Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI

KESELAMATAN
PASIEN BEDAH dr. Marko Darmawan
dr. Aristu Prananda
(SAFE SURGERY): dr. Aditya Akbar Latief

SURGICAL dr. Randika Rachman


dr. Ravanno Faniza Harahap
SAFETY dr. Rahmi Noorhayati
dr. Reiner Avelino Simarmata
Kepastian Tepat
Lokasi, Tepat
Prosedur, Tepat
Pasien, Tepat
Operasi Di
Kamar Bedah
WHO's 10 objectives for
Safe Surgery
1. The team will operate on the correct patient at the correct site.
2. The team will use methods known to prevent harm from administration of anaesthetics,
while protecting the patient from pain.
3. The team will recognize and effectively prepare for life-threatening loss of airway or
respiratory function.
4. The team will recognize and effectively prepare for risk of high blood loss.
5. The team will avoid inducing an allergic or adverse drug reaction for which the patient
is known to be at significant risk.
WHO's 10 objectives for
Safe Surgery (cont.)
6. The team will consistently use methods known to minimize the risk for surgical site infection.
7. The team will prevent inadvertent retention of instruments or sponges in surgical wounds.
8. The team will secure and accurately identify all surgical specimens.
9. The team will effectively communicate and exchange critical information for the safe conduct of the
operation.
10. Hospitals and public health systems will establish routine surveillance of surgical capacity, volume and
results.
Keterlibatan
Surgical Safety
Checklist (SSC)
• Dibuat WHO tahun 2007 merupakan alat komunikasi atau sistem
informasi diharapkan dapat mencegah kesalahan prosedur
operasi, kesalahan pasien operasi ataupun kesalahan area yang
dilakukan di ruang operasi (Haynes, 2009). 
• SSC sendiri merupakan proses pengisian data pasien hasil dari
pengkajian yang dilakukan oleh tim bedah sebelum pasien
masuk ke kamar operasi, sebelum insisi dan setelah operasi
pada form surgical safety checklist (Sumadi, 2013).
Tujuan
untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. 

merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan


oleh tim profesional di ruang operasi

Untuk memanfaatkan komitmen dan kemauan klinis untuk mengatasi isu-


isu keselamatan yang penting, termasuk praktek-praktek keselamatan
anestesi yang tidak memadai, mencegah infeksi bedah dan komunikasi
yang buruk di antara anggota tim

Untuk membantu tim bedah dalam mengurangi jumlah kejadian ini, dan sebagai
media informasi yang dapat membina komunikasi yang lebih baik dan kerja
sama antara disiplin klinis ( KARS, 2011).
Beberapa penelitian tentang penggunaan SSCL menghasilkan:

1.surgical safety checklist dapat menurunkan angka kematian dan komplikasi (Robertson & Vijayarajan
2010 ; Latosinsky, et al. 2010) .
2.Menurunkan surgical site infection dan mengurangi risiko kehilangan darah lebih dari 500 ml.
3.Menurunkan proporsi pasien yang tidak menerima antibotik sampai insisi kulit.
4.Fungsi yang paling umum adalah menyediakan informasi yang detail mengenai kasus yang sedang
dikerjakan, korfimasi detail, penyuaraan fokus diskusi dan pembentukan tim (Lingard et al. 2005).
5.Penggunaan ceklist kertas merupakan salah satu solusi karena ceklist kertas dapat disediakan dengan
cepat dan membutuhkan biaya sedikit, selain itu ceklist kertas juga dapat disesuaikan ukuran dan
bentuknya sesuai dengan kebutuhan serta tidak memerlukan penguasaan teknologi yang tinggi untuk
mengisinya (Verdaasdonk et al. 2009).
Implementasi SSC

• memerlukan seorang koordinator untuk bertanggung jawab


untuk memeriksa checklist.
• Koordinator biasanya seorang perawat atau dokter atau
profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi
(Apriatmoko, 2016).
• Koordinator memastikan setiap tahapan tidak ada yang
terlewati, bila ada yang terlewati, maka akan meminta operasi
berhenti sejenak dan melaksanakan tahapan yang terlewati
(Priyanto, 2016).
Tahap SSC

sebelum
sebelum induksi sebelum insisi mengeluarkan
anestesi (Sign In) kulit (Time Out) pasien dari ruang
operasi (Sign Out)
Fase Sign In
• Memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi,
• Prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai,
• Persetujuan untuk operasi telah diberikan,
• Oksimeter pulse pada pasien berfungsi.
• Koordinator dengan profesional anestesi mengkonfirmasi risiko pasien apakah
pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.
Fase Time Out
• Setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran masing-masing.
• Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal.
• Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi
dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada
pasien yang benar.
• Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan
dalam 60 menit sebelumnya.
Fase Sign Out
• Tim bedah akan meninjau operasi yang telah Dilakukan
pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, 
pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah
lain yang perlu ditangani.
• Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci
dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta
pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi.

Anda mungkin juga menyukai