EFFUSI PLEURA
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah dengan dosen pembimbing Ns. Ns. Putu Sintya A, M.Kep
Disusun oleh:
Alfin Ryandini Subhan
Laksmi Rosyidah
Sungguh rasa patut kita sebagai manusia biasa mensyukuri setiap hembusan nafas
yang terus berirama dengan baik. Allah SWT telah memberikan nikmat yang luar
biasa kepada penulis dan kita semua sehingga ucapan ALHAMDULILLAH adalah
hal terkecil dari ungkapan rasa syukur kita.
Terimaksih penulis haturkan untuk para dosen STIKES KENDEDES MALANG
yang telah bersedia membimbing penulis disetiap waktunya. Untuk terus dijadikan
mahasiswa yang sesuai dengan yang dicita-citakan oleh kampus STIKES
KENDEDES MALANG.
Akhir kata penulis tentunya hanyalah manusia biasa yang terus berbuat salah baik
secara perbuatan maupun tindakan. Oleh sebab itu apabila dalam penulisan karya
tulis ini maka penulis mengucap maaf yang sungguh tiada batasnya.
TERIMAKASIH
Penulis
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Bab I Pendahuluan............................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
Bab II Tinjauan Pusataka..................................................................................
2.1 Konsep Effusi Pleura..............................................................................
2.2 Patofisiologi Effusi Pleura......................................................................
2.3 Komplikasi Apabila Effusi Pleura Tidak Segera ditangani...................
2.4 Pencegahan Effusi pleura.......................................................................
Bab III Penutup.................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
pleura. Cairan pada pleura secara normal merembes ke rongga dada secara
terus menerus ke dalam rongga dada dari kapiler yang membatasi pleura
parietalis yang diserap ulang oleh sistem limfatik pleura viseralis. Kondisi
apapun yang mengganggu drainase atau sekresi dari cairan ini akan
oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari pleural permukaan yang
(Puspita, et al., 2017). Sedangkan menurut Price & Wilson (2006) efusi
2015).
Dari data WHO pada tahun 2011 penyakit efusi pleura menduduki urutan ketiga
setelah kanker paru dengan jumlah kematian 100-250 ribu setiap tahunnya. Tingkat
kegawatan pada penyakit efusi pleura ditentukan pada jumlah cairan, kecepatan
penekanan cairan dan tingkat penekanan paru. Prevalensi di negara Indonesia sendiri
penyakit efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya
(Anggarsari,Y, D, 2018).
Dari uraian tersebut penyakit efusi pleura apabila tidak segera ditangani
menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti sesak nafas dan sangat berpengaruh pada
kebutuhan oksigen dalam tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan metabolisme sel yang
berada didalam tubuh tidak seimbang. Maka dari itu sangat di perlukan pemberian terapi
oksigenasi dan penerapan batuk efektif pada pasien ketidakefektifan bersihan jalan nafas
B. Rumusan Masalah
2.1.1 Pengertian
semestinya yang disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari
suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya absorpsi cairan pleura saja
permukaan pulmo.
thoraks.
Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis
pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.
Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga lobus
terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri terdiri
dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah.Bagian atas puncak paru disebut
apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut
paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga
yang lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong
merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Setiap
saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup
oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu,
rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya
begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas
(Muttaqin, 2011).
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4
mekanisme dasar :
2. Bakteri piogenik
fusobacterium.
3. TB
atau melalui aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran
Kriptokokus, Histoplasma.
5. Parasit
menimbulkan peradangan .
7. Penyakit kalogen
sclerpderma.
8. Gangguan Sirkulasi
hypoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu
peritoneum)
pembuluh kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura
tersebut atau kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Kusuma, 2015)
2.1.5 Berdasarkan Lokasi cairan
Berdasarkan lokasi cairan Efusi pleura dibagi menjadi dua yaitu unilateral
dan bilateral Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang khusus dengan
2.2 Patofisiologi
hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini
pleura dan reabsorbsi oleh vena visceral dan parietal, dan saluran getah bening.
penurunan ekspansi paru sehingga klien akan berusaha untuk bernapas dengan
penjelasan masalah itu maka dapat disimpulkan bahwa klien dapat terganggu
yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosa ini memiliki manfaat
klinis yang terbatas yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti dapat
1. Sesak napas
2. Nyeri dada, terutama saat menarik dan membuang napas dalam-dalam (dikenal
dengan nyeri pleuritik)
3. Batuk Kering
5. Demam menggigil
2.2.2 Penatalaksanaan
1. Torakosintesis
c. Menghilangkan dispnea
3. Obat-obatan
4. Penatalaksanaan cairan
1. Foto Rontgen
mengetahui adanya effusi pleura pada awal diagnose. Pada posisi tegak,
homogeny yang menyebar pada bagian bawah paru, selain itu dapat
Analisis gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan
baru effusi pleura atau jika etiologinya tidak jelas dimana cairan yang
decubitus.
2.3 Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, efusi pleura bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
1. Fibrothotaks
2. Atelektasis
6. Fibrosis
bekerja dengan bahan atau zat yang berpotensi bahaya, seperti asbes
penyakit autoimun.
seperti sesak napas, nyeri dada, maupun demam tinggi. Oleh karena itu,
memeriksa Anda melalui telepon, dan meminta resep obat untuk tebus
sendiri dengan layanan apotek online. Atau,bisa berkonsultasi dengan
seperti Hello Sehat, AloMedika dan lain - lain untuk anjuran resep obat
Kesimpulan
Efusi pleura merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya penimbunan
cairan dalam rangga pleura, berupa cairan jernih, transudate, eksudat atau dapat berupa
darah Efusi pleura merupakan efek sekunder akibat penyakit lain seperti tuberkulosis, gagal
jantung kongestif, tumor, dan lainnya. Dampak dari efusi pleura adalah sesak nafas, nyeri,
batuk kering, maupun batuk berdahak. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan
membuang cairan berlebih tersebut, serta pemberian obat-obatan sesuai penyakit yang
menyebabkannya
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: RSCM.
Adam Malik Medan Tahun 2011. e-jurnal Fakultas Kedokteran USU, 1, 1-4.
Pusri Palembang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 9(17), 78-87.