Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MODUL-VI
SISTEM PERNAFASAN
SKENARIO 4
PENYAKIT PLEURA

Shakira Zulfikar Ali

71220811088
SGD 3
DOSEN TUTOR:
Prof.DR.dr. Umar Zein
DTMH&H sp.PD,KPTIm
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya selaku mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara dapat
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini yang Anak demam berkepanjangan.

Makalah ini berisikan tentang materi belajar. Saya menyadari dalam


pembuatan makalah ini belum sempurna. Sehingga, sumbang saran,
kritik dan masukkan akan kami terima dengan penuh rasa terima kasih.
Selain itu, saya dan teman sgd 7 juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Tri Makmur, Sp.S yang sudah bersedia membimbing saya dan
teman sgd saya sehingga makalah ini dapat di selesaikan.

Saya juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi


referensi bagi teman teman sekalian untuk bahan belajar. Akhir kata,
saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Medan, 2 5Mei 2023

Shakira Zulfikar Ali


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................2


DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

SKENARIO ......................................................................................................................5

BAB I .............................................................................................................................. 6

PENDAHULUAN .............................................................................................................6

1.1 LATAR BELAKANG .........................................................................................6


1.2 IDENTIFIKASI MASALAH...............................................................................6
1.3 TUJUAN PENULISAN ....................................................................................7
BAB II ............................................................................................................................. 8

PEMBAHASAN ...............................................................................................................8

2.1 ANAMNESIS PEYAKIT PLEURA .....................................................................8


2.2 ETIOPATOGENESIS EFUSI PLEURA .............................................................. 8
2.3 TATALAKSANA PENGOBATAN PENYAKIT PLEURA ......................................9
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT PLEURA .......................................11
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC DAN DIAGNOSA BANDING PLEURA ............12
2.6 PEMERIKSAAN FISIK PADA PENYAKIT PLEURA..........................................12

BAB III ..........................................................................................................................13

PENUTUP .....................................................................................................................13

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................. 13

3.2 SARAN .......................................................................................................13


LEMBAR PENILAIAN MAKALAH
NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai

1. Ada makalah 60

2. Keseuaian dengan LO 0 – 10

3. Tata Cara Penulisan 0 – 10

4. Pembahasan Materi 0 – 10

5. Cover dan Penjilidan 0 – 10

TOTAL

NB : LO = Learning Objective
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pleura adalah jaringan tipis yang ditutupi oleh lapisan sel (sel mesothelial)
yang mengelilingi paruparu dan melapisi bagian dalam dinding dada. Rongga
pleural adalah area antara paru-paru dan dinding dada. Terpengaruh pada
tekanan subatmosfer, bagian ini dapat membuat paru-paru (sejumlah besar
cairan di rongga pleura) atau pneumotoraks (udara di rongga pleura) dapat
menyebabkan kompresi parsial atau komplet paru-paru. Banyak penyakit yang
mempengaruhi rongga pleura pada orang dewasa dan anakanak, termasuk
penyakit yang umum seperti pneumonia, kanker payudara, dan gagal jantung.
Penyakit pleura sering merupakan efek sekunder dari proses penyakit lain.
Efusi pleura adalah manifestasi paling sering dari penyakit pleura dan
gambaran umum dari kondisi lain dari gagal jantung atau gagal ginjal.
Diperkirakan satu juta orang Amerika terjadinya efusi pleura setiap tahun.
"Radang selaput dada" adalah segala kondisi radang pleura. Karena pleura
dipenuhi dengan saraf, radang selaput dada bisa sangat menyakitkan.
Biasanya, ketika rongga pleura terlibat pada proses pneumonia atau kanker
paru-paru, pasien lebih sakit dan memiliki prognosis yang lebih buruk
daripada tidak adanya keterlibatan pleura.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


1. Perempuan 35 tahun dengan keluhan sesak napas memberat
dalam 2 hari nyeri dada kanan terutama pada saat batuk dan
menarik nafas. batuk dijumpai selama 3 tahun bulan terakhir.
2. Pemeriksaa fisik:pasien sadar ,tampak sakit berat ,terlihat sesak
napas TD:110/70MmHg,Frekuensi pernapasan 32x/menit
frekuensi nadi 120x/menit suhu 37 derjat celcius
3. Inspeksi:Asimetris,dada kanan terlihat bulging,ketinggian
bernapas paru kanan
Palpasi:Fremitus kanan melemah
Perkusi:Beda pada paru kanan,batas paru sulit ditemukan
Auskultasi:Menghilang pada paru kanan,vesikuler pada paru kiri
4. Foto Toraks:ditemukan konsolidasi opak homogeny paru
kanan,pendorongan trakea dan mediastinum kearah kontra
lateral
5. USG Toraks:Ditemukan Anechoic pada hemitoraks kanan

1.3 TUJUAN PENULISAN

Mahasisiwa mampu memahami dan menjelaskan :


1. Anamnesis penyakit pleura
2. Etipatogenesis efusi pleura
3. Tatalaksana pengibatan penyakit pleura
4. Pemeriksaan penunjang penyakit pleura
5. Pemeriksaan diagnostic dan diagnosa banding pleura
6. Pemeriksaan fisik pada penyakit pleura
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANAMNESIS PADA PENYAKIT PLEURA


anamnesis pasien ditemukan keluhan sesak yang berat, timbul
mendadak dan terus menerus serta tidak membaik dengan
istirahat, ditemukan juga keluhan batuk dengan dahak yang sulit
dikeluarkan. Pada pemeriksaam fisik ditemukan asimetris dimana
dada kanan tertinggal, vocal fremitus serta suara vesikuler
menurun pada sisi kanan, dan saat diperkusi ditemukan dullness
pada sisi kanan, serta pada pemeriksaan foto thorak ditemukan
adanya efusi pleura kanan massif.

2.2 ETIOPATOGENESIS EFUSI PLEURA

Menurut Darmanto (2019), ada beberapa factor yang menjadi


penyebab dari efusi pleura adalah sebagai berikut: 1. Efusi Pleura
Transudatif Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang
berjenis efusi transudate. Efusi pleura transudatif dapat dibebakan
berbagai faktor antara lain disebabkan oleh gagal jantung
kongestif, emboli pada paru, sirosis hati atau yang merupakan
penyakit pada intraabdominal, dialisis peritoneal,
hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut,
retensi garam maupun setelah pembedahan jantung. 2. Efusi
Pleura Eksudatif Efusi pleura eksudatif merupakan jenis cairan
eksudat yang terjadi akibat adanya peradangan atau proses
infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang berdekatan dengan
pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler juga
dapat mengakibatkan terbentuknya cairan yang mengandung
banyak protein keluar dari pembuluh darah dan berkumpul pada
rongga pleura. Penyebab efusi pleura eksudatif juga bisa di
sebabkan oleh adanya bendungan pada pembuluh limfe.
Penyebab lainnya dari efusi pleura eksudatif yaitu adanya
neoplasma, infeksi, penyakit jaringan ikat, penyakit
intraabdominal dan imunologik. a. Neoplasma Neoplasma dapat
menyebkan efusi pleura dikarenakan karsinoma bronkogenik
karena dalam keadaan tersebut jumlah leukosit >2.500/mL. yang
terdiri dari limfosit, sel maligna, dan sering terjadi reakumulasi
setelah terasentesis, selain itu tumor metatastik yang berasal dari
karsinoma mammae lebih sering bilateral dibandingkan dengan
karsinoma bronkogenik yang diakibatkan adanya penyumbatan
pembuluh limfe atau adanya penyebaran ke daerah pleura.
Penyebab lainnya adalah limfoma, mesotelimoa dan tumor jinak
ovarium atau sindrom meig. b. Infeksi Penyebab dari efusi pleura
eksudatif adalah infeksi, mikroorganismenya adalah virus,
bekteri, mikoplasma maupun mikobakterium. Bakteri dari
pneumonia akut jarang sekali dapat menyebabkan efusi pleura
eksudatif, efusi pleura yang mengandung nanah disertai
mikroorganisme di sebut dengan empyema. Selain empyema
pneumonia yang disebabkan oleh virus dan mikoplasma juga
dapat 6 menyababkan efusi pleura. c. Penyakit jaringan ikat
Penyakit jaringan ikat yang dapat menyababkan efusi pleura
adalah seperti lupus eritematosus sistemik dan artritis rheumatoid.
d. Penyakit intraabdominal Efusi pleura yang disebabkan oleh
penyakit intra abdominalis tidak hanya dapat menyebabkan efusi
pleura eksudatif saja tetapi dapat juga menyebabkan efusi pleura
transudatif tergantung pada jenis penyababnya. Penyakit
intraabdominal yang dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif
adalah kasus pasca bedah abdomen, perforasi usus, dan
hepatobiliar yang dapat menyababkan abses subdiafragmatika.
Hal yang sering ditemukan sebagai penyabab efusi pleura dari
penyakit intra abdominalis adalah abses hepar karena amoba. e.
Imunologik Imunologik yang dapat menyababkan efusi pleura
adalah seperti efusi rheumatoid, efusi lupus, efusi sarkoidosis,
granulomatosis wagener, sindrom sjogren, paska cedera jantung,
emboli paru, paru uremik dan sindrom meig. Efusi pleura
rheumatoid banyak di jumpai pada pasien lakilaki dibandingkan
pada pasien perempuan. Biasanya pasien rheumatoid tingkat
sedang sampai berat yang mempunyai nodul subkutan dapat
menyabkan efusi pleura rheumatoid. Pada pasien efusi pleura
rheumatoid pasien mengaluhkan nyeri pleuritik dan sesak napas.
3. Efusi pleura hemoragis Efusi pleura hemoragis merupakan
efusi pleura yang di sebakan oleh trauma, tumor, infark paru
maupun tuberkolosis. 4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk
Penyebab efusi pleura dari lokasi terbentuknya dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu unilateral dan bilateral. Jenis efusi
pleura unilateral tidak ada kaitannya dengan penyebab penyakit
tetapi efusi pleura bilateral dapat ditemukan pada penyakit-
penyakit berikut seperti gagal jantung kongestif, sindroma
nefrotik, asites, infark paru, tumer dan tuberkolosis. 5. Analisis
cairan pleura Menurut Dramanto (2019), analisa dari cairan
pleura adalah sebagi berikut. Cairan pleura secara maksroskopik
diperiksa warna, turbiditas, dan bau dari cairannya. Efusi pleura
transudate cairannya biasanya jernih, transparan, berawarna
kuning jerami dan tidak memiliki bau. Sedangakan cairan dari
pleura yang menyerupai susu bisanya mengandung kilus
(kilotoraks). Cairan pleura yang berbau busuk dan mengandung
nanah biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob. Cairan yang
berwarna kemeraha
2.3 TATALAKSANA PENGOBATAN PENYAKIT
PLEURA

1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dispnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage Hal ini dilakukan jika torakosintesis
menimbulkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit.
3. Obat – obatan Pemberian antibiotik jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri.
4. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada (Saferi & Mariza,
2013). 10 2.2 Thoracocentesis
1) Pengertian Thoracocentesis (thoracentesis) atau yang sering juga dikenal sebagai
pleural tap adalah prosedur untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura, misalnya
pada efusi pleura, empiema, atau hemothorax. Normalnya, cairan fisiologis di rongga
pleura hanya terdapat dalam jumlah sedikit. Namun, apabila terjadi akumulasi cairan
dengan volume atau komposisi abnormal, maka kondisi tersebut bersifat patologis.
(Wiederhold BD, 2020)
2) Indikasi Indikasi thoracocentesis (thoracentesis) atau pleural tap adalah untuk
mengaspirasi cairan patologis dari rongga pleura, misalnya pada kasus efusi pleura,
empiema, atau hemothorax. Indikasi ini dapat dibedakan menjadi tujuan diagnostik
atau terapeutik. Thoracocentesis diagnostik dilakukan untuk menganalisis etiologi
penyakit, sedangkan thoracocentesis terapeutik dilakukan untuk mengeluarkan
volume cairan yang berlebih. Efusi pleura yang membutuhkan thoracocentesis dapat
disebabkan oleh tuberkulosis, pneumonia, abses paru, trauma (hemothorax),
keganasan, gagal jantung, pulmonary veno-occlusive disease, pankreatitis, sirosis,
emboli paru, dan inflamasi pascaoperasi kardiotoraks. Untuk mengonfirmasi adanya
efusi pleura, dokter dapat melakukan rontgen toraks, ultrasonografi (USG), atau CT
scan. Sensitivitas USG dan CT scan lebih tinggi dalam menentukan kepastian efusi
pleura dan menilai volume efusi tersebut bila dibandingkan dengan rontgen toraks
3) Kontra Indikasi Tidak ada kontraindikasi absolut untuk thoracocentesis atau
pleural tap. Akan tetapi, kontraindikasi relatif dapat berupa selulitis pada lokasi
tusukan dan defisit koagulasi akibat faktor intrinsik maupun faktor iatrogenik. Pasien
yang tidak kooperatif dan sulit diposisikan juga menjadi kontraindikasi relatif
thoracocentesis. Selain itu, segala kondisi medis pasien yang mungkin menyebabkan
risiko tindakan menjadi lebih besar daripada potensi manfaat tindakan juga menjadi
kontraindikasi relatif 11 4) Teknik Teknik thoracocentesis (thoracentesis) atau pleural
tap dilakukan secara aseptik dan dilakukan dengan anestesi lokal. Sedasi juga dapat
diberikan bila diperlukan. Pada thoracocentesis diagnostik yang bertujuan untuk
mencari etiologi penyakit, volume cairan yang diaspirasi biasanya hanya sedikit.
Namun, volume cairan yang diaspirasi pada thoracocentesis terapeutik biasanya lebih
besar. Persiapan Pasien yaitu Informed consent penting dilakukan sebelum tindakan.
Dalam proses informed consent, dokter perlu menjelaskan kepada pasien atau
keluarga mengenai kondisi yang dialami, alasan mengapa thoracocentesis
dibutuhkan.
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT
PLEURA
Pemeriksaan penunjang, seperti:

• Rontgen dada. Melalui pemeriksaan rontgen dada, efusi pleura akan tampak
putih pada sinar-X, sementara itu ruang udara terlihat hitam. Kemungkinannya
meningkat apabila kondisi ini semakin jelas saat pengidapnya berbaring
miring. Posisi ini dapat menunjukkan jika cairan mengalir bebas di dalam
rongga pleura.
• Computed tomography (CT-Scan). Jika dibandingkan dengan rontgen dada,
pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan kondisi paru-paru lebih detail.
• Ultrasonografi. Dokter dapat melakukan pemeriksaan USG untuk menemukan
cairan.
• Thoracentesis. Tindakan thoracentesis atau punksi pleura dengan cara
mengambil sampel cairan dengan menggunakan jarum pada rongga pleura,
untuk memeriksa jenis cairan di laboratorium.

2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC DAN DIAGNOSA


PENYAKIT PLEURA

Diagnosis Efusi Pleura


Untuk mendiagnosis efusi pleura, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala
dan riwayat kesehatan pasien, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dada.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang guna memastikan
diagnosis, seperti:

2 Pemindaian dengan foto Rontgen atau CT scan, untuk memeriksa apakah


terjadi penumpukan cairan di paru-paru
3 Thoracentesis, untuk mengambil sampel cairan dari rongga dada kemudian
menelitinya di laboratorium
4 Tes darah, untuk melihat tanda-tanda infeksi serta memeriksa fungsi ginjal
dan fungsi hati
5 Biopsi paru, untuk mendeteksi sel atau jaringan yang tidak normal di paru-
paru
6 Ekokardiografi, untuk memeriksa kondisi jantung dan mendeteksi
gangguan pada jantung
7 Bronkoskopi, untuk memeriksa gangguan di saluran pernapasan
2.6 PEMERIKSAAN FISIK PADA PENYAKIT PLEURA

Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan dada asimetris, dimana dada


kanan tertinggal saat bernapas, vokal fremitus dada kanan menurun, redup
pada dada kanan, suara vesikuler menurun pada dada kanan, dan
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan coli
dekstra, serta hepatomegali. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan
leukositosis. Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan hipoalbumin dan
penurunan fungsi hati. Pemeriksaan analisis gas darah ditemukan
hipoksemia, analisis cairan pleura menunjukkan suatu eksudat, warna
cairan merah keruh dengan eritrosit penuh dan jumlah sel banyak.
Pemeriksaan sitologi ditemukan suatu non small cell carcinoma cenderung
tipe adeno. Foto thoraks menunjukkan efusi pleura kanan masif.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien ini didiagnosis dengan efusi pleura dekstra masif et causa suspek
malignansi, Pada pasien ini dilakukan evakuasi cairan pleura, pemberiaan
analgesik, serta antibiotik.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal. Proses penyakitprimer jarang
terjadi namun biasanya akibat dari penyakit. Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus. Secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil
cairan yaitu sekitar 5 – 15ml yang berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Ardhi,
2018). Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya
penumpukan cairan pada rongga pleura yang berada di permukaan pleura
visceral dan pleura pariental. Efusi pleura adalah penyakit primer yang
termasuk jarang terjadi akan tetapi terhadap penyakit lain efusi pleura
merupakan penyakit sekunder. Selain berisi cairan, dalam efusi pleura juga
terdapat penumpikan pus dan darah.

3.2 SARAN
Saya sebagai penulis disini memohon atas masukan & kritikannya agar saya
bisa menyempurnakan tulisan ini dengan judul”PENYAKIT PLEURA”
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, Antunes N, Leal, Figueiredo L. Imaging of Pleural Effusion: Comparing


Ultrasound, X-Ray and CT findings. Eur Soc Radiol. 2017;1(1):1–18.

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


Email: putunita049@gmail.com

Wang XJ, Yang Y, Wang Z, Xu LL, Wu YB, Zhang J, et al. Efficacy and safety of
diagnostic thoracoscopy in undiagnosed pleural effusions. Respiration.
2015;90(3):251–5. 19.

Yusnida, A. M, Widodo, C. E, Adi, K. Chest XRay Segmentation to Calculate Pleural


Effusion Index in Patient with Dengue Hemorrhagic Fever. Int J Innov Res Adv Eng.
2017;4(7):2015–8

Respirator kedokteran unud ac.id

Anda mungkin juga menyukai