Anda di halaman 1dari 14

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN INFORMASI SURGICAL SAFETY

CHEKLIST METODE POSTER DENGAN METODE SOSIAL MEDIA


TERHADAP PENGETAHUAN PERAWAT
Andi Nurul Pratiwi Ulki1 Patimah2 Eny Sutria3 Arbianingsih4 Nur Hidayah5
1
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
2
Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
3
Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
4
Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
5
Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Email : 70300114018@uin-alauddin.ac.id

Abstrak
Pendahuluan : Surgical safety checklist merupakan suatu lembar ceklist yang dikeluarkan oleh
World Health Organization (WHO) diterapkan di ruang pembedahan guna untuk meningkatkan
keselamatan pasien, mengurangi angka kematian dan kecacatan serta mencegah terjadinya
kejadian yang tidak diharapkan diruang Instalasi Bedah.
Tujuan : untuk mengetahui perbedaan efektivitas pemberian informasi surgical safety checklist
metode poster dengan metode sosial media terhadap peningkatan pengetahuan perawat.
Metode : Desain penelitian ini yaitu Quasi Eksperimen dengan pendekatan Two Group Pre-Post
Test Design jumlah sampel 37 orang yang merupakan perawat di ruang instalasi bedah. Untuk
metode poster sebanyak 20 orang dan untuk metode sosial media sebanyak 17 orang yang di
rekrut dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner
pengetahuan perawat tentang surgical safety checklist di instalasi bedah. Analisa data
menggunakan uji statistik Uji Wilcoxon Test dan Uji Mann Whitney
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan antara sebelum dan setelah diberikan
metode poster dan sosial media dengan nilai signifikan p = 0,000 < p= 0,05. Hasil Uji Mann
Whitney pada pengukuran sebelum di berikan intervensi pada kedua kelompok menunjukkan
tidak ada perbedaan (p = 0,621). Namun setelah diberikan intervensi pada kedua kelompok
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,024) dengan nilai selisih rerata pada kelompok
metode poster sebesar 5,8 kemudian pada metode sosial media sebesar 6,88.
Kesimpulan : dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi surgical safety checklist metode
sosial media lebih efektif dibandingkan dengan metode poster terhadap pengetahuan perawat
Instalasi Bedah.
Kata Kunci : Pengetahuan, surgical safety checklist, Perawat.

1. PENDAHULUAN Kompleksitasnya terdiri dri berbagai jenis


Rumah sakit merupakan suatu pelayanan pelayanan seperti pelayanan medis,
kesehatan yang bertujuan untuk memberikan penunjang medis yang didukung oleh sarana
pelayanan kesehatan kepada pasien yang dan prasarana medis dan non medis. Apabila
bersifat menyeluruh atau kompleks. hal tersebut tidak dikelola dengan baik,

1
maka dapat berpotensi menimbulkan terjadi pada negara-negara yang
kesalahan yang berdampak pada berkembang. Sementara itu secara global
keselamatan pasien (Sri, 2015). didapatkan angka kematian pada berbagai
Keselamatan Pasien merupakan isu operasi sebesar 0,2-10%. Diperkirakan
global dan nasional dalam pemberian hingga 50% dari komplikasi dan kematian
palayanan kesehatan di rumah sakit. Isu ini dapat dicegah di negara-negara berkembang
berkembang karena masih terdapat Kejadian jika standar dasar perawatan diikuti (WHO,
Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi dalam 2009). Inilah kemudian yang mendasari
pelayanan kesehatan di Rumah sakit, World badan kesehatan dunia atau World Health
Health Organization (WHO) pada tahun Organization membuat suatu lembar ceklis
2004 mengumpulkan angka-angka penelitian keamanan di ruang operasi yang dinamakan
rumah sakit di berbagai Negara: Amerika, surgical safety checklist (SSCL) di bagian
Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan bedah dan anastesi yang bertujuan agar
KTD dengan rentang 3.2-16,6%. Khususnya terciptanya peningkatan kualitas
pada ruang operasi pada saat dilakukan keselamatan di ruang operasi, menurunkan
pembedahan (Sodikin, 2016). angka kematian, meminimalkan komplikasi
Pembedahan merupakan bagian penting akibat pembedahan serta meningkatkan
dalam pelayanan kesehatan sebab digunakan jaminan keselamatan pasien. Menurut World
untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Health Organization (WHO) kasus bedah
Mencegah terjadinya kecatatan serta merupakan masalah kesehatan masyarakat.
komplikasi. Ada beberapa faktor yang dapat Berkaitan dengan itu pula pada World Health
menjadi faktor penyebab luka operasi infeksi Assembly bulan Mei tahun 2015 menyetujui
di antaranya pelaksanaan operasi yang tidak suatu resolusi yang berjudul Strengthening
emergency and essential surgical care
sesuai dengan standar operasional prosedur
anaesthesia as a component of universal health
pelaksanaan operasi (Franata & Rosa, 2017) coverage, yang pada dasarnya meminta agar
Menurut penelitian Haugen, et al (2015) semua anggota WHO lebih meningkatkan akses
secara global tindakan pembedahan terus dan kualitas pelayanan bedah terutama dalam
meningkat dan mencapai 234 juta prosedur mengatasi masalah gawat darurat dan esensial
bedah setiap tahunnya. Dengan angka (Pratama, 2017).Hasil penelitian uji coba di
kematian antara 0,4% sampai 4% di negara delapan rumah sakit di dunia menunjukkan
berpenghasilan tinggi. Peningkatan resiko penurunan kematian dan komplikasi akibat
kematian dikaitkan dengan komplikasi pembedahan. Dari total 1750 pasien yang
utama di rumah sakit yaitu 3% sampai 22% harus dilaksanakan operasi dalam 24 jam
pada pasien yang dirawat, 36% sampai 54% (emergency) dibagi 842 pasien sebelum
berhubungan dengan pembedahan. pengenalan surgical safety checklist dan 908
Angka kejadian tidak diinginkan pasca pasien setelah pengenalan surgical safety
operasi yang cukup besar berdasarkan data checklist. Dari 842 pasien yang belum
World Health Organization (WHO) pada diberikan pengenalan surgical safety
penelitian di 56 negara dari 192 negara checklist mendapat komplikasi pembedahan
anggota WHO tahun 2004 diperkirakan 18,4% (N=151) dan setelah diberikan
234,2 juta prosedur pembedahan dilakukan pengenalan surgical safety checklist angka
setiap tahunnya dan dapat berpotensi komplikasi menjadi 11,7% (N=102). Data
terjadinya komplikasi dan kematian. kematian sebelum pengenalan surgical
Komplikasi utama pembedahan yaitu safety checklist 3,7% menjadi 1,4% (Weiser,
kecatatan dan rawat inap yang et al. 2011).
berkepanjangan 3-16% pasien bedah ini Di Indonesia patient safety telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
2
Indonesia nomor 11 tahun 2017 tentang pada pasien banyak ditemukan diruangan
keselamatan pasien. Keselamatan Pasien adalah penyakit dalam, bedah dan anak sebesar
suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih 56,7% dibandingkan dengan ruangan lain.
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan Namun pada tahun 2010 kasus KDT
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis meningkat menjadi 63% yang terdiri dari 12
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
provinsi yang ada diindonesia (Pratama,
tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah 2017)
terjadinya cedera yang disebabkan oleh Implementasi pelaksanaan surgical
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan safety checklist memerlukan seorang
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya koordinator untuk bertanggung jawab untuk
diambil (Kemenkes RI, 2017). memeriksa checklist. Koordinator biasanya
Data di Indonesia mengenai KTD seorang perawat atau dokter atau profesi
terlebih kejadian nyaris cedera (Near Miss) kesehatan lain yang terlibat dalam operasi.
masih sering terjadi. Insiden pelanggaran Pelaksanaan surgical safety checklist yang
patient safety 28.3% dilakukan oleh perawat. dilakukan oleh petugas pada saat melakukan
Perawat harus menyadari perannya sehingga tindakan di ruang operasi merupakan suatu
harus dapat berpartisipasi aktif dalam bentuk perilaku. Perilaku merupakan semua
mewujudkan patient safety terkhusus kepada kegiatan manusia yang dapat diamati
penggunaan surgical safety checlist sebagai maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar
upaya mengurangi angka KTD di ruang (Notoatmojo,2011). Perawat dan tim bedah
operasi atau instalasi bedah di rumah sakit. lainnya diharapkan memiliki pengetahuan
Kerja keras perawat tidak dapat dikatakan serta kepatuhan dalam penerapan surgical
optimal jika tidak didukung dengan safety checklist (Sodikin, 2016).
pengetahuan, sarana prasarana, manajemen Pengetahuan perawat tentang patient
rumah sakit dan kolaborasi antara tenaga safety dalam hal ini penerapan surgical
kesehatan lainnya (Muslihin, 2016). safety checlist merupakan hal yang amat
Di Indonesia, data mengenai penting, karena jika pengetahuan perawat
keselamatan pasien sulit didapatkan, laporan tentang patient safety dalam kategori
mengenai insiden berdasarkan spesialisasi kurang maka ini akan berpengaruh terhadap
ditemukan 3.9% terjadi di unit bedah, kinerja perawat itu sendiri dalam penerapan
berdasarkan unit penyebab sebesar 11.32%, patient safety dirumah sakit. Aplikasi
disebabkan oleh perawat dan dokter 4.12%, pengetahuan dibidang kesehatan yakni
dan berdasarkan pelaku tindakan penyebab hubungan antara fakta dan interpretasi
insiden ditemukan sebesar 19.58% informasi mengenai penyebab dan usaha
dilakukan oleh tim (KKP-RS, 2011). preventif penyakit serta keterampilan dalam
Komite Keselamatan Pasien Rumah perbaikan kesehatan. Belajar dibutuhkan
Sakit (KKPRS) mengemukakan inseden seseorang untuk mencapai tingkat
keselamatan pasien pada tahun 2007 kematangan diri. Proses belajar dapat
menemukan sejumlah kasus seperti KNC dilakukan oleh karyawan yang dalam hal ini
sebesar 47,6%, KTD 46,2%. Menurut perawat, pada saat menjalankan tugasnya
KKPRS propinsi DKI jakarta menempati (Pratama, 2017)
urutan tertinggi yaitu 37,9%, Jawa timur Salah satu upaya untuk meningkatkan
11,7%, Yogyakarta 13,8%, Jawa tengah pengetahuan perawat tentang surgical safety
15,9%, Aceh 10,7%, Jawa barat 2,8%, Bali checklist yaitu melalui pemberian informasi
1,4%, Sumatera selatan 6,9%, dan termasuk melalui media poster dan media sosial
Sulawesi Selatan sebanyak 0,7%. Kesalahan media.

3
Metode poster merupakan salah satu peneliti, tentang pengetahuan perawat dalam
metode yang digunakan dalam pemberian penerapan surgical patient safety
informasi, alasan dipilihnya media poster ini
karena dapat menarik perhatian para perawat 3. HASIL PENELITIAN
yang melihatnya. Dari paparan tersebut a. Analisa Univariat
timbul pemikiran untuk meningkatkan
pengetahuan perawat mengenai surgical Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
safety checklist sehingga diharapkan perawat Responden pada Kelompok Metode Poster
dapat menerapkan SSCL ini dengan baik dan Media Sosial Di Ruang Instalasi Bedah
pada saat melakukan pembedahan di ruang RSUD Haji & RS Bhayangkara
instalasi bedah. Maksudnya untuk
Karakteristik Kelompok Kelompokmet
menangkap perhatian orang yang lewat ode media
tetapi cukup lama menanamkan gagasan Responden metode poster
sosial
berarti di dalam ingatan (Jumilah, 2013).
Jumla Persenta Jum Persent
Sementara itu metode sosial media yang h se lah ase
diakses melalui android atau handphone
(f) (%) (f) (%)
yang saat ini berkembang pesat dan sudah
semakin banyak orang yang menggunakan Usia 21-30 th 5 25 % 4 23,5%
terkhusus aplikasi Whatsapp yang 31-40 th 7 36% 7 41,2%
digunakan sebagai layanan untuk
≥ 40 th 8 40 % 6 35,3%
berkomunikasi yang dapat diaplikasikan ke
hal yang lebih positif seperti pembuatan Total 20 100,0 % 17 100%
groub didalamnya sehingga dapat
memberikan informasi mengenai surgical Jenis Laki-laki 8 40 % 8 47,1%
safety checklist dengan mudah, Kelamin Perempu 12 60% 9 52,9%
an

Total 20 100% 17 100 %


2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
quasi eksperimen dengan pendekatan two PendidI D3 4 20 % 3 17,6%
group pre-post test design yaitu pengukuran kan S1
7 35 % 3 17,6%
terakhir S1+ Ners
dilakukan sebelum dan sesudah dengan 2 S2 8 40 % 8 40%
kelompok intervensi. Pengukuran dilakukan
sebelum diberikan intervensi dan setelah 1 5% 3 17,6%
diberikan intervensi. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat yang 20 100 %
Total 17 100 %
bertugas di ruang Instalasi Bedah Rs.
Bhayangkara dan Rsu. Haji Makassar yang Lama < 1 tahun 2 10 % 1 5,9 %
berjumlah 37 orang. Sampel dalam
Kerja 1-5tahun 8 40 % 5 29,4 %
penelitian ini adalah 20 orang untuk metode
poster dan 17 orang untuk metode sosial ≥ 5 tahun 10 50 % 11 64,7%
media. Total 20 100 % 17 100 %
Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan yaitu lembar kuisioner yang Sumber: Data Primer, 2019
digunakan dari penelitian sebelumnya
Harwini (2015) yang dimodifikasi oleh

4
Pada table 4.1 Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden bekerja selama ≥ 5
didapatkan distribusi frekuensi usia, jenis tahun sebanyak 10 orang (50 %) dan 8
kelamin, pendidikan terakhir dan lama kerja. orang (40 %) bekerja selama 1- 5 tahun , 2
Pada kelompok metode poster didapatkan orang (10 %) bekerja selama < 1 tahun.
distribusi usia adalah sebagian besar Kemudian pada kelompok metode sosial
responden berumur ≥ 40 tahun sebanyak 8 media lama kerja responden sebagian besar
orang (40 %) dan umur 21- 30 tahun ≥ 5 tahun 11 orang (64,7 %) dan 5 orang
sebanyak 5 orang (25 %) serta umur 31- 40 (29,4%) bekerja selama 1-5 tahun, kuang
tahun sebanyak 7 orang (36%) Sedangkan dari satu tahun 1 orang (5,9%)
pada kelompok sosial media, didapatkan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat
distribusi usia responden adalah sebagian Pengetahuan Perawat Tentang Surgical
besar responden berumur 31- 40 tahun Safety Checklist Pre-test pada Kelompok
sebanyak 7 orang (41,2%) dan paling sedikit Metode Poster dan Kelompok Metode
berumur 21- 30 tahun sebanyak 4 orang
(23,5 %) kemudian berumur ≥ 40 tahun Sosial Media di Ruang Instalasi Bedah
sebanyak 6 orang (35,3%). RSUD Haji & RS Bhayankara.
Berdasarkan hasil penelitian,
Tingkat Pretest Pretest
distribusi frekuensi jenis kelamin yaitu pada pengetahuan
kelompok metode poster sebagian besar metode poster metode sosial
tentang
media
berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 surgical safety
orang (60 %) dan laki-laki 8 orang (40%). checklist (f) % (f) %
Sedangkan pada metode sosial media
didapatkan sebagian besar jenis kelamin Kurang 11 55% 8 52,9%
perempuan 9 orang (52,9 %) dan laki – laki Sedang 9 45% 8 47,1%
8 orang (41,7 %). Baik - - 1 5,9%
Distribusi frekuensi penelitian
berdasarkan pendidikan terakhir, didapatkan
Total 20 100 % 17 100%
pada kelompok metode poster sebagian
besar pendidikan terakhir responden adalah
Sumber: Data Primer, 2019
S1 + ners sebanyak 8 orang (40%). Dan
pendidikan terakhir Starata I sebanyak 7 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
orang (35%) , Diploma 3 sebanyak 4 orang bahwa pada kelompok metode poster
(20 %) serta pendidikan terakhir Strata 2 sebagian besar responden memiliki
sebanyak 1 orang (5%). Kemudian pada pengetahuan dengan kategori kurang
metode sosial media didapatkan distribusi sabanyak 11 orang (55%) dan kategori
pendidikan terkhir responden sebagian besar pengetahuan sedang sebanyak 9 orang
S1 + Ners sebanyak 8 orang (40 %) dan (45%).
pendidikan terakhir Diploma 3 sebanyak 3 Pada kelompok metode sosial media,
orang (17,6%) serta pendidikan terakhir responden memiliki pengetahuan tentang
Strata 1 sebanyak 3 orang (17,6%) kemudian surgical safety checklist dengan kategori
pendidikan terkahir Strata 2 sebanyak 3 kurang sebanyak 8 orang (47,1 %) dan
orang (17,6 %) . pengetahuan kategori sedang sebanyak 8
Distribusi frekuensi penelitian orang (47,1%) serta 1 orang kategori baik
berdasarkan lama kerja responden, (5,9%) .
didapatkan pada kelompok metode poster

5
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat
Tingkat Rerata Min Max Selisih Nilai
Pengetahuan Perawat tentang Surgical pengetahuan rerata p
Safety Checklist Post-test pada Kelompok
Metode Poster dan Kelompok Metode Poster Pre- 13,20 8,00 18,00 5,8
Test 0,000*
Sosmed di Ruang Instalasi Bedah RSUD
Haji & RS Bhayangkara Post- 19,00 16,00 24,00
Test
Tingkat Posttest metode Posttest metode
pengetahuan poster sosial media Sosial Pre- 13,88 8,00 20,00 6,88
tentang Media Test 0,000*
surgical (f) % (f)
Post- 20,76 17,00 24,00
safety % Test
checklist
Sumber : Data Primer. 2019* Uji Wilcoxon text
Sedang 7 35% 3 17,6 %
Baik 13 65% 14 82,4 % Berdasarkan tabel 4.4 dengan uji
statistik Wilcoxon Test pada kelompok
Total 20 100 % 17 100 % metode poster pre-test dan post-test
didapatkan p = 0.000 atau p < 0,05 berarti
Sumber: Data Primer, 2019 terdapat perbedaan signifikan tingkat
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan perawat terhadap surgical
menunjukan bahwa pada kelompok metode safety checklist sebelum dan sesudah
poster, responden dengan kategori tingkat diberikan pemberian informasi dengan
pengetahuan sedang sebanyak 7 orang metode poster. Sedangkan pada kelompok
(35%) serta responden yang memiliki sosial media didapatkan p = 0,000 atau p
tingkat pengetahuan dengan kategori baik <0,05 berarti terdapat perbedaan signifikan
sebanyak 13 orang (65%). tingkat pengetahuan perawat terhadap
surgical safety checklist sebelum dan
Sedangkan pada kelompok metode sesudah pemberian informasi dengan
sosial media diperoleh hasil tingkat metode sosial media.
pengetahuan responden kategori sedang
sebanyak 3 orang (17,6 %), serta tingkat Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Tingkat
pengetahuan responden kategori baik 14 Pengetahuan Perawat tentang Surgical
orang (82,4 %) Safety Checklist Metode Poster dengan
b. Analisa Bivariate Metode Sosial Media pada Pre-test dan
Post- test (Mann Whitney – test)
Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Tingkat
Pengetahuan Perawat tentang Surgical Tingkat Rerata Max Nilai
Safety Checklist Metode Poster dengan pengetahuan Min p
surgical safety
Metode Sosial Media pada Pre-test dan checklist
Mean
Post- test (Wilcoxons-test)
Pre- Poster 13,30 8 18
Test
0,621*
Sosial 13,88 8 20
Media
Post- Poster 19,00 16 24
Test 0,024*
Sosial 20,76 17 24
Media

6
Sumber : Data Primer. 2019*Mann Whitney maximum 18. Sedangkan setelah diberikan
Berdasarkan uji statistik dengan metode poster pada rentang waktu 7 hari,
semua responden mengalami peningkatan
Mann Whitney Test menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang surgical safety
pengukuran awal ( pre-test ) pada kelompok checklist. Pada data posttest juga didapatkan
metode poster dan kelompok metode sosial nilai rerata mean yaitu 19 dengan nilai
media di dapatkan nilai p = 0,621 atau p < minimum 16 dan maximum 24.
0,05 berarti pengetahuan perawat terhadap Pada kelompok sosial media didapatkan
surgical safety checklist pada kedua data pretest dengan nilai rerata 13,88 dengan
nilai minimum 8 dan maksimum 20.
kelompok setara pada pengukuran awal atau
Kemudian setelah dilakukan posttest
pre-test. Kemudian pada saat pengukuran dengan diberikan informasi surgical safety
akhir atau post-test di dapatkan nilai p = checklist dengan metode sosial media atau
0,026 atau p < 0,05 artinya ada perbedaan melalui aplikasi whatsapp selama 3 kali
yang signifikan antara kedua kelompok dalam 7 hari tingkat pengetahuan perawat
intervensi. meningkat, pada data posttest didapatkan
nilai rerata kelompok sosial media yaitu
4. PEMBAHASAN 20,76 dengan nilai minimum yaitu 17 dan
Berdasarkan hasil penelitian uji statistik maksimum
dengan Mann Whitney Test, menunjukkan Dari penjelasan diatas didapatkan selisih
bahwa pengukuran awal (Pre-Test) pada rata-rata antara kedua kelompok yaitu 5,8
kelompok metode poster dan sosial media pada kelompok poster dan selisih rata-rata
didapatkan nilai p = 0,621 atau p > 0,05 6,88 pada kelompok media sosial sehingga
berarti tidak ada perbedaan signifikan diperoleh hasil bahwa media sosial lebih
tingkat pengetahuan perawat terhadap tinggi dibandingkan dengan media poster.
surgical safety checklist pada kedua Untuk mengetahui pengaruh pemberian
kelompok dipengukuran awal (Pre-Test) . informasi surgical safety checklist metode
sedangkan pada pengukuran akhir (Post- poster dengan metode sosial media terhadap
Test) pada kelompok metode poster dan peningkatan pengetahuan perawat di
kelompok metode sosial media didapatkan instalasi bedah rumah sakit, didapatkan hasil
nilai p = 0,024 atau p < 0,05 yang artinya pada kedua kelompok intervensi p = 0,000
ada perbedaan signifikan tingkat atau p < 0,05 yang artinya Ha diterima,
pengetahuan perawat terhadap pemberian berarti ada perbedaan yang bermakna pada
informasi surgical safety checklist pada pemberian informasi surgical safety
kedua kelompok dipengukuran akhir (Post- checklist metode poster dan sosial media
Test). terhadap tingkat pengetahuan perawat.
Untuk mengetahui perbedaan efektivitas Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh
pemberian informasi surgical safety seseorang akan suatu objek tertentu setelah
checklist metode poster dengan sosial media melalui proses sistem penginderaan terutama
terhadap peningkatan pengetahuan perawat, mata dan telinga, pengetahuan adalah salah
dilakukan menggunakan uji statistik dengan satu yang memiliki cukup besar pengaruh
Wilcoxon Test. Dilihat dari hasil penelitian, dalam terbentuknya suatu perilaku individu
dimana pada kelompok metode poster yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat
sebelum dilakukan metode poster awet (Notoadmojo, 2010)
menunjukkan bahwa data pretest didapatkan Salah satu upaya meningkatkan
nilai rerata mean pada kelompok intervensi pengetahuan seseorang adalah melalui
yaitu 13,20 dengan nilai minimum 8 dan
7
pemberian informasi yang hasilnya dapat memberikan dampak positif seperti halnya
merubah sikap dan prilaku seseorang dalam pemberian berbagai informasi, sosial
menjadi lebih baik, keberhasilan suatu media memungkinkan para penggunanya
pemberian informasi juga tidak lepas dari untuk menyampaikan pengumuman tertentu,
peran sebuah media yang sesuai dengan berbagai ide dan sumber pembelajaran, serta
sasaran responden yang akan diteliti. Dalam mendukung terjadinya diskusi seecara
penelitian ini metode pemberian informasi online.
yang digunakan adalah metode poster dan Hal ini sejalan dengan penelitian
sosial media. Metode poster adalah metode Trisnani (2017) tentang “Pemanfaatan
pemberian informasi yang dilakukan dengan Whatsaap sebagai media komunikasi dan
cara menyajikan informasi secara menarik kepuasan dalam penyampaian pesan
dengan menggunakan desain grafis yang dikalangan tokoh masyarakat” yang
tentunya dengan warna dan gambar yang membuktikan bahwa ternyata dari beberapa
mudah dipahami dan dalam kontenya tersirat sosial media seperti facebook, BBM,
pesan dan informasi mengenai penjelasan youtube, twitter, line yang paling banyak
mengenai surgical safety checklist sebagai digunakan yaitu aplikasi whatsapp, pada
pendokumentasian keselamatan pasien di saat ini whatsaap telah dimanfaatkan oleh
ruang instalasi bedah. tokoh masyarakat untuk berkomunikasi
Dalam penelitian Hermina (2016) dalam menyampaikan pesan dan informasi
tentang “pengembangan media poster lebih efektif serta pesan lebih cepat diterima
sebagai alat bantu edukasi gizi pada remaja kepada sasaran.
terkait keluarga sadar gizi” dimana hasil Pada penelitian ini pemberian informasi
yang diperoleh yaitu dari hasil uji surgical safety checklist baik secara
implementasi menunjukkan sebanyak pemberian metode poster maupun melalui
78,25% siswa mengalami peningkatan sosial media diberikan kepada perawat yang
pengetahuan gizi setelah diberikan edukasi bertugas di ruang instalasi bedah rumah
gizi dan menimbulkan antusias siswa dalam sakit. Sebagaimana kita ketahui bahwa
praktek menimbang berat badan dan setiap harinya begitu banyak pasien yang
mengukur tinggi badan untuk menilai status dilakukan pembedahan sementara dalam
gizinya sendiri. Metode pembelajaran sangat pembedahan tersebut tidak menutup
berkaitan erat dengan tingkat mensave kemungkinan dapat terjadi yang dinamakan
memori seseorang kelompok poster akan kejadian tidak diharapkan seperti terjadinya
dapat mengingat 10% materi yang telah komplikasi pasca pembedahan, kesalahan
diterima. prosedur pembedahan, informasi yang lebih
Sedangkan pada metode sosial media, jelasnya telah dijelaskan pada latar belakang
responden diberikan informasi mengenai penelitian, maka dari itu perawat harus
surgical safety checklist melalui aplikasi diberikan bekal berupa informasi seputar
whatsapp yang saat ini banyak diganrungi pengetahuan mengenai lembar ceklis
oleh berbagai kalangan sebagai media keamanan di ruang instalasi bedah yang
komunikasi. Pesatnya perkembangan disebut surgical safety checklist, tentunya
teknologi saat ini menuntun kita agar dalam hal pemberian informasi ini
tanggap dengan segala sesuatu yang dibutuhkan sebuah media yang menarik agar
berhubungan dengan teknologi yang dapat tersalurkan dengan baik seperti media
semakinhari semakin mengalami kemajuan poster dan sosial media, sehingga dengan
dan canggih. Sosial media memiliki pengetahuan ini perawat dapat
berbagai manfaat yang cukup dapat
8
menerapkannya serta tidak mengabaikan 91,34, uji statistic membuktikan bahwa
pendokumentasian surgical safety checklist. peningkatan tersebut bermakna dengan nilai
p= 0,000 artinya intervensi yang diberikan
Pengetahuan yang diperoleh perawat
berupa edukasi dengan menggunakan
merupakan hasil upaya mencari tahu yang
pedoman osteoporosis dapan meningkatkan
terjadi setelah individu tersebut melakukan
pengetahuan.
penginderaan, akan tetapi penalaran akan
suatu informasi merupakan tujuan yang Menurut Notoadmojo (2010) bahwa
paling utama, pengetahuan yang dimiliki salah satu strategi untuk meningkatkan
perawat merupakan hasil pengumpulan pengetahuan adalah dengan pemberian
informasi yang mereka terima baik secara informasi yang dapat dilakukan dengan
formal misalnya penjelasan dari beberapa berbagai metode seperti media poster dan
literatur, kemudian maupun informal sosial media. Menurut penelitian yang
misalnya pengelaman mereka selama dilakukan oleh Farah (2014) bahwa
bertugas di rumah sakit. Pengetahuan pemberian informasi dapat meningkatkan
perawat yang dimilikinya menjadi suatu pengetahuan responden tentang personal
pijakan dalam melakukan upaya higne. Simpulan peneliti tersebut adalah
pengimplementasian surgical safety segala bentuk pemberian informasi apabila
checklist sebagai lembar keamanan di ruang diberikan dengan cara yang tepat dan
instalasi bedah, semakin baik pengetahuan informasi yang diberikan dengan media
perawat maka semakin paham mereka yang digunakan sesuai dengan tahap tumbuh
tentang manfaat dari selembar surgical kembang seseorang akan memperoleh
safety checklist sehingga mendorong prilaku pengaruh yang baik, terutama perubahan
ke arah yang lebih baik pula. pada tingkat pengetahuan seseorang.
Dari hasil penelitian ini didapatkan Dalam penelitian Aisyah (2018)
bahwa ada perbedaan signifikan sebelum “pengaruh pemanfaatan whatsapp terhadap
dan sesudah pemberian informasi surgical interaksi anak dan orang tua peserta didik
safety checklist baik dengan menggunakan SMPN 10 Pontianak” didapatkan hasil
metode poster maupun dengan metode sosial penelitian bahwa terdapat pengaruh yang
media terhadap pengetahuan perawat di positif signifikan antara pemanfatan
ruang instalasi bedah rumah sakit. Hal ini Whatsapp Pada peserta didik kelas VII SMP
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pontianak terhadap interaksi anak dan orang
oleh Buzarudima (2013) bahwa terdapat tua. Kemudian dalam penelitian Andi (2017)
perubahan nilai yang sangat signifikan tentang “ pemanfaatan whatsapp info dalam
antara sebelum dan sesudah dilakukan pemberian informsi dan peningkatan kinerja
intervensi pemberian informasi dengan pada sub bagian program pemerintahan
metode poster. provinsi Sulawesi Selatan” dengan hasil
bahwa penggunaan WA sangat efektif
Hal tersebut sejalan dengan penelitian
dengan dukungan fitur-fiturnya dibanding
Ernawati (2008) dimana pada penelitian
dengan aplikasi pesan instan lainnya.
tersebut didapatkan rata-rata pengetahuan
sebelum dan sesudah intervensi pada Hal ini terjadi karena melalui sosial
kelompok intervensi yang berbeda. Pada media perawat dapat memperoleh informasi
kelompok intervensi, pengetahuan tentang surgical safety checklist dengan
mengalami suatu peningkatan yang mudah. Dengan majunya teknologi saat ini,
bermakna dimana didapatkan nilai mean seseorang sudah mampu mengakses
skor pada pretest adalah 71,21 dan posttest berbagai macam informasi melalui android

9
dengan memanfaatkan media sosial yang informasi sangat berperan penting dalam
ada. Semua teknologi komunikasi yang ada peningkatan pengetahuan perawat tentang
sekarang ini, para perawat juga menjadi surgical safety checklist. Dalam penelitian
leluasa mendapatkan berbagai informasi dan ada dua metode yang digunakan dalam
bereksplorasi untuk memenuhi segala memberikan informasi kepada perawat
keingin tahuannya tentang banyak hal, instalasi bedah yaitu metode poster dan
termasuk diantaranya pengetahuan dibidang sosial media. Dari hasil penelitian ini,
management keperawatan. metode android dengan memanfaatkan
aplikasi sosial media WA lebih efektif
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
dibandingkan metode poster. Karena
Hilda Farida (2015) bahwa ada pengaruh
perawat lebih leluasa membaca tentang
whatsapp terhadap perilaku tertutup
pemberian informasi yang disajikan oleh
mahasiswa, mereka dengan bebas
peneliti serta lebih mudah mencari lebih
menggunakan aplikasi tersebut untuk
jauh tentang surgical safety checklist dengan
kegiatan berkomunikasi, maka tidak heran
jika banyak mahasiswa yang lebih sering memanfaatkan media internet yang saat
sekarang ini sangat mudah diakses
mengakses aplikasi WA untuk
mempermudah mereka dalam
berkomunikasi. Pada penelitian Devi (2016) 5. PENUTUP
mengenai “perbedaan pengaruh metode a. Kesimpulan
cerita dan metode poster terhadap kesehatan 1) Berdasarkan hasil penelitian pada
gigi” didapatkan bahwa metode cerita lebih pengukuran awal sebelum diberikan
efektif dari pada metode poster. Terlihat dari intervensi pada kelompok metode
kerucut Edgar Dle kelmpok poster akan poster didapatkan sebagian besar
dapat mengingat 10 % materi yang disajikan pengetahuan perawat dalam kategori
karena kelompok ini menggunakan visual kurang sebesar 11 orang kategori
sedangkan pada kelompok cerita minimal sedang 9 orang kemudian setelah
50% anak dapat mengingat materi yang diberikan intervensi didapatkan hasil 18
disampaikan. orang mengalami peningkatan
pengetahuan dan 2 orang tidak engalami
Metode sosial media lebih efektif
peningkatan pengetahuan.
dibandingkan dengan metode poster karena
2) Berdasarkan hasil penelitian pada
pada metode android whatsapp yang
pengukuran awal sebelum diberikan
memiliki manfaat seperti perawat dapat
intervensi pada kelompok sosial media
lebih cepat dan mudah memperoleh
sebagian besar pengetahuan perawat
informasi mengenai surgical safety
kategori kurang 8 orang dan sedang
checklist, kemudian perawat dengan mudah
sebesar 8 orang serta kategori baik 1
dapat menemukan berbagai informasi apa
orang. Kemudian setelah diberikan
saja yang berkaitan dengan topik yang
intervensi didapatkan hasil bahwa
diinginkan dengan mengakses internet,
semua responden mengalami
sedangkan pada metode poster, informasi
peningkatan pengetahuan.
yang dimuat terbatas, tidak semua materi
3) berdasarkan hasil penelitian di dapatkan
bisa divisualisasikan, dan poster bersifat
bahwa ada perbedaan efektivitas antara
monoton dan dapat membuat orang bosan
metode poster dengan metode sosial
sehingga cendrung terabaikan.
media dengan nilai signifikan p=0,024 <
Dari berbagai pernyataaan diatas maka 0,05, dengan nilai selisih rerata pada
dapat kita cermati bahwa pemberian kelompok poster sebesar 5,8 dan pada

10
metode sosial media sebesar 6,88. undergrouate Saudi dtudents. Buston
Sehingga dapat disimpulkan bahwa :MA U.S.A ISSN.
metode sosial media lebih efektif
dibandingkan dengan metode poster. Andi. 2017. The utilization of whatsapp
messenger info in giving information
b. Saran and increasing performance on
1) Bagi Rumah Sakit programe sub-division group of
Hasil penelitian ini diharapkan south sulawesi.
sebagai dasar pemahaman
pengetahuan dan informasi bagi Arikunto. 2010. Prosedur penelitian suatu
perawat dalam hal ini perawat di pendekatan praktik.Jakarta: Rieneka
instalasi bedah agar lebih mudah cipta.
dalam mengimplementasikan
surgical safety checklist Azisah . 2014. Tehnik pemberian informasu
2) Bagi Peneliti (expository techniques.)
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti lebih jauh tentang pengaruh Azwar .2012. Sikap dan perilaku dalam:
pemberian informasi terhadap tingkat sikap manusia teori dan
pengetahuan perawat tentang pengukurannya. Yogyakarta :
surgical safety checklist, penelitiani pustaka belajar
ini bisa di jadikan dasar, dengan
menggunakan metode yang lainnya Bagus .2017. efektivitas penggunaan
yang lebih efektif. grubwhatsaap sebagai media
3) Bagi Insitusi Pendidikan edukasi penanganan pertama cedera
Hasil penelitian ini diharapkan dapat muskuloskaletal pada pelatih sepak
menambah pengetahuan dan bola”
pemahaman di institusi pendidikan
mengenai metode pemberian Bruce. 2011. Smart phone : the information
informasi yang lebih efektif terhadap revolution? The information
peningkatan pengetahuan perawat management journal vol.39 Hal 38-
terhadap surgical safety checklist. 44.
.
REFERENSI Buzaruddin. 2013. “efektifitas penyuluhan
Aisyah. 2018. “pengaruh pemanfaatan kesehatan reproduksi remaja
whatsapp terhadap interaksi anak terhadap tingkat pengetahuan siswa
dan orang tua peserta didik smpn 10 SMAN 6 Kecematan Pontianak
Pontianak”. Pontianak : Universitas timur. Pontianak: Universitas
Tanjung Pura Tanjungpura

Al- Qur’anul qarim Choki, Barhoni. 2015. The efectiveness of


whatsapp mobile lerning activities
Al-saleem. 2014. The effect of Whatsapp guided by avtivity theory on students
electronic dialogue journling on knowledge management Vol 6 hal
improving writing vocabulary word 221-238.
choice and voice of EFL

11
Devi . 2016. “perbedaan pengaruh metode Hermawan indra,dkk. 2014. Gambaran
cerita terhadap peningkatan penerapan surgery patient safety fase
pengetahuan siswa tentang cara sign out pada pasient post operasi
perawatan gigi pada anak Paud bedah mayor di instalasi bedah
Pertiwi dan Ardika Jaya Bekasi. sentral RSUD Kebumen.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Hermina 2016.’’pengembangan media
poster sebagai alat bantu edukasi
Enoch, Sindang. 2013. Manfaat media sosial gizi pada remaja terkait keluarga
dalam ranah pendidikan dan sadar gizi.
pelatihan. Jakarta : Pustaka Diklat
KNDK. Hidayat, Alimul aziz. 2009. Riset
keperawatan dan teknik penulisan
Eny Noviani. 2017. Pendidikan gizi dengan ilmiah. Jakarta : salemba medika
media poster dan pengetahuan
makanan jajanan pada anak sekolah Hilda, Farida Arifin. 2015. Pengaruh
dasar negeri 02 Banaran Grogol whatsapp terhadap perilaku tertutup
Sukaharjo. mahasiswa. Yogyakarta : Uin Sunan
Kalijaga.
Ernawati.2008. “ efektifitas dengan
menggunakan panduan osteoporosis Howard A.W. 2011.surgical safety WHO
terhadap pengetahuan wanita yang surgical safety checlist, the new
beresiko di Rumah Sakit Fatmawati “ england journal of medicine,
Jakarta. Depok: Fik UI http://www.hmri.org/research/our-
researchers/howard di akses pada
Farah. 2014. “pengaruh pendidikan tanggal 12 februari 2018.
kesehatan tentang personal hygne
terhadap pengetahuan dan sikap SD Irmawati, Anggorowati, 2017. Surgical
rembed dusun wangimbal Cheklist Sebagai Upaya
kevamatanberingin. Semarang : Meningkatkan Patient Safety .
Universitas Muhammadiyah Journal Of Health Studies, Vo. 1,
Surakarta No.1, Maret 2017: 40-48

Franata & Rosa. 2017. The implementation Jumilah ,dkk. 2013. Efektifitas media poster
of five steps to save surgery practice terhadap peningkatan pengetahuan
in improving the checlist writing tentang kesehatan gigi.
obedience in Rskb Annur
Yogyakarta. Kamariah, Andi. 2017. Perbedaan
efektivitas pendidikan kesehatan
Haugen, Aryid Steinar, Et All. “Effect Of metode tatap muka dengan media
The World Health Organization sosial terhadap pengetauan keluarga
Checklist On Patient Outcomes”. dengan skizofrenia.
Volume 261, Number 5,
Http://www.listrumahsakit.com Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil
Diakses Pada Tanggal 12 Desember Kesehatan Indonesia 2017. Diakses
2017 dari http://www.kemenkes .go.id.
pada tanggal 16 februari 2017

12
, 2008. Konsep dan Penerapan
Klase Suryanti,dkk. 2016. penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Surgical Safety Checklist WHO di Keperawatan. Jakarta: Salemba
RSUD Jaraga Sasameh Kabupaten Medika.
Barito Selatan. Patel vinod. 2011. Practical and profesional
clinical skill. University of Oxford.
Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP-
RS) PERSI. 2011. Pedoman Insiden Pratama Adhi Dhewa. 2017. Hubungan
Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Tingkat Pengetahuan tentang
Safety Penerapan patient safety dengan
Incident Report). (ed-2): Jakarta. Persepsi Penerapan patient safety
oleh Perawat di RSUD dr. Soediran
Lingard, L., Regehr, G., Orser, B., Reznick, Mangoen Soemarso Wonogiri.
R., Baker, GR., Doran, D., et al.
2012. Evaluation of a Preoperative Rsu.Imelda. 2013.panduan pembeian
Checklist and Team Briefing Among informasi kesehatan di rumah sakit
Surgeons, Nurses, and imelda pekerja indonesia .
Anesthesiologists to Reduce Failures
in Communication. Arch Surg; 143 Saputra Firman Andrie & Elsye. Pengisian
(1): 12-7; discussion 18. Sign in dalam meningkatkan
kepatuhan safe surgery di rumah
Makary et al. 2011. Operating Room sakit PKU Muhammadiyah
Teamwork Among Physicians and Yogyakarta II
Nurses: Teamwork in The Eye of The
Beholder. Journal American College Sandrawati,dkk. 2013. Rekomendasi
of Surgeons, Vol 202: 746-752. untukmeningkatkan kepatuhan
penerapan surgical safety checlist di
Musfiqon. 2012. Pengembangan media dan kamar bedah.
sumber pembelajaran .Jakarta :
PT.prestasi pusta karya. Sarwono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif & Kualitatif,.
Muslihin .2016. faktor-faktor yang Yogyakarta; Graha Ilmu,
mempengaruhi kepatuhan penerapan
surgical patient safety fase time out Shihab. 2009. “Tafsir Al-Misbah pesan
di Instalasi Bedah Sentral RS PKU kesan keserasian Al-Quran.
Muhammadiyah Gombong. Bandung: Mizan

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Sodikin ali,dkk. 2016. hubungan


dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka pengetahuan dan sikap perawat
Cipta. terhadap pengimplementasian
surgical safety checlist di RS. DR.H.
Nursalam, 2013. Manajemen Keperawatan Soewondo Kendal.
Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 3. Sri K, Komang Menik. 2015. “Hubungan
Jakarta: Salemba Medika. Motivasi Dan Komitmen Kerja
Perawat Dengan Penerapan

13
Keselamatan Pasien Di Ruang , 2009. WHO
Intensif Rsup Sanglah Denpasar”. Guidelines for safe Surgery, First
Edition. New York: McGraw-Hill.
Subyanto. 2009." Karakteristik Individu,
Karakteristik Perkerjaan, , 2015. Panduan
Karakteristik Organisasi dan Kurikulum Keselamatan Pasien Edisi
Kepuasan Kerja Pengurus yang Multi Profesional
Dimediasi oleh Motivasi Kerja)". (Terjemahan).Jakarta: Lembaga
Jurnal Manajemen.Vol.11,No. 1, hal Kesehatan Budi Kemuliaan,
11-19.
, 2016. WHO
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Guidelines for safe Surgery. New
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, York: McGraw-Hill.
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Weiser, Thomas G.et,al., 2011. An
estimation of the global volume of
Tri .2014. Upaya Menghasilkan Tenaga surgery: a modelling strategy based
Perawat Berkualitas. on available data. The Lancet,
372(9633), 139-144.
Trisnani. 2017. “pemanfatan whatsapp
sebagai media komunikasi dan Wicaksana, Dwi. 2014. Panduan Surgical
kepuasan dalam penyampaian pesan Safety Checklist Rs. Baptis Batu
dikalangan tokoh masyarakat” jurnal Tahun 2014. Batu: RS.Baptis Batu
lomunikasi, media dan informatika:
volume 6 nomer 3. Yurisa W. 2008. Etika penelitian kesehatan.
hal. 3-4.
Trisna, Eva. 2016. "Hubungan Persepsi tim
Bedah dengan Kepatuhan Penerapan
Surgical Patient Safety Pada Pasien
Operasi Bedah RSUD Mayjend HM.
Ryacudu”. Volume VII, Nomor 2,
Agustus 2016, hlm 341-344

Vries et al. 2011. Prevention of Surgical


Malpractice Claims by Use of a
Surgical Safety Checklst.
www.annalsofsurgery.com. Annals
of Surgery, volume 253, number 3.

World Health Organization. 2008. World


Alliance For Patientv Safety
Implementation Manual Who
Surgical Safety Checklist (First
Edition) Safe Surgery Saves Lives.
New York: McGraw-Hill.

14

Anda mungkin juga menyukai