Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS JURNAL

GAMBARAN PELAKSANAAN PENANDAAN LOKASI


OPERASI PASIEN PRE OPERASI DI INSTALASI
BEDAH SENTRAL

NAMA : RINDAH MAHARANI YUSUF


NIM :
RUMAH SAKIT : RSUD. MM. DUNDA Limboto

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan pasien atau patient safety merupakan suatu system dimana

rumah sakit membuat asuhan pelayanan agar pasien lebih aman. System

tersebut meliputi resiko, identifikasi, dan pengeloaan hal yang berhubungan

dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi dari timbulnya resiko

dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

di ambil (Depkes, 2010).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menunjukkan

bahwa lebih dari satu abad perawatan bedah menjadi komponen penting dalam

keselamatan pasien di seluruh dunia. Setiap tahunnya ada 230 juta operasi

utama di lakukan diseluruh dunia (Heynes, et al,2009).

Tempat pelaksanaan pembedahan disebut kamar operasi merupakan

tempat dilaksanakannya pembedahan baik elektif mauapu emergency yang

merupakan bagian dari setiap rumah sakit dimana memiliki resiko terjadinya

insiden seperti salah lokasi operasi, salah prosedur, dan salah pasien pada

operasi.

Diperkirakan di Amerika Serikat kesalahan salah sisi, salah prosedur, dan

salah pasien terjadi sekitar 1 dari 50.000-100.000 prosedur yang dilakukan,

jika dirata-ratakan sekitar 1.500-2.500 insiden terjadi setiap tahunnya. Analisis


kejadian sentinel oleh JCI telah melaporkan dari tahun 2005-2006 ditemukan

lebih dari 13% laporan kejadian yang tidak diharapkan karena salah sisi

operasi. Analisis tahun 2005 pada 126 kasus salah sisi, salah prosedur, salah

pasien didapatkan 76% dikarenakan kesalahan sisi, 11% salah prosedur dan

13% salah pasien, (WHO,2009).

Penelitian dari Siregar (2014) dengan total pasien operasi 345 orang,

didapatkan ada 134 responden yang harus dilakukan tindakan marking pra

bedah. Total dilakukan pelaksanaan marking pra bedah yaitu dilakukan pada

33 responden (25,1%) dan tidak dilakukan marking pra bedah 101 orang

(74,9%). Penelitian Hidayat (2015) sejumlah 685 responden dengan hasil

sebesar 28,7 % operasi ada penandaan dan 71,3 % tidak ada penandaan lokasi

operasi.

Penandaan lokasi operasi pada pasien pre operasi berkaitan erat dengan

keselamatan pasien di ruang operasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah salah

pasien, salah lokasi operasi dan salah prosedur operasi. Penandaan lokasi

operasi sebelum dilakukan operasi memiliki peranan penting dalam

keberhasilan benar lokasi pembedahan. Penandaan lokasi operasi dapat

mendukung kebenaran sisi atau benar lokasi anatomi pasien sehingga dapat

meningkatkan keselamatan pasien (Depkes, 2008). Penandaan lokasi operasi

harus dilakukan oleh ahli bedah yang akan melakukan operasi. Salah lokasi,

salah prosedur, dan salah pasien operasi merupakan sesuatu yang tidak jarang

terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini biasanya terjadi akibat komunikasi yang

tidak efektif antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien dalam
penandaan lokasi operasi (site marking) dan tidak adanya prosdur untuk

verifikasi lokasi operasi (Depkes, 2011).

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui gambaran Pelaksanaan Penandaan Lokasi Operasi Pada

Pasien Pre Operasi Di Instalasi Bedah Sentral.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Praktis

a. Bagi Program Studi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan

bahan bacaan tentang keperawatan di ruang instalasi bedah sentral..

b. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi perawat dalam keselamatan di ruang instalasi bedah sentral.

c. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi rumah sakit dalam melaksanakan tindakan operasi di ruang

instalasi bedah sentral.

1.3.2 Manfaat Teoritis

Bagi program studi ners diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan

sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam dunia kesehatan

khususnya di ruang instalasi bedah sentral.


BAB II

METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencaharian

Penelusuran melalui kata kunci pada tanggal 21


Oktober 2019 pada database Google Scholar

Hasil
 Google Schoolar 20

Screening : Jumlah jurnal yang sesuai dengan


kriteria sampel jurnal yang sesuai kriteria sampel
jurnal 6

CASP : studi yang ditemukan 5

Inklusi studi dalam penelitian berjumlah 5 studi


jurnal

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

2.2.1 Pembedahan

Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting

dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah

satu tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa,

mencegah kecacatan dan komplikasi. Tetapi, juga tidak jarang suatu


tindakan pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan

komplikasi yang dapat membahayakan nyawa pasien (WHO, 2009).

Data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa selama

lebih satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting

perawatan keselamatan di dunia.

Rumah sakit memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat

pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur. Salah lokasi,

salah prosedur, dan salah pasien yang menjalani tindakan serta

prosedur merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat

terjadi. Kesalahan ini terjadi antara lain akibat komunikasi yang tidak

efektif dan tidak adekuat antar anggota tim bedah. Tindakan bedah dan

prosedur invasif memuat semua prosedur investigasi dan atau

memeriksa penyakit serta kelainan dari tubuh manusia melalui

mengiris, mengangkat, memindahkan, mengubah atau memasukkan

alat laparaskopi/ endoskopi ke dalam tubuh untuk keperluan diagnostik

dan terapeutik. Rumah sakit diminta untuk menetapkan 3 prosedur

dalam melakukana tindakan pembedahan, yaitu :

1. Beri tanda di tempat operasi

2. Dilakukan verifikasi pra operasi

3. Melakukan Time Out sebelum insisi kulit dimulai.

Pemberian tanda di tempat dilakukan operasi atau prosedur

invasif melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang tepat serta

dapat dikenali. Tanda yang dipakai harus konsisten digunakan di


semua tempat di rumah sakit, harus dilakukan oleh individu yang

melakukan prosedur operasi, saat melakukan pasien sadar dan terjaga

jika mungkin, serta harus masih terlihat jelas setelah pasien sadar. Pada

semua kasus, lokasi tempat operasi harus diberi tanda, termasuk pada

sisi lateral (laterality), daerah struktur multipel (multiple structure),

jari tangan, jari kaki, lesi, atau tulang belakang (Harahap, 2017).

Salah lokasi, salah prosedur, dan salah pasien operasi adalah

kejadian yang mengkhawatirkan dan dapat terjadi di rumah sakit.

Kesalahan ini adalah akibat komunikasi yang tidak efektif atau tidak

adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di

dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk

memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu, juga asesmen pasien

yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,

budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim

bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak

terbaca (illegible handwriting), dan pemakaian singkatan adalah

merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi (Ferdiansyah

Rizky, 2016).

2.2.2 Tahap Penandaan Lokasi Operasi, Menurut Rosa & Dwitasari, 2016

yaitu :

a. Kapan Pelaksanaan Penandaan Operasi

Site marking dilaksanakan sebelum pasien dipindahkan ke ruang

operasi. Sebelum dilakukan pembiusan, pasien dalam keadaan


sadar dan dapat berkomunikasi. Penandaan lokasi operasi

(marking) perlu melibatkan pasien. Penandaan lokasi operasi

digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dilakukan

oleh dokter yang akan melakukan tindakan operasi, dilaksanakan

saat pasien terjaga dan sadar. Jika memungkinkan, dan harus

terlihat sampai saat akan disayat.

b. Pelaksana Penandaan Operasi

Yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi adalah dokter

(pelaskana operasi), asisten dokter (pelaskana operasi), pihak yang

diberi pendelegasian (perawat bedah) yang mengikuti proses

operasi (Panduan Penandaan Area Operasi, 2014).

c. Cara Pelaksanaan Penandaan Operasi

Dokter pelaksana operasi bertanggung jawab untuk memberikan

penjelasan dan informasi tentang penandaan operasi mengenai

keuntungan dari penandaan operasi agar tidak terjadi salah lokasi

operasi. Diperlukan juga partisipasi dari pasien dan keluarga pasien

untuk bisa memberikan informasi lengkap sebelum dilakukan

operasi dengan efektif untuk keakuratan lokasi operasi. Dalam hal

ini Rumah sakit harus menyediakan informasi, menjelaskan tujuan

dan kepentingan yang jelas baik lisan oleh dokter pelaksana,

ataupun tertulis yang nantinya akan dimasukkan ke dalam rekam

medis kepada pasien yang akan melakukan operasi mengenai

tindakan dan prosedur operasi. Untuk kasus operasi anak, orang tua
yang akan mendapatkan penjelasan mengenai prosedur operasi.

Untuk pasien dewasa dengan keterbatasan atau tidak dapat

melakukan komunikasi, keluarga terdekat yang bertanggung jawab.

d. Bentuk Pelaksanaan Penandaan Operasi

Penandaan lokasi opeasi ini bisa menggunakan tanda centang

namun bukan silang karena dapat menimbulkan ambiguitas apakah

tanda silang tersebut adalah lokasi yang akan diinsisi atau yang

tidak diinsisi. Selain penandaan lokasi operasi, dokter pelaksana

operasi juga bisa memberikan inisial nama dokter yang membuat

penandaan lokasi tersebut. Atau dengan menggunakan simbol

“YES” untuk area yang akan di operasi. Penandaan dilakukan

sedekat mungkin dengan area yang akan dioperasi. Kecuali hanya

ada satu area yang akan dilakukan operasi. Bentuk penandaan

lokasi harus disepakati dari pihak rumah sakit dengan pihak lain

yang terkait sehingga secara profesional dan kedisiplinan, prosedur

bentuk penandaan operasi dapat diikuti oleh semua pihak yang

terkait.

e. Tempat Pelaksanaan Penandaan Operasi

Pada pembedahan yang bersifat elektif, penandaan operasi harus

dilakukan oleh dokter di ruang bangsal/ ruang rawat pasien. Untuk

kasus pembedahan yang bersifat emergency dapat dilakukan di

kamar operasi, di ruang pre operasi maupun di dalam kamar bedah.


f. Alat Yang Digunakan Untuk Penandaan Operasi

Penandaan operasi dilakukan dengan spidol khusus yang

permanen dengan melingkari daerah yang akan dibedah.

Diharapkan penandaan yang telah dibuat tidak cepat pudar

dikarenakan dalam proses pembedahan nanti akan dilakukan

desinfeksi yang memungkinkan tanda marking menjadi pudar

bahkan hilang.

g. Bagian Mana Yang Perlu Dilakukan Penandaan Operasi dan Yang

Tidak Perlu Dilakukan Penandaan Operasi.

Bagian organ mana yang perlu dilakukan penandaan adalah

semua tempat yang melibatkan insisi kulit dan lateralisasi harus

ditandai. Bila operasi dilakukan di sekitar orifisium maka

penandaan dilakukan disebelahnya dengan tanda panah. Penandaan

lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi

(laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau

multiple level (tulang belakang). Bagian yang tidak perlu dilakukan

penandaan operasi yaitu Prosedur endoskopi, Kasus emergency

(darurat), Cateterisasi jantung, Prosedur yang mendekati atau

melalui garis midline tubuh : SC, histerektomi, tyroidektomi,

laparotomi, Pencabutan gigi atau operasi gigi, Operasi pada

membran mukosa, Perineum, Ovarium, Kulit yang rusak atau luka

infeksius, Operasi pada bayi dan neonatus atau pada kelahiran

prematur, Pada lokasi-lokasi intraorgan seperti mata dan organ


THT maka penandaan dilakukan pada daerah yang mendekati

organ berupa tanda panah.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author/
Penulis Judul Metode Hasil Source
Hidayat Gambaran Metode Hasil penelitian Google
Samsu, Pelaksanaan penelitian yang didapatkan bahwa Scholar /
dkk 2015 Penandaan Lokasi digunakan pelaksanaan pemberian http://dig
Operasi Pada yaitu metode tanda lokasi operasi ilib.unisa
Pasien Pre deskriptif pasien pre operasi di yogya.ac.
Operasi Di observasional kamar operasi IBS id/226/1/
Instalasi Bedah dengan RSUP Dr. Sardjito Publikasi
Sentral RSUP Dr. rancangan Yogyakarta yaitu %20Nask
Sardjito penelitian cros sebesar 28.7% operasi ah.pdf
Yogyakarta sectional. ada penandaan dan
71.3% tidak ada
penandaan lokasi
operasi.
Rosa & Evaluasi Penelitian ini Hasil penelitian Google
Dwitasari, Pelaksanaan menggunakan didapatkan bahwa Scholar /
2016 Penandaan metode operasi yang http://mm
Operasi Di Ruang penelitian memerlukan penandaan r.umy.ac.
Operasi RS PKU gabungan sebesar 41 operasi id/wp-
Muhamadiyah (mixed (66.2%). Dan operasi content/u
Unit II methods) yang tidak memerlukan ploads/20
Yogyakarta antara metode penandaan operasi 16/06/PA
penelitian sebesar 21 operasi PER-
kuantitatif dan (33.8%). Dengan hasil p ARINDA
kualitatif. value (p value = 0.00) H-
didapatkan hasil DWITAS
signifikan yang berarti ARI2.pdf
pelaksanaan penandaan
lokasi operasi
dipengaruhi oleh jenis
operasi yang akan
dilakukan.
Haendraw Kepatuhan Metode Hasil penelitian Google
ati, Ratih. Petugas penelitian ini diperoleh bahwa Scholar /
2016 Melakukan menggunakan intervensi redesign http://edt.
Penandaan Sisi metode action meningkatkan repositor
Lokasi Operasi research, yang persentase capaian y.ugm.ac.
(Site terdiri dari kepatuhan site marking id/index.p
Marking) empat tahapan dan SSC. Site Marking hp?mod=
Sebelum Pasien dasar yaitu meningkat dari 37,7% penelitia
Dioperasi Di diagnosing menjadi 73% untuk jenis n_detail
Rawat Inap Dan action, operasi bilateral, &sub=Pe
Pelaksanaan planning multilevel 30% menjadi nelitianD
Surgical Safety action, taking 40%, multistruktur etail&act
Checklist Di action, 33,35% menjadi 90%. =view&t
Instalasi Bedah evaluating Capaian Sign In yp=html
Sentral Rsup Dr action meningkat 86% menjadi &buku_i
Sardjito: Studi 100%, Time Out 94,2% d=95719
Action Research menjadi 95,8%, Sign &obyek_i
Out 39,2% menjadi d=4
92,2%.
Haynes A Surgical Studies After applying Google
AB et al Safety Checklist prospective Safety checklist Scholar /
(2009) to Reduce pre an operation, from https://w
Morbidity and intervention 3955 operating patients ww.nejm.
Mortality in a & post researched, level org/doi/p
Global intervention death decreases df/10.105
Population 1.5% to 0.8%, 6/NEJMs
out-patient a081011
complications 9?article
stay after 30 days Tools=tr
first post ue
decreased operation
from 11% to
7%.

O’Connor Surgical Questionnaire Surgical checklist Google


at al checklist: the for potential for Scholar /
(2013) human factor evaluation become a system https://ps
quantitative which is very effective sjournal.
to avoid biomedce
a lot of potential ntral.com
events that did not /track/pdf
desirable in /10.1186/
surgery or 1754-
operation. 9493-7-
14
3.2 Pembahasan

Pelaksanaan penandaan operasi merupakan bagian komponen dari patient

safety, dan termasuk dalam surgical safety checklist. Prosedur penandaan

lokasi operasi dilakukan pada pasien untuk semua kasus termasuk insisi,

multiple struktur dan multiple oleh petugas yang akan melakukan operasi.

Pelaksanaan penandaan lokasi operasi sudah dilakukan pada seteiap tindakan

operasi yang dilakukan di instalasi bedah sentral dimana pelaksanaan


penandaan lokasi operasi pada pasien pre operasi disesuaikan dengan jenis

operasi yang akan dilakukan.. Jenis operasi yang banyak memerlukan

penandaan lokasi operasi yaitu operasi bedah umum, operasi mata dan operasi

ortopedi. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada beberapa jenis kasus

operasi dan hampir semua merupakan kasus operasi yang bilateral (dua sisi).

Hal ini sesuai dengan Panduan Penandaan Area Operasi (2014), bahwa

penandaan lokasi operasi dilakukan pada organ yang memiliki dua sisi yaitu

sisi kanan dan sisi kiri, multiple structures (jari tangan, jari kaki), multiple

level (operasi tlang belakang, cervical thorax, dan lumbal), dan multiple tese

yang pelaksanaan operasinya bertahap. Sedangkan untuk jenis operasi yang

tidak memerlukan penandaan operasi yaitu operasi bedah mulut, operasi THT,

dan operasi obsgin. Operasi yang memang tidak diindikasikan untuk

dilakukan penandaan yaitu seperti pada kasus pre endoskopi, kasus emergency

(darurat), cateterisasi jantung, prosedur operasi yang melewati garis midline

tubuh, operasi gigi, operasi membran mukosa, perineum, ovarium, kulit

infeksius, operasi pada bayi atau neonatus, dan pada bayi premature.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samsu Hidayat (2015),

mengenai “Gambaran pelaksanaan penndaan lokasi operasi pada pasien pre

operasi di instalasi bedah sentral Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta”, dimana

penandaan lokasi pre operasi terbanyak pada operasi mata 85 penandaan dari

88 operasi atau 96.6%, gambaran penandaan lokasi operasi pada pasien prea

operasi sebagian besar organ lateral. Selain itu penelitian lain juga dilakaukan

oleh Arindah & Elsye (2016), mengenai “Evaluasi Pelaksanaan Penandaan


Lokasi Operasi Rsup Muhamadiyah Unit II Yogyakarta”, dimana dari hasil

pelaksanaan penandaan operasi pada 62 responden didapatkan hasil 41

responden yang perlu dilakukan penandaan operasi dan 21 responden yang

tidak perlu dilakukan penandaan operasi. Adapun jenis operasi yang

memerlukan penandaan lokasi operasi pada penelitian ini yaitu operasi bedah

umum, operasi mata, dan operasi ortopedi. Penelitian lain juga dilakukan oleh

Ratih Haendrawati (2016), mengenai “Kepatuhan Petugas Melakukan

Penandaan Sisi Lokasi Operasi (Site Marking) Sebelum Pasien Di Operasi Di

Rawat Inap Dan Pelaksanaan Surgical Safety Checklist I Instalasi Bedah

Sentral Rsup Dr. Sardjito: Studi Action Research”, dengan hasil penelitianya

didapatkan bahwa intervensi redesign meningkat presentasi capaian site

marking. Site marking meningkat dari 37.7% menjadi 73% untuk jenis operasi

bilateral, 30% multiple menjadi 40%, dan multiple struktur 33.36 menjadi

90%. Penelitian internasional yang dilakuakn oleh Haynes ab at all (2009),

mengenai “ A Surgical Safety Checklist To Reduce Morbidity And Mortality

In A Global“, didapatkan bahwa setelah dilakuka penerapan checklist

keselamatan pasien operasi, dari 3955 pasien operasi, tingkat kematian

menurun 1.5% menjadi 0.8% komplikasi pada rawat inap setelah 30 hari

pertama post operasi menurun dari 11% menjadi 7%. Dan penelitian lain juga

dilakukan oleh O’Connor at al (2013) mengenai “ Surgical Cheecklist : the

human factor” dengan hasil penelitiannya yaitu surgical checklist berpotensi

untuk menjadi system yang sangat efektif untuk menghindari banyaknya

potensi kejadian yang tidak diinginkan dalam pembedahan atau oporasi.


Berdasarkan hasil penelitian jurnal tersebut pada dasarnya pelaksaan

penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua jenis operasi untuk mencegah

salah lokasi operasi. Pemberian tanda lokasi operasi yang berhak

melakukannya yait dokter (pelaksana operasi), asisten dokter (perwat) atau

petugas kesehatan yang diberikan delegasi (perawat bedah) untuk mengikuti

proses operasi. Penandaan lokasi operasi pada pasien prea operasi berkaitan

erat dengan keselamatan pasien di ruang operasi dan mencegah kejadian yang

tidak diharapkan karena salah sisi lokasi operasi.

3.3 Implikasi Keperawatan

Keuntungan penandaan operasi dapat mempercepat tindakan operasi dan

membantu kesuksesan operasi. Selain itu, salah satu pengaruh penandaan

lokasi operasi terhadap pasien adalah dapat memperkecil luka sayatan,

sehingga bekas luka operasi lebih minimal. Dokter yang melakukan tindakan

operasi telah melakukan penandaan lokasi operasi sesuai dengan pemahaman

mengenai definisi dan komponen dari proses penandaan operasi. Memahami

tentang Patient Safety, dan melakukan penandaan lokasi operasi sesuai dengan

indikasi kasus operasi. Dengan definisi patient safety untuk mengurangi resiko

kesalahan lokasi operasi yang merupakan malpraktek dan kejadian sentinel.

Penandaan operasi sendiri merupakan bagian dari pre op visite. Pelaksanaan

penandaan ini memperoleh beberapa keuntungan serta manfaat yang

mempunyai pengaruh baik terhadap hasil operasi. Diantaranya dengan

menggunakan penandaan operasi, dokter merasa lebih aman dan lebih percaya
diri dalam proses operasi. Selain itu dokter lebih dapat komunikatif dengan

para pasien dalam pelaksanaan penandaan.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Penandaan lokasi operasi dilakukan pada pasien untuk semua kasus

operasi termasuk insisi, multipel struktur,dan multipel level oleh pelaksana

tindakan operasi yang akan melakukan tindakan. Tujuaannya yaitu untuk

memastikan tepat lokasi bagian tubuh pasien yang akan dioperasi. Pelaksanaan

penandaan lokasi operasi merupakan tindakan yang safety dimana dengan

dilakukannya penandaan lokasi operasi dapat mendukung kebenaran sisi atau

benar lokasi anatomi pasien sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien di

ruang operasi. Penandaan lokasi operasi harus dilakukan oleh ahli bedah yang

akan melakukan operasi.

4.2 Saran

a. Bagi Program Studi Profesi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan

bacaan tentang keperawatan medical bedah.

b. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

dunia kesehatan dalam tindakan keperawatan yaitu pelaksanaan penandaan

lokasi operasi.
c. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

dalam pelaksanaan penandaan lokasi operasi di ruang instalasi bedah

sentral.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesi No. 144/Menkes


Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kinerja Kementrian Kesehatan.
Endradita, Galih. 2015. Peningkatan Mutu Keselamatan Pasien
Ferdiansyah, Rizky. 2016. Panduan Penandaan Lokasi Operasi Dan Surgery
Safety
Haendrawati, Ratih. 2016. Kepatuhan Petugas Melakukan Penandaan Sisi Lokasi
operasi (site marking) sebelum pasien dioperasi di rawat inap dan
pelaksanaan surgical safety checklist di rsud studi action sardjito.
Harap, Taufik. 2017. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Haynes, Alex B. 2014A Surgical Safety Checklist To Reduce Morbidity
And Mortality In A Global Population, A Surgical. Safety Checklist to
Reduce Morbidity and Mortality in a Global Population. USA, The New
England Journal of Medicine, 360:491-9
Irmawati & Anggorowati. 2017. Surgical Checklist Sebagai Upaya Peningkatan
Hidayat, Samsu. 2015. Gambaran Pelaksanaa Penandaan Lokasi Operasi Pada
pasien instalasi bedah sentral di rsup dr. sardjito Yogyakarta.
O’Connor, Paul, at al. 2013, Surgical Checklists: The Human Factor. Patient
Safety In Surgery
Rosa & Dwitasari. 2016. Evaluasi Pelaksanaan Operasi Di Ruang Operasi Rs
PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Siregar, Dkk. 2014. Analisis Pelaksanaan Marking Pra Bedah Di Rsud Arifin
Achmad pecan baru.

Anda mungkin juga menyukai