Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBENARAN DAN PENANDAAN PROSEDUR OPERASI

Dosen Pengampu : Ibu Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Alif Koja Dirham Ablastin (21121004)


2. Firda Alayda Damas (21121020)
3. Linda Puspita (21121028)
4. RA Alira Sakinah (21121038)
5. Setya Indah Wahyuni (21121043)
6. Wahyuni Saprina (21121050)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG

TAHUN AJAR 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tim penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebenaran dan
Penandaan Prosedur Operasi” ini tepat pada waktunya. Tak lupa juga tim penulis haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak, aamiin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari pada
Mata Kuliah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori keperawatan bagi para pembaca
dan tim penulis.

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep,


selaku dosen Mata Kuliah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan
bidang studi yang tim penulis tekuni. Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga tim penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Palembang, 09 Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan K3 RS adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi
dan atau bebas dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Keselamatan pasien adalah prinsip dasar kesehatan,dalam setiap proses pemberian


pelayanan kesehatan berkaitan dengan tindakan yang tidak aman (WHO, 2008). Sistem
perawatan kesehatan di seluruh dunia memiliki tujuan bersama dalam rangka
meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan, meskipun terdapat beberapa perbedaan
dalam struktur, sumber daya, akuntabilitas dan prioritas,keselamatan pasien secara luas
diakui sebagai komponen penting dari kesehatan. Keselamatan pasien merupakan
tantangan yang perlu mendapat perhatian penting dari Kesehatan.

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat suatu asuhan
kepada pasien dengan tujuan agar pasien lebih aman. (Kementerian Kesehatan RI, 2006).
Keselamatan pasien adalah sebuah proses yangdijalankan oleh organisasi yang memiliki
tujuan untuk membuat layanan kesehatan kepada pasien berada pada derajat keamanan
yang lebih baik.

Kebijakan tentang keselamatan pasien rumah sakit sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.1691/ Kemenkes/Per/VIII/2011. Ada 6 sasaran keselamatan
pasien dirumah sakit yaitu 1) Ketepatan identifikasi pasien, 2) Peningkatan komunikasi
efektif, 3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, 4) Kepastian tepat lokasi,
prosedur dan pasien operasi, 5) Pengurangan resiko infeksi dan 6) Pengurangan resiko
pasien jatuh (Kemenkes RI,2011). Tujuan dari sasaran keselamatan pasien adalah
mendorong rumah sakit agar melakukan perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien
(KARS,2017). Setiap rumah sakit wajib melaksanakan setiap standar keselamatan pasien
dengan maksimal.
Pelaksanaan sasaran keselamatan pasien yang rendah menyebabkan dampak yang
merugikan pasien. Tidak terlakasananya keselamatan pasien dapat menyebabkan insiden
keselamatan pasien yang merupakan kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat dicegah. Insiden
keselamatan pasien terdiri dari kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera
(KNC), kejadian tidak cidera (KTC), kejadian potensial cidera (KPC) dan kejadian
sentinel (Permenkes, 2011). Setiap insiden yang terjadi pada pasien di rumah sakit
dilaporkan sesuai standar operasional rumah sakit yang sudah di tetapkan.

Kejadian insiden keselamatan pasien di dunia tidak dapat dihindari lagi. Tahun 2000
Institude of Medicion di Amerika menyatakan bahwa di Utah dan Corolado ditemukan
KTD sebesar 2,9% dimana 6,6% meninggal dunia, sedangkan di New York sebesar 3,7%
dengan angka kematian 13,6% (KKPRS, 2015). Berdasarkan WHO tahun 2004,
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara : Amerika,
Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 - 16,6%. Menurut
WHO tahun 2017, insiden keselamatan pasien yang paling buruk terjadi pada prosedur
pembedahan (27%), kesalahan pengobatan (18.3%) dan infeksi dalam perawatan
kesehatan (12,1%). Dari data tersebut keselamatan pasien masih jadi perhatian besar
lembaga kesehatan di dunia.

Perawat memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien
dirumah sakit. Dalam UUD No.36 tahun 2014, perawat sebagai tenaga kesehatan
memiliki kewajiban dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar prosedur
operasional dan standar profesi keperawatan. Pemenuhan kebutuhan kepuasan pasien
selama di rumah sakit diperlukan tenaga kesehatan yang harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan yang tinggi serta sikap profesional dan dapat menunjang pembangunan
Kesehatan.

Pelayanan pembedahan di kamar operasi merupakan pelayanan yang multi


komplek, yang sering kali menimbulkan cedera medis atau Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD). Risiko-risiko atau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi hampir semua
berakibat fatal, diantaranya adalah:
1. Salah pasien yang dioperasi (wrong person surgery)
2. Salah sisi operasi (wrong site surgery)
3. Salah prosedur operasi (wrong procedure)
4. Infeksi pada daerah yang dioparasi (surgical site infection)
5. Tertinggalnya instrumen operasi seperti gunting, kasa, jarum (retained instruments
and sponges after surgery)

The Joint commission melaporkan 150 KTD yang berhubungan dengan wrong site
surgery, wrong procedure surgery, dan wrong person surgery, kasus terbanyak terjadi
pada operasi tulang (41%0), bedah umum (20%), bedah syaraf (14%), bedah urologi
(11%), kemudian operasi wajah, mata, dan THT (JCAHO).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sih tujuan mengetahui dari ketepatan lokasi,ketepatan prosedur,dan ketepatan
pasien operasi itu?
2. Dimana lokasi untuk pembedahan di kamar operasi?
3. Bagaimana mengidentifikasi pasien operasi?
4. Bagaimana prosedur pra pembedahan di ruang operasi?
5. Bagaimana prosedur saat di ruang operasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tujuan dari ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan
pasien operasi.
2. Untuk mengetahui lokasi pra pembedahan di kamar operasi
3. Untuk mengetahui prosedur identifikasi pasien operasi
4. Untuk mengetahui prosedur pra pembedahan di kamar operasi
5. Untuk mengetahui prosedur saat di ruang operasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien

2.1.1 Pengertian
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit untu menjamin pasien yang akan
menjalani suatu tindakan operasi mendapatkan tindakan operasi yang sesuai dengan
lokasi keadaan yang perlu d tindak, prosedur yang tepat untuk melakukan tindakan
dan di berikan pada pasien yang benar membutuhkan tindakan operasi

2.1.1 Tujuan
a. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan
tepat pasien pada pasien-pasien yang menjalani operasi d rumah sakit
b. Mngurangi kejadian/kesalahan yang berhubungan dengan salah lokasi, salah
prosedur dan salah pasien yang akan dilakukan tindakan operasi.

2.1.2 Lingkup Area


a. Panduan ini di terapkan kepada semua pasien rawat inap, rawat jalan, dan pasien
instalasi gawat darurat yang akan menjalani suatu operasi.
b. Pelaksana panduan ini adalah petugas tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan
dan tenaga kesehatan lainnya) yang bekerja di rumah sakit umum kecamatan
Pesanggrahan

2.1.3 Prinsip
a. Semua pasien yang menjalani suatu tindakan prosedur operasi, harus di
identifikasi dan di jamin sisi operasi yang tepat, prosedur yang tepat serta pasien
yang tepat sebelum, saat dan setelah menjalani suatu operasi.
b. Menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
menigkut sertakan pasien dalam proses penandaan.
c. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat,
prosedur yang tepat sebelum operasi dan seluruh dokumen serta peralatan yang di
butuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
d. Seluruh tim tenaga kesehatan yang ikut dalam operasi melakukan, membuat dan
mendokumentasikan prosedur, Sign In, sesaat sebelum pasien di induksi, Time
Out sesaat sebelum prosedur operasi di mulai serta Sign Out sebelum menutup
luka operasi.

2.1.4 Pemastian Pasien Pra Pembedahan Di Kamar Operasi


Merupakan suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
diikuti oleh petugas medis sebelum tindakan operasi dilakukan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) tepat prosedur sebelum operasi dilakukan antara
lain:

1. Ucapkan salam, “Selamat pagi/siang/malam Bapak/Ibu”, dan perkenalkan diri:


“Saya petugas..(nama) jelaskan profesi / unit kerja. Jelaskan Tujuan kedatangan.
2. Pastikan identitas pasien
3. Cek pasien sesuai denga nrekam medis dan gelang pasien.
4. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman.
5. Cek persiapan dan melaksanakn tindakan persiapan untuk anestesi.
6. Cek kelengkapan persipan pasien diisi petugas rawat inap dan petugas kamar
operasi berupa :
a. Informed consent.
b. Keadaan umum (GCS)
c. TD : N: S: RR:
d. Visite dokter
e. Riwayat Penyakit
f. Pengobatan sekarang / Pramedikasi
g. Riwayat Operasi
h. Cek Laboratorium lengkap ( DR, HbsAg, GolDar, CT, BT, GDS)
i. Persiapan darah (jika diperlukan)
j. IV catheter / abbocath 18, urin kateter
k. Puasa
l. Riwayat penggunaan obat
m. Hasil radiologi (Rontgen Thorax, dll)
n. EKG 12 leads
o. Cairan infus
p. Skin test antibiotik (jika diperlukan)
q. Identitas pasien sesuai gelang dan status pasien
r. Alergi yang diderita
s. Paramedikasi yang diberikan
t. Status emosional
u. Protease dilepas (gigi palsu, lensa kontak) jika menggunakan
v. Perhiasan dilepaskan
w. Status pasien dan daftar obat
x. Persiapan kulit (cukur, desinfeksi)
y. Pengosongan kandung kemih
z. Pakai baju operasi
1) Pendidikan kesehatan
2) Penandaan lokasi operasi
3) Cukur area operasi
7. Lakukan pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi keperawatan terhadap
pasien secara fisik dan psikologis agar siap menjalani pembedahan.
8. Pastikan personal hygiene pasien dalam keadaan sudah mandi, tidak memakai
perhiasan, bersih, memakai baju dan topi khusus untuk kamar operasi.
9. Antar pasien ke kamar operasi
10. Lakukan serah terima pasien kepada perawat kamar operasi meliputi identitas
pasien / RM dan persiapan preoperasi yang telah dilakukan.
11. Lakukan verifikasi kelengkapan persiapan operasi dan kondisipasien (berkaitan
dnegan tepat prosedur operasi)
2.1.1 Prosedur Saat di Ruang Operasi
Suatu tindakan yang dilakukan di kamar operasi. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan agar operasi berjalan dengan benar dan lancar. Prosedur ini digunakan
sebagai pedoman untuk melakukan pengkajianterhadap pasien di kamar operasi.

Standr Operasional Prosedur (SOP) saat di ruang operasi :

1. Menyiapkan tempat tidur, pakaian khusus kamar bedah dan tutup kepala.
2. Menerima pasien diruang pre operasi.
3. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian kamar bedah, memakaikan tutup kepala
yang dilakukan oleh perawat.
4. Memindahkan pasien keatas tempat tidur yang telah disiapkan
5. Memeriksa kelengkapan dan persiapan operasi pasien yaitu
 Sebelum Instuksi anastesi
Pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat

1. Sudahkah identitas, lokasi, prosedur, dan persetujuan dikonfirmasi ulang


2. Sudahkah lokasi pembedahan ditandai
3. Apakah pulse oximeter pada pasien berfungsi dengan baik
4. Sudahkah disediakan bahan cangkokkan atau pengganti (jenis/ukuran/sisi) yang
tepat?
5. Adakah data radiologi yang mendukung tindakan diagnostic
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter Anastesi
1. Adakah data radiologi yang mendukung tindakan anestesi.

2. Sudahkah mesin dan obat-obatan anestesi diperiksa dengan lengkap

3. Apakah pasien memiliki riwayat alergi

4. Apakah ada kesulitan jalan napas dan resiko aspirasi

5. Apakah ada resiko kehilangan darah > 500ml (7ml/kg pada anak-anak

 Sebelum insisi kulit

1. Mengkonfirmasi nama pasien, tindakan, dan dimana lokasiyang akan insisi.

2. Mengkonfirmasi seluruh anggota tim dengan memperkenalkan diri dengan

menyebut kan nama dan tugas.

3. Sudahkah hasil pemeriksan radiologi untuk tindakan diagnostik ditampilkan

 Sebelum luka operasi ditutup

Konfirmasi verbal oleh perawat instrumen berapa jumlah alat & instrument, kasa,
sponge, dll) yang terpakai.
 Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi

Konfirmasi verbal oleh perawat:


1. Nama tindakan

2. Melengkapi perhitungan alat, sponge, dan jarum yangterpakai

3. Menamai spesimen (baca label spesimen dengan jelas termasuk nama pasien)
4. Melaporkan apabila ada masalah pada alat.

5. Membubuhkan tanda tangan pada formulir serah terima oleh unit terkait

2.1.2 Penandaan Lokasi Pra Pembedahan Di Kamar Operasi


Prosedur penandaan lokasi dilakukannya operasi pada pasien untuk semua
kasus termasuk insisi, multipel struktur, dan multipel level oleh operator yang akan
melakukan tindakan.

Tujuan penandaan lokasi pra pembedahan adalah:

1. Untuk memastika tepat lokasi bagian tubuh pasien yang akan dioperasi
2. Pasien dan atau keluarga memahami lokasi bagian tubuh yang akan dioperasi
Prosedur penandaan lokasi pra pembedahan adalah sebagai berikut:

1. Ucapkan salam, “Assalamualaikum, selamat pagi/ siang/ sore Bapak/Ibu”,


perkenalkan diri, “Saya.. (nama)”, jelaskan profesi/unit kerja.
2. Jelaskan tugas yang akan dilakukan
3. Pastikan identitas pasien pada gelang pasien, tanyakan nama, tempat tanggal lahir,
no RM
4. Jelaskan materi tentang penandaan lokasi operasi pada pasien dan atau keluarga
pasien
5. Berikan tanda lokasi operasi dengan tanda yang tidak mudah luntur dan mudah
dikenali dengan melibatkan pasien saat dilakukan penandaan lokasi operasi
tersebut
6. Lakukan verifikasi pada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah memahami
dan mengetahui lokasi yang akan dilakukan operasi
7. Ucapkan terimakasih, dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik.
2.1.3 Prosedur Pembedahan di Kamar Operasi
Prosedur pembedahan merupakan tahapan verifikasi yang harus dilakukan
sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Tujuannya untuk memastikan bahwa
tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur.

Prosedur pembedahan meliputi :

1. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur, rencana, opsi, dan
resiko operasi
2. Buat dan dokumentasikan semua prosedur, termasuk prosedur yang lengkap, sisi,
dan rencana anestesi
3. Pastikan praktisi mempunyai informasi terkini mengenai status medis pasien,
rencana prosedur-buat catatan pasien
4. Verifikasi dokumen informed consent untuk mengidentifikasi pasien secara benar
5. Siapkan semua hasil tes laboratorium yang relevan dan verifikasi identifikasi
pasien
6. Tandai sisi operasi yang akan dioperasi oleh orang yang akan melaksanakan
operasi, gunakan tanda yang jelas, dan libatkan pasien saat memberikan tanda
7. Verifikasi pasien yang benar dengan 2 identifikasi (nama dan no Rekam Medis)
8. Verifikasi rencana prosedur
9. Verifikasi prosedur operasi
10. Verifikasi posisi yang benar pada meja operasi
11. Verifikasi kesiapan alat, implan, protesa
2.1.4 Prosedur Assesmen Pra Anastesi
Asesmen atau penilaian sebelum tindakan anestesi ini merupakan rangkaian
kegiatan yang mengawali suatu operasi yang akan dilaksanakan. Penilaian dilakukan
terhadap fungsi vital pasien.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penilaian sebelum anastesi, dengan
tujuan:

1. Melakukan penilaian sendiri terhadap fungsi napas, fungsi kardiovaskuler, fungsi


kesadaran, fungsi gastrointestinal
2. Mengetahui status fisik pasien praoperatif
3. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
4. Memilih jenis atau tehnik anastesi yang sesuai
5. Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama operasi
6. Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi kemungkinan yang terjadi
Proseudr Asesmen atau penilaian pra anastesi meliputi:

1. B1 : Jalan nafas dan fungsi pernafasan


a. Nilai patensi jalan nafasnya, apakah jalan nafas bebas
b. Lihat apakah sumbatan jalan nafas oleh benda asing, muntahan, darah, dll
c. Lihat adakah tanda-tanda retraksi dinding dada, pernafasan cupit hidung.
d. Lihat apakah gerakan dada kiri dan kanan simetris waktu inspirasidan ekspirasi.
Bila asimetris manakah yang tertinggal.
e. Lihat adakah gerakan dada see saw seperti gergaji
f. Denganrkan adakah suara nafas tambahan:
1) Snoring (mengorok)
2) Gurgling
3) Tridor
4) Tidak ada suara nafas
g. Bila terjadi sumbatan jalan nafas segera bebaskan baik tanpa alat atau
menggunakan alat pembebasan jalan nafas.
h. Rasakan dengan punggung tangan apakah hembusan udara dari hidung atau
mulut
i. Lakukan perkusi untuk membedakan antara kemungkinan berisi darah atau
udara
j. Dengarkan menggunakan stetoskop apakah kiri sama dengan yang kanan,
ataukah terdapat suara nafas yang lebih lemah pada satu sisi
k. Nilai adakah prediksi intubasi sulit dengan ¾ mallampati score, jarak
mentohyoid, gerak leher, massa
2. B2 : Fungsi Kardiovasculer
a. Lihat apakah pasien tampak pucat atau cyanosis
b. Lihat apakah sumber perdarahan yang terlihat
c. Cek apakah perfusi pada ujung jari apakah hangat, kering, merah (normal)
d. Cek nadi apakah frekuensinya normal, irama teratur, kuat
e. Cek tensi menggunakan tensimeter
f. Bila perlu cek tensi pada lengan kiri dan kanan
g. Dengarkan menggunakan stetoscope apakah terdapat bising jantung
3. B3 : Fungsi kesadaran
Nilai kesadaran bisa dengan mengajak pasien berbicara bila pasien sadar atau
dengan penilaian Gaslow Coma Scale (GCS) bila terdapat penurunan kesadaran.

4. B4 : Fungsi perkemihan
a. Lakukan evaluasi fungsi ginjal, dapat dilakukan dengan menggunakan urin
tampung atau kalau perlu dengan pemasangan chateter.
b. Nilai produksi urinnya meliputi warna dan jumlahnya.
5. B5 : Fungsi pencernaan
a. Lihat adakah abdomen distended
b. Lakukan perkusi untuk membedakan adanya udara atau cairan, palpasi untuk
mencari adanya massa.
6. B6 : Tulang Muskuluskletal
a. Adakah patah tulang panjang pada femur, 4/4, patah tulang multipel, patah
tulang iga yang multipel
b. Adakah pertukaran kulit
7. B7 : Laboratorium
Evaluasi hasil laboratorium, apakah terdapat nilai yang abnormal segera diambil
tindakan dan evaluasi ulang.

8. Radiologi : SS
Evaluasi hasil dari pemeriksaan radiologi, apabila terdapat hal yang tidak normal
segera ambil tindakan.

9. Pemeriksaan penunjang lain : ECG dll


10. Dari hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa pasien tersebut termasuk dalam
kategori ASA 1/2/3
2.1.5 Prosedur Identifikasi Pasien Operasi
Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang
mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat
membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan
pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien.
Tujuannya untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang
lainnya,sehingga mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada
pasien yang datang berobat dan mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses
pemberian pelayanan ,pengobatan tindakan atau prosedur.

Prosedur identifikasi pasien antara lain:

1. Setiap pasien baru harus diidentifikasi secara lengkap, benar, jelas dan terperinci.
2. Identifikasi pasien meliputi :
a. Penulisan nomor rekam medis
b. Penulisan Indentitas pasien disesuaikan dengan e-KTP/SIM/ Kartu Keluarga/
PASPOR yang berlaku.
c. Penulisan identitas pasien meliputi :
1) Nama Lengkap
2) Tempat /Tanggal Lahir
3) Jenis Kelamin
4) Alamat lengkap
5) Agama
6) Status Perkawinan
7) Pekerjaan
8) Nama Suami/Istri
9) Nama Ibu/Ayah
10) Penanggung Jawab
11) Tanggal Registrasi.
d. Jika ada perubahan data indentitas pasien pada kunjungan berikutnya maka
identitas pertama harus dirubah dengan identitas yang baru (up to date).
e. Identifikasi pada gelang pasien, meliputi :
1) Pencantuman nomor rekam medis
2) Pencantuman nama lengkap
3) Pencantuman tanggal lahir
4) Warna gelang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Warna biru untuk pasien laki-laki, warna pink untuk pasien perempuan, warna
merah untuk pasien alergi, warna kuning untuk pasien resiko jatuh, dan warna
ungu untuk pasien yang tidak boleh diresusitasi
f. Setiap dilakukan pemasangan gelang petugas harus menjelaskan manfaat
gelang pasien dan bahaya jika menolak, melepas, dan menutupi gelang.
g. Sebelum pemberian pelayanan kepada pasien petugas harus mengidentifikasi
pasien terlebih dahulu, meliputi : Sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah, mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis serta
pemberian tindakan, petugas harus menganamnesa identitas pasien dan
mengecek gelang pasien secara teliti dan terperinci.
3. Pasien baru harus dibuatkan Kartu Identitas Berobat dengan mencantumkan nama
pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir dan alamat rumah
4. Setiap pasien akan di daftarkan pada buku registrasi pasien dan atau dimasukkan
dalam database pasien (KIUP komputerisasi) secara up to date.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko.

2. Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan benar
sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin keselamatan pasien
dari segala aspek tindakan yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA
Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum
Kesehatan.

Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-
3

Pabuti, Aumas. 2011. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21 st of Andalas University,
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai