Anda di halaman 1dari 6

PATIENT SAFETY DI RUANG LINGKUP ANESTESI

Oleh :
RIZKY NANDA SAPRIANDHY

ITSK RS. Dr. SOEPRAOEN MALANG


Jl. S. Supriadi No.22, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur
Telp 0341 351275 Email informasi@itsk-soepraoen.ac.id
PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST
UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG LINGKUP
KAMAR BEDAH

Latar Belakang
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan
yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa
(WHO, 2009). Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa selama lebih
dari satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di
seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh
dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup (Haynes, et al. 2009).
Penelitian di 56 negara dari 192 negara anggota WHO tahun 2004 diperkirakan 234,2
juta prosedur pembedahan dilakukan setiap tahun berpotensi komplikasi dan kematian
(Weiser, et al. 2009). Berbagai penelitian menunjukkan komplikasi yang terjadi setelah
pembedahan. Data WHO menunjukkan komplikasi utama pembedahan adalah kecacatan dan
rawat inap yang berkepanjangan 3-16% pasien bedah terjadi di negara-negara berkembang.
Secara global angka kematian kasar berbagai operasi sebesar 0,2-10%. Diperkirakan hingga
50% dari komplikasi dan kematian dapat dicegah di negara berkembang jika standar dasar
tertentu perawatan diikuti (WHO, 2009).
Dalam standar Joint Comission International (JCI) edisi ke-4 yangberlaku sejak 1
Januari 2011, terdapat sasaran internasional keselamatan pasien (International Patient Safety
Goal) serta perawatan anestesi dan bedah (Anesthesia and Surgical Care) untuk semua rumah
sakit terakreditasi JCI. Salah satu standar dalam sasaran internasional keselamatan pasien
(SIKP) adalah mengindentifikasi pasien dengan benar, memastikan sisi pembedahan benar
dan prosedur yang benar (JCI, 2010).
World Health Organization (WHO) telah mengenalkan Patient Safety Safe Surgery
Saves Lives untuk meningkatkan keselamatan pasien pada pembedahan di dunia dengan
menyusun suatu standar yang dapat diaplikasikan pada semua keadaan di semua negara. Pada
bulan Juni 2008, WHO berinisiatif membuat Surgical Safety Checklist (SSC). Tujuan
checklist ini untuk meningkatkan keselamatan pasien pada tindakan pembedahan serta
menurunkan komplikasi dan kematian karena tindakan pembedahan (WHO, 2009).
Penerapan Analisa
Implementasi Surgical Safety Checklist memerlukan seorang koordinator untuk
bertanggung jawab untuk memeriksa checklist. Koordinator biasanya seorang perawat atau
dokter atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi. Koordinator
memastikan setiap tahapan tidak ada yang terlewati, bila ada yang terlewati, maka akan
meminta operasi berhenti sejenak dan melaksanakan tahapan yang terlewati (Cavoukian,
2009).
Surgical Safety Checklist di kamar operasi digunakan melalui 3 tahap, masing-masing 
sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi anestesi (Sign In), sebelum insisi kulit (Time
Out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (Sign Out) (Cavoukian, 2009).
Tiga tahap tersebut seperti pada gambar dibawah ini:

1. Fase SignIn
Fase sign In adalah fase sebelum induksi anestesi koordinator secara verbal memeriksa
apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi
yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimeter
pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional anestesi mengkonfirmasi
risiko pasien apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi
alergi.
2. Fase TimeOut
Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran
masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling
kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan
suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar.
Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60
menit sebelumnya.
3. Fase sign out
Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan.
Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label
pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir
yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada
manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar
operasi (Surgery & Lives, 2008).

Studi terakhir melaporkan bahwa penerapan Surgical Safety Checklist WHO di rumah
sakit negara maju, menengah, ataupun negara dengan pendapatan rendah telah memberikan
hasil yang baik dan positif. Dimana 19 item checklist bedah ini telah dirancang untuk
mengurangi komplikasi pasca operasi yang dapat menyebabkan morbiditas dan kejadian
mortalitas. Dilaporkan bahwa lima negara (Ekuador, Irlandia, Yordania, Filipina, dan
Inggris) yang telah berkomitmen untuk menggunakan Surgical Safety Checklist WHO sebagai
standar nasional, memberikan hasil yang positif (Haynes, 2009).
Meskipun dokter mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membantu
mencegah infeksi, tetapi sering sekali mereka tidak menerapkannya secara seragam. Sehingga
dengan adanya Surgical Safety Checklist WHO dan pedoman lainnya yang sudah diwajibkan
di pusat-pusat bedah dengan fasilitas terbaik, akan mengurangi resiko infeksi pasca operasi
ke suatu titik keselamatan bedah. Di negara-negara industri telah dilaporkan terjadi
komplikasi prosedur rawat inap bedah sekitar 3- 16%, dengan cacat tetap dan tingkat
kematian 0,4-0,8%. Di negara-negara berkembang penelitian melaporkan bahwa tingkat
kematian 5-10% selama proses tindakan operasi besar. Minimal tujuh juta pasien bedah
dirugikan oleh komplikasi bedah setiap tahunnya, termasuk setidaknya satu juta pasien yang
meninggal selama atau segera setelah prosedur tindakan bedah. Tidak ada obat tunggal yang
dapat meningkatkan keamanan tindakan bedah. Hal ini membutuhkan prosedur tindakan
perawatan yang handal, bukan hanya oleh dokter bedah tetapi oleh kerja sama tim profesional
kesehatan lainnya demi untuk kepentingan pasien (Hutardo et al, 2012).
Kematian dan komplikasi akibat pembedahan dapat dicegah. Salah satu pencegahannya
dapat dilakukan dengan surgical safety checklist. Surgical Safety Checklist adalah sebuah
daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien.
Surgical safety checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang
digunakan oleh tim profesional di ruang operasi. Tim profesional terdiri dari perawat, dokter
bedah, anestesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item yang
dilakukan dalam pembedahan mulai dari sebelum induksi anestesi (Sign In), sebelum insisi
kulit (Time Out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (Sign Out) sehingga
dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan (Safety & Compliance, 2012).

Kesimpulan
Surgical Safety Checklist WHO merupakan penjabaran dari hal penting yang
diterjemahkan dalam bentuk formulir yang diisi dengan melakukan checklist. Checklist
tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan alat komunikasi yang praktis dan sederhana
dalam memastikan keselamatan pasien pada tahap preoperative, intraoperative dan pasca
operative, dilakukan tepat waktu dan menunjukkan manfaat yang lebih baik bagi keselamatan
pasien. Sistem informasi baru dapat diterapkan dengan baik apabila mendapat dukungan dari
manajemen, kemudian sosialisasi dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang
tepat mengenai penggunaannya. Penggunaan Surgical Safety Checklist WHO dimaksudkan
untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam prosedur pembedahan sehingga
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan menambah usaha peningkatan
keselamatan pasien di kamar bedah baik sebelum operasi, selama operasi dan sesudah
operasi. Sehingga didapatkan manfaat yang jelas yaitu keamanan prosedur tindakan bedah
yang akan menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas terhadap pasien bedah, keamanan
dan kenyamanan dalam melakukan tindakan bedah sebelum, selama, dan sesudah operasi
bagi petugas kesehatan, terlaksananya program keselamatan pasien di rumah sakit yang dapat
menjadi sumber peningkatan jumlah konsumen pengguna layanan yang akan menghasilkan
penambahan volume pendapatan rumah sakit, dan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan
dalam hal semakin bertambah luasnya penelitian lanjutan terhadap upaya penerapan Surgical
Safety Checklist yang lebih tepat waktu, tepat sasaran, tepat guna bagi kepentingan
kemanusiaan.
Referensi

Cavoukian, A. (2009), The Surgical Safety Checklist: A Must for Hospitals Performing
Surgery (pp.1-10), diakses 22 November 2022 dari http://www.newswire.ca/en/
story/398319/a-potentially-life-savingmessage-for-hospitals-from-commissioner-
cavoukian.
Haynes, A.B., Weiser, T.G., Berry, W.R., et al. (2009), A Surgical Safety Checklist to
Reduce Morbidity and Moratlity in a Global Population, The New England Journal of
Medicine, 360(5, pp. 491-99, diakses 22 November 2022 dari
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMsa0810119.
Hurtado et al. (2012), Acceptance of The WHO Surgical Safety Checklist Among Surgical
Personnel in Hospitals in Guatemala City. BMC Health Serv Res. 2012; 12: 169. Doi:
10. 1186/1472-6963-12-169.
Joint Commision International (JCI).(2010) Patient Safety, essentials for health care.
(International Edition).USA.
Safety & Compliance. (2012), Patient Safety Indicators, diakses 22 November 2022
dari https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=rUmWU_yZD9ORuA SC5IGIDg# q
=Safety+%26+Compliance+Patient++Safety+Indicators.
Surgery & Lives,( 2008), Implementation Manual Surgical Safety Checklist (First
Edition) (pp.1-28), diakses 22 November 2022 dari http://www.ihi.org/
resources/Pages/Tools/WHOSurgicalSafetyChecklistGettingStartedKit.a spx.
WHO.(2009), WHO Guidelines for Safe Surgery. WHO Press.
WHO.(2009), Surgical Safety Check List Reinforces Accepted safety Practices and
Foster Better Commnication and Teamwork.

Anda mungkin juga menyukai