Anda di halaman 1dari 13

URINALISA DAN CAIRAN TUBUH

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS CAIRAN TRANSUDATE

Dosen Pembimbing :
Heri setiyo Bekti, S.ST., M.Biomed
Disusun Oleh :
Yosefa Sastriani [ P07134019111 ]
I Nyoman Rama Widiantara [ P07134019129 ]
Paulina Selviana D.Madeira [ P07134019139 ]
Ni Putu Ananda Savihri. MS [ P07134019140 ]
Ida Ayu Krisna Dwipayanti [ P07134019145 ]
Anastaysia Annisa Haribaik [ P07134019147 ]
Ni Luh Ika Ayu Lestari [ P07134019148 ]
Ni Kadek Deonita Gita Saraswati [ P07134019151 ]

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Pemeriksaan Mikrosopis Cairan Transudate”, untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah yaitu Urinalisa dan Cairan
Tubuh. Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran
bagi kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang Pemeriksaan Mikrosopis Cairan
Transudate. Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya
menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang
menjadi sumber referensi bagi kami.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Denpasar, 23 Oktober 2020

Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transudat .....................................................................................3
2.2 Etiologi atau Penyebab Adanya Cairan transudat .........................................4
2.3 Jenis Pemeriksaan transudat ..........................................................................4
2.4 Cara Melakukan Pemeriksaan Transudat Secara Mikroskopis ......................4
2.5 Komplikasi Pemeriksaan Transudat ...............................................................7
2.6 Cara Pengambilan Sampel Transudat .............................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya
sebagai pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa
diukur volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga
dapat dianalisa dan akan berupa transudat atau eksudat.
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena
gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang(tekanan osmosis
koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan
eksudat adalah cairan patologis yang berasal dari proses radang. Pemeriksaan cairan
badan yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk menetukan jenisnya dan
sedapat-dapatnya untuk mendapat keterangan tentang causanya.
Rongga serosa dalam tubuh mengandung sejumlah kecil cairan yang mengalir
diantara ruang intravaskuler dan ruangan ekstra seluler. Cairan ini dipelihara dalam
keadaan seimbang oleh tekanan osmose dalam kapile membrane serosa tersebut. Cairan
tersebut berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat
bergerak tanpa gesekan. Jumlah cairan tersebut dalam keadaan normal tidak dapat diukur,
karena sangat sedikit. Jumlah cairan tersebut pada keadaan tertentu dapat bertambah
jumlahnya, dan dapat berupa transudat atau eksudat. Faktor - faktor yang menaikkan
kumpulan cairan ini dalam jumlah yang berlebihan :
 Turunnya tekanan osmotic koloid dalam darah
 Naiknya tekanan hidrostatik intrakapiler
 Kerusakan endotel kapiler atau peremeabilitas kapiler.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian dari transudat ?
1.2.2 Bagaimana etiologi / penyebab transudat ?
1.2.3 Apa saja jenis pemeriksaan transudat ?
1.2.4 Bagimana cara melakukan pemeriksaan transudat secara mikroskopis ?
1.2.5 Bagaimana komplikasi pemeriksaan transudat ?
1.2.6 Bagimana cara pengambilan sampel transudat ?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Secara umum tujuan dari dibuatnya makalah tentang transudat dan eksudat ini
yaitu agar para pembaca mendapat pengetahuan mengenai transudat serta cara pemeriksaan
transudat.
Tujuan pembahasan:
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu transudat.
2. Mengetahui etiologi atau penyebab adanya cairan transudat.
3. Mengetahui dan memahami jenis pemeriksaan transudat khususnya pemeriksaan
transudat secara mikroskopis.
4. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi saat pemeriksaan transudat.
5. Mengetahui dan memahami cara pengambilansampel transudat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transudat


Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari
1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes
keluar dari pembuluh - pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan,
tanpa radang.
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan.
Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut dan
berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak
tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena
sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa
transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan
cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik,
kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid
osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi
reabsorbsi oleh pleura lainnya. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura
dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab kematian
utama di Indonesia.
• Jenis-jenis Transudat
Transudat mempunyai kecenderungan reseidif jika faktor penyebab tidak dihilangkan.
Menurut lokalisasinya, transudat disebut dengan istilah :
1)  Hidrotoraks
2)  Hidroperikardium
3)  Hidroperitoneum
4)  Hidroarrosis

3
• Ciri-ciri Transudat Spesifik
1)  Warna agak kekuningan 6)  Protein < 2,5 gr % (tes rivalta negative)
2)  Kejernihahan : jernih 7)  Glukosa = plasma
3)  Berat jenis <1,018 (1,006 ² 1,015) 8)  Lemak : negative (kecuali bila chylous +)
4)  Tak ada bekuan, atau membeku 9)  Jumlah lekosit : <500 mm3
lambat / dalam jangka waktu lama 10)  Jenis sel : > mononuclear
5)  Bau tidak khas 11)  Bakteri negative atau jarang (+)

2.2 Etilogi / Penyebab


Menurut asalnya cairan yang terkumpul dalam rongga pleura ada dua yaitu:
berasal dari paru sendiri yang disebut eksudat dan cairan yang berasal dari luar paru yang
disebut transudat. Adapun penyebab adanya cairan transudat antara lain :
1) Penurunan tekanan osmotic plasma karena hipoalbuminemi
2) Sindroma nefrotik
3) Cirrhosis hepatis
4) Peningkatan retensi Natrium dan air
5) Penggunaan natrium dan air yang meningkat
6) Penurunan ekskresi Natrium dan air (contoh : gagal ginjal)
7) Meningkatnya tekanan kapilaer / vena
8) Kegagalan jantung, obstruksi vena porta, perikarditis constrictif, obstruksi limfe.
2.3 Pemeriksaan Transundat
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. pemeriksaan makroskopis
b. pemeriksaan mikroskopis
c. pemeriksaan kimia
d. pemeriksaan bakterioskopi
2.4 Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel Lekosit
• Metode: Kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.
• Tujuan: Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui
bahwa sampel cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.
• Prinsip: Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan
Pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.

4
Alat:
1. Mikroskop
2. Kamar Hitung Improved Neubauer 3 mm x 3 mm x 0,1 mm atau Kamar Hitung
Fuchs Rosenthal 4 mm x 4 mm x 0,2 mm
3. Pipet Lekosit
4. Kaca Penutup
Bahan:
1. Larutan pengencer NaCl 0,9 %
2. Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril
3. Bahan Pemeriksaan : Berupa Cairan yang berasal dari rongga perut, pleura,
pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb yang didapat dengan mengadakan
pungsi.
Prosedur Kerja:
1. Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan.
2. Kocok dahulu sampel yang akan diperiksa supaya homogen.
3. Pipet NaCl 0,9 % dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat.
4. Pipet sampel sampai tanda 11 tepat.
5. Kocok agar sampel dan larutan tercampur sempurna minimal 3 X selama +3
menit dengan putaran membentuk angka 8.
6. Bila segera dihitung buang beberapa tetes larutan dan teteskan pada kamar
hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di
bawah mikroskop. Dengan pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak
besar.
Perhitungan :
1. Dengan Kamar hitung Improved Neubauer
Jumlah sel lekosit = PDP X TKP X sel lekosit KBH
PDP = Pengenceran dalam pipet
TKP = Tinggi Kaca Penutup
KBH = Kotak Besar yang dihitung
2. Dengan kamar hitung Fuchs Rosenthal
Jumlah sel lekosit dalam 9 kotak = a
Luas permukaan : 3 x 3 mm2 = 9 mm2
Dalam : 0,2 mm

5
Isi : 9 x 0,1 mm3 = 0,9 mm
Dalam 1 mm3 terdapat : 10/9 x a sel
Pengenceran : 10/9 kali
Jadi jumlah sel/1 mm3 = 10/9 x 10/9 x a sel
= 100/81 x a sel
= 5/4 x a sel
Catatan :
Kamar hitung dari Fuchs Rosenthal lebih teliti karena volumenya lebih besar. Kalau cairan
berupa purulen tidak ada gunanya menghitung jumlah lekosit tindakan ini baiknya hanya
dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak keruh saja. Untuk cairan yang agak
keruh, pilih pengenceran yang sesuai. Bahan pengencer sebaiknya larutan NaCl 0,9 %
jangan menggunakan larutan turk, karena dapat menyebabkan terbentuknya bekuan dalam
cairan. Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul.
Semakin tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
b. Hitung Jenis Sel Lekosit.
• Metode: Giemsa atau Wright Stain
• Prinsip: Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
tertentu (Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu
dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X dalam 100 % sel
lekosit.
• Tujuan: Untuk mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut (transudat).
Alat:
1. Objek glass 4. Gelas ukur
2. Pipet tetes 5. Rak pewarnaan
3. Pipet ukur 6. Mikroskop
Bahan:
1. Giemsa, komposisi :
• 1 gr giemsa
• 100 ml Metanol absolut
2. Wright, komposisi :
• 0,1 gr Wright (digerus)
• 60 ml Methanol absolut
3. Buffer phospat pH 7,2 :

6
• KH2PO4 6,63 gr
• Na2HPO4 3,2 gr
• Aquades add 1000 ml
Persiapan Reagen:
1. Sebanyak 17 tetes stok larutan giemsa ditambah 5 ml aquades
Prosedur Kerja :
1. Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:
• Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel,
pusinglah 10 Sampai 15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit
• Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum
penderita sendiri. lalu dibuat hapusan. - Kalau cairan keruh sekali atau
purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu. Jika terdapat
bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
2. Difiksasi dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquades
3. Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna
dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.
4. Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x
Hasil: Hanya sel mononuklear (limposit)
Catatan:
Hitung jenis ini hanya untuk membedakan limposit dan segmen. Hasil hitung
jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang, yang menyertai proses radang
akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah
limpositnya, sedangkan radang menahun menghasilkan hanya limposit saja dalam
hitung jenis. Perbandingan banyak sel dalam golongan limposit dan sel
polimorponuklear atau segment memberi petunjuk kearah jenis radang yang
menyebabkan atau menyertai eksudat.
2.5 Komplikasi
Komplikasi Thoracentesis diagnostik termasuk rasa sakit pada wilayah punksi,
perdarahan dalam kulit, pneumotoraks, empiema, dan limpa / tusuk hati. Pneumotoraks
terjadi sekitar 12-30% dari thoracentesis. Penggunaan jarum yang lebih besar dari 20
meningkatkan risiko pneumotoraks tersebut. Selain itu, penyakit paru obstruktif kronik atau
fibrosis meningkatkan risiko pneumotoraks.
2.6 Pengambilan sampel

7
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.)
didapat dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu
apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja
steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada
waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk
biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril.
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung:
1. Botol I   : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi
2. Botol II  : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin.
3. Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia.
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh
seluruhnya karena:
1. Untuk menghindari terjadinya shock.
2. Pada cairan ascites banyak mengandung protein.
Pemeriksaan transudat eksudat berguna untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa dan
mengusahakan mencari penyebabnya . Pemeriksaan harus dilakukan dengan cepat karena
mudah terjjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah
pemeriksaan sitologi.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari
1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan discharge
patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler
ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
• pemeriksaan makroskopis
• pemeriksaan mikroskopis
• pemeriksaan kimia
Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel Lekosit
• Metode: Kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.
• Tujuan: Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui
bahwa sampel cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.
• Prinsip: Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan
Pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.
b. Hitung Jenis Sel Lekosit.
• Metode: Giemsa atau Wright Stain
• Prinsip: Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
tertentu (Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu
dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X dalam 100 % sel
lekosit.
• Tujuan: Untuk mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut (transudat).

9
DAFTAR PUSTAKA

Kiki, Aria. 2016. “Makalah transudat dan Eksudat”. Ariakiki’s blog. Online:
http://ariakiki.blogspot.com/2016/04/makalah-transudat-eksudat.html. (diakses
pada 23 Oktober 2020)
Gandasoebrata,R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat
January, Yazhid. 2014. “Makalah eksudat dan transudat”. ATLM.web.id. Online:
http://www.atlm.web.id/2014/11/makalah-eksudat-dan-transudat.html?m=1.
(diakses pada 23 Oktober 2020)
Santhi, DGD. Dharma, Dap. Rasmika Dewi, Aan. Santa Ap. 2016. “Pemeriksaan
Makroskopis, Kimia dan Mikroskopis Cairan Transudat dan Eksudat”. Penuntun
praktikum. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana: Bali. online :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/063210596568b957e0686
44c46324bae.pdf. (diakses pada 23 Oktober 2020)

10

Anda mungkin juga menyukai