Anda di halaman 1dari 23

EFUSI PLUERA

Ketidakefektifan Pola Jalan Nafas

Dosen Pengampu : Yulius Tiranda, S.Kep.,Ns,M.Kep.,Ph.D

DISUSUN OLEH:

1. Amelia Apriyani (21121005)


2. Dhea Dwi Ananda (21121014)
3. Hana Tasya Fannanah (21121021)
4. Helma Puspita (21121022)
5. Oca Agustin (21121035)
6. Saiyidatul Fitri (21121042)
7. Solihin (21121045)

Prodi : S1 Ilmu Keperawatan A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Efusi Pluera” ini dengan lancar. Sholawat serta salam
tak lupa kami curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam jahiliyah ke alam yang penuh rahmat ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu semua kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka
menerima berbagai masukkan maupun saran yang bersifat membangun serta memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ataupun
menginspirasi untuk para pembaca.

Palembang, 29 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………

1.1.LATAR BELAKANG………………………………………………………………..

1.2.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..

1.3.TUJUAN…………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………

2.1.DEFINISI EFUSI PLUERA………………………………………………………………

2.2.ANATOMI FISIOLOGI…………………………………………………………………

2.2.1. ANATOMI PARU-PARU……………………………………………………

2.2.2. PLUERA……………………………………………………………………..

2.2.3. FISIOLOGIS PLUERA……………………………………………………….

2.3.ETIOLOGI EFUSI PLUERA……………………………………………………………

2.4.PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY PATOFISIOLOGI………………………………

2.5.TANDA DAN GEJALA…………………………………………………………………

2.6.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK………………………………………………………..

2.7.MANIFESTASI KLINIS………………………………………………………………….

2.8. PENGOBATAN EFUSI PLUERA………………………………………………………..

2.9. PENCEGAHAN………………………………………………………………………….

2.10.KONSEP KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS………………………………….


2.10.1.DEFINISI………………………………………………………………………..

2.10.2.TANDA DAN GEJALA…………………………………………………………

2.10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………………

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………………………

3.1. SIMPULAN……………………………………………………………………….

3.2. SARAN…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura merupakan suatu kelainan
yang mengganggu sistem pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit,
melainkan hanya gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura merupakan suatu
keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan
mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan pola nafas (Somantri, 2009).

Menurut WHO (2008), beberapa penelitian menuliskan bahwa estimasi prevalensi


efusi pleura di negara industri adalah 320 dari 100.000 kasus. Setiap tahun di Amerika
Serikat terdapat 1,3 juta orang yang menderita efusi pleura. Menurut Departemen Kesehatan,
tahun 2006 didapatkan kasus efusi pleura dengan persentase sebanyak 2,7% dari penyakit
infeksi saluran napas yang terjadi di Indonesia (Irwadi, Wibawa and Hardjoeno, 2018). Di
negara-negara maju seperti di Amerika Serikat sering ditemukan kasus efusi pleura yang
disebabkan oleh keganasan, gagal jantung kongestif, dan pneumonia. Sedangkan di negara-
negara berkembang seperti di Indonesia kasus efusi pleura yang disebabkan oleh tuberkulosis
(TB) yang paling sering ditemukan (Puspita, Soleha and Berta, 2017).

Pola napas tidak efektif pada awalnya terjadi akibat peradangan paru dan terjadi
permeabel membran kapiler meningkat, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan intra pleura dan terjadi gangguan tekanan kapiler hidrostatik, koloid osmotik
intrapleura, dan terjadi penumpukan cairan pada rongga pleura sehingga menyebabkan
gangguan ekspansi paru, mengakibatkan sesak napas dan timbulah masalah keperawatan pola
napas tidak efektif. Jika efusi luas, ekspansi paru akan terganggu dan pasien mengalami
sesak, nyeri dada, batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan
terjadi gagal nafas. Ketidakefektifan pola nafas bisa mengakibatkan kekurangan oksigen,
kekurangan oksigen memiliki dampak negatif pada fungsi otak dan bisa membahayakan jiwa
seperti koma atau kematian bila tidak segera ditangani.
Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis, pneumonitis, abses
paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan untuk non infeksi disebabkan oleh
karsinoma paru, karsinoma pleura, karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan
jantung, gagal jantung, perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme,
kilotoraks, emboli paru (Morton dkk, 2012).

Gejala yang sering timbul pada efusi pleura adalah sesak napas. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul bergantung pada
jumlah akumulasi cairan. Efusi pleura yang luas akan menyababkan sesak napas yang
berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh
kurang terpenuhi. Hal tersebut dapat menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak
seimbang. Oleh karena itu, diperlukan pemberian terapi oksigen (Morton, Fontaine, Hudak,
Gallo, 2013).

Peran perawat masih sangat diperlukan dalam membantu klien untuk fase pemulihan,
karena peran perawat yaitu sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, dalam fase ini perawat
harus terdapat pelayanan sesuai kriteria dalam standar praktik mengikuti kode etik dan
perawat harus profesional dalam melayani kebutuhan dasar seseorang yang mengalami efusi
pleura dapat terpenuhi dalam standar praktik, mengikuti kode etik dan perawat harus
profesional dalam melayani kebutuhan dasar seseorang yang mengalami efusi pleura dapat
terpenuhi. (Ferderika, 2009).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Efusi Pluera?


2. Apa saja anatomi dan fisiologi Efusi Pluera?
3. Bagaimana etiologi Efusi Pluera?
4. Bagaimana patofisiologis dan Pathway Efusi Pluera?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Efusi Pluera?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui pasien Efusi Pluera?
7. Apa saja manefestasi klinis Efusi Pluera?
8. Apa pengobatan yang tepat untuk pasien efusi pluera?
9. Apakah ada pencegahan agar tidak terkena efusi pluera
10. Apa konsep ketidak efektifan pola nafas?
11. Menganalisa asuhan keperawatan pada pasien efusi pluera dengan masalah
ketidakefektifan jalan nafas?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui lebih luas tentang Efusi Pluera


2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Efusi Pluera
3. Untuk mengetahui Etiologi Efusi Pluera
4. Untuk mengetahui patofisiologis dan Pathway Efusi Pluera
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala Efusi Pluera
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada pasien Efusi Pluera
7. Untuk mengetahui manefestasi klinis Efusi Pluera
8. Untuk mengetahui pengobatan yang tepat untuk pasien efusi pluera
9. Untuk mengetahui pencegahan agar terhindar dari efusi pluera
10. Untuk mengetahui Konsep Ketidakefektifan Pola Nafas
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien efusi pluera dengan masalah
ketidakefektifan jalan nafas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Efusi Pluera


Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa
penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan
dalam rongga pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena tuberkulosis, neo
plasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Ariyanti,
2003).
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam rongga pleural,
antara lapisan visceral dan parietal (Mansjoer Arif, 2001).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
2.2. Anatomi Fisiologi
2.2.1. Anatomi Paru-paru

Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut mengisi rongga dada. Paru-paru
merupakan alat pernapasan utama, jaringan paru-paru elastis, berpori, dan seperti spons.
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan
letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang
tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-
paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan pembagian ruang paru kanan memiliki
tiga lobus dan paru kiri dua lobus, lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen-paru. Paru
kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-
paru. (Evelyn, 2010).
2.2.2. Pluera
Pleura adalah auatu membrane serosa yang melapisi permukaan dalam dinding
thoraks di bagian kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafargma kanan dan kiri,
melapisi mediastimun kanan dan kiri (semuanya disebut pleura parietalis), kemudian pada
pangkal paru, membrane serosa ini berbalik melapisi paru (pleura viseralis) pleura viseralis
dapat berinvagasi menhgikuti pluera yang terbagi pada setiap lobus paru (Darmanto, 2016).
Pluera merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana antara pluera yang
membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum. Pluera dari
interna ke eksterna terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Pleura Viseralis/ Pulmonalis


Pleura viseralis adalah pleura yang berada pada permukaaan paru, terdiri dari
satu lapis sel mosothelial yang tipis < 30um yang terletak di permukaan bagian
luarnya. Terdapat sel-sel limfosit yang berada diantara celah-celahnya. Endopleura
yang berisikan fibrosit dan histrosit berada di bawah sel-sel mesothelia, dan di
bawahnya merupakan lapisa tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastis.
Sedangkan pada lapisan paling bawah terdapat jaringan interstitial subpleural,
didalamnya banyak mengandung pembuluh darah kapiler.
b. Pluera Parientalis
Pluera parientalis yaitu pluera yang letaknya berbatasan dengan dinding
thoraks, memiliki jaringan yang lebih tebal yang tersusun dari sel-sel mesothelial dan
juga tersusun dari jaringan ikat seperti kolagen dan elastis. Sedangkan jika pada
jaringan ikat tersebut banyak tersusun kapiler dari intercpstalis dan mamria interna,
pada pe,buluh limfe banyak terdapat reseptor saraf sensoris yang sangat peka terhadap
rangsangan rasa sakit dan juga perbedaan temperature. Yang keseluruhannya tersusun
dari intercostalis pada dinding dada dan alirannya pun akan sesuai dengan dermatome
dada. Sehingga dapat mempermudah dinding dada yang berada di atasnya menempel
dan melepas. Sehingga berfungsi untuk memperoduksi cairan pleura.
Kedua lapisan pleura tersebut saling berkaitan dengan hilus pulmonalis yang
berfungsi sebagai penghubung pleura (ligament pulmonalis). Pada lapisab pleura ini
terdapat rongga yang yang dinamakan cavum pluera yang berfungsi untuk
menghindari adanya gesekan antar pluera saat sedang melakukan proses pernapasan
(Saferi & Mariza, 2013).

2.2.3 Fisiologis Pluera

Fungsi mekanis pluera adalah meneruskan negatif thoraks kedalam paru-paru,


sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat
(resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah
negates di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negates meningkat menjadi
-25 sampai -35 cm H2O.
Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, rongga pluera steril karena
mesothelia bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan yang diproduksinya
bertindak sebagai lubrikans. Cairan rongga pluera sangat sedikit, sekitar 0,3 ml/kg, bersifat
hipoonkotik dengan konsetrasi protein 1 g/dl/ Gerakan pernapasan dan gravitasi
kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi san resorbsi cairan rongga pluera.
Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pluera parientalis, dengan kecepatan 0,1
sampau 0,15 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan
terjadinya pluera effusion.

2.3. Etiologi Efusi Pluera


Keseimbangan pada cavitas pleuralis antara tekanan hidrostatik dan onkotik pada
pembuluh pleura visceralis dan parietalis dengan drainasi limfe perlu dijaga. Apabila
keseimbangan ini terganggu, maka terjadilah effusi pleura. Effusi pleura dapat disebabkan
oleh banyak penyakit yang mendasari, mulai dari penyakit paru atau non-paru, akut maupun
kronik. Etiologi effusi pleura yang paling sering ditemukan, yaitu gagal jantung ventrikel kiri,
malignansi, pnemonia, dan pulmonary embolism (Rubbins, 2013).

2.4. Patofisiologi dan Pathway patofisiologi


Pada orang normal, cairan di rongga pleura sehanyak 1-20 ml. Gambar dibawah ini
memperlihatkan terjadinya efusi pleura. Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena ada
keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis.
Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis
pleura parietalis sehesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis 10 cm 1-1,0
(Alsagaff dan Mukty, 2009).
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa
masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini
akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga
diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan
pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran
akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi  pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura
yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain  dapat juga dari robeknya pengkejuan
kearah saluran getah bening yang menuju  rongga pleura, iga  atau columna vetebralis.
Adapun bentuk  cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu 
berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah
bening. Cairan ini biasanya serous, kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml
cairan pleura bias  mengandung leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan
adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri
tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan
fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat ,
pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi
redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila :


1. Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah, misalnya pada hipo albuminemi.
2. Terjadi peningkatan :
a. Permeahilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
b. Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/v. pulmonalis (kegagalan
jantung kiri).
c. Tekanan negatif intra pleura (atelektasis)
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura.
Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses
yang meliputi :
a. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.
b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke
dalam rongga pleura.
c. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga menungkinkan terjadinya
transudasi cairan yang berlebihan.
d. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan
pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara
cepat (Muttaqin, 2008).

PATHWAYS

2.5. Tanda dan Gejala


Menurut (Saferi, 2013), tanda dan gejala yang ditimbulkan dari efusi pleura berdasarkan
penyebabnya adalah :
3. Batuk
4. Sesak napas
5. Nyeri pleuritis
6. Rasa berat pada dada
7. Berat badan menurun
8. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, mengigil, dam nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkolosis) banyak keringat,
batuk.
9. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
10. Pada pemeriksaan fisik :
a. Inflamasi dapat terjadi friction rub
b. Atelektaksis kompresif (kolaps paru parsial ) dapat menyebabkan bunyi napas
bronkus.
c. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan.
d. Focal fremitus melemah pada perkusi didapati pekak, dalam keadaan duduk
permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).

2.6. Pemeriksaan Diagnostik


Menurut (Pranita, 2020), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien efusi pleura
adalah:
11. Radiografi dada
Merupakan studi pencitraan pertama yang dilakukan ketika mengevaluasi efusi
pleura. Foto posteroanterior umumnya akan menunjukkan adanya efusi pleura ketika
ada sekitar 200 ml cairan pleura, dan foto lateral akan terinterpretasi abnormal ketika
terdapat sekitar 50 ml cairan pleura.
12. Ultrasonografi thoraks
Juga memiliki peran yang semakin penting dalam evaluasi efusi pleura karena
sensitivitasnya yang lebih tinggi dalam mendeteksi cairan pleura daripada
pemeriksaan klinis atau radiografi toraks. Karakteristik yang juga dapat dilihat pada
USG dapat membantu menentukan apakah terjadi efusi sederhana atau kompleks.
Efusi sederhana dapat diidentifikasi sebagai cairan dalam rongga pleura dengan
echotexture homogen seperti yang terlihat pada sebagian besar efusi transudatif,
sedangkan efusi yang kompleks bersifat echogenic, sering terlihat septasi di dalam
cairan, dan selalu eksudat. Bedside Ultrasound dianjurkan saat melakukan
thoracentesis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan prosedural.
13. Biopsi pleura
Dapat menunjukkan 50-70% diagnosis kasus pleuritistuberkolosis dan tumor pleura.
Biopsi ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura melalui biopsi jalur
perkutaneus. Komplikasi biopsi adalah pneumothoraks, hemothoraks, penyebaran
infeksi dan tumor dinding dada.
14. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostik cairan pleura perlu dilakukan pemeriksaan:
1. Warna cairan
a. Haemorragic pleural efusion, biasanya pada klien dengan adanya keganasan paru
atau akibat infark paru terutama disebabkan oleh tuberkolosis.
b. Yellow exudates pleural efusion, terutama terjadi pada keadaan gagal jantung
kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan perikarditis konstriktif.
c. Clear transudate pleural efusion, sering terjadi pada klien dengan keganasan
ekstrapulmoner.
15. Biokimia, untuk membedakan transudasi dan eksudasi.
16. Sitologi, pemeriksaan sitologi bila ditemukan patologis atau dominasi sel tertentu
untuk melihat adanya keganasan.
17. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung
mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen. Efusi yang purulen dapat
mengandung kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang sering
ditemukan adalah Pneumococcus, E.coli, clebsiella, Pseudomonas, Enterobacter. e.
CT Scan Thoraks Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi
trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lainnya (Pranita, 2020).

2.7. Manifestasi Klinis


Efusi pleura beberapa gejalanya disebabkan oleh penyakit dasar pneumonia akan
menyebabkan demam, mengigil, dan nyeri dada pleuritik. Efusi maligna dapat
mengakibatkan dispneu dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.
1. Efusi luas : sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang
terisi cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakea menjauhi
tempat yang sakit.
2. Efusi ringan sampai sedang : dispneu bisa tidak terjadi. (Ketut & Brigitta, 2019).

2.8. Pengobatan Efusi Pleura

Pengobatan efusi pleura terutama adalah dengan menyembuhkan kondisi yang menjadi
penyebab efusi pleura itu sendiri. Jika efusi pleura disebabkan oleh suatu infeksi,
pengobatannya adalah dengan antibiotik. Jika penyebabnya adalah suatu keganasan atau
kanker, pengobatannya adalah dengan radioterapi atau kemoterapi. Beberapa tindakan yang
umum dilakukan dokter untuk mengatasi efusi pleura, antara lain:
a. Prosedur thoracentesis atau punksi pleura untuk mengeluarkan cairan pleura dengan
volume yang besar.
b. Pemasangan selang plastik khusus (chest tube) selama beberapa waktu ke dalam
rongga pleura melalui bedah torakotomi.
c. Pemasangan kateter secara jangka panjang lewat kulit ke dalam rongga pleura
(pleural drain), untuk efusi pleura yang terus muncul.
d. Prosedur pleurodesis dengan cara menyuntikkan zat pemicu iritasi ke dalam rongga
pleura melalui selang khusus untuk mengikat kedua lapisan pleura, sehingga rongga
pleura tertutup, untuk mengatasi efusi pleura yang sering kambuh.
e. Prosedur pengangkatan jaringan melalui bedah torakoskopi atau torakotomi untuk
mengangkat jaringan yang tidak sehat atau telah mengalami peradangan, jika
kerusakan yang disebabkan karena efusi pleura telah mencapai taha

2.9. Pencegahan Efusi Pleura


Efusi pleura dapat dicegah dilakukan dengan menghindari terjadinya kondisi medis yang
mendasarinya. Sejumlah upaya yang bisa dilakukan adalah:

1. Membatasi konsumsi minuman beralkohol


2. Menghentikan kebiasaan merokok
3. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sesuai standar, bila bekerja dengan
bahan atau zat yang berpotensi bahaya, seperti asbes
4. Melakukan pemeriksaan secara berkala ke dokter sesuai kondisi medis yang
dimiliki, seperti penyakit jantung dan penyakit autoimun

2.10. Konsep Ketidakefektifan Pola Nafas

2.10.1 Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah ketidakmampuan proses sistem pernafasan;
inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. (Wilkinson, & Ahern, 2013).

2.10.2 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ketidakefektifan pola nafas yaitu Perubahan kedalaman pernafasan,
perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik, bradipnea, penurunan tekanan
ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas
vital, dispnea, peningkatan diameter anterior-posterior, pernafasan cuping hidung, ortopnea,
takipnea, pernafasan bibir, fase ekspirasi memanjang, penggunann otot aksesorius untuk
bernafas. (Wilkinson & Ahern,2013).

2.11. Konsep Asuhan Keperawatan


Contoh Kasus

1. Identitas Pasien
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil identitas pasien sebagai berikut:

Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 4 klien mengalami efusi pleura.
Sesuai dengan teori Somantri (2012), efusi pleura dapat menyerang semua usia, status
ekonomi yakni tempat tinggal sangat mempengaruhi penyakit ini terutama didahului
pneumonia, tuberculosis paru, sering di temukan padat dan sanitasi lingkungan yang
kurang baik.

Berdasarkan hasil studi literatur ini efusi pleura dapat menyerang semua usia,
dengan semua pekerjaan, dan sanitasi yang kurang baik.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Diagnosa Keperawatan sebagai
berikut:

Menurut tabel diatas diketahui bahwa dari 4 klien memilik diagnosa keperawatan
prioritas yang sama yaitu Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Sesuai dengan teori dari Muttaqin (2012), pada responden efusi pleura dapat terjadi
pola nafas tidak efektif yang di sebabkan karena adanya infeksi (TBC, pneumonia, dan lain-
lain), kemudian terjadinya pmbentukan cairan yang berlebihan.
Berdasarkan hasil studi literatur ini bahwa infeksi dapat mengakibatkan pembentukan
cairan berlebih, sehingga terjadilah efui pleura.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Intervensi keperawatan sebagai

berikut:
Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 4 klien, 2 klien mendapat intervensi
manajemen jalan nafas, dan 2 klien mendapat intervensi manajemen jalan napas dan monitor
pernafasan. Sesuai dengan teori NIC (2016), intervensi untuk diagnosa pola nafas tidak
efektif adalah Manajemen jalan nafas dan Monitor pernafasan.
Berdasarkan hasil studi literatur ini rencana yang tepat dilakukan untuk diagnosa pola
nafas tidak efektif pada klien efusi pleura adalah manajemen jalan napas dan monitor
pernafasan, dengan waktu tertentu, klien kooperatif dan dukungan dari keluarga, serta
kolaborasi dari tim medis diharapkan pola nafas tidak efektif dapat teratasi.
4. Implementasi
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Implementasi sebagai berikut:

Menurut tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 4 klien dilakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan teori NIC (2016) yaitu untuk diagnosa keperawatan pola napas

tidak efektif adalah Manajemen jalan napas dan monitor pernafasan.


Berdasarkan hasil studi literatur ini tindakan harus dilakukan sesuai dengan teori
dengan melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen, semua
tindakan efektif karena dukungan kooperatif dari tim kesehatan, klien.
5. Evaluasi
Berdasarkan studi literatur ini di dapatkan hasil Evaluasi sebagai berikut:

Menurut tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 4 klien ada salah satu klien tidak
teratasi dikarenakan penyakit penyertanya semakin parah. Sesuai dengan terori Carpeito
(2001), efusi pleura terjadi karena tertimbunya cairan pleura secara berlebih sebagai akibat
transudasi (perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan
permeabilitas membrane) pada permukaan Pleura seperti terjadi proses infeksi dan
neoplasma, akibat adanya penumpukan cairan di rongga pleura yang memberi tahanan pada
saan inspirasi dan ekspirasi maka paru-paru hanya dapat memuat udara di kapasitas total
paru-paru.
Berdasarkan hasil studi literatur ini masalah dari keempat responden efusi pleura
secara umum dapat teratasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kecuali pada salah
satu klien tidak dapat teratasi dikarenakan penyakit penyertanya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengkajian: Usia pasien paling sering terkena efusi pleura >40 tahun, dengan jenis
kelamin laki-laki dan pekerjaan sebagai petani, dengan keluhan utama sesak nafas dan
nyeri dada.
2. Diagnosa: Pada kasus efusi pleura diagnosa yang sering didapatkan adalah pola nafas
tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, ansietas, Nyeri akut, gangguan
pertukaran gas, dan defisit perawatan diri. Diagnosa keperawatan pada kasus efusi
pleura yang ada pada teori tidak semuanya dapat ditemukan pada kasus nyata
tergantung pada kondisi dan persepsi klien.
3. Intervensi: Rencana asuhan keperawatan Pola nafas tidak efektif, dilakukan
Manajemen jalan nafas dan Monitor pernafasan, Bersihan jalan nafas tidak efektif,
dilakukan Manajemen jalan nafas dan Manajeen batuk, Ansietas, dilakukan tindakan
Reduksi ansietas, Nyeri akut, dilakukan Manajemen nyeri dan Pemberian analgesik,
Gangguan pertukaran gas, dilakukan Manajemen jalan nafas dan Monitor pernafasan,
Deficid perawatan diri, dilakukan rencana tindakan Dukungan perawatan diri.
4. Implementasi: Pada kasus efusi pleura sudah dilakukan semua sesuai dengan teori dan
waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Keberhasilan perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan tergantung dari kerjasama antara keluarga, klien dan tenaga
medis lainya.
5. Evaluasi masalah dari keempat responden efusi pleura secara umum dapat teratasi
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kecuali pada salah satu klien tidak dapat
teratasi dikarenakan penyakit penyertanya.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anatomi-Fisiologi Pleura, 29 Januari 2012.


http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-fisiologi-pleura.html. diakses
pada tanggal 30 September 2022.
Anggarsari, Yunita Devi. 2018. "Studi Kasus Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Pada Pasien Efusi Pleura".
http://www.jurnalinterest.com/index.php/int/article/view/31/31. diakses pada tanggal 30
September 2022.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Efusi Pleura.
https://pdfcoffee.com/makalah-efusi-pleura-10-pdf-free.html. diakses pada tanggal 30
September 2022.
Efusi Pleura.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4591/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf.diakses
pada tanggal 30 September 2022.
Efusi Pleura.
http://eprints.umpo.ac.id/6104/2/BAB%201.pdf. diakses pada tanggal 30 September 2022.
Herlina, Tika. 2020. "Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura di Rumah
Sakit".
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI%20TIKA%20HERLIA.pdf. diakses pada
tanggal 30 September 2022.
Konsep Dasar Efusi Pleura. http://eprints.umpo.ac.id/6186/3/BAB%202.pdf. diakses
pada tanggal 30 September 2022.
Konsep Medis Efusi Pleura.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7574/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf.
diakses pada tanggal 30 September 2022.
Konsep Penyakit Efusi Pleura.
http://eprints.umpo.ac.id/5327/3/BAB%202-Copy.pdf. diakses pada tanggal 30 September
2022.
Laporan Pendahuluan Efusi Pleura, 17 Januari 2014.
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-efusipleura.html#.Yzb_Xy-
Mzq0. diakses pada tanggal 30 September 2022.
Pratama, Adithya Surya. 2020. "Asuhan Keperawatan Pada Klien Efusi Pleura
Dengan Bersihan Jalan Nafas di Ruang Marjan Bawah RSUD Dr.Slamet Garut".
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/592/Adithya%20Surya
%20Pratama-1-73.pdf?sequence=1&isAllowed=y. diakses pada tanggal 30 September 2022.
Sugiarto, Viki. "Efusi Pleura".
http://repository.unair.ac.id/97631/4/4.%20BAB%201%20%20%20PENDAHULUAN
%20.pdfhttp://eprints.umpo.ac.id/6104/2/BAB%201.pdf.diakses pada tanggal 30 September
2022.
Weripang, Imelda. 2019. "Asuhan Keperawatan Pada Klien Efusi Pleura Dengan
Ketidakefektifan Pola Nafas di Ruang Zambrud Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Slamet
Garut".
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/518/IMELDA
%20WERIPANG%20AKX16169%20%282019%29-1-45.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
diakses pada tanggal 30 September 2022.
Weripang, Imelda. 2019. "Asuhan Keperawatan Pada Klien Efusi Pleura Dengan
Ketidakefektifan Pola Nafas di Ruang Zambrud Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Slamet
Garut". http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/518/IMELDA
%20WERIPANG%20AKX16169%20%282019%29-1-45.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
diakses pada tanggal 30 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai