Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EFFUSI PLEURA
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah dengan dosen pembimbing Ns. Ns. Putu Sintya A, M.Kep

Disusun oleh:
Alfin Ryandini Subhan
Laksmi Rosyidah

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG 2021/2022
KATA PENGANTAR

Sungguh rasa patut kita sebagai manusia biasa mensyukuri setiap hembusan nafas
yang terus berirama dengan baik. Allah SWT telah memberikan nikmat yang luar
biasa kepada penulis dan kita semua sehingga ucapan ALHAMDULILLAH adalah
hal terkecil dari ungkapan rasa syukur kita.
Terimaksih penulis haturkan untuk para dosen STIKES KENDEDES MALANG
yang telah bersedia membimbing penulis disetiap waktunya. Untuk terus dijadikan
mahasiswa yang sesuai dengan yang dicita-citakan oleh kampus STIKES
KENDEDES MALANG.
Akhir kata penulis tentunya hanyalah manusia biasa yang terus berbuat salah baik
secara perbuatan maupun tindakan. Oleh sebab itu apabila dalam penulisan karya
tulis ini maka penulis mengucap maaf yang sungguh tiada batasnya.

TERIMAKASIH

Madura, 4 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Bab I Pendahuluan............................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
Bab II Tinjauan Pusataka..................................................................................
2.1 Konsep Effusi Pleura..............................................................................
2.2 Patofisiologi Effusi Pleura......................................................................
2.3 Komplikasi Apabila Effusi Pleura Tidak Segera ditangani...................
2.4 Pencegahan Effusi pleura.......................................................................
Bab III Penutup.................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah aset paling penting bagi setiap manusia demi

melangsungkan hidup. Semua organ pada manusia harus tetap dijaga

kondisi kesehatannya termasuk pada organ paru khususnya pada rongga

pleura. Cairan pada pleura secara normal merembes ke rongga dada secara

terus menerus ke dalam rongga dada dari kapiler yang membatasi pleura

parietalis yang diserap ulang oleh sistem limfatik pleura viseralis. Kondisi

apapun yang mengganggu drainase atau sekresi dari cairan ini akan

menyebabkan efusi pleura (Black & Hawks, 2014).

Efusi pleura memiliki pengertian sebagai suatu kondisi dimana

terdapat cairan abnormal yang terjadi di rongga pleura yang disebabkan

oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari pleural permukaan yang

normalnya cairan berjumlah (5-10 ml) yang memiliki fungsi sebagai

pelumas permukaan pleura supaya dapat bergerak tanpa terjadinya friksi

(Puspita, et al., 2017). Sedangkan menurut Price & Wilson (2006) efusi

pleura adalah penimbunan atau penumpukan cairan pada rongga pleura.

Efusi pleura terjadi dikarenakan sanitasi yang kurang, lingkungan

yang kurang bersih, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial

ekonomi yang kurang, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai


kesehatan serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang memadai (Puspita, et al.,

2015).

Dari data WHO pada tahun 2011 penyakit efusi pleura menduduki urutan ketiga

setelah kanker paru dengan jumlah kematian 100-250 ribu setiap tahunnya. Tingkat

kegawatan pada penyakit efusi pleura ditentukan pada jumlah cairan, kecepatan

penekanan cairan dan tingkat penekanan paru. Prevalensi di negara Indonesia sendiri

penyakit efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya

(Anggarsari,Y, D, 2018).

Dari uraian tersebut penyakit efusi pleura apabila tidak segera ditangani

menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti sesak nafas dan sangat berpengaruh pada

kebutuhan oksigen dalam tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan metabolisme sel yang

berada didalam tubuh tidak seimbang. Maka dari itu sangat di perlukan pemberian terapi

oksigenasi dan penerapan batuk efektif pada pasien ketidakefektifan bersihan jalan nafas

(Anggarsari Y, D. et, al., 2018).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari effusi pleura?

2. Bagaimana Patofisiologi Effusi Pleura?

3. Apa saja komplikasi Effusi Pleura apabila tidak segera ditangani?

4. Bagaimana cara mencegah Effusi Pleura ?


BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit Effusi Pleura

2.1.1 Pengertian

Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak

semestinya yang disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari

proses absorbsinya. Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya

pembentukan cairan pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura

tersebut.Pada pasien dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan pleura

harus meningkat 30 kali lipatsecara terus menerus agar mampu menimbulkan

suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi cairan pleura saja

tidak akan menghasilkan penumpukan cairan yang signifikan dalam rongga

pleura mengingat tingkat normal pembentukan cairan pleura sangat lambat.

(Lee YCG, 2013)

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura

yang membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya

mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :

1. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada

permukaan pulmo.

2. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding

thoraks.
Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis

sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung).Di antara kedua lapisan

pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.

Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang

berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.

(Wijaya & Putri, 2013).

Gambar 2.1 Anatomi paru-paru

Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga lobus

terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri terdiri

dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah.Bagian atas puncak paru disebut

apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut

basal.Paru-paru dipalpasi oleh selaput pleura.


Gambar 2.2 anatomi rongga pleura

Dari segi anatomisnya, permukaan rongga pleura berbatasan dengan

paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga

yang lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong

diantara kedua pleura, karena biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang

merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Setiap

saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup

untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut

akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke

mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura

parietalis, memerlukanadanya keseimbangan antara produksi cairan pleura

oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu,

rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya
begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas

(Muttaqin, 2011).

2.1.3 Penyebab Effusi Pleura

Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4

mekanisme dasar :

1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

2.Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

3.Penurunan tekanan osmotik koloid darah

4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural

Penyebab effusi pleura:

1. Virus dan mikoplasma

Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh :

Echo virus, riketsia, mikoplasma, Chlamydia.

2. Bakteri piogenik

Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara

hematogen. Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus,

hemopillus,klabssiella. Anaerob: bakteroides seperti peptostreptococcus,

fusobacterium.

3. TB

Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek

atau melalui aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran

limfe yang menuju pleura.


4. Fungi

Sangat jarang terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari

jaringan paru. Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus,

Kriptokokus, Histoplasma.

5. Parasit

Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk

dalam bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus

diafragma terus ke rongga pleura. Effusi terjadi karena amoeba

menimbulkan peradangan .

6. Kelainan intra abdominal

Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut,

pancreatitis kronis, abses ginjal.

7. Penyakit kalogen

Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA),

sclerpderma.

8. Gangguan Sirkulasi

Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal,

hypoalbuminemia.

9. Neoplasma

Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu

berakumulasi kembali dengan cepat.


10. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk),

uremia, miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi

pleura (Saferi Andra, 2013)

2.1.4 Berdasarkan Penyebab

Effusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Effusi pleura transudat

Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membrane pleura

tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkanoleh faktor sistematik

yang mempengaruhi produksi dan absorb cairan pleura seperti (gagal

jantung kongesif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis

peritoneum)

2. Effusi Pleura Eksudat. Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati

pembuluh kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura

tersebut atau kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru

terdekat. Kriteria effusi pleura eksudat :

a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5

b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase (LDH) lebih dari 0,6

c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum

Penyebab effusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit

metastasis (mis, kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium)

haemotorak, infark paru, keganasan, repture aneurismaaorta. (Nurarif &

Kusuma, 2015)
2.1.5 Berdasarkan Lokasi cairan

Berdasarkan lokasi cairan Efusi pleura dibagi menjadi dua yaitu unilateral

dan bilateral Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang khusus dengan

penyakit penyebabnya, sedangkan efusi pleura bilateral seringkali

ditemukan pada penyakit kegagalan jantung kongestif, tuberkulosos, asites

infark paru, lupus eritmatosis sistemik, sindroma nefrotik, dan tumor.

2.2 Patofisiologi

Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satusama lain dan

hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini

memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler

pleura dan reabsorbsi oleh vena visceral dan parietal, dan saluran getah bening.

Karena effusi pleura adalah penumpukan cairan yang berlebih di dalam

rongga pleura yaitu di dalam rongga pleura viseralis dan parientalis,

menyebabkan tekanan pleura meningkat maka masalah itu akan menyebabkan

penurunan ekspansi paru sehingga klien akan berusaha untuk bernapas dengan

cepat (takipnea) agar oksigen yang diperoleh menjadi maksimal dari

penjelasan masalah itu maka dapat disimpulkan bahwa klien dapat terganggu

dalam pola bernapasnya, Ketidakefektifan pola napas adalah suatu kondisi

ketika individu mengalami penurunan ventilasi yang aktual atau potensial

yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosa ini memiliki manfaat

klinis yang terbatas yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti dapat

mengatasi masalah. Umumnya diagnose ini ditegakkan untuk kasus seperti

hiperventilasi. Ketidakefektifan pola napas ditunjukan dengan tanda-tanda

dengan adanya perubahan kedalam pernafasan, dyspnea, takipnea, sianosis,

perubahan pergerakan dinding dada (Somantri,2013)


2.2.1 Gejala Effusi Pleura

Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakn klinis effusi pleura

tergantung pada penyakit dasarnya :

1. Sesak napas

2. Nyeri dada, terutama saat menarik dan membuang napas dalam-dalam (dikenal
dengan nyeri pleuritik)

3. Batuk Kering

4. Demam subfebril (pada tb)

5. Demam menggigil

2.2.2 Penatalaksanaan

Menurut Wijaya & Putri (2013) tujuan umum penatalaksanaan adalah

6. Untuk menemukan penyebab dasar

7. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan

8. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea

Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal

jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatitiss.

Tindakan yang dilakukan yaitu :

1. Torakosintesis

a. Untuk membuang cairan pleura


b. Mendapatkan specimen untuk analisis

c. Menghilangkan dispnea

2. Pemasangan selang dada atau drainage.

Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan

protein dan elektrolit.

3. Obat-obatan

Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri

4. Penatalaksanaan cairan

5. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Rontgen

Evaluasi effusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai

jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan

adanya abnormalitas intratorakal yang berkaitan dengan effusi pleura

tersebut. Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA) dan lateral

sampai saat ini masih merupakan yang paling diperlukan untuk

mengetahui adanya effusi pleura pada awal diagnose. Pada posisi tegak,

akan terlihat akumulasi cairan yang menyebabkan hematoraks tampak

lebih tinggi, kubah diafragma tampak lebih ke lateral, serta sudut

kostofrenikus yang menjadi tumpul.

Untuk foto toraks PA setidaknya butuh 175-250 ml cairan yang

terkumpul sebelumnya agar dapat terlihat di foto toraks PA. Sementara

foto toraks lateral dekubitus dapat mendeteksi effusi pleura dalam


jumlah yanag lebih kecil yakni 5ml. jika pada foto lateral dekubitus

ditemukan ketebalan effusi 1 cm maka jumlah cairan telah melebihi

200 cc, ini merupakan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan

torakosintesis. Namun oada effusi leculated temuan diatas mungkin

tidak dijumpai.Pada posisi supine, effusi pleura yang sedang hingga

masif dapat memperlihatkan suatu peningkatan densitas yang

homogeny yang menyebar pada bagian bawah paru, selain itu dapat

pula terlihat elevasi hemidiafragma, diposisik kubah diafragma pada

daerah lateral.Tomografi computer (CT-scan) dengan toraks harus

dilakukan pada effusi pleura yang tidak terdiagnosa jika memang

sebelumnya belum pernah dilakukan.

2. Blood Gas Analysis (BGA)

Blood Gas Analysis (BGA)merupakan pemeriksaan penting untuk

penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau

mngevaluasi pertukaran Oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan

status asam-basa dalam darah arteri.

Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya

dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang

disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolic.

Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan

BE (base excesses/kelebihan basa).

3. Pemeriksaan Cairan Pleura


Analisis Cairan pleura merupakan suatu sarana yang sangat

memudahkan untuk mendiagnosa penyebab dari effusi

tersebut.Prosedur torakosintesis sederhana dapat dilakukan secara

bedsidesehingga memungkinkan cairan pleura dapat segera diambil,

dilihat secara makroskopik maupun mikroskopik, serta

dianalisa.Indikasi tindakan torakosintesis diagnostic adalah pada kasus

baru effusi pleura atau jika etiologinya tidak jelas dimana cairan yang

terkumpul telah cukup banyak untuk diaspirasi yakni dengan ketebalan

10 mm pada pemeriksaan ultrasonografi toraks atau foto lateral

decubitus.

2.3 Komplikasi

Jika tidak segera ditangani, efusi pleura bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:

1. Fibrothotaks

Effusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan

drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura

parientalis dan pleura viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani

dengan drainase yang baik. Jika fibrothoraks meluas dapat

menimbulkan hambatan yang berat pada jaringan-jaringan yang berada

dibawahnya.Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan

untuk memisahkan membran pleura tersebut.

2. Atelektasis

Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang

disebabkan oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelektasis.

3. Empiema, kumpulan kumpulan nanah di rongga pleura

4. Pneumothorax, yaitu penumpukan udara pada rongga pleura


5. Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di lapisan paru-paru

6. Fibrosis

Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat

jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul

akibat cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit

paru yang menimbulkan peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis

yang berkepanjangan dapat mengakibatkan penggantian jaringan baru

yang terserang dengan jaringan fibrosis.

2.4 Pencegahan Efusi Pleura

Tidak ada pencegahan khusus untuk efusi pleura. Namun, ada

beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya

gangguan pada paru dan menjaga kesehatan paru, yaitu:

1. Tidak mengkonsumsi alkohol

2. Menghentikan kebiasaan merokok

3. Menggunakan APD (alat pelindung diri) sesuai standar, bila Anda

bekerja dengan bahan atau zat yang berpotensi bahaya, seperti asbes

4. Melakukan pemeriksaan secara berkala ke dokter, bila Anda

memiliki penyakit atau kondisi tertentu, seperti penyakit jantung dan

penyakit autoimun.

2.4.1 Penanganan Efusi Pleura saat Pandemi

Dengan mewabahnya penyakit covid-19 ini, memang disarankan untuk

tetap di rumah untuk mengurangi penularan virus, dan berkonsultasi ke

dokter apabila terdapat tanda-tanda gawat darurat, pada kasus misalnya

seperti sesak napas, nyeri dada, maupun demam tinggi. Oleh karena itu,

apabila memungkinkan, sebaiknya berkonsultasi ke dokter yang

memeriksa Anda melalui telepon, dan meminta resep obat untuk tebus
sendiri dengan layanan apotek online. Atau,bisa berkonsultasi dengan

dokter spesialis paru di sini atau dengan layanan aplikasi kesehatan

seperti Hello Sehat, AloMedika dan lain - lain untuk anjuran resep obat

selanjutnya. Sebaiknya Anda menyampaikan obat apa yang Anda

sedang konsumsi sekarang ini, dan efeknya apabila terdapat modifikasi

penggunaan obat seperti menghentikannya untuk sementara.


BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Efusi pleura merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya penimbunan

cairan dalam rangga pleura, berupa cairan jernih, transudate, eksudat atau dapat berupa

darah Efusi pleura merupakan efek sekunder akibat penyakit lain seperti tuberkulosis, gagal

jantung kongestif, tumor, dan lainnya. Dampak dari efusi pleura adalah sesak nafas, nyeri,

batuk kering, maupun batuk berdahak. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan

membuang cairan berlebih tersebut, serta pemberian obat-obatan sesuai penyakit yang

menyebabkannya
DAFTAR PUSTAKA

Empiema, yaitu Rasad, S. 2014. Tuberkulosis Paru. Terjemahan Radiology Diagnostic.

Jakarta: RSCM.

Tobing, E. M. dan Widirahardjo. 2013. Karakteristik Penderita Efusi Pleura di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2011. e-jurnal Fakultas Kedokteran USU, 1, 1-4.

Udin, M. F. 2019. Penyakit Respirasi pada Anak. Malang: UB Press.

Wiryansyah, O. A. 2017. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Efusi Pleura Di Rumah Sakit

Pusri Palembang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 9(17), 78-87.

Anda mungkin juga menyukai