Disusun Oleh:
Kelompok 8
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tim penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebenaran dan
Penandaan Prosedur Operasi” ini tepat pada waktunya. Tak lupa juga tim penulis haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak, aamiin.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari pada
Mata Kuliah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori keperawatan bagi para pembaca
dan tim penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pelaksanaan K3 RS adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi
dan atau bebas dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat suatu asuhan
kepada pasien dengan tujuan agar pasien lebih aman. (Kementerian Kesehatan RI, 2006).
Keselamatan pasien adalah sebuah proses yangdijalankan oleh organisasi yang memiliki
tujuan untuk membuat layanan kesehatan kepada pasien berada pada derajat keamanan
yang lebih baik.
Kebijakan tentang keselamatan pasien rumah sakit sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.1691/ Kemenkes/Per/VIII/2011. Ada 6 sasaran keselamatan
pasien dirumah sakit yaitu 1) Ketepatan identifikasi pasien, 2) Peningkatan komunikasi
efektif, 3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, 4) Kepastian tepat lokasi,
prosedur dan pasien operasi, 5) Pengurangan resiko infeksi dan 6) Pengurangan resiko
pasien jatuh (Kemenkes RI,2011). Tujuan dari sasaran keselamatan pasien adalah
mendorong rumah sakit agar melakukan perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien
(KARS,2017). Setiap rumah sakit wajib melaksanakan setiap standar keselamatan pasien
dengan maksimal.
Pelaksanaan sasaran keselamatan pasien yang rendah menyebabkan dampak yang
merugikan pasien. Tidak terlakasananya keselamatan pasien dapat menyebabkan insiden
keselamatan pasien yang merupakan kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat dicegah. Insiden
keselamatan pasien terdiri dari kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera
(KNC), kejadian tidak cidera (KTC), kejadian potensial cidera (KPC) dan kejadian
sentinel (Permenkes, 2011). Setiap insiden yang terjadi pada pasien di rumah sakit
dilaporkan sesuai standar operasional rumah sakit yang sudah di tetapkan.
Kejadian insiden keselamatan pasien di dunia tidak dapat dihindari lagi. Tahun 2000
Institude of Medicion di Amerika menyatakan bahwa di Utah dan Corolado ditemukan
KTD sebesar 2,9% dimana 6,6% meninggal dunia, sedangkan di New York sebesar 3,7%
dengan angka kematian 13,6% (KKPRS, 2015). Berdasarkan WHO tahun 2004,
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara : Amerika,
Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 - 16,6%. Menurut
WHO tahun 2017, insiden keselamatan pasien yang paling buruk terjadi pada prosedur
pembedahan (27%), kesalahan pengobatan (18.3%) dan infeksi dalam perawatan
kesehatan (12,1%). Dari data tersebut keselamatan pasien masih jadi perhatian besar
lembaga kesehatan di dunia.
Perawat memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien
dirumah sakit. Dalam UUD No.36 tahun 2014, perawat sebagai tenaga kesehatan
memiliki kewajiban dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar prosedur
operasional dan standar profesi keperawatan. Pemenuhan kebutuhan kepuasan pasien
selama di rumah sakit diperlukan tenaga kesehatan yang harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan yang tinggi serta sikap profesional dan dapat menunjang pembangunan
Kesehatan.
The Joint commission melaporkan 150 KTD yang berhubungan dengan wrong site
surgery, wrong procedure surgery, dan wrong person surgery, kasus terbanyak terjadi
pada operasi tulang (41%0), bedah umum (20%), bedah syaraf (14%), bedah urologi
(11%), kemudian operasi wajah, mata, dan THT (JCAHO).
2.1.1 Pengertian
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit untu menjamin pasien yang akan
menjalani suatu tindakan operasi mendapatkan tindakan operasi yang sesuai dengan
lokasi keadaan yang perlu d tindak, prosedur yang tepat untuk melakukan tindakan
dan di berikan pada pasien yang benar membutuhkan tindakan operasi
2.1.1 Tujuan
a. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan
tepat pasien pada pasien-pasien yang menjalani operasi d rumah sakit
b. Mngurangi kejadian/kesalahan yang berhubungan dengan salah lokasi, salah
prosedur dan salah pasien yang akan dilakukan tindakan operasi.
2.1.3 Prinsip
a. Semua pasien yang menjalani suatu tindakan prosedur operasi, harus di
identifikasi dan di jamin sisi operasi yang tepat, prosedur yang tepat serta pasien
yang tepat sebelum, saat dan setelah menjalani suatu operasi.
b. Menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
menigkut sertakan pasien dalam proses penandaan.
c. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat,
prosedur yang tepat sebelum operasi dan seluruh dokumen serta peralatan yang di
butuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
d. Seluruh tim tenaga kesehatan yang ikut dalam operasi melakukan, membuat dan
mendokumentasikan prosedur, Sign In, sesaat sebelum pasien di induksi, Time
Out sesaat sebelum prosedur operasi di mulai serta Sign Out sebelum menutup
luka operasi.
1. Menyiapkan tempat tidur, pakaian khusus kamar bedah dan tutup kepala.
2. Menerima pasien diruang pre operasi.
3. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian kamar bedah, memakaikan tutup kepala
yang dilakukan oleh perawat.
4. Memindahkan pasien keatas tempat tidur yang telah disiapkan
5. Memeriksa kelengkapan dan persiapan operasi pasien yaitu
Sebelum Instuksi anastesi
Pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat
5. Apakah ada resiko kehilangan darah > 500ml (7ml/kg pada anak-anak
Konfirmasi verbal oleh perawat instrumen berapa jumlah alat & instrument, kasa,
sponge, dll) yang terpakai.
Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi
3. Menamai spesimen (baca label spesimen dengan jelas termasuk nama pasien)
4. Melaporkan apabila ada masalah pada alat.
5. Membubuhkan tanda tangan pada formulir serah terima oleh unit terkait
1. Untuk memastika tepat lokasi bagian tubuh pasien yang akan dioperasi
2. Pasien dan atau keluarga memahami lokasi bagian tubuh yang akan dioperasi
Prosedur penandaan lokasi pra pembedahan adalah sebagai berikut:
1. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur, rencana, opsi, dan
resiko operasi
2. Buat dan dokumentasikan semua prosedur, termasuk prosedur yang lengkap, sisi,
dan rencana anestesi
3. Pastikan praktisi mempunyai informasi terkini mengenai status medis pasien,
rencana prosedur-buat catatan pasien
4. Verifikasi dokumen informed consent untuk mengidentifikasi pasien secara benar
5. Siapkan semua hasil tes laboratorium yang relevan dan verifikasi identifikasi
pasien
6. Tandai sisi operasi yang akan dioperasi oleh orang yang akan melaksanakan
operasi, gunakan tanda yang jelas, dan libatkan pasien saat memberikan tanda
7. Verifikasi pasien yang benar dengan 2 identifikasi (nama dan no Rekam Medis)
8. Verifikasi rencana prosedur
9. Verifikasi prosedur operasi
10. Verifikasi posisi yang benar pada meja operasi
11. Verifikasi kesiapan alat, implan, protesa
2.1.4 Prosedur Assesmen Pra Anastesi
Asesmen atau penilaian sebelum tindakan anestesi ini merupakan rangkaian
kegiatan yang mengawali suatu operasi yang akan dilaksanakan. Penilaian dilakukan
terhadap fungsi vital pasien.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penilaian sebelum anastesi, dengan
tujuan:
4. B4 : Fungsi perkemihan
a. Lakukan evaluasi fungsi ginjal, dapat dilakukan dengan menggunakan urin
tampung atau kalau perlu dengan pemasangan chateter.
b. Nilai produksi urinnya meliputi warna dan jumlahnya.
5. B5 : Fungsi pencernaan
a. Lihat adakah abdomen distended
b. Lakukan perkusi untuk membedakan adanya udara atau cairan, palpasi untuk
mencari adanya massa.
6. B6 : Tulang Muskuluskletal
a. Adakah patah tulang panjang pada femur, 4/4, patah tulang multipel, patah
tulang iga yang multipel
b. Adakah pertukaran kulit
7. B7 : Laboratorium
Evaluasi hasil laboratorium, apakah terdapat nilai yang abnormal segera diambil
tindakan dan evaluasi ulang.
8. Radiologi : SS
Evaluasi hasil dari pemeriksaan radiologi, apabila terdapat hal yang tidak normal
segera ambil tindakan.
1. Setiap pasien baru harus diidentifikasi secara lengkap, benar, jelas dan terperinci.
2. Identifikasi pasien meliputi :
a. Penulisan nomor rekam medis
b. Penulisan Indentitas pasien disesuaikan dengan e-KTP/SIM/ Kartu Keluarga/
PASPOR yang berlaku.
c. Penulisan identitas pasien meliputi :
1) Nama Lengkap
2) Tempat /Tanggal Lahir
3) Jenis Kelamin
4) Alamat lengkap
5) Agama
6) Status Perkawinan
7) Pekerjaan
8) Nama Suami/Istri
9) Nama Ibu/Ayah
10) Penanggung Jawab
11) Tanggal Registrasi.
d. Jika ada perubahan data indentitas pasien pada kunjungan berikutnya maka
identitas pertama harus dirubah dengan identitas yang baru (up to date).
e. Identifikasi pada gelang pasien, meliputi :
1) Pencantuman nomor rekam medis
2) Pencantuman nama lengkap
3) Pencantuman tanggal lahir
4) Warna gelang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Warna biru untuk pasien laki-laki, warna pink untuk pasien perempuan, warna
merah untuk pasien alergi, warna kuning untuk pasien resiko jatuh, dan warna
ungu untuk pasien yang tidak boleh diresusitasi
f. Setiap dilakukan pemasangan gelang petugas harus menjelaskan manfaat
gelang pasien dan bahaya jika menolak, melepas, dan menutupi gelang.
g. Sebelum pemberian pelayanan kepada pasien petugas harus mengidentifikasi
pasien terlebih dahulu, meliputi : Sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah, mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis serta
pemberian tindakan, petugas harus menganamnesa identitas pasien dan
mengecek gelang pasien secara teliti dan terperinci.
3. Pasien baru harus dibuatkan Kartu Identitas Berobat dengan mencantumkan nama
pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir dan alamat rumah
4. Setiap pasien akan di daftarkan pada buku registrasi pasien dan atau dimasukkan
dalam database pasien (KIUP komputerisasi) secara up to date.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko.
2. Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan benar
sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin keselamatan pasien
dari segala aspek tindakan yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA
Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum
Kesehatan.
Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-
3
Pabuti, Aumas. 2011. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21 st of Andalas University,
Indonesia