KLINIK RUTIN
OLEH
Kelompok 5 :
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Singkat Transudat Dan Eksudat ............................................... 3
2.2 Mekanisme Pembentukan Transudat Dan Eksudat ............................ 7
2.3 Cara Pengambilan Sampel Transudat Dan Eksudat ........................... 8
2.4 Pemeriksaan Makroskopik Transudate Dan Eksudat ......................... 9
2.5 Pemeriksaan Mikroskopik Transudate Dan Eksudat ......................... 12
2.6 Pemeriksaan Kimia Transudate Dan Eksudat .................................... 14
2.7 Pemeriksaan Bakterioskopi Transudate Dan Eksudat ........................ 17
2.8 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan ................................................... 19
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian transudate dan eksudat.
2. Untuk mengetahui perbedaan transudat dan eksudat.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis transudat dan eksudat.
4. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan transudat dan eksudat.
5. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel transudat eksudat.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan makroskopik transudate dan eksudat.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan mikroskopik transudate dan eksudat.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan kimia transudate dan eksudat.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan bakterioskopi transudate dan eksudat.
10. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pemeriksaan
transudate dan eksudat.
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin, sehingga dapat memenuhi tugas Klinik Rutin yang
diberikan dan sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan
pengetahuan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon
tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan
oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri
(eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh
gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis
dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.),
sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
4
Perbedaan Transudat dan Eksudat:
Hitung jenis
PH < 50% limfosit
>7,3 > 7,3
< 50% limfosit
leukosit
Glukosa ≤ plasma < plasma
Amilase = plasma >plasma
Alkali fosfatase >75 u > 75 u
5
sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh
eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.
2) Eksudat fibrinosa
Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang
dikeluarkan dari pembuluh terkumpul pada daerah
peradangan yang mengandung banyak fibrinogen.
Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit
sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu
mengambil nafas.
3) Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas
membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat
mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan
eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi sel
bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Contoh
eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana
adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi
pemafasan bagian atas.
3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan
nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai
dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen
6
yang terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,
eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,
eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
7
Transudat eksudat dapat terjadi pada :
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Gagal jantung
Guna pemeriksaan :
1. Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
2. Mengusahakan mencari penyebabnya
Syarat pemeriksaan :
8
Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjjadi desintegrasi,
oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah
pemeriksaan cytology.
B. Prinsip Pemeriksaan
a) Volume :
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur
dan hasilnya dibaca setinggi miniskus bawah.
b) Warna :
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm
secara visual dengan cahaya terang.
c) Kekeruhan :
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara
visual dengan cahaya tembus.
d) Bau :
Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman.
e) Berat Jenis :
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi
miniskus bawah.
f) Bekuan :
Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa.
9
C. Alat
a) Volume b) Warna
1. Gelas ukur 1. Tabung Reaksi
2. Beaker glass 2. Corong
3. Corong
c) Bau d) Kekeruhan
1. Beaker glass 1. Tabung Reaksi
2. Corong
e) Berat Jenis f) Bekuan
1. Beaker glass 1. Beker Glass
2. Gelas ukur 2. Batang Pengaduk
3. Urinometer 3. Pipet Tetes
D. Bahan
a) Volume : Cairan transudat eksudat.
b) Warna : Cairan transudat eksudat.
c) Bau : Cairan transudat eksudat.
d) Kekeruhan : Cairan transudat eksudat.
e) Berat Jenis : Cairan transudat eksudat.
f) Bekuan : Cairan transudat eksudat.
E. Cara Kerja
a) Volume
1. Masukkan cairan dalam beacker glass.
2. Tuang cairan dari becker glass ke dalam gelas ukur.
3. Lihat volume cairan yang ada pada gelas ukur pada miniskus
bawah.
b) Warna
1. Masukkan cairan kedalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
2. Amati warna cairan secara visual dengan sikap serong.
c) Bau
1. Masukkan cairan kedalam beacker glass.
10
2. Dekatkan kearah hidung dan kibas-kibaskan dengan tangan ke
arah hidung.
d) Kekeruhan
1. Masukkan cairan ke dalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
2. Amati kekeruhannya pada sikap serong dengan cahaya terang.
e) Berat Jenis
1. Masukkan cairan ke dalam becker glass.
2. Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml.
3. Masukkan urinometer dalam gelas ukur.
4. Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi
miniskus bawah.
f) Bekuan
1. Masukkan sampel kedalam beaker glass.
2. Pipet caian dengan pipet tetes.
3. Keluarkan cairan dari pipet tetes.
4. Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-).
5. Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+).
6. Adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping,
berbutir,sangat halus.
F. Interpretasi Hasil
a) Warna
Transudat : kuning muda
Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya
Hijau : bilirubin
Merah : darah
Putih kekuningan : pus
Putih susu : chylus
Biru kehijauan : bakteri pyogenes
11
b) Bau
Transudat : tidak khas
Eksudat : bau busuk (infeksi bakteri).
c) Kekeruhan
Transudat : jernih
Eksudat : agak keruh
d) Berat Jenis
Transudat : 1006- 1015
Eksudat : 1018 – 1030
f) Bekuan
Transudat : (-) tidak terjadi bekuan
Eksudat : (+) terjadi bekuan
12
B. Menghitung jenis sel
Menghitung jenis sel biasanya hanya membedakan dua
golongan jenis sel yaitu golongan yang berinti satu yang
digolongkan dengan nama “limfosit” dan golongan sel
polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut terhitung
limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb. Perbandingan banyak sel
dalam golongan –golongan itu memberi petunjuk kearah jenis
radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
Cara kerja :
1. Sedian apus dibuat dengan cara berlain-lainan tergantung sifat
cairan itu jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak
mengandung banyak sel, pusinglah 10-15 ml bahan. Cairan atas
dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum
penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu. Kalau
cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung
memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan
itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
2. Pulaan sediaan itu dengan Giemsa atau Wright.
3. Lakukan hitung jenis atas 100-300 sel. Hitung jenis itu hanya
membedakan “limfosit” dari “segment” seperti telah diterangkan.
Catatan :
Hasil hitung jenis dapat memberikan keterangan tentang jenis
radang yang menyertai proses radang akut hampir semua sel berupa
segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah
“limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang menahun
menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal,
teristimewa sel-sel ganas sangat penting. Sitodiagnostik semacam
itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti di atas, melainkan
13
mewajibkan teknik khusus menurut Papanicolaou. Meskipun teknik
Papanicolaou tidak diterangkan di sini, perlu diketahui bahwa bahan
yang diperoleh tidak boleh membeku. Proses pembekuan hendaknya
di cegah dengan menggunakan EDTA atau heparin.
A. Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya
membedakan transudat dan eksudat dengan cara amat sederhana.
Tujuan : Membedakan transudat dan eksudat
Prinsip : Seromucin yang terdapat dalam eksudat dan tidak
terdapat dalam transudat akan bereaksi dengan asam
acetat encer membentuk kekeruhan yang nyata.
Cara kerja :
1. Kedalam becker glass 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest.
2. Tambahkan 1 tetes asam asetat glacial dan campurlah.
3. Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini,
dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan.
14
4. Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan
yang mengandung asam asetat. ada tiga kemungkinan :
- Tetesan itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa
menimbulkan kekeruhan sama sekali. Hasil test adalah negative.
- Tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa
kabut halus. Hasil test positive lemah.
- Tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal
atau dalam keadaan ekstrem satu presipitat yang putih. hasil
test positive .
Catatan :
Cara ini berdasarkan seromucin yang terdapat dalam
eksudat, tetapi tidak dalam transudat. Percobaan ini hendaknya
dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang dapat diandali.
Hasil positive didapat pada cairan yang bersifat eksudat.
Transudat biasanya menjadikan test ini positive lemah. Kalau
transudat sudah beberapa kalii dispungsi, maka transudatpun
mungkin menghasilkan kekeruhan serupa yang dari eksudat juga.
Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau eksudat
dalam art i klinik, menghasilkan test negative.
B. Kadar protein
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat
membantu klinik dalam membedakan transudat dari eksudat. Kadar
protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5 g/dl sedangkan
eksudat berisi lebih dari 4 g/dl. Penetapan ini tidak memerlukan cara
yang teliti.
15
Cara Kerja:
1. Tetapkan lebih dahulu berat jenis cairan itu.
2. Kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran 5-10
kali.
3. Kalau berat jenis lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
4. Lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang
telah diencerkan itu. Dalam memperhitungkan hasil terakhir
ingatlah pengenceran yang tadi dibuat.
Catatan:
Cara Esbach telah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik.
Pengenceran yang diadakan itu bermaksud agar kadar protein dalam
cairan yang diencerkan mendekati nilai 4 g/liter, ialah kadar yang
memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat
didekati nilai protein dengan memakai rumus :
(berat jenis – 1,007) x 343 = g protein/100 ml cairan.
Maka atas perhitungan itu :
b.d. 1,010 sesuai dengan 1 g protein per 100 ml
b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 g protein per 100 ml
b.d. 1,025 sesuai dengan 6 g protein per 100 ml.
Dalam rumus dan perhitungan di atas berat jenis air sama dengan
1,000.
C. Zat lemak
Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur
dengan chylus. Dalam eksudat mungkin didapat zat lemak, disebabkan
oleh karena dinding kapiler dapat ditembus olehnya. Keadaan itu
sering dipertalikan dengan proses tuberculosis.
16
Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa susu. Dalam hal
itu perlu mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau
oleh zat lain.
Cara Kerja:
1. Berilah larutan NaOH 0,1 N kepada cairan sehingga menjadi lindi.
2. Lakukan ekstraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih,
putihnya disebabkan oleh chylus.
3. Jika tidak menjadi jernih, puutihnya mungkin disebabkan oleh
lecithin dalam keadaan emulsi.
Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sebagai berikut :
a. Encerkanlah larutan itu 5x dengan etilalkohol 95%.
b. Panasilah berhati-hati dalam bejana air. Kalau cairan menjadi
jernih, putihnya disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut
membuktikannya teruskanlah percobaan dengan :
c. Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih
panas.
d. Filtratnya ditampung dan diuapkan diatas air panas sampai
volume menjadi sebesar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan
biarkan menjadi dingin lagi.
e. Kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti. Kekeruhan
itu bertambah kalau diberi sedikit air.
17
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga
dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau
eksudat
Prosedur Kerja :
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objekglass,
dan dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci.
3. Ditambah lugol selama 1 menit, dicuci.
4. Ditambah alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci.
5. Ditambah air fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan.
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x
Catatan :
Transudat : Tidak ditemukan bakteri
Eksudat : Ditemukan bakteri
Cara Kerja :
Kalau akan mencari fungi (jamur) campur setetes sampel dengan
KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup, biarkan
selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.
18
2.8 HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Pengambilan dan pengiriman sampel
a) Pengambilan sampel dilakukan secara fungsi yang berada disetiap
rongga tubuh, dibentuk oleh kulit bagian bawah (debris),
pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu alat ataupun wadah
sampel.
b) Pengiriman sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan diberi
etiket yaitu nama, lamanya sakit, waktu pengambilan, jenis
pemeriksaan yang diminta, Bila yang dikirim berupa preparat
etiketnya ditempel dibelakang preparatnya.
2. Kualitas Reagensia.
a) Reagensia tidak kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat, bertutup
rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
b) Sebelum digunakan sebaiknya disaring terlebih dahulu.
3. Teknik Pemeriksaan
a) Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian
b) Perlu juga diperhatikan alat – alat yang digunakan dalam keadaan
bersih dan kering, kondisi alat seperti pipet tidak pecah pada
ujungnya begitu juga dengan kamar hitung.
c) Lamanya waktu pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel yang
diwarnai, untuk itu pada saat pewarnaan sesuai dengan waktunya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela
jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
3.2 SARAN
Diharapakan agar dapat mengetahui apa yang dimasud dengan
trasudat dan eksudat serta cara pemeriksaan transudat dan eksudat dengan
baik dan benar.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22