Anda di halaman 1dari 24

Departemen Keperawatan Gawat Darurat

LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM RESPIRASI EFUSI PLEURA

Disusun Oleh :

Nurhidayanti

NIM: 70900112028

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

1
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan dan
pengetahuan sehingga laporan pendahuluan Sistem Respirasi dengan “Efusi Pleura”
ini bisa selesai pada waktunya.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih


terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan laporan
pendahuluan ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun laporan pendahuluan
selanjutnya.

Akhir kata, semoga segala bantuan dari berbagai pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan pendahuluan ini mendapat balasan di sisi Allah Swt dan
dengan kerendahan hati saya berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat
memberikan manfaat kepada saya khususnya dan pembaca pada umumnya.

GOWA, 6 februari 2023

2
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapat penumpukan cairan
dalam rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah.
Efusi pleura bukanlah suatu disease entinity tapi merupakan suatu gejala penyakit
yang serius yang dapat mengancam, jiwa penderita (Soemantri, 2012).
Efusi pleura merupakan akumulasi jumlah cairan pleura di dalam rongga
pleura yang dapat terjadi jika terdapat peningkatan tekanan hidraostatik kapiler
darah seperti pada gagal jantung atau jika terjadi penurunan tekanan osmotic
cairan darah seperti pada hipoalbuminemia. Efusi juga dapat terjadi jika tekanan
di dalam rongga pleura bertambah negative (turun) seperti pada atelekstasis,
semua kelainan ini dapat menimbulkan efusi pleura transudatif (Djojodibroto,
2016). Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan
dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Jenis cairan pada efusi pleura dapat digolongkan menjadi transudate dan
eksudat. Untuk membedakan transudate dan eksudat digunakan kriteria Light.
Pada kriteria ini cairan efusi dikatakan transudate jika memenuhi dua dari tiga
kriteria :
1. Rasio kadar protein cairan efusi pleura/ kadar protein serum < 0,5
2. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/Kadar LDH serum < 0.6
3. Kadar LDH cairan efusi pleura < 2/3 batas atas nilai kadar LDH
serum
Jika angka terlampau efusi pleura termasuk eksudat.

Akan tetapi penggunaan kriteria Light masih dapat menyesatkan,


misalnya transudate dikatakan eksudat.untuk hal ini, harus diperiksa perbedaan
kandungan albumin pada serum dengan kandungan albumin dalam cairan pleura.

3
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
Jika perbedaannya melebihi 1.2 gram per 100 mL cairan pleura termasuk eksudat.
(Djojodibroto, 2016). Secara kasar efusi pleura dapat dikatakan transudate jika
kadar proteiinya < 3 gram/100 mL dan berat jenisnya < 1.016. sedangkan efusi
pleura dikatakan eksudat jika kadar proteinnya > 3 gram/100mLdan berat
jenisnya > 1.016 (Djojodibroto, 2016).
Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia, tumor, infark
paru, radiasi, penyakit kolagen. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya,
reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang
bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa. Sedangkan efusi pleuran transudate
disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorpsi cairan
pleura seperti kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik,
asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma
meig.
B. Etiologi
Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berjenis cairan
transudate. Efusi pleura ini disebabkan oleh gagal jangtung kongesif, emboli
paru, sirosis hatI, dialysis peritoneal, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik,
glomerulonephritis akut, retensi garam atay pasca by pass coroner. Sedangkan
efusi pleura eksudatif terjadi akibat peradangan atau inflitrasi pada pleura atau
jaringan yang berdekatan dengan pleura. Kerusakan pada dinding kapiler darah
menyebabkan terbentuknya cairan kay protein yang keluar dari pembuluh darah
dan berkumpul dirongga pleura. Penyebab efusi pleuran eksudatif adalah
neoplasma, infeksi , penyakit jaringan ikat, penyakit intrabdominal, dan
imunologik. (Djojodibroto, 2016).
Menurut Morton (2012) Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura
akibat peningkatan kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran
cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut:
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler

4
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab efusi pleura antara lain:
1. Infeksi
a. Tuberculosis
b. Pneumonitis
c. Abses paru
d. Perforasi esophagus
e. Abses subfrenik
2. Non infeksi
a. Karsinoma paru
b. Karsinoma pleura
c. Gagal hati
d. Gagal ginjal
e. Gagal jantung
f. Kilotorak
C. Patofisiologi
Pada orang dewasa sehat normalnya, rongga pleura memiliki cairan yang
minimal bertindak sebagai pelumas untuk dua permukaan pleura. Jumlah cairan
pleura sekitar 0,1 ml / kg hingga 0,3 ml / kg dan terus-menerus dipertukarkan.
Cairan pleura berasal dari pembuluh darah permukaan parietal pleura dan diserap
kembali oleh limfatik pada permukaan diafragmatik dan mediastinum pleura
parietal yang tergantung. Tekanan hidrostatik dari pembuluh sistemik yang
memasok pleura parietal diperkirakan mendorong cairan interstitial ke dalam
ruang pleura dan karenanya memiliki kandungan protein yang lebih rendah
daripada serum. Akumulasi kelebihan cairan dapat terjadi jika ada produksi
berlebihan atau penurunan penyerapan atau keduanya melebihi mekanisme
homeostatis normal. Jika efusi pleura terutama disebabkan oleh Mekanisme yang

5
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
mengarah pada efusi pleura terutama karena peningkatan tekanan hidrostatik
biasanya transudatif, dan mengarah pada efusi pleura telah mengubah
keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik (biasanya transudat),
peningkatan permeabilitas mesothelial dan kapiler (biasanya eksudat) ) atau
gangguan drainase limfatik (Krishna, 2019).
Efusi pleura eksudat juga biasa disebakan karena infeksi. Penyebabnya
dapat berupa bakteri, virua, mikroplasma atau mikrokateirum. Efusi pleura karena
tuberculosis paru merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang terjadi. Efusi
pleura ini bersifat unilateral, tampak seperti tansudat tetapi jika diperksi terbukti
berupa eksudat dengan kadar glukosa rendah (Djojodibroto, 2016).
Incekara ( 2018) meringkas mekanisme efusi pleura sebagain berikut :
1. Peningkatan tekanan hidrostatik dalam sirkulasi mikrovaskular
2. Penurunan tekanan onkotik dalam sirkulasi mikrovaskular
3. Peningkatan tekanan negatif di ruang pleura
4. Pemisahan daun pleura
5. Peningkatan permeabilitas dalam sirkulasi mikrovaskular
6. Penurunan kapasitas drainase limfatik
7. Transisi dari perut ke dada
D. Manifestasi Klinis
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang

6
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura (Incekara,
2018).
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien efusi pleura terdiri dari penatalaksanaan
medis / farma koterapi dan penatalaksanaan keperawatan.

1. Penatalaksanaan medis / Farmakoterapi menurut Brunner dan sud darth.

Tujuannya adalah untuk mengurangi volume total yang bersirkulasi dan untuk

memperbaiki pertukaran pernapasan. Untuk mengurangi volume total yang

besirkulasi dapat di berikan pengobatan sebagai berikut :

a. Morfin IV dalam dosis kecil untuk mengurangi ansietas dan dispnea,

merupakan kontraindikasi pada cedera vaskular serebral, penyakit

pulmorial kronis, atau sosok kardiogenik, siapkan selalu nalahson


hidroklosida (Narcan) untuk depresi pernapasan luas.

b. Diuretik : Furosemid (Clasix) IV untuk membuat efek diuretik cepat.

c. Digitalis : untuk memperbaiki kekuatan kontraksi jantung : diberikan

dengan kewaspadaan tinggi pada pasien dengan MI akut.

d. Aminofilin : untuk mengi dan bronkospasure, driptu kontiun dalam dosis

sesuai berat badan.

7
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
2. Pentalaksanaan keperawatan

a. Baringkan pasien tegak, dengan tungkai dan kaki di bawah, lebih baik

bila kaki tersuntai di samping tempat tidak, untuk membantu arus balik

vena ke Jantung.

b. Yakinkan pasien, gunakan sentuhan untuk memberikan kesan realitas

yang konkret.

c. Maksimalkan waktu kegiatan di tempat tidur.


d. Berikan inforamsi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang

dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna respons terahdap

pengobatan.

Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan efusi pleura

menurut Brunner dan suddarth (2012) adalah untuk menemukan

penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan dan untuk

menghilangkan ketidak nyaman serta dispnea. Pengobatan spesifik di

arahkan pada penyebab yang mendasari.

a. Torasentesis di lakukan untuk membuang cairan mengumpulkan

spesimen untuk analisis dan menghilangkan dispnea.


b. Sedang dada dan drainase water- seal mungkin di akibat torasentesis

berulang)

c. obat dimasukkan kedalam ruang pleural untuk mengobliterasi ruang

pleura dan mencegah penumpukan cairan lebih lanjut.

d. Modalistas pengobatan lainnya. Radiasi dinding dada, oterasi,

pleurketomi, dan terapi diuretik keberadaan cairan di kuatkan dengan

rontgen dada, ultratound, pemeriksaan fisik dan torahosentesi. Cairan

8
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan guam, basil tahan

asama, analisis sitologi, untuk sel-sel malingnan, dan PH Biopsi

pleura mungkin juga dilakukan.


F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk efusi pleura yakni (Incekara, 2018):
1. Presentasi klinik: Riwayat pasien dan pemeriksaan fisik
2. Radiologi: Radiografi konvensional, ultrasonografi, tomografi
terkomputerisasi
Prosedur pertama yang harus dilakukan pada pasien dengan kecurigaan
efusi pleura pada pemeriksaan fisik adalah mengevaluasi pasien dengan
pemeriksaan radiologis. Sekitar 50 ml cairan dapat dilihat pada radiografi
dada lateral dan 200 ml cairan dapat dilihat pada radiografi dada posterior-
anterior.
3. Thoracentesis: analisis cairan pleura
Thoracentesis memungkinkan kita untuk mengetahui apakah cairan itu
transudat atau eksudat. Diskriminasi ini dibuat dengan kriteria Cahaya.
Cairan transudatif rendah kandungan protein dan berkembang sebagai
akibat dari ketidakseimbangan antara kekuatan hidrostatik dan onkotik
yang mempengaruhi siklus cairan pleura atau sebagai akibat dari obstruksi
limfatik. Cairan eksudatif dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas
pada permukaan pleura dan struktur mikrovaskuler, dan kandungan protein
tinggi. Diskriminasi transudat / eksudat penting untuk diagnosis banding
dan untuk penentuan pengobatan selanjutnya
4. Bronkoskopi
5. Biopsi jarum halus pleura
6. Operasi thoracoscopic dengan bantuan video (VATS) - Tauroctony
(terbuka biopsi pleura)

9
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
G. Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura
viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas
dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan
yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Ataletaksis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru (Soemantri, 2012).

10
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk efusi pleura adalah
1. Data Demografi
a. Biodata pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Agama,
Status, Alamat.
b. Biodata penanggung jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin,
Pekerjaan,
c. Agama, Status, Alamat.
d. Riwayat kesehatan : keadaan umum, TTV dan keluhan-keluhan
pasien.
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang menyebabkan pasien
datang kerumah sakit atau mencari pengobatan/ pertolongan. Biasanya
pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,
nyeri dada akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisir
terutama pada saat batuk dan bernafas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
sesak nafas, batuk, nyeri dada, berat badan menurun dan tanda lainnya.
Perlu juga untuk di tanyakan sejak kapan keluhan tersebut mulai timbul.
Apa tindakan yang telah di lakukan untuk menurunkan atau mengatasi
keluhan-keluhan tersebut.

11
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui apakah ada faktor predisposisi atau tidak.
6. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
ynag di sinyalir sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB
paru dan lain-lain
7. Kebutuhan dasar
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop,
hipertensi/hipotensi, DVJ
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus
e. nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh
napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen Tanda
: Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
f. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada,
retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun
(pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan
bunyi pekak diarea terisi cairan Observasi dan palpasi dada : gerakan
dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan

12
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat,
krepitasi subkutan.

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Berdasarkan SDKI 2017 beberapa diagnose keperawatan yang sesuai dengan
kondisi klinis terkait non hemoragik stroke yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Dispnea
Objektif
a) Penggunaan oto bantu pernapasan
b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola napas abnormal (mis takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Ortopnea
Objektif
a) Pernapasan pursed-lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun’
f) Tekanan ekspirasi menurun
g) Tekanan inspirasi menurun
h) Ekskursi dada berubah

13
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
d. Kondisi klinis terkait
1) Depresi system saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian barre syndrome
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alcohol
2. Defisit nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
b. Penyebab
1) Kurangnya asupan makanan’
2) ketidakmampuan menelan makanan
3) Ketidakmampuan menagbsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Factor ekonomi’faktor psikologi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Tidak Tersedia
Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan normal
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun

14
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan melemah
d) Membran mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebih
h) Diare
c. Kondisi klinis terkait :
1) AIDS
2) Kanker
3) Kerusakan neuromuskular
4) Infeksi
5) Parkinson
6) Penyakit Crohn’s
3. Gangguan Pola Tidur
a. Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
b. Penyebab
1) Hambatan lingkungan
2) Kurangnya kontrol tidur
3) Kurangnya privasi
4) Restrain fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur

15
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
c. Gejala dan tanda mayor :
Subjektif
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istrahat tidak cukup
Objektif :
Tidak tersedia
d. Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
1) Mengeluh kemampuan beraktifitas menurun
Objektif :
Tidak tersedia
e. Kondis klinis terkait :
1) Nyeri/kolik
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
4) Penyakit parus obstruktif
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) Kondisi pasca operasi
4. Risiko Infeksi
a. Definisi
Beresiko mengalami pengingkatan terserang organisms patogenik
b. Faktor Risiko
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur invasive
3) Melnutrisi

16
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5) Ketidakadekutan pertahanan tubuh primer
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Merokok
6) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
c. Kondisi Klinis Terkait
a) AIDS
b) Luka Bakar
c) Penyakit paru obstruktif
d) Tindakan invasive
e) Penyalagunaan obat
f) Kanker
g) Gagal ginjal
h) Gangguan fungsi hati

C. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)


1. Pola Nafas Tidak Efektif
Manajemen Jalan Nafas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil
Inspirasi dan /atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat dapat
meningkat dengan kriteria hasil:

17
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
1) Dispnea menurun
2) Frekuensi nafas membaik
3) Kedalaman nafas membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi
a) Monitor pola Nafas ( frekuensi, kedalaman dan usaha)
Rasional : mengetahui status dan kemungkinan perubahan
pada pola nafas pasien
b) Monitor bunyi nafas tambahas
Rasional :adanya bunyi nafas tambahan biasanya berkaitan
karena adanya hambatan pada jalan nafas
c) Monitor sputum
Rasional : adanya sputum yang berlebih dapat menjadi
hambatan dalam saluran pernapasan
2) Terapeutik
a) posisikan semi-fowler atau fowler
Rasional : mengurangi rasa sesak pada pasien
b) berikan minum air hangat
Rasional : melegahkan tenggorokan dan mengencerkan dahak
yang ada
c) lakukan fisioterapi dada
Rasional : mengelurkan secret pada saluran nafas
d) Berikan oksigen
Rasional : membantu mengurangi sesak pada pasien
3) Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : mengeluarkan secret secara maksimal

18
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
2. Gangguan Pola Tidur
Dukugan Tidur
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Menfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
Kriteria Hasil
Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur membaik dengan kriteria
hasil:
1) Keluhan sulit tidur menurun
2) Keluhan sering terjaga menurun
3) Keluhan pola tidur berubah menurun
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi
a) Identifikasi pola aktifitas pola tidur
Rasional : mengetahui peubahan pola aktiftas dan pola tidur
b) Identifikasi factor pengganggu tidur
Rasional : mengetahui hambatan dan factor pengganggu tidur
2) Terapeutik
a) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Rasional : mengurangi/mendukung proses sebelum tidur
3) Edukasi
a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Rasional : memberikan informasi kepada pasien
b) Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya
Rasional : mendukung / merelasasi sebelum tidur

19
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
3. Defisit Nutrisi
Manajemen Nutrisi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Kriteria Hasil
Keadekuatan asuapan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolism membaik dengan kriteria hasil:
1) Frekuensi makan membaik
2) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
3) Serum albumin meningkat
b. Intervensi Keperawatan dan rasional
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
Rasional : mengetahui status nutrisi terkini pasien serta
masalah dalam pemenuhan nutrisi pasien
2) Identifikasi alergi makanan dan intoleransi makanan
Rasional : mengetahui jenis makanan yang dapat
menimbulakan alergi pada pasien dan hambatan pasien dalam
pemenuhan nutrisi
3) Monitor asupan makanan
Rasional : mengetahui jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi pasien
4) Monitor hasil pemeriksaan laboratoium
Rasional : kadar albumin yang rendah dalam pemeriksaan
darah dapat meningindikasikan pasien mengalami malnutrisi

20
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
Terapeutik
1) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Rasional : menarik minat pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
2) Berikan makanan tinggi serat
Rasional : untuk mencegah terjadinya konstipasi
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Rasional : memudahkan proses pencernaan makanan ke
lambung
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Rasional : untuk membantu pasien dapat menghabiskan porsi
makannanya
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan
Rasional : memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
4. Risiko Infeksi
Pencegahan Infeksi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme
patogenik
Kriteria Hasil
Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:
1) Demam menurun
2) Nyeri menurun
3) Kadar sel darah putih membaik

21
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
b. Intervensi Keperawatan dan rasional
Observasi
1) Monitor tanda dan gejalan infeksi
Rasional : mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi
Terapeutik
1) Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak dengan pasien
Rasional : mengurangi risiko kontaminasi mikroorganime
2) Pertahankan teknik aseptik
Rasional : mengurangi kontaminasi mikroorganisme
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejalan infeksi
Rasional : memberikan infoemasi kepada pasien terkait tanda
dan gejala infeksi
2) Ajarkan etika batuk
Rasional : mencegah penyebaran mikroorganime saat batuk
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi

22
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
DAFTAR PUSTAKA

Dhjojodibroto, Darmanto. 2016. Respiratory Medicine. Jakarta: EGC


Brunner & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta .ECG

Incekara, Funda Ozturk., Tikici, Deniz Kaygusuz., Nomenoglu, Hakan.Februari


2018. Pleural Effusions. iMedPub Journals Insights in Chest Diseases
Volume3No1:1tersediadi http://insightsinchestdiseases.imedpub.com/pleural-
effusions.pdf
Morton G.P. (2012). Keperawatan Kritis. Edisi 2. Jakarta . ECG
Krishna, Rachana., Rudrappa, Mohan. 2019. Pleural Effusion . Lousiana State
University, Treasure Island (FL): StatPearls PublishingTersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448189/#article-20929.s4
Soemantri, Irman. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Pernapasan.2012. Jakarta:Salemba Medika

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
WHO. 2019. HIV/AIDS. World Health Organization. Tersedia di
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids Tim pokja SDKI
DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia , Definisi dan
Indikator Diagnostik, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

23
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)
PATHWAY

Non Infeksi
Infeksi

Penyakit kardiovaskule, cedara,


TBC
neoplasma, penyakit abdomen

Proses peradangan
Adanya bendungan
permukaan Pleura
dalam rongga pleura

Pembentukan Cairan Hambatan reabsorbsi,


berlebihan cairan dari rongga pleura

Edema Edema

Efusi Pleura

Pemasangan selang Dada


Penumpukan cairan
dalam rongga dada

Risiko Infeksi
Pola Nafas tidak efektif Ekspansi paru menurun

Sesak Nafas Nafsu makan menurun

Gangguan Pola Tidur Defisit Nutrisi

24
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XXI
Nurhidayanti, S.Kep (70900112028)

Anda mungkin juga menyukai