(SADT)
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
Bahan pemeriksan untuk pembuatan SADT adalah darah vena yang ditambah dengan
antikoagulan EDTA. Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan adalah :
1. Kaca objek yang bersih, kering, bebas debu dan lemak serta permukaan rata.
2. Penggeser atau spreader, dari bahan gelas atau bahan lain dengan tepi yang rata dan lebih
sempit dari lebar kaca objek.
Keuntungan cara ini adalah : Pembuatan apusan darah relatif lebih mudah, kaca objek
tidak mudah pecah, pelabelan, pengiriman dan pengecatan lebih mudah, dapat disimpan
dan pembacaan preparat lebih mudah karena mempunyai daerah baca. Oleh karena itu
teknik ini dipilih untuk dilakukan dalam penelitian ini.
Metode Cover glass adalah : Suatu metode pembuatan SADT dengan menggunakan 2
kaca penutup ukuran 22 x 22 mm, dengan ketebalan 0,13 - 0,17mm. Cara pembuatannya
adalah dengan memegang 1 kaca penutup dengan ibu jari dan jari telunjuk. Satu tetes
kecil (-+ 5) mm darah diteteskan pada gelas penutup ini. Dengan tangan yang lain pegang
kaca penutup ke 2 juga antara ibu jari dan jari telunjuk. Perlahan - lahan letakkan kaca
penutup ke 2 diatas kaca penutup 1 dengan tetesan darah perada diantaranya dan
membentuk a sixteen-sided figure (gambar). Segera setelah kedua kaca penutup
bersentuhan darah akan menyebar sesaat setelah darah menyebar.
Kekurangan cara ini adalah : Pembuatan apusan darah relatif lebih mudah, untuk
pemberian label, pengiriman dan pengecatan relatif lebih susah karena ukurannya yang
kecil dan mudah pecah, tidak baik digunakan untuk estimasi jumlah trombosit karena
trombosit menempel pada 2 kaca, tidak ada area baca sehingga sukar untuk melakukan
pembacaan SADT.
Metode spinner adalah suatu metode pembuatan SADT dengan menggunakan metode
otomatis dimana 1 atau 2 tetes kecil darah diteteskan pada bagian tengah kaca objek,
kemudian dengan alat sentrifuges khusus (hemospinner) diputar dengan kecepatan tinggi,
sehingga darah akan menyebar pada objek dengan ketebalan 1 lapis sel. Dengan cara ini
leukosit dan trombosit akan terdistribusi secara merata dan tidak mengalami distori.
Eritrosit cenderung mengalami distorsi, namun hal ini bisa diatasi dengan mecampur
darah sebelum diteteskan dengan NaCl fisiologis sama banyak.
Pengeringan
Apapun darah harus segera dikeringkan pada suhu kamar untuk mencegah distrosi
eritrosit. Jika sediaan tidak kering dengan sempurna, partikel air akan terlihat setelah
pewarnaan yang dapat disalah interpretasikan dengan keadaan hipokrom, selain itu benda
inklusi (misalnya Howel-Jolly) atau parasit (malaria) dapat hilang.
Fiksasi
Segera setelah kering, sediaan apus harus segera difiksasi. Bila apusan dibiarkan tanpa
difiksasi lebih dari 1 hari, maka plasma akan menyebabkan latar belakang berwarna
kebiruan. Pastikan sediaan apus benar-benar kering sebelum memasukkannya kedalam
larutan fiksasi. Fiksasi dilakukan dengan merendam sediaan dalam methanol selama 10-
20 menit.
Pewarnaan
Pewarnaan yang banyak dipakai secara rutin untuk mewarnai SADT adalah
pewarnaan dengan prinsip Romanowsky seperti Wright, Giemsa, May Grunwald Giemsa
atau Wright Giemsa 15,26. Penelitian ini menggunakan metoda pengecatan Giemsa karena
penelitian ini dilakukan di laboratorium RS Dr. Kariadi yang menggunakan metoda
pengecatan tersebut untuk pemeriksaan hitung jenis.
Komponen utama zat warna Romanowsky yang dapat membuat perbedaan warna atas
dasar pewarnaan, dan mewarnai granula-granula secara berbeda, tergantung pada 2
komponen, yaitu : Azure B (trimethylthionin) bersifat basa dan Eosin Y
(tetrabromofluorescein) yang bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang
bersifat asam, seperti : krimatin, DNA dan RNA, sedangkan Eosin Y akan mewarnai
komponen sel yang bersifat basa, seperti : granula eosinofil dan hemoglobin.
Ikatan Eosinofil Y pada Azur B yang beragregasi dapat menimbulkan warna ungu,
dan keadaan ini disebut efek Romanosky-Giemsa. Efek ini sangat nyata terjadi pada
DNA (terutama dalan inti sel), sehingga terjadi kontras antara inti yang berwarna ungu
dengan sitoplasma yang berwarna biru. International Committe for Standardization in
Haematology menganjurkan penggunaan kedua zat warna ini.
Pemeriksaan hitung jenis merupakan salah satu pemeriksaan hematologi rutin yang
berguna untuk mengetehui jumlah prosentase masing-masing jenis sel.
Sediaan apus untuk pemeriksaan ini dibuat dengan teknik two slides / wedge, sediaan
apus tidak boleh terlalu tipis dan bagian ekor tidak boleh berbentuk bendera robek. Untuk
mendapatkan sediaan apus yang baik dibuat dengan cara menggerakkan penggeser secara
cepat dan halus.
Pada sediaan apus yang baik distribusi eritrosit tidak boleh bertumpuk, semakin kearah
ekor semakin menipis. Jika sediaan apus terlalu tipis atau menggunakan penggeser yang
kasar, hampir 50% leukosit akan terkumpul di daerah pinggir atau ekor.
Distribusi leukosit pada preparat SADT : neutrofil dan monosit lebih banyak didaerah
pinggir dan ekor, sedangkan limfosit berada dibagian tengah sediaan apus.
2.5.1 Metoda perhitungan
Bila belum mencapai daerah ini (ekor – zona IV) dan sudah terhitung 100 leukosit,
maka penghitungan harus diteruskan hingga mencapai zona IV, dan disesuaikan dengan
presentase. Sebagai contoh misalnya bila perhitungan hanya sampai zona VI saja karena
hasilnya sudah mencapai 100 sel, tentunya hasil yang didapat banyak sel PMN dan
monosit, sedangkan limfositnya sedikit.
Sumber Kesalahan
2. Sediaan apus terlalu biru memungkinkan disebabkan oleh apusan yang terlampau tebal,
pewarnaan terlalu lama, kurang pencucian, zat warna atau larutan dapar yang alkalis.
3. Sediaan apus terlalu merah mungkin disebabkan oleh sat warna sediaan atau larutan
dapar yang asam. Larutan dapar yang terlalu asam dapat menyebabkan lekosit hancur.
4. Bercak-bercak zat warna pada sediaan apus dapat disebabkan oleh zat warna tidak
disaring sebelum dipakai atau pewarnaan terlalu lama sehingga zat warna mengering pada
sedian.
5. Morfologi sel yang terbaik adalah bila menggunakan darah tepi langsung tanpa anti
koagulan. Bila menggunakan anti koagulan sediaan apus harus dibuat segera, tidak lebih
dari satu jam setelah pengambilan darah. Penggunaan antikogulan heparin akan
menyebabkan latar belakang berwarna biru dan lekosit menggumpal
6. Sediaan hapus yang tidak rata dapat disebabkan oleh kaca pengapus yang tidak bersih
atau pinggirannya tidak rata atau oleh kaca objek yang berdebu, berlemak atau bersidik
jari.
7. Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahan morfologi dan warna sediaan. Ini
mungkin terjadi apabila fiksasi dilakukan menggunakan methanol yang tidak absolut
karena telah menyerap uap air akibat penyimpanan yang tidak baik.
8. Fiksasi yang tidak dilakukan segera setelah sediaan apus kering dapat mengakibatkan
perubahan morfologi lekosit.
Nilai Rujukan:
Evaluasi Eritrosit
- Ukuran (size):
Diameter eritrosit yang normal (normositik) adalah 6 – 8 µm atau kurang lebih sama
dengan inti limfosit kecil
- Bentuk (shape):
Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih merah daripada bagian sentralnya
- Warna (staining):
Bagian sentral lebih pucat disebut akromia sentral yang luasnya antara 1/3 -1/2 kali
diameter eritrosit
- Distribusi : merata
Evaluasi Lekosit
Lekosit adalah sel berinti. Dalam darah tepi yang paling banyak ditemukan adalah sel
polimorfonuklear netrofil (PMN). Jenis lekosit yang normal yang ditemukan dalam darah
tepi adalah eosinofil (1% - 3%), bisafil (0-1%), netrofil batang (2%-6%), netrofil segmen
atau sel PMN (50%-70%), limfosit (20%-40%) dan monosit (2%-8%). Dalam keadaan
normal diperkirakan terdapat 1 lekosit per 500 eritrosit
Evaluasi Trombosit
Diameter trombosit adalah 1-3 µm, tidak berinti, mempunyai granula dan bentuknya
reguler. Perkiraan jumlah trombosit dalam keadaan normal diperkirakan terdapat 1
trombosit per 15 – 20 eritrosit atau 5 – 15 per lapangan pandang imersie
C. Pasca Analitik
Evaluasi Eritrosit
- Anemia Mikrositik misalnya pada defisiensi Vit. B12 dan asam folat.
- Morfologi secara umum adalah polikromatofilik, makrosit, dan sel eritrosit berinti.
Bentuk morfologi khusus bervariasi tergantung etiologi kerusakan eritrosit:
Sel tetes Air Mata pada mielofibrosis, talasemia, anemia hemolitik, mieloftisis. Sickle Cell
pada sickle cell anemia. Sferosit pada hemolisis didapat maupun herediter. Ovalosit pada
ovalositosis herediter. Sistosit pada talasemia, anemia hemolitik, mikroangiopati.
Evaluasi Lekosit
Pada APK ditemukan tanda infeksi seperti persentase jumlah netrofil, limfosis meningkat,
hipersegmentasi, granulasitoksis, dan vakuolisasi sitoplasma.
Evaluasi Trombosit