EFUSI PLEURA
Pembimbing:
dr. Sylva Nazly, Sp.PD
Disusun Oleh:
Rizqina Ajra
19174046
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih sayang
dan karunia kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan refrat yang berjudul
“Efusi Pleura”. refrat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan
klinik senior pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama/ RSUD Meuraxa Banda Aceh.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
2.1. DEFINISI........................................................................................................2
2.2. KLASIFIKASI................................................................................................4
2.3. ETIOLOGI......................................................................................................5
2.4. PATOFISIOLOGI...........................................................................................6
2.6. DIAGNOSIS...................................................................................................8
2.8 . PENATALAKSANAAN..............................................................................12
2.9. KOMPLIKASI..............................................................................................16
2.10. PROGNOSIS................................................................................................16
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi
dengan cabang utama yaitu bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf dan
pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial,
jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening.1
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi
atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan
suatu penyakit, akn tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Akibat adanya cairan
yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan
disamping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk
jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan
gangguan pada jantung dan sirkulasi darah.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Pada keadaan
normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang
membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama
2
sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernapasan.
Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Ada beberapa jenis cairan yang bisa berkumpul di dalam rongga pleura antara
lain darah, pus, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
a. Hidrotoraks
Pada keadaan hipoalbuminemia berat, bisa timbul transudat. Dalam hal ini
penyakitnya disebut hidrotorsk dan biasanya ditemukan bilateral. Sebab- sebab lain
yang mungkin adalah kegagalan jantung kanan, sirosis hati denagn asites, serta
sebagai salah satu trias dari syndroma meig (fibroma ovarii, asites, dan hidrotorak).
b. Hemothoraks
Hemothoraks adalah adanya darah di dalam rongga pleura. Biasanya terjadi
karena trauma toraks. Trauma ini bisa karena ledakan dahsyat di dekat penderita, atau
trauma tajam maupun trauma tumpul. Kadar Hb pada hemothoraks selalu lebih besar
25% kdar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku
beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan
fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka
biasanya darah tersebut bersala dari trauma dinding dada. Penyebab lainnya
hemotoraks adalah :
Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura.
Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang
kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.
Gangguan pembekuan darah, akibatnya darah di dalam rongga pleura tidak
membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melalui
sebuah jarum atau selang.
c. Empiema
Bila karena suatu infeksi primer maupun sekunder cairan pleura patologis ini
akan berubah menjadi pus, maka keadaan ini disebut piotoraks atau empiema. Pada
setiap kasus pneumonia perlu diingat kemungkinan terjadinya empiema sebagai salah
satu komplikasinya dari:
Pneumonia
Infeksi pada cedera di dada
Pembedahan dada
d. Kilotoraks
Kilotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan kil/getah bening
pada rongga pleura. Adapun sebab-sebab terjadinya kilotoraks anatara lain :
Kongenital, sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus torasikus, tapi terdapat
fistula antara duktus torasikus rongga pleura.
Trauma yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada, atau
pukulan pada dada (denagan /tanpa fratur). Yang berasal dari efek operasi
daerah torakolumbal, reaksi esophagus 1/3 tangah dan atas, operasi leher,
operasi kardiovaskular yang membutuhkan mobilisasi arkus aorta.
Obstruksi karena limfoma malignum, metastasis karsinoma ke mediastinum
(tuberkulosis, histoplasmosis).
Penyakit-penyakit ini memberi efek obstruksi dan juga perforasi terhadap
duktus torasikus secara kombinasi. Disamping itu terdapat juga penyakit
trombosis vena subklavia dan nodul-nodul tiroid yang menekan duktus
torasikus yang menyebabakan kilotoraks.
Efusi pleura maligna merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan
pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker
payudara. Efusi pleura keganasan memiliki dua sifat yang khas, yaitu cairan pleura
lazim berwarna merah (hemoragik) dan pada umumnya cepat terbentuk kembali
setelah diaspirasi. Oleh karena itu, jumlah cairan pleura biasanya bnayak, sehingga
mengakibatkan pendorongan mediastinum ke arah sisi yang sehat dengan segala
akibatnya. 2
2.2. KLASIFIKASI
Efusi pleura umunya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan
cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu transudatdan eksudat. Transudat hasil dari
ketidakseimbangan antara tekanan onkotik denagn tekanan hidrostatik, sedangkan
eksudat adalah hasil dari perdangan pleura atau drainase limfatik yang menurun.
Dalam beberapa kasus mungin terjadi kombinasi antara karakteristik cairan transudat
dan eksudat.
1. Efusi transudatif
2.3. ETIOLOGI
Ada berbagai keaganasan yang dapat menimbulkan efusi pleura, namun pada
umunmya disebabkan oleh metastasis tumor ganas dari bagian tubuh yang lain;
karena keganasan primer pleura sendiri, yaitu mesotelioma pleura sangat jarang
ditemukan. Keganasan yang paling sering mengakibatkan efusi pleura adalah
karsinoma paru, baik berupa karsinoma epidermoid, karsinoma sel kecil,
adenokarsinoma, maupun karsinoma sel besar. Jenis kanker paru yang paling banyak
menimbulkan efusi pleura adalah adenokarsinoma, karena keganasan ini biasanya
terletak di daerah perifer paru. Tumor lain yang dapat menimbulkan komplikasi efusi
pleura adalah keganasan payudara, serviks, pankreas, uterus, ovarium, lambung , hati,
prostat, dan testis.2
2.6. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis lazim ditemukan keluhan nyeri dada dan sesak nafas. Rasa
nyeri membuat penderita membatasi pergerkan rongga dada dengan bernapas dangkal
atau tidur miring ke sisi yang sakit. Sesak napas dapat ringan atau berat, tergantung
pada proses pembentukan efusi, jumlah cairan efusi pleura, dan kelainan yang
mendasari timbulnya efusi. Selain itu, dapat dijumpai keluhan ynag berkaitan dengan
keganasan penyebab efusi pleura. Sekitar 25% penderita efusi pleura keganasan tidak
mengalami keluhan apapun pada saat diagnosis ditegakkan.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Pencitraan Dada
2. Pungsi Pleura
Cairan efusi pleura keganasan pada umunmya merupakan suatu eksudat serta
lazim bersifat hemoragik. Kadar protein pada umumnya lebih tinggi (lebih dari 3
g/dl), demikian juga kadar LDH (di atas 200 UI). Kaadr glukosa kurang dari 60
mg/dl, jumlah eosinofil meningkat, jumlah limfosit pada hitung jenis leukosit 50%
atau lebih, dan jumlah eritrosit lebih dari 100.000/ml.2
Pemeriksaan sitologik cairan pleura memilki arti yang amat penting dalam
menegakkan diagnosis efusi pleura keganasan. Pada setiap penderita yang dicurigai
mengidap efusi pleura.2
Perlu diingat bahwa tidak semua cairan pleura pada efusi pleura keganasan
merupakan eksudat; metastasis sel-sel tumor ke sistem getah bening subpleura akan
menghambat pengaliran cairan dari rongga pleura, sehingga menimbulkan
penimbunan transudat di dalam rongga pleura.2
2.8 . PENATALAKSANAAN
Terapi Efusi Pleura berdasarkan penyakit dasarnya
Gagal Jantung
Pada pasien ini, terapi terbaik dengan diuretik. Jika setelah penberian efusi
menetap, diagnostik torakosintesis perlu dilakukan. Selain itu, torakosintesis
dilakukan pada efusi satu sisi, disertai demam, atau nyeri dada pleuritik. Jika nilai
NT- proBNP cairan pleura > 1500 pg/cc, mengaartikan bahwa efusi terjadi karena
gagal jantung.
Empiema atau efusi parapneumonia
Terapi pasien ini dengan torakosintesis, pemberian antibiotik, dan drainase.
Hidrotoraks hepatik
Terjadi pada 5% pasien sirosis dan asites karena perpindahan cairan dari
rongga peritoneum ke rongga pleura melalui lubang kecil di diafragma. Posisi efusi di
sebelah kanan.
Pleuritis TB
Disertai gejala demam, penurunan BB, dispneu, dan nyeri dada pleuritis.
Penatalaksanaan dengan pemberian obat anti TB minimal 9 bulan dan kotikosteroid
dosis 0,75-1 mg/KgBB/hari selama 2-3 minggu yang mana dosis akan diturunkan
bertahap; torakosintesis jika teerdapat sesak atau efusi lebih tinggi dari sela iga III.
Kilotoraks
Penyebabnya trauma. Hasil dari torakosintesis, akan terlihat cairan seperti
susu dan trigliserida ≥ 1,2 mmol/L (110 mg/dL). Penatalaksanaannya dengan
pemasangan chest tube, tidak boleh lama-lama karena bisa mengakibatkan malnutrisi
dan penurunan status imun.
Hemotoraks
Penyebabnya trauma. Jika dalam cairan pleura terlihat darah, perlu dilakukan
pemeriksan hematokrit cairan pleura. Hasil hematokrit ≥ ½ dibandingkan dengan
hasil dari darah tepi, berarti mengarah ke hemotoraks. Tatalaksana hemotoraks, yaitu
dengan chest tube torakostomi. Bila perdarahan >200 ml/jam, torakotomi atau
torakoskopi menjadi pilihan pertama.3
Efusi Pleura Maligna
- Terapi Non Farmakologi Efusi Pleura Maligna
Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya
multilokular, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan
irigasi cairan garam fisiologi atau larutan antiseptik (betadine). Pengobatan secara
sistemik hendaknya segera diberikan, tetapi ini tidak berarti bila tidak diiringi
pengeluaran cairan yang adekuat.1
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada efusi
pleura maligna), dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura viseralis dan
pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai)
bleomisin, korinebakterium parvum, Tio-tepa, 5 flourourasil.1
Efusi pleura keganasan pada umumya merupakan stadium lanjut dari suatu
keganasan dan pengobatan terhadap keganasan pada stadium ini biasanya tidak
memberikan hasil yang baik.2
Oleh karena itu, penanganan eusi pleura keganasan hampir selalu bersifat
paliatif dengan tujuan untuk mengurangi gejala-gejala dan mencegah pembentukan
cairan pleura. Pengobatan terhadap kankerprimer dapat diberikan apabila diketahui
lokasinya serta terdapat pengobatan untuk tumor tersebut. Penanganan paliatif pada
efusi pleura keganasan dapat berupa aspirasi cairan, pleurodesis, dan pembedahan.
Tujuan tindakan ini adalah mengurangi dan mencengah penimbunan kembali cairan
pleura, menghindari komplikasi akibat efusi pleura, dan mengembalikan fungsi
normal pleura-paru.2
Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan jalan aspirasi secara berulang atau
dengan pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan Water Seal Drainage
(WSD). Aspirasi cairan (torakosintesis) berulang merupakan tindakan penanganan
yang tidak berbeda dengan torakosintesis untuk tujuan diagnostik. Cairan yang
dikeluarkan pada setiap kali pengambilan sebaiknya tidak lebih dari 1500 ml untuk
mencegah terjadinya edema prau akibat pengembangan paru secara mendadak. Selain
itu, pengeluaran cairan dalam jumlah besar secara tiba-tiba bisa menimbulkan refleks
vagal, berupa batuk-batuk, bradikardi, aritmia yang berat, dan hipotensi. Jika jumlah
cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks dihubungkan dengan WSD,
sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat namun aman dan sempurna. WSD
perlu diawasi setiap hari dan jika sudah terlihat undulasi pada selang, maka cairan
mungkin sudah habis dan jaringan paru sudah mengembang. Untuk memastikan hal
tersebut, dapat dilakukan pembuatan foto toraks. Selang toraks dapat dicabut jika
produksi cairan harian kurang dari 100 ml dan jaringan paru telah mengembang, yang
ditandai oleh terdengarnya kembali suara napas dan terlihat pengembangan paru pada
foto toraks. Selang dicabut pada waktu ekspirasi maksimum.2
1. Pleurodesis
Tujuan utama tindakan ini adalah melekatkan pleura viseralis dengan pleura
parietalis, dengan jalan memasukkan suatu bahan kimia atau kuman ke dalam rongga
pleura sehingga terjadi keadaan pleuritis obliteratif. Pleurodesis merupakan
penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Bahan kimia yang lazoim
digunakan adalah sitotastika, seperti tiotepa, bleomisin, nitrogen mustard, 5-
flourourasil, adriamisin, dan doksorubisin. Setelah cairan efusi dapat dikeluarkan
sebanyak-banyaknya, obat sitostatika (misalnya, bleomisin 45 mg) diberikan dengan
selang waktu 7-21 hari; pemberian obat tidak perludisertai pemasangan WSD. Setelah
1-3 hari, jika berhasil akan terjadi pleuritis obliteratif yang menghilangkan rongga
pleura, sehingga mencengah penimbnan kembalicairan di dalam rongga tersebut.
Obat lain yang mudah dan murah diperoleh adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat
ini, WSD harus dipasang dan paru sudah dalam keadaan mengembang. Tetrasiklin
500 mg dilarutkan ke dalam 30-50 ml larutan garam faal, kemudian dimasukkan ke
dalam rongga pleura melalui selang toraks, ditambah dengan larutan garam faal 10-30
ml unttuk membilas selang serta 10 ml lidokain 2% untuk mengurangi rasa nyeri
yang ditimbulakn obat ini. Analgesik narkotik yang diberikan 1-1,5 jam sebelum
pembeerian tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nteri tersebut. Selang toraks
diklem selama sekitar 6 jam dan posisi penderita diubah-ubah agar penyebaran
tetrasiklin merata di seluruh bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu 24-48 jam
cairan tidak keluar lagi, selang toraks dapat dicabut. Zat lain juga digunakan untuk
pleurodesis adalah talk.2
2. Pembedahan
Pleurektomi jarang dikerjakan pada efusi pleura keganasan, oleh karena efusi
pleura keganasan pada umumnya merupakan stadium lanjut dari suatu keganasan dan
pembedahan menimbulkan resiko yang besar. Bentuk operasi yang lain adalah ligasi
duktus toraksikus dan pintas pleuroperitoneum. Kedua pembedahan ini terutama
dilakukan pada efusi pleura keganasan akibat limfoma atau keganasan lain pada
kelenjar limfe hilus dan mediastinum, dimana cairan pleura tetap terbentuk setelah
dilakukan pleurodesis.2
Gambar 2. Pungsi pleura
2.9. KOMPLIKASI
- Efusi pleura berulang, terlokalisasi
- Empiema
- Gagal napas2
2.10. PROGNOSIS
Prognosis efusi pleura adalah baik, kecuali prognosis efusi pleura maligna
buruk karena umunya merupakan stadium lanjut dari keganasan yang dideritanya.2
BAB III
KESIMPULAN
4. Price SA, Wilson LM. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th
ed. Jakarta: EGC; 2005.