SKRIPSI
DHIKY PANDUWINATA
NIM : 22102351
SKRIPSI
DHIKY PANDUWINATA
NIM : 22102351
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah sakit maka pelaksanaan kegiatan patient safety rumah sakit sangatlah
mematuhi prinsip dasar patient safety . Menurut World Health Organization (WHO)
atau Badan Kesehatan Dunia adalah prinsip dasar perawatan kesehatan adalah
Patient safety (WHO, 2017), yang diperingati pertama kali pada tanggal 17
karena sekitar 90% penanganan terkait cedera dan kecacatan yang meningkatkan
Salah satu program patient safety adalah surgical safety checklist. Pada Juni
2008, WHO mempelopori peluncuran surgical safety checklist (T. G. Weiser &
Haynes, 2018). Program ini bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan
dunia dan mengumpulkan data pada sekitar 4000 pasien dari beragam kelompok.
Mulai Oktober 2007-September 2008, hasilnya diterbitkan pada bulan Januari 2009
dan menunjukkan hasil bahwa pengaplikasian checklist Keselamatan Bedah ini
2015), dan pada tahun 2009 penerapan checklist keselamatan bedah mulai
yang dikumpulkan pada tahun 2011 (2 tahun setelah publikasi WHO), Penggunaan
daftar periksa mendekati 100% di Denmark, Prancis, Irlandia, Belanda dan Inggris,
Yunani, Hungary, Latvia, Lithuania, Polandia (Weiser & Haynes, 2018). Sekarang
lebih dari 4000 rumah sakit di dunia telah menerapkan surgical safety checklist atas
saran dari WHO checklist tersebut dapat dimodifikasi sesuai keadaan setempat
(Spendlhofer et al., 2015). Penerapan surgical safety checklist oleh tim bedah
salah hanya dapat dicegah dengan kewaspadaan oleh tim bedah 3 (Rolston &
Berger, 2018).
Safety Checklist secara keseluruhan turun dari 19.9% menjadi 11,5%, dan angka
kematian menurun dari 1,9% menjadi 0,2%. Pelaksanaan Surgical Patient Safety
RSD dr Soebandi Jember, peneliti mengambil data dengan bertanya kepada salah
satu perawat anastesi dan perawat bedah yang bertugas di Ruang persiapan atau
sign in saat itu selama 3 jam. Didapatkan data bahwa sebagian besar yang
melaksanakan sign in di Instalasi Bedah Sentral adalah perawat bedah, yang seharus
menjadi tugas dan tanggung jawab perawat anastesi namun yang dilaksanakan sign
pelaksanaan sign in sesuai prosedur atau SOP namun ada beberapa prosedur yang
tidak melaksanakan seperti pengecekan tanda vital pasien, pengecekan jalan nafas,
kesulitan intubasi dan ada juga yang sering terlewatkan dalam konfirmasi riwayat
alergi pasien dan konfirmasi lokasi operasi sehingga didapatkan kasus salah lokasi
operasi.
kamar operasi harus 100% untuk mengeliminasi masalah yang mengkhwatirkan dan
surgery safety cheklist dilakukan pada semua item yang telah ditentukan.
kepemimpinan, budaya organisasi, manajemen, struktur dan sistem, serta tugas dan
keterampilaan individu,dan lingkungan kerja. Perawat sebagai salah satu tim bedah
konsisten melakukan setiap item yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari fase
sign in, time out, dan sign out sehingga dapat meminimalkan setiap resiko yang
tidak diinginkan (Weiser, 2011) Fakta dari hasil studi WHO, (2017). Dengan
tingginya jumlah operasi dan komplikasi yang ditimbulkan juga terlihat pada studi
pembedahan khusus, besar, sedang, dan kecil dengan jumlah operasi pada bulan
September sampai Desember 2021 terdapat 649 kasus (operasi khusus 341 kasus,
operasi besar 166 kasus, operasi sedang 149 kasus dan operasi kecil 0 kasus) sedang
pada bulan Januari-Juli 2022 terdapat 1.696 kasus (operasi khusus 843 kasus,
operasi besar 545 kasus, operasi sedang 278 kasus operasi kecil 30
sudah banyak yang melaksanakan vaksin covid 19 dari dosis 1 sampai dosis 3 .
dan masih rendahnya pelaksanaan surgical safety checklist di kamar bedah dapat
surgical safety checklist terlihat pada tingkat kejadian pasien dan alat yang
tertinggal diduk/kain operasi pada bulan juli sampai September 2022 terdapat alat
melakukan tindakan pencegahan agar Mesin Cuci medis tidak rusak akibat
Kesalahan intraoperatif sering terjadi dalam operasi, dan alat bedah yang
pada mesin cuci duk kotor dan akibatnya mesin tidak dapat dioperasikan sehingga
alat instrumentasi yang hilang tersebut akan mempengaruhi jalannya operasi jika
operasi.. Olehnya karena itu peneliti melihat permasalahan yang muncul dan sangat
bedah, yang dapat memberikan standar kegiatan tim bedah dalam meminimalkan
hitung alat instrument sebelum dan sesudah operasi agar alat instrument tidak
tertinggal di duk/kain operasi atau lupa ambil saat alat tersebut jatuh dari meja
operasi pada saat setelah operasi, maka peneliti tertarik untuk menganalisa
rumah sakit?
B. Rumusan Masalah
operasi. Perawat sebagai salah satu tim bedah yang melaksanakan pembedahan
yaitu perawat scrubs, dan perawat sirkuler yang melaksanakan Surgical Safety
masih sering diabaikan oleh individu (perawat bedah,perawat anestesi dan operator)
kebiasaan buruk dan dapat mengakibatkan kelalaian yang dapat berakibat fatal.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus :
safety cheklist pada fase sign in, time out, sign out di lingkungan RSD dr Soebandi
jember
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti Dengan penelitian ini didapatkan gambaran bagi peneliti tentang
jember
2. Bagi Rumah Sakit RSD dr Soebandi khususnya di kamar bedah surgery safety
checklist sangat bermanfaat karena melindungi perawat dan tim bedah lainnya
karena dapat dijadikan sebagai aspek legal yang dapat dipertanggung jawabkan
karena seluruh kegiatan yang dilakukan pada pasien akan diverifikasi dan
melakukan evaluasi dan tetap memotivasi tim agar kondisi apapun tetap
menggunakannya.
3. Bagi Keperawatan
Bagi keperawatan akan melindungi perawat bedah yang terlibat didalam tim karena
ada pernyataan khusus yang ditujukan kepada perawat sebagai instrumentator yang
akan diverifikasi persiapan alat dan kelengkapan alat setelah tindakan pembedahan
selesai.
menjadi bahan rujukan dan dikembangkan terutama untuk penelitian sejenis. Dapat
dikamar operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oleh tim bedah di ruang operasi. Tim bedah terdiri dari perawat, dokter
setiap item yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari sign in, time
out, sign out sehingga dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak
yaitu :
1. Pelaksanaan Sign In
anastesi.
faktor resiko
pasien seperti apakah ada reaksi alergi, resiko kesulitan jalan nafas, dan adanya
pembedahan.
dan tingkat (misalnya jari tertentu, jari kaki, lesi kulit, vertebrata) atau
kasus.
pulse oksimetri tidak berfungsi atau belum siap maaka ahli bedah
bertanya apakah pasien memiliki alergi? Jika iya, apa itu? Jika
koordinator tidak tahu tentang alergi pada pasien maka informasi ini
harus dikomunikasikan.
6. Konfirmasi Resiko Operasi
nafas pada status pasien, sehingga pada tahapan Sign In ini tim bedah
anak-anak)
salah satu bahaya umum dan sangat penting bagi pasien bedah, dengan
sebelum dilakukan insisi kulit, Time Out dikoordinasi oleh salah satu dari anggota
petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Time Out setiap petugas kamar
operasi memeperkenalkan diri dan tugasnya, ini bertujuan agar diantara petugas
melakukan insisi petugas kamar operasi dengan suara keras akan mengkonfirmasi
sebelumnya.
Sebelum melakukan insisi atau sayatan pada kulit, jeda sesaat harus
lisan mengatakan “sebelum kita melakukan sayatan pada kulit (Time Out)
apakah semua orang setuju bahawa ini adalah pasien X?, mengalami
Hernia Inguinal kanan?”. Ahli anastesi, ahli bedah, dan perawat secara
yang sama.
ahli bedah, dan harus memberikan konfirmasi secara verbal. Jika antibiotik
bedah, ahli anastesi, dan perawat terkait bahaya kritis dan rencana selama
pembedahan.
Hal ini dapat dilakukan dengan meminta setiap pertanyaan langsung
a. Untuk dokter bedah : langkah kritis apa, berapa lama kasus ini
mungkin terjadi
ini”
lengkap
operasi
petugas kamar operasi sebelum penutupan luka, dikoordinasi oleh salah satu
anggota petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Sign Out akan
pada spesimen, kerusakan alat atau masalah yang perlu ditangani, selanjutnya
informasi penting kepada tim perawatan yang bertanggung jawab untuk pasien
setelah pembedahan.
Langkah-langkah Surgical Safety Checklist yang harus dikonfirmasi saat
1. Review pembedahan
dan tim apa prosedur yang telah dilakukan, dapat dilakukan dengan
instrumen, kassa steril, dan jarum, dalam kasus rongga terbuka jumlah
instrumen dipastikan harus lengkap, jika jumlah tidak lengkap maka tim
3. Pelabelan spesimen
5. Ahli bedah, ahli anastesi, dan perawat meninjau rencana pemulihan dan
pengelolaan pasien
Sebelum pasien keluar dari ruang operasi maka anggota tim bedah
jawab di ruang pemulihan (recovery room), tujuan dari langkah ini adalah
Checklist dapat ditempatkan dalam catatan pasien atau perlu dipertahankan untuk
keselamatan pasien
meliputi :
pasien operasi
terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati.
(Ulum & Wulandari, 2013). Menurut Bastable dalam Warsono (2013), kepatuhan
adalah istilah untuk menjelaskan mengenai ketaatan atau pasrah pada tujuan
yang telah ditentukan. Kepatuhan pada program kesehatan adalah perilaku
disiplin yang secara etimologi dalam bahasa latin “disipel” yang berarti pengikut.
kepatuhan atau yang membuat tata tertib. Kepatuhan berkaitan dengan disiplin kerja
yaitu suatus sikap ketaatan seseorang terhadap aturan atau ketentuan yang berlaku
dalam organisasi, yaitu : menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar
Sarzuli, 2016):
Faktor Internal :
a. Usia
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Semakin dewasa
seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan suatu
b. Jenis Kelamin
Perbedaan nilai dan sifat berdasarkan jenis kelamin ini akan mempengaruhi
pria dan wanita dalam membuat keputusan dan praktik. Para pria akan bersaing
untuk mencapai kesuksesan dan lebih cenderung melanggar peraturan yang ada
performance, para wanita lebih mementingkan self performance. Wanita akan lebih
menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik dan hubungan kerja yang
harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh terhadap peraturan yang ada (Ulfa &
Sarzuli, 2016).
c. Masa kerja
seseorang dari peristiwa yang dialami selama perjalanan kerja. Semakin lama
seseorang bekerja dalam satu bidang maka semakin terampil seseorang dalam
Masa kerja lama di ruang bedah dapat memiliki pengalaman yang sangat
besar dan bermanfaat dalam menentukan hasil pembedahan, terutama bagi yang
d. Pengetahuan
merupakan hasil tahu dan ini merupakan kejadian setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
juga dari pengalaman seseorang (sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang
e. Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu objek.
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari - hari merupakan reaksi yang bersifat
Faktor Eksternal :
a. Karakteristik Kelompok
baik, anggota kelompok atau tim yang kompak dalam melaksanakan pekerjaan, yang
kelompok dapat dinilai dalam tiga aspek yaitu dalam kesempatan pengembangan
diri dengan adanya karakter dalam suatu kelompok yang berbeda, hubungan antar
b. Lingkungan kerja
kelompok. Lingkungan
kerja yang baik bagi seorang perawat sangatlah penting misalnya
membangun dukungan sosial dari pimpinan rumah sakit, kepala perawat, perawat itu
sendiri dan teman-teman sejawat. Lingkungan yang harmonis dan positif akan
membawa dampak yang positif pula pada kinerja perawat, kebalikannya lingkungan
negatif akan membawa dampak buruk pada proses pemberian pelayanan asuhan
misalnya Usia, jenis kelamin, ras, agama, hobi, pekerjaan cenderung bertindak dan
berperilaku seperti anggota dari kelompok tersebut. Menurut Encina, salah satu
menolak untuk patuh. Menurut Fernald, Lingkungan yang tidak patuh akan
Wulandari, 2013). Menurut Pratama (2016) indikator lingkungan kerja yaitu sebagai
berikut:
1) Suasana kerja
Suasana kerja adalah kondisi yang ada disekitar karyawan yang sedang
meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan,
ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat
tersebut.
Hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan kerja harmonis
dan tanpa ada saling intrik diantara sesama rekan sekerja. Salah satu faktor yang
dapat memengaruhi karyawan tetap tinggal dalam satu organisasi adalah adanya
karyawan yang baik dan harmonis dengan pimpinan tempat kerja. Hubungan yang
baik dan harmonis dengan pimpinan tempat kerja merupakan faktor penting yang
walaupun tidak baru merupakan salah satu penunjang proses dalam bekerja.
c. Beban Kerja
dan workload variability. Beban kerja dapat mempengaruhi stres kerja karyawan
selain itu juga dapat mempengaruhi pelayanan kepada pasien serta keselamatan
pasien sehingga kinerja perawat menjadi rendah. (Ulfa & Sarzuli, 2016).
dihadapkan kepada banyak problem baik secara pribadi maupun dalam kelompok
kerjanya. Berbagai problem tersebut dapat berdampak secara psikologis atau fisik,
hal ini tergantung apa penyebab problem tersebut. Menghadapi problem dalam
pekerjaannya, seorang karyawan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya cara
pekerjaan pada umumnya diketahui melalui besar kecilnya beban kerja yang dialami
oleh seorang karyawan. Beban kerja dalam jumlah tertentu dapat mengarah ke
kewajiban
tersebut.
pendidikan kesehatan.
2.2 Konsep Keperawatan Perioperatif
intraoperatif, dan pasca operatif. Seperti yang diperlihtkan pada bab sebelumnya
tentang fase perioperatif , masing masing dari setiap fase ini dimulai dan berakhir
pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah,
dan masing – masing mencakup rentang waktu perilaku dan aktifitas keperawatan
yang luas yang dilakukan oleh perawat denga menggunaan proses keperawatan
Faktor Internal :
Usia
Jenis Kelamin
Persiapan Pengetahuan
Masa Kerja
Pre Operasi Sikap
Pre medikasi
Fase Sign In
Kepatuhan Pelaksanaan
Keperawatan Intra Prosedur Sesuai SOP
Perioperatif Operasi Fase Time Out
Pasca Observasi
Operasi Pemulihan
Faktor Eksternal :
1. Karakteristik
Kelompok
2. Lingkungan Kerja
3. Beban Kerja
Sumber : (Majid, dkk, 2011), (WHO,2009), (Hermawan, dkk, 2014), (Ulum & Wulandari, 2013),
(Warsono,2013), (Ulfa & Sarzuli, 2016),
2.4 Kerangka Konsep
Faktor Internal :
Usia
Jenis Kelamin
Pengetahuan
Masa Kerja Kepatuhan Pelaksanaan
Prosedur Sesuai SOP
Sikap Faktor Eksternal :
Karakteristik Kelompok pada fase Sign Out
Lingkungan Kerja
Beban Kerja
Sumber : (Majid, dkk, 2011), (WHO,2009), (Hermawan, dkk, 2014), (Ulum & Wulandari, 2013),
(Warsono,2013), (Ulfa & Sarzuli, 2016)
2.5 Hipotesis
kepatuhan pelaksanaan
mempengaruhi kepatuhan
SOP.
7. Lingkungan kerja perawat
yang sudah ada sebelumnya maupun data yang dibuat kemudian tanpa
B. Obyek Penelitian
pada bulan Juni tahun 2017, Agustus tahun 2017, Januari tahun
operasi yang disertai surgery safety checklist pada bulan Februari 2023,
Maret 2023, April 2023, Mei 2023 dan Juni 2023 masing – masing
D. Variabel Penelitian
d. Pulse oximetry.
prosedur operasi.
lain.
E. Definisi Operasional
1. Akreditasi
salah
satu alat untuk mengevaluasi pelaksanaan kinerja organisasi
resmi yang diriliskan oleh WHO pada tahun 2008 untuk menilai
yang ada terkait dengan apa yang dilakukan oleh dokter bedah
apabila memenuhi semua item yang ada, dan tidak lengkap apabila
F. Instrumen Penelitian
pada checklist ini, terutama pada fase sign in, harus diisi, jika tidak
diisi atua tidak lengkap makan poin 0, jika diisi atau lengkap maka
G. Tahapan Penelitian
1. Tahap Perencanaan
Jember
2. Tahap Pelaksanaan
Melakukan penilaian kelengkapan pengisian surgical safety checklist dengan
kesimpulan.
H. Analisis Data
2. Rekapan data yang diperoleh dari surgical safety checklist disajikan dalam
I. Etika Penelitian
dari pihak program Strata satu Universitas dr Soebandi Jember, ijin penelitian
dari pihak RSD dr Soebandi Jember, ijin dari kepala instalasi bedah sentral
RSD dr Soebandi Jember, dan ijin dari kepala bagian rekam medis RSD dr
Soebandi Jember.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Ruang IBS mempunyai 12 kamar operasi dengan 12 kamar tidur. Tim operasi
rberjumlah 80 orang yang terdiri dari dokter spesialis bedah, dokter anestesi,
perawat anestesi dan perawat bedah. Jumlah kasus bedah di RSD dr Soebandi
Jember cukup tinggi dengan rata-rata 150 perbulan. Pada bulan November
2016 tercatat ada 163 kasus, bulan Desember 2016 tercatat 169 kasus dan
Karakteristik Tim operasi dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin,
sebagian besar tim operasi adalah laki-laki yaitu 24 orang (80%), umur 41-50
(46,7%) dan lama bekerja 11-15 tahun yaitu 9 orang (30%). Dati 30 anggota
perawat anestesi dan dua perawat on loop. Sedangkan 2 orang sisanya lagi
serah terima antara perawat anestesi dengan perawat ruangan saat pasien
anestesi.
55
Pemeriksaan dimulai dengan teknik regional anestesi (RA) atau general
dilakukan sitemark pada daerah yang akan dilakukan operasi lalu ditutupi
kain steril, semua tim operasi siap melakukan operasi. Sebelum dilakukan
insisi, dilakukan time out oleh perawat dan dokter bedah. Setelah operasi
berjalan kurang lebih 1 jam, sebelum luka ditutup atau sebelum pasien keluar
dilakukan sign out oleh perawat anestesi, dokter anestesi dan operator.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Operasi di IBS RSD dr Soebandi Jember
No. Pelaksanaan Operasi Frekuensi Persentase (%)
1. Elektif 36 55.4
2. Emergency 29 44.6
Total 65 100.0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Tindakan Operasi di IBS RSD dr Soebandi Jember
Tabel 4
Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Operasi Dengan Kepatuhan Tim
Operasi Dalam Menerapkan Surgical Safety Checklist Fase Sign In
tim operasi tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase
besar tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase sign in
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,122 sehingga dapat
Tabel 5
Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Operasi Dengan Kepatuhan Tim
Operasi Dalam Menerapkan Surgical Safety Checklist Fase Time Out di IBS
RSD dr Soebandi Jember 2017
tim operasi tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase
besar tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase time
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,147 sehingga dapat
Tabel 6
Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Operasi Dengan Kepatuhan Tim
Operasi Dalam Menerapkan Surgical Safety Checklist Fase Sign Out di IBS
RSD dr Soebandi Jember 2017
tim operasi tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase
besar patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase sign out
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,011 sehingga dapat
Tabel 7
Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Operasi dengan Kepatuhan Tim
Operasi Dalam Penerapan Surgical Safety Checklist di IBS RSD dr
Soebandi Jember
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,114 sehingga dapat
nyawa.
Jemberadalah bedah elektif. Hal ini sangat mungkin terjadi karena SKIA
Sadewa sebagai rumah sakit yang khusus menangani ibu dan anak
waktu yang cocok bagi pasien serta tim operasi. Dokter akan menjelaskan
fase ini bervariasi menurut rumah sakit dan dokter bedahnya. Bedah elektif
tim operasi RSD dr Soebandi Jember lebih banyak dilakukan pada pasien
tindakan SC.
fase
sign in sebanyak 26 (40%), sedangkan pada operasi emergensi sebagian
besar tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase sign in
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,122 sehingga dapat
penting sekali untuk memperkecil risiko operasi, karena hasil akhir suatu
disebabkan karena pada fase ini merupakan awalan yang menjadi tolok
ditetapkan oleh WHO. Menurut WHO 2008 menyebutkan bahwa fase sign
in adalah fase sebelum induksi anestesi dimana koordinator secara verbal
operasi sudah benar, sisi yang akan di operasi telah ditandai, persetujuan
apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, atau
reaksi alergi.
dalam menerapkan surgical patient safety fase sign in yang terdiri dari
dipengaruhi oleh kondisi tim operasi yang capek karena banyaknya operasi
tim operasi tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase
besar tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase time
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,147 sehingga dapat
sehingga petugas kamar operasi lebih percaya diri dan siap untuk operasi.
Fase time out adalah pemberian pelayanan pembedahan yang aman pada
Tindakan yang dilakukan tim operasi pada fase time out meliputi
anestesi dan perawat IBS, konfirmasi dokter operator dan dokter anestesi,
konfirmasi perawat instrumentator dan jam verifikasi. Pada fase ini tim
WHO (2008) yang menyebutkan bahwa fase time out merupakan fase
masing dalam operasi tersebut, dan memastikan bahwa setiap anggota tim
saling mengenal.
dalam menerapkan surgical patient safety fase time out yang terdiri dari
Surgical safety checklist fase time out di IBS RSD dr Soebandi Jember.
safety fase time out dapat disebabkan karena adanya kebanyakan tim
Notoatmodjo (2010) usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
tim operasi tidak patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase
besar patuh dalam menerapkan Surgical safety checklist fase sign out
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,011 sehingga dapat
Surgical patient safety fase sign out merupakan tahap akhir yang
Tindakan yang dilakukan tim operasi pada fase sign out meliputi
perhatian khusus pengelola, jam verifikasi dan tim operasi tanda tangan.
Tindakan tim operasi ini sesuai dengan pedoman sign out dari WHO
(2008) yang menyebutkan fase sign out adalah fase dimana tim operasi
spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah
akhir yang dilakukan tim operasi adalah rencana tindak lanjut dan
resiko yang mungkin terjadi pada pasien. Tujuan dari langkah ini adalah
diberikan pada pasien post operasi. Tim operasi harus berdiskusi terkait
surgical patient safety pada operasi bedah mayor di Instalasi Bedah Sentral
hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Sign Out
Kepatuhan tim operasi terhadap surgical patient safety fase sign out
dapat disebabkan oleh masa kerja tim operasi . Tim operasi yang bekerja
dengan yang bekerja belum lama. Tanggung jawab yang besar menuntut
tim operasi untuk melengkapi surgical patient safety fase sign out.
Menurut Mila (2006) masa kerja adalah kurun waktu atau lamanya
tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi
tenaga kerja baik itu positif atau negatif. Pengaruh positif jika tenaga kerja
Hasil uji chi square didapat signifikansi (p) 0,114 sehingga dapat
Agustus 2016 jumlah operasi 152 orang dengan rincian elektif 125 orang
dan emergency 27 orang. Jumlah operasi pada bulan Juli 2016 berjumlah
148 dengan rincian operasi emergency 26 kasus dan operasi elektif 122
kasus. Jumlah kasus bedah di RSD dr Soebandi Jember cukup tinggi dengan rata-
rata 150 perbulan. Pada bulan November 2016 tercatat ada 163 kasus, bulan
Desember 2016 tercatat 169 kasus dan pada bulan Januari 2017 sampai dengan
frekuensi operasi bedah yang lebih tinggi. Rata-rata operasi RSD balung
adalah 20-30 orang dengan rincian operasi elektif 14-22 orang dan operasi
adalah 40-50 orang dengan rincian operasi elektif 30 orang dan operasi
emergency 20 orang.
pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional
atau umum.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak semua tim operasi mengisi
Surgical safety checklis secara utuh mulai dari sign in sampai dengan sign out,
Haynes, A.B., Weiser, T.B., Berry, W.R., Lipsitz, S.R., & Sc, D. A Surgical Safety Checklist to
Reduce Morbidity and Mortality in a Global Population. The New England Journal of Medicine,
2009. 491-499. .
WHO. Implementation Manual WHO Surgical Safety Checklist 2009. Safe Surgery Saves Lives.
Geneva: World Health Organization. 2009.
Haynes AB, Weisser TG, Berry WR, A Surgical Safety Checklist to Reduce Morbidity and
Mortality in a Global Population, N Eng J Med, 2009, 360:491-499
Neal C, Haynes D, Surgical Safety Checklist for Patient Safety, WHO, 2000
www.who.int/patientsafety/research.2008
Depkes, (2006). Panduan Nasional keselamatan pasien RS (Patient Safety) – jakarta : Depkes RI.
Depkes, (2008). Panduan Nasional keselamatan pasien RS (Patient Safety) edisi 2. Jakarta :
Depkes RI.
WHO, (2014). World Alliance for Patient Safety, World Health organization : Geneva.
http://.marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07 .