Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODUL 6 (PERNAFASAN )
EFUSI PLEURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD AKTHAR RIDHOTULLAH SAME
71220811076

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.Pd, KPTI
Dr. Ade Chandra Sulistiawati, M.kes
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karuniaNya kepada saya sehingga saya selaku mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara dapat menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat waktunya. Makalah ini yang berjudul “EFUSI
PLEURA”. Makalah ini berisikan tentang metode belajar Mahasiswa. Saya
menyadari dalam pembuatan makalah ini belum sempurna. Sehingga, sumbang
kritik, saran dan masukkan akan kami terima dengan penuh rasa terima kasih.

Selain itu, saya dan teman SGD 3 juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
bersama Prof. Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.Pd, KPTI, dan Dr. Ade Chandra
Sulistiawati, M.kes. yang sudah bersedia membimbing saya dan teman SGD saya
sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu.Saya juga berharap dengan
adanya makalah ini, dapat menjadi referensi bagi teman teman sekalian untuk
bahan belajar. Saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Medan, 28 MEI 2023

M AKTHAR RIDHOTULLAH SAME


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


DAFTAR ISI.......................................................................................................................
SKENARIO -1 ....................................................................................................................
BAB -1 ................................................................................................................................
PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................................................
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................................
1.3. TUJUAN PENULISAN .........................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
PEMBAHASAN .................................................................................................................
2.1 ETIOLOGI EFUSI PLEURA .....................................................................................
2.2 EPIDEMIOLOGI EFUSI PLEURA ............................................................................
2.3 PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA ...........................................................................
2.4 GEJALA DAN TANDA EFUSI PLEURA ........................................................................
2.5 DIAGNOSIS EFUSI PLEURA .........................................................................................
2.6 PENATALAKSANAAN EFUSI PLEURA ......................................................................
2.7 PROGNOSIS EFUSI PLEURA .........................................................................................
2.8 KOMPLIKASI EFUSI PLEURA .......................................................................................
2.9 PENCEGAHAN EFUSI PLEURA ....................................................................................

BAB III ..............................................................................................................................


PENUTUP...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rongga potensial antara pleura parietalis dan viseralis berperan sebagai sistem berpasangan
antara paru dan dinding dada. Pleura memiliki aliran darah sistemik dan limfatik, aliran tersebut
melalui rongga pleura melibatkan tekanan mikrovaskuler, tekanan onkotik, permeabilitas dan
area permukaan (Ward et al, 2007). Menurut Mansjoer (2007) efusi pleura adalah
terkumpulnya cairan pleura yang abnormal di dalam cavum pleura. Pengumpulan cairan yang
abnormal dan berlebih di dalam rongga pleura, rongga yang terletak diantara selaput yang
melapisi paru – paru dan rongga dada (Abata, 2014). Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika
rongga pleura dipenuhi oleh cairan bisa disebut juga dengan penumpukan cairan dalam rongga
pleura (Soemantri, 2008).

1.2 Identifikasi Masalah


Perempuan 35 tahun datang dengan keluhan sesak nafas memberat dalam dua hari.
Pemeriksaan fisik terdapat kelainan dada kanan terlihat bulging, fremitus kanan melemah,
batas paru hati sulit ditentukan. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan opak homogen pada
paru kanan dan dijumpai anechoic pada hemitoraks kanan.

1.3 tujuan penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi efusi pleura
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi efusi pleura
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pathofisiologi efusi pleura
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala dan tanda efusi pleura
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis efusi pleura
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan efusi pleura
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prognosis efusi pelura
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi efusi pleura
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan efusi pleura
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ETIOLOGI EFUSI PLEURA


Menurut Darmanto (2016), ada beberapa factor yang menjadi penyebab dari efusi pleura adalah
sebagai berikut :

1. Efusi Pleura Transudatif

Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berjenis efusi transudate. Efusi pleura
transudatif dapat dibebakan berbagai faktor antara lain disebabkan oleh gagal jantung
kongestif, emboli pada paru, sirosis hati atau yang merupakan penyakit pada intraabdominal,
dialisis peritoneal, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi garam
maupun setelah pembedahan jantung.

2. Efusi Pleura Eksudatif

adanya peradangan atau proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang berdekatan dengan
pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler juga dapat mengakibatkan
terbentuknya cairan yang mengandung banyak protein keluar dari pembuluh darah dan
berkumpul pada rongga pleura. Penyebab efusi pleura eksudatif juga bisa di sebabkan oleh
adanya bendungan pada pembuluh limfe. Penyebab lainnya dari efusi pleura eksudatif yaitu
adanya neoplasma, infeksi, penyakit jaringan ikat, penyakit intraabdominal dan imunologik.

• Neoplasma

Neoplasma dapat menyebkan efusi pleura dikarenakan karsinoma bronkogenik


karena dalam keadaan tersebut jumlah leukosit >2.500/mL. yang terdiri dari
limfosit, sel maligna, dan sering terjadi reakumulasi setelah terasentesis, selain
itu tumor metatastik yang berasal dari karsinoma mammae lebih sering bilateral
dibandingkan dengan karsinoma bronkogenik yang diakibatkan adanya
penyumbatan pembuluh limfe atau adanya penyebaran ke daerah pleura.
Penyebab lainnya adalah limfoma, mesotelimoa dan tumor jinak ovarium atau
sindrom meig.
• Infeksi
Penyebab dari efusi pleura eksudatif adalah infeksi, mikroorganismenya adalah
virus, bekteri, mikoplasma maupun mikobakterium. Bakteri dari pneumonia
akut jarang sekali dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif, efusi pleura yang
mengandung nanah disertai mikroorganisme di sebut dengan empyema. Selain
empyema pneumonia yang disebabkan oleh virus dan mikoplasma juga dapat
menyababkan efusi pleura.

• Penyakit jaringan ikat


Penyakit jaringan ikat yang dapat menyababkan efusi pleura adalah seperti
lupus eritematosus sistemik dan artritis rheumatoid.

• Penyakit intraabdominal
Efusi pleura yang disebabkan oleh penyakit intra abdominalistidak hanya dapat
menyebabkan efusi pleura eksudatif saja tetapi dapat juga menyebabkan efusi
pleura transudatif tergantung pada jenis penyababnya. Penyakit intraabdominal
yang dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif adalah kasus pasca bedah
abdomen, perforasi usus, dan hepatobiliar yang dapat menyababkan abses
subdiafragmatika. Hal yang sering ditemukansebagai penyabab efusi pleura dari
penyakit intra abdominalisadalah abses hepar karena amoba.

• Imunologik
Imunologik yang dapat menyababkan efusi pleura adalah seperti efusi
rheumatoid, efusi lupus, efusi sarkoidosis, granulomatosis wagener, sindrom
sjogren, paska cedera jantung, emboli paru, paru uremik dan sindrom meig.
Efusi pleura rheumatoid banyak di jumpai pada pasien laki-laki dibandingkan
pada pasien perempuan. Biasanya pasien rheumatoid tingkat sedang sampai
berat yang mempunyai nodul subkutan dapat menyabkan efusi pleura
rheumatoid. Pada pasien efusi pleura rheumatoid pasien mengaluhkan nyeri
pleuritik dan sesak nafas.

• Efuis pleura hemoragis


Efusi pleura hemoragis merupakan efusi pleura yang di sebakan oleh trauma,
tumor, infark paru maupun tuberkolosis.
• Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk
Penyebab efusi pleura dari lokasi terbentuknya dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu unilateral dan bilateral. Jenis efusi pleura unilateral tidak ada kaitannya
dengan penyebab penyakit tetapi efusi pleura bilateral dapat ditemukan pada
penyakit-penyakit berikut seperti gagal jantung kongestif, sindroma nefrotik,
asites, infark paru, tumer dan tuberkolosis.

• Analisis cairan pleura


Menurut Dramanto (2016), analisa dari cairan pleura adalah sebagi berikut. Cairan
pleura secara maksroskopik diperiksa warna, turbiditas, dan bau dari cairannya. Efusi
pleura transudate cairannya biasanya jernih, transparan, berawarna kuning jerami dan
tidak memiliki bau. Sedangakan cairan dari pleura yang menyerupai susu bisanya
mengandung kilus (kilotoraks). Cairan pleura yang berbau busuk dan mengandung
nanah biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob. Cairan yang berwarna kemerahan
biasanya mengandung darah, sedangkan jika berwarna coklat biasanya di sebabkan
oleh amebiasis. Sel darah putih dalam jumlah banyak dan adanya peningkatan dari
kolesterol atau trigliserida akan menyebabkan cairan pleura berubah menjadi keruh
(turbid). Setelah dilakukan proses sentrifugasi, supernatant empiema menjadi jernih
dan berubah menjadi warna kuning, sedangkan jika efusi disebabkan oleh kilotoraks
warnanya tidak akan berubah tetap seperti berawan. Sedangkan jika dilakukan
sentripugasi. Penambahan 1 mL darah pada sejumlah volume cairan pleura sudah cukup
untuk menyababkan perubahan pada warna cairan menjadi kemerahan yang di
sebabkan darah tersebut mengandung 5000-10.000 sel eritrosit. Efusi pleura yang
banyak mengandung darah (100.000 eritrosit/mL) Memicu dugaan adanya trauma,
keganasan atau emboli dari paru. Sedangkan cairan pleura yang kental dan terdapat
darah biasanya disebabakn adanya keganasan. Jika hematocrit cairan pleura melebihi
50% dari hematocrit dari darah perifer, termasuk dalam hemotoraks.

2.2 EPIDEMIOLOGI EFUSI PLEURA

Efusi pleura adalah penyakit yang paling umum di antara semua penyakit pleura dan
mempengaruhi 1,5 juta pasien per tahun di Amerika Serikat. Berbagai macam penyakit dapat
muncul dengan efusi pleura seperti penyakit terutama yang melibatkan paru-paru seperti
pneumonia, paparan asbes, terutama penyakit sistemik seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau
mungkin manifestasi penyakit pleura yang terutama mempengaruhi organ lain seperti gagal
jantung kongestif, pankreatitis, atau penyakit lokal pada pleura seperti infeksi pleura dan
mesothelioma.

2.3 PATOFISIOLOGI ASMA

Pada orang dewasa normal yang sehat, rongga pleura memiliki cairan yang minimal, yang
berfungsi sebagai pelumas untuk kedua permukaan pleura. Jumlah cairan pleura sekitar 0,1
ml/kg hingga 0,3 ml/kg dan terus-menerus dipertukarkan. Cairan pleura berasal dari pembuluh
darah permukaan pleura parietal dan diserap kembali oleh limfatik di permukaan diafragma
dan mediastinum tergantung dari pleura parietal. Tekanan hidrostatik dari pembuluh darah
sistemik yang mensuplai pleura parietalis diduga mendorong cairan interstitial ke dalam rongga
pleura dan karenanya memiliki kandungan protein yang lebih rendah daripada
serum. Akumulasi kelebihan cairan dapat terjadi jika produksi berlebihan atau penurunan
penyerapan, atau keduanya melebihi mekanisme homeostatis normal. Jika efusi pleura
terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik, biasanya bersifat transudat.

2.4 GEJALA DAN TANDA ASMA


Efusi pleura secara umum memiliki gejala yang cukup bervariasi, namun gejala utama yang
akan dirasakan oleh pasien berupa sesak napas, baik ringan maupun berat hingga dapat
mengalami gagal napas. Sesak napas dirasakan oleh penderita efusi pleura karena cairan yang
berlebihan dapat mengganggu pergerakan paru-paru sehingga tak mampu menampung udara
yang cukup untuk mencukupi kebutuhan oksigen tubuh. Sesak dapat dirasakan terutama saat
pasien sedang berbaring di tempat tidur. Selain keluhan sesak, penderita juga dapat merasakan
batuk tanpa dahak dan nyeri dada yang terasa menusuk saat menarik napas dalam. Gejala dan
tanda lain yang mungkin ditemui oleh pasien juga bergantung dari penyakit penyerta atau
penyebab dari efusi pleura. Pada penderita dengan gagal jantung atau gangguan ginjal, dapat
ditemukan bengkak pada kaki. Pada pasien efusi pleura dengan kecurigaan infeksi dapat juga
ditemukan adanya demam, batuk berdahak, atau gejala khas seperti keringat malam dan
penurunan berat badan. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mencari penyebab efusi pleura
agar dapat dilakukan pengobatan yang tepat.
2.5 DIAGNOSIS EFUSI PLEURA

Presentasi klinis efusi pleura tergantung pada jumlah cairan yang ada dan penyebab yang
mendasarinya. Banyak pasien tidak memiliki gejala pada saat efusi pleura ditemukan. Gejala
yang mungkin timbul meliputi nyeri dada pleuritik, dispnea, dan batuk kering yang tidak
produktif. Nyeri dada yang terkait dengan efusi pleura disebabkan oleh radang pleura pada
pleura parietal akibat gesekan yang berhubungan dengan gerakan antara dua permukaan
pleura. 2Nyeri dada pleuritik dapat terlokalisasi atau dirujuk. Rasa sakit biasanya tajam dan
diperburuk oleh pergerakan permukaan pleura, seperti inspirasi dalam, batuk, dan bersin. Rasa
sakit mereda dengan pengikatan dada atau penumpukan cairan. Karena dispnea dan nyeri dada
merupakan gejala nonspesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat penting untuk
mempersempit diagnosis banding. Pendekatan untuk pasien dengan efusi pleura ditunjukkan
pada gambar berikut :

Gambar 1.1 Pendekatan ke pasien dengan efusi pleura.


2.6 PENATALAKSANA EFUSI PLEURA

Setelah etiologi efusi pleura ditentukan, manajemen melibatkan mengatasi penyebab yang
mendasarinya. Dalam kasus efusi parapneumonik kompleks atau empiema (pH cairan pleura
kurang dari 7,2 atau adanya organisme), drainase selang dada biasanya diindikasikan bersama
dengan antibiotik. Saluran kecil (10 G hingga 14 G) sama efektifnya dengan saluran besar
untuk tujuan ini. Jika pasien tidak menanggapi antibiotik yang tepat dan drainase yang
memadai, mungkin diperlukan dekortikasi atau debridemen torakoskopik. Instilasi fibrinolitik
intrapleural dan DNAse dapat digunakan untuk meningkatkan drainase dan pada mereka yang
tidak merespon terapi antibiotik yang memadai dan mereka yang bukan kandidat untuk
intervensi bedah. Jika pasien dengan efusi pleura ganas tidak menunjukkan gejala, drainase
tidak selalu diindikasikan kecuali ada dugaan infeksi yang mendasarinya. Untuk efusi pleura
ganas yang membutuhkan drainase yang sering, pilihan untuk manajemen adalah pleurodesis
(di mana ruang pleura dilenyapkan baik secara mekanis atau kimiawi dengan menginduksi
iritan ke dalam ruang pleura) dan penempatan kateter pleura terowongan. Efusi chylous
awalnya dikelola secara konservatif, tetapi sebagian besar membutuhkan pembedahan.
Seseorang tidak boleh mengeluarkan lebih dari 1500 ml cairan selama satu upaya karena dapat
menyebabkan edema paru ekspansi ulang. Rontgen dada wajib dilakukan setelah melakukan
torakosentesis untuk menentukan sisa cairan dan adanya pneumotoraks.

2.7 PROGNOSIS EFUSI PLEURA

Prognosis tergantung pada penyebab efusi pleura. Efusi jinak dapat disembuhkan, tetapi jika
penyebabnya adalah keganasan, prognosisnya sangat buruk. Fitur lain dari efusi pleura adalah
kekambuhan yang juga dapat terjadi dengan gangguan jinak seperti lupus, uremia, dan
rheumatoid arthritis. Jika efusi pleura tidak dikeringkan, dapat menyebabkan dispnea dan
bahkan empiema.

2.8 KOMPLIKASI EFUSI PLEURA

Efusi pleura yang dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan kondisi berikut ini:

• Atelektasis, yang terjadi ketika alveolus tidak terisi udara dan menyebabkan
kerusakan paru.
• Empiema, yaitu menumpuknya nanah di rongga pleura.
• Pneumothorax akibat penumpukan udara pada rongga pleura.
• Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di lapisan paru-paru.

2.9 PENCEGAHAN EFUSI PLEURA

Efusi pleura dapat dicegah dilakukan dengan menghindari terjadinya kondisi medis yang
mendasarinya. Sejumlah upaya yang bisa dilakukan adalah:

• Membatasi konsumsi minuman beralkohol


• Mengehentikan kebiasaan merokok
• Menggunakan APD (alat pelindung diri) sesuai standar, bila bekerja dengan bahan atau
zat yang berpotensi bahaya, seperti abses
• Melakukan pemeriksaan secara berkala ke dokter sesuai kondisi medis yang dimiliki,
seperti penyakit jantung dan penyakit autoimun
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Hasil akhir pasien dengan efusi pleura tergantung pada penyebab, tingkat keparahan, dan
komorbiditas pasien. Secara umum, orang yang tidak mencari terapi memiliki hasil yang
buruk dibandingkan dengan mereka yang dirawat. Secara keseluruhan, pasien dengan efusi
pleura ganas cenderung memiliki hasil yang buruk. Sebagian besar pasien meninggal dalam
waktu 12 sampai 24 bulan, terlepas dari penyebab efusi pleura ganas. Ketika efusi pleura
tidak diobati secara memadai, ini dapat menyebabkan empiema, sepsis, dan bahkan paru-paru
yang terperangkap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lepus CM, Pembaruan Vivero M. dalam Sitologi Efusi. Klinik Surg
Pathol. September 2018; 11 (3):523-544. [ PubMed ]
2. Bedawi EO, Hassan M, Rahman NM. Perkembangan terkini dalam pengelolaan
infeksi pleura: Tinjauan komprehensif. Klinik Respir J. 2018 Agustus; 12 (8):2309-
2320. [ PubMed ]
3. Dancel R, Schnobrich D, Puri N, Franco-Sadud R, Cho J, Grikis L, Lucas BP, El-
Barbary M, Satuan Tugas Perawatan USG Masyarakat Rumah Sakit. Soni
NJ. Rekomendasi tentang Penggunaan Panduan Ultrasound untuk Thoracentesis
Dewasa: Pernyataan Posisi Society of Hospital Medicine. J Hosp Med. Februari
2018; 13 (2):126-135. [ PubMed ]
4. Guinde J, Georges S, Bourinet V, Laroumagne S, Dutau H, Astoul P. Perkembangan
terbaru dalam pleurodesis untuk penyakit pleura ganas. Klinik Respir J. 2018
Okt; 12 (10):2463-2468. [ PubMed ]
5. Guinde J, Georges S, Bourinet V, Laroumagne S, Dutau H, Astoul P. Perkembangan
terbaru dalam pleurodesis untuk penyakit pleura ganas. Klinik Respir J. 2018
Okt; 12 (10):2463-2468. [ PubMed ]
6. Arnold DT, De Fonseka D, Perry S, Morley A, Harvey JE, Medford A, Brett M,
Maskell NA. Menyelidiki efusi pleura unilateral: peran sitologi. Eur Respir J.2018
Nov; 52 (5) [ PubMed ]
7. Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management.
Open Access Emerg Med. 2012 Jun 22;4:31-52. doi: 10.2147/OAEM.S29942. PMID:
27147861; PMCID: PMC4753987.
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

Anda mungkin juga menyukai