 0,6
Lekosit < 1000 / mm3 > 1000 / mm3

Hitung jenis
PH < 50% limfosit
>7,3 > 7,3
< 50% limfosit
leukosit
Glukosa ≤ plasma < plasma
Amilase = plasma >plasma
Alkali fosfatase >75 u > 75 u

C. Jenis-Jenis Transudat Dan Eksudat


a) Jenis – jenis Transudat (Regina, 2011)
1. Hidrotoraks
2. Hidroperikardium
3. Hidroperitoneum
4. Hidroarrosis
b) Jenis – jenis Eksudat (Regina, 2011) :
1. Eksudat non seluler
1) Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir
terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan
sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada dasarnya
terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh
darah yang permiable dalam daerah radang bersama-

5
sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh
eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.
2) Eksudat fibrinosa
Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang
dikeluarkan dari pembuluh terkumpul pada daerah
peradangan yang mengandung banyak fibrinogen.
Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit
sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu
mengambil nafas.
3) Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas
membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat
mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan
eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi sel
bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Contoh
eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana
adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi
pemafasan bagian atas.

2. Eksudat Seluler ( Eksudat netrofilik)


Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai
adalah eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil
polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak.
Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat
purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.

3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan
nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai
dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen

6
yang terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,
eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,
eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

Bentuk-bentuk Eksudat (Regina, 2011):


1. Serous
2. Fibrinous
3. Haemorrhagis
4. Purulent
5. Berbentuk kombinasi

2.2 MEKANISME PEMBENTUKAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT


Di dalam rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan
yang berfungsi sebagai pergerakan alat-alat di dalam rongga tersebut.
Dalam keadaan normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan
cairan ekstravaskuler, disini terdapat keseimbangan antara tekanan koloid
osmotic plasma dan tekanan hidrostatik yang mendorong cairan kedalam
jaringan yang menyebabkan cairan tetap tinggal dalam pe mbuluh darah.

Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya :


a. Tekanan hidrostatik meningkat
b. Tekanan koloid osmotic
c. Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik

Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu


dan pengumpulan cairan di ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti
air, elektrolit, dan kristaloid akan berdifusi secara cepat melewati plasma
darah, sehingga terjadi penumpukan cairan, proses ini disebut dengan
istilah ULTRAFILTRASI.

Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan


peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah.

7
Transudat eksudat dapat terjadi pada :
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Gagal jantung

2.3 CARA PENGAMBILAN SAMPEL TRANSUDAT EKSUDAT


Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista,
hidrocele,dsb.) didapat dengan mengadakan fungsi. Karena tidak dapat
diketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat,
haruslah pertama-tama syarat bekerja steril diindahkan dan kedua untuk
menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi
selain penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan
penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril.

Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung :


Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriolog
Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin
Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia.

Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan


cairan tidak boleh seluruhnya karena (Anggraheni, 2011):
1. Untuk menghindari terjadinya shock.
2. Pada cairan ascites banyak mengandung protein.

Guna pemeriksaan :
1. Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
2. Mengusahakan mencari penyebabnya

Syarat pemeriksaan :

8
Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjjadi desintegrasi,
oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah
pemeriksaan cytology.

2.4 PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK TRANSUDAT DAN EKSUDAT


A. Tujuan Pemeriksaan
a) Volume : Mengetahui volume sampel
b) Warna : Mengetahui warna sampel
c) Kekeruhan : Mengetahui tingkat kekeruhan sampel
d) Bau : Mengetahui bau khas sampel
e) Berat jenis : Mengetahui berat jenis sampel
f) Bekuan : Mengetahui jenis bekuan pada sampel

B. Prinsip Pemeriksaan
a) Volume :
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur
dan hasilnya dibaca setinggi miniskus bawah.
b) Warna :
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm
secara visual dengan cahaya terang.
c) Kekeruhan :
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara
visual dengan cahaya tembus.
d) Bau :
Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman.
e) Berat Jenis :
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi
miniskus bawah.
f) Bekuan :
Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa.

9
C. Alat
a) Volume b) Warna
1. Gelas ukur 1. Tabung Reaksi
2. Beaker glass 2. Corong
3. Corong
c) Bau d) Kekeruhan
1. Beaker glass 1. Tabung Reaksi
2. Corong
e) Berat Jenis f) Bekuan
1. Beaker glass 1. Beker Glass
2. Gelas ukur 2. Batang Pengaduk
3. Urinometer 3. Pipet Tetes

D. Bahan
a) Volume : Cairan transudat eksudat.
b) Warna : Cairan transudat eksudat.
c) Bau : Cairan transudat eksudat.
d) Kekeruhan : Cairan transudat eksudat.
e) Berat Jenis : Cairan transudat eksudat.
f) Bekuan : Cairan transudat eksudat.

E. Cara Kerja
a) Volume
1. Masukkan cairan dalam beacker glass.
2. Tuang cairan dari becker glass ke dalam gelas ukur.
3. Lihat volume cairan yang ada pada gelas ukur pada miniskus
bawah.
b) Warna
1. Masukkan cairan kedalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
2. Amati warna cairan secara visual dengan sikap serong.
c) Bau
1. Masukkan cairan kedalam beacker glass.

10
2. Dekatkan kearah hidung dan kibas-kibaskan dengan tangan ke
arah hidung.
d) Kekeruhan
1. Masukkan cairan ke dalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
2. Amati kekeruhannya pada sikap serong dengan cahaya terang.
e) Berat Jenis
1. Masukkan cairan ke dalam becker glass.
2. Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml.
3. Masukkan urinometer dalam gelas ukur.
4. Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi
miniskus bawah.
f) Bekuan
1. Masukkan sampel kedalam beaker glass.
2. Pipet caian dengan pipet tetes.
3. Keluarkan cairan dari pipet tetes.
4. Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-).
5. Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+).
6. Adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping,
berbutir,sangat halus.

F. Interpretasi Hasil
a) Warna
Transudat : kuning muda
Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya
Hijau : bilirubin
Merah : darah
Putih kekuningan : pus
Putih susu : chylus
Biru kehijauan : bakteri pyogenes

11
b) Bau
Transudat : tidak khas
Eksudat : bau busuk (infeksi bakteri).

c) Kekeruhan
Transudat : jernih
Eksudat : agak keruh

d) Berat Jenis
Transudat : 1006- 1015
Eksudat : 1018 – 1030

f) Bekuan
Transudat : (-) tidak terjadi bekuan
Eksudat : (+) terjadi bekuan

2.5 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK TRANSUDAT DAN EKSUDAT


Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti
lain seperti sel mesotel, sel plasma, dsb saja).

A. Menghitung jumlah leukosit


Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk
menghitung jumlah leukosit. Tindakan ini baiklah hanya dilakukan
dengan cairan yang jernih atau yang agak keruh saja.
Pada cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk
menghitung jumlah leukosit dalam cairan otak. Untuk cairan yang
agak keruh, pilihlah pengenceran yang sesuai.
Bahan pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan
larutan turk, Karen cairan turk itu mungkin menyebabkan terjadinya
bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari
500 sel/ul. semakin tinggi angka itu semakin besar kemungkinan
cairan tersebut bersifat eksudat.

12
B. Menghitung jenis sel
Menghitung jenis sel biasanya hanya membedakan dua
golongan jenis sel yaitu golongan yang berinti satu yang
digolongkan dengan nama “limfosit” dan golongan sel
polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut terhitung
limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb. Perbandingan banyak sel
dalam golongan –golongan itu memberi petunjuk kearah jenis
radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.

Cara kerja :
1. Sedian apus dibuat dengan cara berlain-lainan tergantung sifat
cairan itu jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak
mengandung banyak sel, pusinglah 10-15 ml bahan. Cairan atas
dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum
penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu. Kalau
cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung
memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan
itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
2. Pulaan sediaan itu dengan Giemsa atau Wright.
3. Lakukan hitung jenis atas 100-300 sel. Hitung jenis itu hanya
membedakan “limfosit” dari “segment” seperti telah diterangkan.

Catatan :
Hasil hitung jenis dapat memberikan keterangan tentang jenis
radang yang menyertai proses radang akut hampir semua sel berupa
segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah
“limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang menahun
menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal,
teristimewa sel-sel ganas sangat penting. Sitodiagnostik semacam
itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti di atas, melainkan

13
mewajibkan teknik khusus menurut Papanicolaou. Meskipun teknik
Papanicolaou tidak diterangkan di sini, perlu diketahui bahwa bahan
yang diperoleh tidak boleh membeku. Proses pembekuan hendaknya
di cegah dengan menggunakan EDTA atau heparin.

2.6 PEMERIKSAAN KIMIA TRANSUDAT DAN EKSUDAT


Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan
protein dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan
normal mempunyai susunan yang praktis serupa dengan susunan plasma
darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai
kadar glukosa sama sperti plasma, sedangkan eksudat biasanya berisi
kurang banyak glukosa teristimewa jika eksudat itu mengandung banyak
leukosit.
Protein dalam transudat dan eksudat praktis hanya fibrinogen saja.
Dalam transudat kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan
dalam eksudat kadar protein 4-6 g/dl.

A. Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya
membedakan transudat dan eksudat dengan cara amat sederhana.
Tujuan : Membedakan transudat dan eksudat
Prinsip : Seromucin yang terdapat dalam eksudat dan tidak
terdapat dalam transudat akan bereaksi dengan asam
acetat encer membentuk kekeruhan yang nyata.

Cara kerja :
1. Kedalam becker glass 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest.
2. Tambahkan 1 tetes asam asetat glacial dan campurlah.
3. Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini,
dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan.

14
4. Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan
yang mengandung asam asetat. ada tiga kemungkinan :
- Tetesan itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa
menimbulkan kekeruhan sama sekali. Hasil test adalah negative.
- Tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa
kabut halus. Hasil test positive lemah.
- Tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal
atau dalam keadaan ekstrem satu presipitat yang putih. hasil
test positive .

Catatan :
Cara ini berdasarkan seromucin yang terdapat dalam
eksudat, tetapi tidak dalam transudat. Percobaan ini hendaknya
dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang dapat diandali.
Hasil positive didapat pada cairan yang bersifat eksudat.
Transudat biasanya menjadikan test ini positive lemah. Kalau
transudat sudah beberapa kalii dispungsi, maka transudatpun
mungkin menghasilkan kekeruhan serupa yang dari eksudat juga.
Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau eksudat
dalam art i klinik, menghasilkan test negative.

B. Kadar protein
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat
membantu klinik dalam membedakan transudat dari eksudat. Kadar
protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5 g/dl sedangkan
eksudat berisi lebih dari 4 g/dl. Penetapan ini tidak memerlukan cara
yang teliti.

15
Cara Kerja:
1. Tetapkan lebih dahulu berat jenis cairan itu.
2. Kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran 5-10
kali.
3. Kalau berat jenis lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
4. Lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang
telah diencerkan itu. Dalam memperhitungkan hasil terakhir
ingatlah pengenceran yang tadi dibuat.

Catatan:
Cara Esbach telah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik.
Pengenceran yang diadakan itu bermaksud agar kadar protein dalam
cairan yang diencerkan mendekati nilai 4 g/liter, ialah kadar yang
memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat
didekati nilai protein dengan memakai rumus :
(berat jenis – 1,007) x 343 = g protein/100 ml cairan.
Maka atas perhitungan itu :
b.d. 1,010 sesuai dengan 1 g protein per 100 ml
b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,025 sesuai dengan 6 g protein per 100 ml.

Dalam rumus dan perhitungan di atas berat jenis air sama dengan
1,000.

C. Zat lemak
Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur
dengan chylus. Dalam eksudat mungkin didapat zat lemak, disebabkan
oleh karena dinding kapiler dapat ditembus olehnya. Keadaan itu
sering dipertalikan dengan proses tuberculosis.

16
Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa susu. Dalam hal
itu perlu mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau
oleh zat lain.

Cara Kerja:
1. Berilah larutan NaOH 0,1 N kepada cairan sehingga menjadi lindi.
2. Lakukan ekstraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih,
putihnya disebabkan oleh chylus.
3. Jika tidak menjadi jernih, puutihnya mungkin disebabkan oleh
lecithin dalam keadaan emulsi.
Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sebagai berikut :
a. Encerkanlah larutan itu 5x dengan etilalkohol 95%.
b. Panasilah berhati-hati dalam bejana air. Kalau cairan menjadi
jernih, putihnya disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut
membuktikannya teruskanlah percobaan dengan :
c. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih
panas.
d. Filtratnya ditampung dan diuapkan diatas air panas sampai
volume menjadi sebesar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan
biarkan menjadi dingin lagi.
e. Kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti. Kekeruhan
itu bertambah kalau diberi sedikit air.

2.7 PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPI TRANSUDAT DAN EKSUDAT


Metode : Gram
Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian
violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan
dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan
gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah
dari fuksin.

17
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga
dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau
eksudat

Alat dan Bahan :


Alat : Reagensia :
1. Objek Glass 1. Carbol gentian violet 1 %
2. Pipet tetes 2. Lugol 1 %
3. Bak dan rak pewarnaan 3. Alkohol 96 %
4. Mikroskop 4. Air Fuchsin 1 %

Prosedur Kerja :
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objekglass,
dan dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci.
3. Ditambah lugol selama 1 menit, dicuci.
4. Ditambah alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci.
5. Ditambah air fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan.
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x

Catatan :
Transudat : Tidak ditemukan bakteri
Eksudat : Ditemukan bakteri

Selain dengan pewarnaan gram, juga bisa dilakukan dengan


pewarnaan Ziehl-Neelsen untuk menemukan adanya bakteri clostridium.

Cara Kerja :
Kalau akan mencari fungi (jamur) campur setetes sampel dengan
KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup, biarkan
selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.

18
2.8 HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Pengambilan dan pengiriman sampel
a) Pengambilan sampel dilakukan secara fungsi yang berada disetiap
rongga tubuh, dibentuk oleh kulit bagian bawah (debris),
pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu alat ataupun wadah
sampel.
b) Pengiriman sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan diberi
etiket yaitu nama, lamanya sakit, waktu pengambilan, jenis
pemeriksaan yang diminta, Bila yang dikirim berupa preparat
etiketnya ditempel dibelakang preparatnya.
2. Kualitas Reagensia.
a) Reagensia tidak kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat, bertutup
rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
b) Sebelum digunakan sebaiknya disaring terlebih dahulu.
3. Teknik Pemeriksaan
a) Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian
b) Perlu juga diperhatikan alat – alat yang digunakan dalam keadaan
bersih dan kering, kondisi alat seperti pipet tidak pecah pada
ujungnya begitu juga dengan kamar hitung.
c) Lamanya waktu pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel yang
diwarnai, untuk itu pada saat pewarnaan sesuai dengan waktunya.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela
jaringan atau rongga badan, tanpa radang.

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi


(diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel
darah putih yang melakukan emigrasi. Eksudat merupakan substansi yang
merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang,
berupa nanah.

Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh


terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema
(transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).

Pemeriksaan transudate dan eksudat dapat dilakukan dengan


pemeriksaan makroskopi, pemeriksaan mikroskopi, pemeriksaan kimia, dan
peemeriksaan bakterioskopi. Dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis
antara lain hitung jumlah dan hitung jenis sel lekosit serta adanya bakteri
dalam cairan/sampel yang diperiksa, dapat menentukan jenis cairan tersebut
apakah transudat atau eksudat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk menegakkan diagnosa.

3.2 SARAN
Diharapakan agar dapat mengetahui apa yang dimasud dengan
trasudat dan eksudat serta cara pemeriksaan transudat dan eksudat dengan
baik dan benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim E. Makalah Transudat Eksudat.


https://ennyetu.wordpress.com/makalah-transudat-eksudat/ [Online].
Diakses Pada Tanggal 27 September 2018.

Aria Kiki. 2016. Makalah Transudat Eksudat.


http://ariakiki.blogspot.com/2016/04/makalah-transudat-eksudat.html?m=1
[Online]. Di akses Pada Tanggal 27 September 2018.

Gandasoebrata R. 1970. Penuntun Laboratorium Klinik, cetakan ke—4. Penerbit


Dian Rakyat.

Ripani_Musyaffa. 2010. Transudat Dan Eksudat.


http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/transudat-dan-eksudat.html
[Online]. Diakses Pada Tanggal 30 September 2018.

21
22

Anda mungkin juga menyukai