DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Efusi Pluera” ini dengan lancar. Sholawat serta salam
tak lupa kami curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam jahiliyah ke alam yang penuh rahmat ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu semua kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka
menerima berbagai masukkan maupun saran yang bersifat membangun serta memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ataupun
menginspirasi untuk para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………
1.1.LATAR BELAKANG………………………………………………………………..
1.2.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..
1.3.TUJUAN…………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
2.2.ANATOMI FISIOLOGI…………………………………………………………………
2.2.2. PLUERA……………………………………………………………………..
2.6.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK………………………………………………………..
2.7.MANIFESTASI KLINIS………………………………………………………………….
2.9. PENCEGAHAN………………………………………………………………………….
3.1. SIMPULAN……………………………………………………………………….
3.2. SARAN…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura merupakan suatu kelainan
yang mengganggu sistem pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit,
melainkan hanya gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura merupakan suatu
keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan
mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan pola nafas (Somantri, 2009).
Pola napas tidak efektif pada awalnya terjadi akibat peradangan paru dan terjadi
permeabel membran kapiler meningkat, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan intra pleura dan terjadi gangguan tekanan kapiler hidrostatik, koloid osmotik
intrapleura, dan terjadi penumpukan cairan pada rongga pleura sehingga menyebabkan
gangguan ekspansi paru, mengakibatkan sesak napas dan timbulah masalah keperawatan pola
napas tidak efektif. Jika efusi luas, ekspansi paru akan terganggu dan pasien mengalami
sesak, nyeri dada, batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan
terjadi gagal nafas. Ketidakefektifan pola nafas bisa mengakibatkan kekurangan oksigen,
kekurangan oksigen memiliki dampak negatif pada fungsi otak dan bisa membahayakan jiwa
seperti koma atau kematian bila tidak segera ditangani.
Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis, pneumonitis, abses
paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan untuk non infeksi disebabkan oleh
karsinoma paru, karsinoma pleura, karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan
jantung, gagal jantung, perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme,
kilotoraks, emboli paru (Morton dkk, 2012).
Gejala yang sering timbul pada efusi pleura adalah sesak napas. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul bergantung pada
jumlah akumulasi cairan. Efusi pleura yang luas akan menyababkan sesak napas yang
berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh
kurang terpenuhi. Hal tersebut dapat menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak
seimbang. Oleh karena itu, diperlukan pemberian terapi oksigen (Morton, Fontaine, Hudak,
Gallo, 2013).
Peran perawat masih sangat diperlukan dalam membantu klien untuk fase pemulihan,
karena peran perawat yaitu sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, dalam fase ini perawat
harus terdapat pelayanan sesuai kriteria dalam standar praktik mengikuti kode etik dan
perawat harus profesional dalam melayani kebutuhan dasar seseorang yang mengalami efusi
pleura dapat terpenuhi dalam standar praktik, mengikuti kode etik dan perawat harus
profesional dalam melayani kebutuhan dasar seseorang yang mengalami efusi pleura dapat
terpenuhi. (Ferderika, 2009).
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut mengisi rongga dada. Paru-paru
merupakan alat pernapasan utama, jaringan paru-paru elastis, berpori, dan seperti spons.
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan
letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang
tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-
paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan pembagian ruang paru kanan memiliki
tiga lobus dan paru kiri dua lobus, lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen-paru. Paru
kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-
paru. (Evelyn, 2010).
2.2.2. Pluera
Pleura adalah auatu membrane serosa yang melapisi permukaan dalam dinding
thoraks di bagian kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafargma kanan dan kiri,
melapisi mediastimun kanan dan kiri (semuanya disebut pleura parietalis), kemudian pada
pangkal paru, membrane serosa ini berbalik melapisi paru (pleura viseralis) pleura viseralis
dapat berinvagasi menhgikuti pluera yang terbagi pada setiap lobus paru (Darmanto, 2016).
Pluera merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana antara pluera yang
membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum. Pluera dari
interna ke eksterna terbagi atas dua bagian, yaitu:
PATHWAYS
Pengobatan efusi pleura terutama adalah dengan menyembuhkan kondisi yang menjadi
penyebab efusi pleura itu sendiri. Jika efusi pleura disebabkan oleh suatu infeksi,
pengobatannya adalah dengan antibiotik. Jika penyebabnya adalah suatu keganasan atau
kanker, pengobatannya adalah dengan radioterapi atau kemoterapi. Beberapa tindakan yang
umum dilakukan dokter untuk mengatasi efusi pleura, antara lain:
a. Prosedur thoracentesis atau punksi pleura untuk mengeluarkan cairan pleura dengan
volume yang besar.
b. Pemasangan selang plastik khusus (chest tube) selama beberapa waktu ke dalam
rongga pleura melalui bedah torakotomi.
c. Pemasangan kateter secara jangka panjang lewat kulit ke dalam rongga pleura
(pleural drain), untuk efusi pleura yang terus muncul.
d. Prosedur pleurodesis dengan cara menyuntikkan zat pemicu iritasi ke dalam rongga
pleura melalui selang khusus untuk mengikat kedua lapisan pleura, sehingga rongga
pleura tertutup, untuk mengatasi efusi pleura yang sering kambuh.
e. Prosedur pengangkatan jaringan melalui bedah torakoskopi atau torakotomi untuk
mengangkat jaringan yang tidak sehat atau telah mengalami peradangan, jika
kerusakan yang disebabkan karena efusi pleura telah mencapai taha
2.10.1 Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah ketidakmampuan proses sistem pernafasan;
inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. (Wilkinson, & Ahern, 2013).
1. Identitas Pasien
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil identitas pasien sebagai berikut:
Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 4 klien mengalami efusi pleura.
Sesuai dengan teori Somantri (2012), efusi pleura dapat menyerang semua usia, status
ekonomi yakni tempat tinggal sangat mempengaruhi penyakit ini terutama didahului
pneumonia, tuberculosis paru, sering di temukan padat dan sanitasi lingkungan yang
kurang baik.
Berdasarkan hasil studi literatur ini efusi pleura dapat menyerang semua usia,
dengan semua pekerjaan, dan sanitasi yang kurang baik.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Diagnosa Keperawatan sebagai
berikut:
Menurut tabel diatas diketahui bahwa dari 4 klien memilik diagnosa keperawatan
prioritas yang sama yaitu Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Sesuai dengan teori dari Muttaqin (2012), pada responden efusi pleura dapat terjadi
pola nafas tidak efektif yang di sebabkan karena adanya infeksi (TBC, pneumonia, dan lain-
lain), kemudian terjadinya pmbentukan cairan yang berlebihan.
Berdasarkan hasil studi literatur ini bahwa infeksi dapat mengakibatkan pembentukan
cairan berlebih, sehingga terjadilah efui pleura.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Intervensi keperawatan sebagai
berikut:
Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 4 klien, 2 klien mendapat intervensi
manajemen jalan nafas, dan 2 klien mendapat intervensi manajemen jalan napas dan monitor
pernafasan. Sesuai dengan teori NIC (2016), intervensi untuk diagnosa pola nafas tidak
efektif adalah Manajemen jalan nafas dan Monitor pernafasan.
Berdasarkan hasil studi literatur ini rencana yang tepat dilakukan untuk diagnosa pola
nafas tidak efektif pada klien efusi pleura adalah manajemen jalan napas dan monitor
pernafasan, dengan waktu tertentu, klien kooperatif dan dukungan dari keluarga, serta
kolaborasi dari tim medis diharapkan pola nafas tidak efektif dapat teratasi.
4. Implementasi
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Implementasi sebagai berikut:
Menurut tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 4 klien dilakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan teori NIC (2016) yaitu untuk diagnosa keperawatan pola napas
Menurut tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 4 klien ada salah satu klien tidak
teratasi dikarenakan penyakit penyertanya semakin parah. Sesuai dengan terori Carpeito
(2001), efusi pleura terjadi karena tertimbunya cairan pleura secara berlebih sebagai akibat
transudasi (perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan
permeabilitas membrane) pada permukaan Pleura seperti terjadi proses infeksi dan
neoplasma, akibat adanya penumpukan cairan di rongga pleura yang memberi tahanan pada
saan inspirasi dan ekspirasi maka paru-paru hanya dapat memuat udara di kapasitas total
paru-paru.
Berdasarkan hasil studi literatur ini masalah dari keempat responden efusi pleura
secara umum dapat teratasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kecuali pada salah
satu klien tidak dapat teratasi dikarenakan penyakit penyertanya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pengkajian: Usia pasien paling sering terkena efusi pleura >40 tahun, dengan jenis
kelamin laki-laki dan pekerjaan sebagai petani, dengan keluhan utama sesak nafas dan
nyeri dada.
2. Diagnosa: Pada kasus efusi pleura diagnosa yang sering didapatkan adalah pola nafas
tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, ansietas, Nyeri akut, gangguan
pertukaran gas, dan defisit perawatan diri. Diagnosa keperawatan pada kasus efusi
pleura yang ada pada teori tidak semuanya dapat ditemukan pada kasus nyata
tergantung pada kondisi dan persepsi klien.
3. Intervensi: Rencana asuhan keperawatan Pola nafas tidak efektif, dilakukan
Manajemen jalan nafas dan Monitor pernafasan, Bersihan jalan nafas tidak efektif,
dilakukan Manajemen jalan nafas dan Manajeen batuk, Ansietas, dilakukan tindakan
Reduksi ansietas, Nyeri akut, dilakukan Manajemen nyeri dan Pemberian analgesik,
Gangguan pertukaran gas, dilakukan Manajemen jalan nafas dan Monitor pernafasan,
Deficid perawatan diri, dilakukan rencana tindakan Dukungan perawatan diri.
4. Implementasi: Pada kasus efusi pleura sudah dilakukan semua sesuai dengan teori dan
waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Keberhasilan perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan tergantung dari kerjasama antara keluarga, klien dan tenaga
medis lainya.
5. Evaluasi masalah dari keempat responden efusi pleura secara umum dapat teratasi
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kecuali pada salah satu klien tidak dapat
teratasi dikarenakan penyakit penyertanya.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA