Anda di halaman 1dari 37

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PENERAPAN Surgical Safety Checklist DI KAMAR


OPERASI RS AR BUNDA PRABUMULIH
TAHUN 2023

PROPOSAL SKRIPSI

NOVITA DEWI
211000414201111

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) melalui World Alliance for Patient Safety

telah membuat Surgical Safety Checklist (selanjutnya disingkat SSC) sebagai alat

yang digunakan oleh para praktisi klinis dikamar bedah untuk meningkatkan

keamanan operasi, mengurangi kematian dan komplikasi akibat pembedahan .(1) WHO

selanjutnya menjelaskan bahwa Surgical Safety Checklist di kamar bedah digunakan

melalui 3 (Tiga) tahap, masing-masing sesuai dengan alur waktunya yaitu saat

sebelum induksi anestesi (sign in), sebelum dilakukan insisi kulit (time out) dan

sebelum mengeluarkan pasien dari kamar operasi (sign out). Surgical Safety

Checklist tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan alat komunikasi praktis

dan sederhana dalam memastikan keselamatan pasien dalam tahap preoperatif,

intraoperatif dan post operatif.(2) Setiap praktik yang ingin menerapkan daftar periksa

keselamatan bedah mungkin menghadapi banyak hambatan yang harus diatasi,

namun tidak terbatas pada, kurangnya kepemimpinan dalam penerapannya,

penundaan waktu, pelatihan, kelupaan atau ketidaktahuan staf, dan kurangnya tingkat

staf yang memadai.(3)

World Health Organization (WHO), tahun 2018 menyatakan laporan

kesalahan medis di seluruh rumah sakit Amerika Serikat tercatat sekitar 44.000 –

98.000 kejadian per tahun, dengan porposi kejadian tertinggi di kamar operasi. Di

Indonesia berdasarkan pelaporan Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP)

IKP10 tahun 2019 dari RS yang melapor mengalami peningkatan sebanyak 7% dari
3

tahun sebelumnya. Berdasarkan Jumlah laporan insiden keselamatan pasien tahun

2019 di Indonesia mencapai 7465, dengan persentase jumlah insiden KNC (kejadian

nyaris cidera) 38%, KTC (kejadian tidak cidera) 31%, KTD (kejadian tak diinginkan)

31%, dan sentenail (cidera serius) 1%. Di Provinsi Sumatera Selatan menurut Komite

Nasional Keselamatan Pasien (KNKP) tahun 2020, menyatakan bahwa index

pelaporan IKP Rs di Provinsi Sumsel mencapai 5%. Dari data yang dilaporkan terjadi

peningkatan 2,3% dari tahun sebelumnya.(4) Berdasarkan laporan insiden di Rumah

Sakit AR Bunda Prabumulih periode Januari - Desember tahun 2022 yang

dilaporkan ke tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit sejumlah 5 insiden.2 insiden

KTD (kejadian tidak diinginkan) salah satunya pada bulan september ada insiden

kejadian tidak diinginkan berkenaan dengan tertinggalnya canul suction laparotomi di

organ dalam pasien, operator sudah mengkonfirmasi asisten instrumen tentang

keberadaan canul suction tersebut namun jawaban dari perawat bedah bagian

instrumen dan asisten mengatakan dari awal canul suction tersebut tidak terpasang,

karena operator merasa ragu maka operator melakukan photo rontgen terhadap pasien

post operasi ternyata canul suction tsb ada dalam perut pasien sehingga dilakukan

operasi ulang. 2 insiden KNC (kejadian nyaris cidera) salah satunya pada bulan juni

ada insiden kejadian nyaris cidera berkenaan dengan mark lokasi operasi terhadap

pasien hernia, pada saat sedang dilakukan edukasi oleh perawat bedah pasien ditanya

dimanakah bagian yang akan di operasi kanan atau kiri namun pasien tidak tahu

bagian mana yang akan dioperasi. 1 insiden KTC (kejadian tidak cidera) pada bulan

desember ada insiden kejadian tidak cidera, perawat bedah melakukan injeksi

antibiotik profilaksis tanpa melakukan skin test dan menanyakan riwayat alergi

kepada pasien saat memasukan obat antibiotik tersebut, setelah diingat ternyata
4

pasien tadi belum diedukasi saat dilakukan tindakan injeksi antibiotik tersebut,

namun tidak ada efek reaksi alergi yang terjadi terhadap pasien tersebut. (39) Akibat

dari terjadinya insiden ini berdampak terhadap kepercayaan pasien terhadap kualitas

rumah sakit, berakibat kunjungan pasien berkurang karena insiden yang terjadi.

Dampak untuk rumah sakit menyebabkan bertambahnya hari rawat sehingga biaya

melebihi standar biaya yang semestinya, dampak yang didapat dari insiden ini bagi

perawat bisa terkena sanksi SP, pemotongan gaji hingga sampai ke sanksi pidana.

Keselamatan pasien terutama dikamar operasi menjadi masalah terbesar

dikarenakan pada saat tindakan operasi seperti terjadi kesalahan insisi pada sisi

operasi karena tidak dilakukan skin marker, kulit pasien terbakar karena cara

penempatan negativ netral kabel tidak tepat, ketinggalan benda asing di dalam rongga

tubuh karena penghitungan alat yang tidak konsisten dilakukan, sehingga bisa

dikatakan bahwa keselamatan pasien tergantung total pada penanganan tenaga medis

dan perawat di ruang operasi.(6) Penggunaaan Surgical Safety Checklist (SSC)

menurut WHO dikaitkan dengan perbaikan perawatan pasien yang sesuai dengan

standar proses keperawatan termasuk kualitas kerja tim perawat kamar operasi.

Penggunaan SSC memberikan manfaat terutama dalam mengurangi insiden yang

membahayakan keselamatan pasien.(4) Agar pemakaian Surgical Safety Checklist

menjadi efektif, dibutuhkan perawat kamar operasi yang konsisten dalam

menerapkan sikap dan menjaga budaya keselamatan pasien dan konsisten

melaksanakan prosedur keselamatan pasien serta tim ruang operasi yang kompak.

Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengisian ceklist keselamatan adalah tidak

ada pengisian pemberian profilaksis antibiotik atau salah penulisan dalam

pengisiannya, tidak mengisi perkiraan lama operasi dan perkiraan jumlah kehilangan
5

darah selama operasi sedangkan pada fase sign out tidak mengisi konfirmasi nama

tindakan operasi serta pengisian kelengkapan jumlah instrumen, kasa dan jarum

operasi.(5) Akibat dari insiden sendiri bagi karyawan yang tidak patuh dalam

melakukan Surgical Safety Checklist bisa mendapatkan sanksi baik yang terendah

sanksi lisan bahkan sampai ketindak pidana bila terjadi insiden yang fatal dan

terbukti secara hukum bersalah.

Penerapan SSC di kamar operasi dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu

pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku.(7) Pada penelitian lain ada yang

menyebutkan faktornya di pengaruhi oleh usia, Pendidikan, masa kerja, motivasi,

sikap .(40) Dari 3 tahapan penerapan SSC (sign in, time out dan sign out).(8) maka fase

sign out adalah fase yang paling banyak tidak dilakukan oleh perawat pada tindakan

operasi emergensi dan operasi elektif. Sementara itu penelitian lain mengatakan

bahwa ada beberapa faktor seperti pendidikan, pengetahuan dan motivasi yang

mempengaruhi penerapan SSC terutama pada fase time out oleh perawat.(6)

Pendidikan merupakan proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian

akan menimbulkan perubahan perilaku dalam dirinya, karna tidak dapat dipungkiri

tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang untuk menerima informasi

kesehatan dan juga sebaliknya jika pendidikan seseorang rendah maka tidak bisa

dipungkiri bahwa akan menghambat perkembangan seseorang atau penerimaan

informasi tentang kesehatan beserta nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Individu

dengan pendidikan yang tinggi, maka pengetahuannya juga akan semakin luas,

sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan. Namun tidak selamanya

pengetahuan seseorang bisa menghindarkan dirinya dari kejadian yang tidak

diinginkan, misalnya perawat yang pengetahuannya baik tidak selamanya


6

melaksanakan keselamatan pasien dengan baik karena segala tindakan yang

dilakukan berisiko terjadi kesalahan. Pengetahuan perawat tentang Surgical Safety

Checklist di Ruang Operasi menunjukan bahwa Semakin tinggi tingkat pendidikan

maka daya serapnya terhadap informasi menjadi semakin baik. (9) Selain itu tingkat

pendidikan yang semakin tinggi, maka pola pikirnya juga akan semakin baik

sehingga akan menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan dalam analisis yang

lebih baik. perawat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki

tingkat pengetahuan yang baik. Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan seorang perawat bervariasi tergantung tingkat pendidikan yang

dimiliki. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dari ilmu keperawatan, kedalaman

dan luasnya ilmu pengetahuan akan mempengaruhi kemampuan perawat untuk

berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan. Ini diartikan bahwa semakin

tinggi tingkat pengetahuan perawat maka kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety

Checklist di ruang Operasi juga akan meningkat. Pengetahuan perawat juga tidak

lepas dari hasil pengembangan dari pelatihan. Pelatihan dan pengetahuan ini berjalan

beriringan dimana pelatihan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pelatihan

seperti bantuan hidup dasar dan bedah dasar merupakan syarat mutlak bagi seorang

perawat di ruang operasi. Pelatihan bedah dasar mengajarkan perawat bagaimana

proses persiapan, kegiatan operasi, komunikasi efektif, serta patient safety. Semua

pelatihan yang diberikan menjadi dasar bagi perawat dalam melaksanakan Surgical

safety Checklist.(10) Hal yang menyebabkan rendahnya pengisian checklist ini adalah

kurangnya pelatihan sebelumnya dan kurangnya kerjasama diantara anggota tim

operasi. Keberhasilan penerapan Surgical Safety Checklist tergantung pada pelatihan


7

staf untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan. Tidak dapat diasumsikan

bahwa pengenalan checklist secara otomatis akan mengarahkan pada hasil yang lebih

baik. Selain itu komunikasi dengan staf sangat penting untuk memperbaiki

kepatuhan.(6)

Beban kerja juga dipengaruhi oleh waktu pembedahan. Waktu Operasi yang

lama, maka perawat harus berdiri lama sewaktu operasi, berjalan selama operasi bila

menjadi perawat sirkuler, lebih lama menarik bagian tubuh pasien saat operasi bagi

perawat instrumen atau asisten operator, harus mengingat jumlah kasa, jarum, dan

alat, serta perawat dituntut untuk berpikir secara fokus sampai operasi selesai. Hal-

hal tesebut dapat memicu kelelahan fisik perawat tersebut. Sesuai dengan pernyataan
(5)
beban kerja yang tinggi pada perawat kamar bedah dapat dipengaruhi dari dimensi

kerja fisik dan juga dapat dipengaruhi dimensi kognitif. Kemudian adanya shift cito

(on call), perawat kamar bedah dituntut untuk datang ke rumah sakit diwaktu

kapansaja, bisa malam hari maupun dini hari .(11) Dengan adanya sift cito yaitu operasi

yang memerlukan tindakan cepat dan tepat dapat meningkatkan beban kerja. Terlalu

banyak tekanan dapat membebani fisik dan mental seseorang sehingga

mengakibatkan penurunan kinerja dikamar operasi.(6)

Hasil studi pendahuluan di RS AR Bunda pada tangggal 1 Oktober dengan

metode observasi dan wawancara dengan kepala ruang kamar operasi tahun 2023

rata-rata perawat bedah dan anestesi belum semua melaksanakan pengisian SSC

terutama pada fase time Out, dari semua perawat yang telah mengikuti pelatihan

surgical safety cheklist hampir 50% sudah mengikuti pelatihan internal rumah sakit

hanya saja terakhir dilakukan tahun 2019, dengan adanya operasi yang sering terjadi
8

bersama-sama antara operasi bedah, kebidanan, mata, orthopedy dan tht dengan

pasien yang dalam waktu satu hari bisa mencapai 20-30 tindakan operasi dengan

operasi yang bersamaan membuat beban kerja semakin berat ditambah dengan jenis

administrasi yang harus dirinci dan dilengkapi, mengatakan bahwa rumah sakit telah

diterapkan pencegahan cidera pada pasien yang akan menjalankan operasi dengan

memberlakukan penerapan Surgical Safety Checklist sejak lima tahun yang lalu tetapi

belum 100% dilakukan dengan baik. Dikatakan perawat bedah baru 81% melakukan

Surgical Safety Checklist.(39)

Berdasarkan kasus tersebut, maka peran perawat dalam penerapan SSC akan

membantu mengurangi angka kejadian insiden. Untuk kasus di kota prabumulih

belum didapatkan data secara pasti, namun keluhan akan insiden keselamatan pasien

sering disampaikan baik oleh perawat atau pasien. Keselamatan pasien terutama

dikamar operasi menjadi masalah terbesar dikarenakan pada saat tindakan operasi,

keselamatan pasien tergantung total pada penanganan tenaga medis dan perawat di

ruang operasi. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan SSC

(Surgical Safety Cheklist) di kamar operasi RS AR Bunda Prabumulih tahun 2023?”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut : apakah ada faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan

Surgical Safety Checklist di kamar operasi di RS AR Bunda Prabumulih tahun

2023?”
9

C. TujuanPenelitian

1. TujuanUmum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan

Surgical Safety Checklist dikamar operasi rumah sakit AR Bunda Prabumulih

tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi faktor pendidikan terkait kepatuhan

penerapan surgical safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda

Prabumulih Tahun 2023

b. Mengetahui distribusi faktor pengetahuan terkait kepatuhan penerapan

surgical safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda

PrabumulihTahun 2023

c. Mengetahui distribusi faktor sikap terkait kepatuhan penerapan surgical

safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda Prabumulih Tahun 2023

d. Mengetahui distribusi faktor motivasi terkait kepatuhan penerapan

surgical safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda Prabumulih

Tahun 2023

e. Mengetahui hubungan faktor pendidikan dengan kepatuhan penerapan

surgical safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda Prabumulih

Tahun 2023

f. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penerapan

surgical safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda Prabumulih

Tahun 2023
10

g. Mengetahui hubungan sikap dengan kepatuhan penerapan surgical

safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda Prabumulih Tahun

2023.

h. Mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan penerapan surgical

safety checlist di Kamar Operasi RS AR Bunda Prabumulih tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini tidak menghasilkan teori baru hanya memberikan informa

si terhadap teori-teori yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan k

epatuhan penerapan surgical safety checlist dikamar operasi RS AR Bunda Prabumul

ih tahun 2023. Tetapi dalam penelitian ini tidak memberikan manfaat dalam menghas

ilkan teori baru.

2. Manfaat Metodologi

Hasil penelitian tesebut memberikan manfaat atau kontribusi bagi peneliti

sebelumnya, namun diharapkan bahwa hasil penelitian ini perlu pembuktian lebih

lanjut pada penelitian berikutnya yang lebih menguraikan lebih banyak terhadap

komponen variabel faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan surgical

safety checlist dikamar operasi rumah sakit. Peneliti juga berharap hasil penelitian ini

dapat menjadi suatu bahan pertimbangan atau acuan untuk riset selanjutnya.

3. Manfaat Praktis

Dapat menerapkan teori dan praktik keperawatan tentang faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan penerapan surgical safety checlist dikamar operasi

rumah sakit.
11

E. Ruang lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini mengambil objek penelitian pada perawat bedah yaitu

perawat bedah umum, perawat bedah THT, perawat bedah orthopedy, perawat bedah

mata, perawat bedah obgin, perawat bedah anak dan perawat anestesi terkait

kepatuhan penerapan surgical safety checlist di ruang kamar operasi RS AR Bunda

Prabumulih 2023 dan peneliti melakukan penelitian pada bulan Januari hingga bulan

Februari 2024. Peneliti juga berfokus pada penerapan surgical safety checlist di

ruang kamar operasi RS AR Bunda Prabumulih pada aspek kepatuhan.

Penerapan surgical safety checklist yang biasa dilakukan kepada semua

pasien yang akan dilakukan tindakan operasi, yang langsung diterapkan oleh perawat

bedah dan perawat anestesi yang bertanggung jawab terhadap penerapan surgical

safety checklist dikamar operasi. Namun adakalanya perawat tidak mengindahkan

penerapan surgical safety checklist dikamar operasi, padahal ada beberapa faktor

penting yang menjadi pokok yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko

terjadinya masalah dari prosedur pembedahan, dan harus diterapkan sehari hari

dalam melakukan tindakan operasi. Akan tetapi penerapan surgical safety checklist

tersebut masih saja banyak perawat bedah dan anestesi yang mengabaikan

kepatuhanya dikamar operasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Surgical Safety Cheklist

1. Pengertian Surgical Safety Cheklist

Surgical Safety Cheklist (SSC) merupakan bagian dari Safe Surgery Saves

Lives yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh

tim bedah di ruang operasi. Surgical Safety Cheklist (SSC) adalah sebuah daftar pe

riksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Sur

gical Safety Cheklist (SSC) merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien

yang digunakan oleh tim bedah di ruang operasi. Tim bedah terdiri dari perawat, d

okter bedah, anestesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap ite

m yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari sign in, time out, sign out sehingg

a dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan.(12)

Dalam pelaksanaan prosedur surgical safety checklist operasi meliputi tiga

fase yaitu (13):

A. Pelaksanaan Sign In

Sign In adalah prosedur yang dilakukan sebelum induksi anastesi prosedur

Sign In idealnya dilakukan oleh tiga komponen, yaitu pasien (bila kondisi sadar/m

emungkinkan), perawat anastesi , dan dokter anastesi.(7)

Pada fase Sign In dilakukan konfirmasi berupa identitas pasien, sisi operasi

yang sudah tepat dan telah ditandai, apakah mesin anastesi sudah berfungsi, apaka

h pulse oksimeter pada pasien berfungsi, serta faktor resiko pasien seperti apakah a

da reaksi alergi, resiko kesulitan jalan nafas, dan adanya resiko kehilangan darah le

12
13

bih dari 500ml. Langkah-langkah Surgical Safety Cheklist (SSC) yang harus dikon

firmasi saat pelaksanaan Sign In adalah(13):

a) Konfirmasi identitas pasien

Koordinator Checklist secara lisan menegaskan identitas pasien, jenis prose

dur pembedahan, lokasi operasi, serta persetujuan untuk dilakukan operasi. Langk

ah ini penting dilakukan agar petugas kamar operasi tidak salah melakukan pembe

dahan terhadap pasien, sisi, dan prosedur pembedahan. Bagi pasien anak-anak atau

pasien yang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi dapat dilakukan kepada pi

hak keluarga, itulah mengapa dilakukan konfirmasi kepada pasien sebelum pembe

dahan.(14)

b) Konfirmasi sisi pembedahan

Koordinator Checklist harus mengkonfirmasi kalau ahli bedah telah melak

ukan penandaan terhadap sisi operasi bedah pada pasien (biasanya menggunakan

marker permanen) untuk pasien dengan kasus lateralitas (perbedaan kanan atau kir

i) atau beberapa struktur dan tingkat (misalnya jari tertentu, jari kaki, lesi kulit, ve

rtebrata) atau tunggal (misalnya limpa). Penandaan yang permanen dilakukan dal

am semua kasus, bagaimanapun, dan dapat memberikan ceklist cadangan agar dap

at mengkonfirmasi tempat yang benar dan sesuai prosedur

c) Persiapan mesin pembedahan dan anestes

Koordinator Checklist melengkapi langkah berikutnya dengan meminta ba

gian anastesi untuk melakukan konfirmasi penyelesaian pemeriksaan keamanan an

astesi, dilakukan dengan pemeriksaan peralatan anastesi, saluran untuk pernafasan

pasien nantinya (oksigen dan inhalasi), ketersediaan obat-obatan, serta resiko pada
14

pasien setiap kasus.(15)

d) Pengecekan pulse oximetri dan fungsinya

Koordinator Checklist menegaskan bahwa pulse oksimetri telah ditempatka

n pada pasien dan dapat berfungsi benar sebelum induksi anastesi. Idealnya pulse

oksimetri dilengkapi sebuah sistem untuk dapat membaca denyut nadi dan saturasi

oksigen, pulse oksimetri sangat direkomendasikan oleh WHO dalam pemberian an

astesi, jika pulse oksimetri tidak berfungsi atau belum siap maaka ahli bedah anast

esi harus mempertimbangkan menunda operasi sampai alat-alat sudah siap sepenu

hnya(13)

e) Konfirmasi tentang alergi pasien

Koordinator Checklist harus mengarahkan pertanyaan ini dan dua pertanya

an berikutnya kepada ahli anastesi. Pertama, koordinator harus bertanya apakah p

asien memiliki alergi? Jika iya, apa itu?

Jika koordinator tidak tahu tentang alergi pada pasien maka informasi ini h

arus dikomunikasikan

a. Konfirmasi Resiko Operasi

Ahli anastesi akan menulis apabila pasien memiliki kesulitan jalan nafas pa

da status pasien, sehingga pada tahapan Sign In ini tim bedah dapat mengetahuinya

dan mengantisipasi pemakaian jenis anastesi yang digunakan. Resiko terjadinya as

pirasi dievaluasi sebagai bagian dari penilaian jaln nafas sehingga apabila pasien m

emiliki gejala refluks aktif atau perut penuh, ahli anastesi harus mempersiapkan ke

mungkianan terjadi aspirasi. Resiko aspirasi dapat dikurangi dengan cara memodif

ikasi rencana anastesi, misalnya menggunakan teknik induksi cepat dan dengan ba
15

ntuan asisten memberikan tekanan krikoid selama induksi untuk mengantisipasi as

pirasi pasien yang telah dipuasakan enam jam sebelum operasi(13)

b. Konfirmasi resiko kehilangan darah lebih dari 500 ml (700ml/kg pada anak-an

ak)

Dalam langkah keselamatan, koordinator Checklist meminta tim anastesi m

emastikan apa ada resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter darah selama o

perasi karena kehilangan darah merupakan salah satu bahaya umum dan sangat pe

nting bagi pasien bedah, dengan resiko syok hipovolemik terjadi ketika kehilangan

darah 500ml (700ml/kg pada anakanak), Persiapan yang memadai daoat dilakukan

dengan perencanaan jauh-jauh hari dan melakukan resusitasi cairan saat pembedah

an berlangsung(13)

B. Pelaksanaan Time Out

Time Out adalah prosedur keselamatan pembedahan pasien yang dilakukan

sebelum dilakukan insisi kulit, Time Out dikoordinasi oleh salah satu dari anggota

petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Time Out setiap petugas kamar

operasi memeperkenalkan diri dan tugasnya, ini bertujuan agar diantara petugas o

perasi dapat saling mengetahui dan mengenal peran masing-masing. Sebelum mela

kukan insisi petugas kamar operasi dengan suara keras akan mengkonfirmasi mere

ka melakukan operasi dengan benar, pasien yang benar, serta mengkonfirmasi bah

wa antibiotik profilaksis telah diberikan minimal 60 menit sebelumnya (12)

Langkah-langkah Surgical Safety Cheklist (SSC) yang harus dikonfirmasi s

aat pelaksanaan Time Out adalah (13):

1. Konfirmasi nama dan peran anggota tim


16

Konfirmasi dilakukan dengan cara semua anggota tim memperkenalkan na

ma dan perannya, karena anggota tim sering berubah sehingga dilakukan manajem

en yang baik yang diambil pada tindakan dengan resiko tinggi seperti pembedahan.

Koordinator harus mengkonfirmasi bahwa semua orang telah diperkenalkan terma

suk staf, mahasiswa, atau orang lain.

a) Anggota tim operasi melakukan konfirmasi secara lisan identitas pasien, sisi

yang akan dibedah, dan prosedur pembedahan Koordinator Surgical Safety

Checklist akan meminta semua orang berhenti dan melakukan konfirmasi i

dentitas pasien, sisi yang kan dilakukan pembedahan, dan prosedur pembed

ahan agar tidak terjadi kesalahan selama proses pembedahan berlangsung. Seb

agai contoh, perawat secara lisan mengatakan “sebelum kita melakukan say

atan pada kulit (Time Out) apakah semua orang setuju bahwa ini adalah p

asien X?, mengalami Hernia Inguinal kanan?”. Ahli anastesi, ahli bedah, d

an perawat secara eksplisit dan individual mengkonfirmasi kesepakatan, jika

pasien tidak dibius akan lebih mudah membantu baginya untuk mengkonfi

rmasi hal yang sama (13).

b) Konfirmasi antibiotik profilaksis telah diberikan 60 menit terakhir Koordinato

r Checklist akan bertanya dengan suara keras apakah antibiotik profilaksis t

elah diberikan dalam 60 menit terakhir, anggota tim yang bertanggung jawab

dalam pemberian antibiotik profilaksis adalah ahli bedah, dan harus membe

rikan konfirmasi secara verbal. Jika antibiotik profilaksis telah diberikan 60

menit sebelum, tim harus mempertimbangkan pemberian ulang pada pasien


(13)
17

2. Antisipasi Peristiwa kritis

Untuk memastikan komunikasi pada pasien dengan keadaan kritis, koordin

aor Checklist akan memimpin diskusi secara cepat antara ahli bedah, ahli anastes

i, dan perawat terkait bahaya kritis dan rencana selama pembedahan(4). Hal ini dapa

t dilakukan dengan meminta setiap pertanyaan langsung dijawab, urutan diskusi ti

dak penting, tetapi masing- masing disiplin klinis saling berkomunikasi, isi diskusi

meliputi:

a. Untuk dokter bedah : langkah kritis apa, berapa lama kasus ini dilakukan, dan b

agaimana antisipasi kehilangan darah

b. Diskusi langkah-langkah kritis ini dimaksutkan untuk meminimalkan resiko pe

mbedahan. Semua anggota tim mendapat informasi tentang resiko kehilangan d

arah, cidera, morbiditas. Kesempatan ini juga dilakukan untuk meninjau langka

h-langkah yang mungkin memerlukan peralatan khusus, implan, atau persiapan

yang lainnya.

c. Untuk dokter anastesi : kekhawatiran pada pasien yang mungkin terjadi (13)

d. Pada pasien dengan resiko untuk kehilangan darah besar, ketidakstabilan hemo

dinamik, atau morbiditas (seperti penyakit jantung, paru, aritmia, kelainan dara

h, dll), anggota tim anastesi harus meninjau ulang rencana spesifik dan kekhaw

atiran untuk resusitasi khususnya. Dalam diskusi ini dokter anastesi cukup men

gatakan, “saya tidak punya perhatian khusus mengenai hal ini”

e. Untuk perawat : konfirmasi sterilitas (termasuk hasil indikator) Masalah perala

tan atau masalah apapun.

f. Perawat menanyakan kepada ahli bedah apakah alat-alat yang diperlukan sudah
18

diperlukan sehingga perawat dapat memastikan instrumen di kamar operasi tela

h steril dan lengkap(16)

g. Pemeriksaan penunjang berupa foto perlu ditampilkan di kamar operasi Ahli be

dah memberi keputusan apakah foto penunjang diperlukan dalam pelaksanaan o

perasi atau tidak (13)

C. Pelaksanaan Sign Out

Sign Out adalah prosedur keselamatan pembedahan yang dilakukan oleh pe

tugas kamar operasi sebelum penutupan luka, dikoordinasi oleh salah satu anggota

petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Sign Out akan dilakukan review

tindakan yang telah dilakukan sebelumnya, dilakukan juga pengecekan kelengkapa

n spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen, kerusakan alat a

tau masalah yang perlu ditangani, selanjutnya langkah akhir adalah memusatkan p

erhatian pada manajemen post-operasi serta pemulihan pasien sebelum dipindah d

ari kamar operasi (12)

Pemeriksaan keamanan ini harus diselesaikan sebelum pasien meninggalka

n kamar operasi, tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer informasi penting k

epada tim perawatan yang bertanggung jawab untuk pasien setelah pembedahan.

Langkah-langkah Surgical Safety Cheklist (SSC) yang harus dikonfirmasi saat pe

laksanaan Sign Out adalah (13):

1. Review pembedahan

Koordinator Checklist harus mengkonfirmasikan dengan ahli bedah dan tim

apa prosedur yang telah dilakukan, dapat dilakukan dengan pertanyaan, “apa prose
19

dur yang telah dilakukan?” atau sebagai konfirmasi, “kami melakukan prosedur X,

benar?”

2. Penghitungan instrumen, spons, dan jumlah jarum

Perawat harus mengkonfirmasi secara lisan kelengkapan akhir instrumen, s

pons, dan jarum, dalam kasus rongga terbuka jumlah instrumen dipastikan harus le

ngkap, jika jumlah tidak lengkap maka tim harus waspada sehingga dapat mengam

bil langkah (seperti memeriksa tirai, sampah, luka, atau jika perlu mendapatkan ga

mbar radiografi) (13).

3. Pelabelan spesimen

Pelabelan digunakan untuk pemeriksaan dianostik patologi. Salah melakuk

an pelabelan berpotensi menjadi bencana untuk pasien dan terbukti menjadi salah s

atu penyebab error pada laboratorium. Perawat sirkuler harus mengkonfirmasi den

gan benar dari setiap spesimen patologis yang diperoleh selama prosedur dengan

membacakan secara lisan nama pasien, deskripsi spesimen, dan setiap tanda berori

entasi.

4. Konfirmasi masalah peralatan

Apakah ada masalah peralatan di kamar operasi yang bersifat universa

l sehingga koordinator harus mengidentifikasi peralatan yang bermasalah agar inst

rumen atau peralatan yang tidak berfungsi tidak menganggu jalannya pembedahan

di lain hari.

Ahli bedah, ahli anastesi, dan perawat meninjau rencana pemulihan dan pe

ngelolaan pasien sebelum pasien keluar dari ruang operasi maka anggota tim beda

h memberikan informasi tentang pasien kepada perawat yang bertanggung jawab d


20

i ruang pemulihan (recovery room), tujuan dari langkah ini adalah transfer efisien

dan tepat informasi penting untuk seluruh tim (13)

Dengan langkah terakhir ini, Checklist WHO selesai, jika diinginkan Chec

klist dapat ditempatkan dalam catatan pasien atau perlu dipertahankan untuk kualit

as ulasan jaminan (17)

1) Tujuan Surgical Safety Cheklist

Adapun tujuan dari Surgical Safety Cheklist yaitu:

a. Tujuan utama

Untuk menciptakan perilaku tim pembedahan dan lingkungan yang aman b

agi pasien, serta memperkuat praktik keselamatan dan mendorong komunikasi yan

g lebih baik dan kerja tim antara disiplin klinis.

b. Tujuan Khusus

a) Tim pembedahan dipastikan melakukan pembedahan pada tepat penderita

dan tepat lokasi.

b) Tim pembedahan dipastikan melakukan metode anestesi yang mencegah rasa

sakit bagi penderita.

c) Tim pembedahan telah mengenali dan melakukan persiapan yang efektif dala

m pencegahan dan penanganan terjadinya gangguan airway dan breathing.

d) Pembedahan telah mengenali, melakuakn pencegahan dan antisipasi penanga

nan yang efektif terhadap resiko perdarahan (circulation).

e) Tim pembedahan telah mengetahui dan menghindari serta antisipasi penanga

nan terjadinya reaksi alergi maupun efek samping obat yang berat, yang poten
21

sial terjadi pada pasien.

f) Tim pembedahan secara konsistenmenerapkan metode aseptik, guna mencega

h timbulnya infeksi luka operasi.

g) Tim pembedahan selalu menghindari terjadinya ketertinggalan alat atau benda

habis pakai pada daerah operasi.

h) Tim pembedahan selalu menjaga dan melakukan identifikasi yang tepat terhad

ap spesimen hasil pembedahan.

i) Tim selalu melakukan komunikasi dan pertukaran informasi yang penting dala

m upaya melakukan operasi yang aman.

j) Rumah sakit dan public health system selalu secara rutin melakukan surveyla

nce terhadap kapasitas, volume dan hasil serta

k) Komplikasi dari pembedahan dan anestesi (surgical and anesthe

sia vital statistic) yang dilakukan (13)

2) Pengukuran Surgical Safety Cheklist

Pengukuran Surgical Safety Cheklist dilakukan dengan menggunakan instr

umen yang dilakukan berdasarkan tahapan pelaksanaan Surgical Safety.(18) Adapu

n instrumen yang digunakan diuraikan pada gambar berikut:

Gambar 1. Surgical Safety Cheklist (13)


22

RUMAH SAKIT AR. BUNDA PRABUMULIH


JL. ANGKATAN 45 KEL. GUNUNG IBUL
Telp. (0713) 322954 Fax. (0713) 323895
PRABUMULIH SUM-SEL 31121
CHEKLIST KESELAMATAN NO RM : .........................................................
PASIEN OPERASI NAMA : ......................................................... ( L / P )
TANGGAL LAHIR : ..........................................................
Ruang Rawat : Diagnosa : Tgl Operasi : Operasi :
SIGN IN Jam : ..........WIB TIME OUT Jam : .......WIB SIGN OUT
Oleh : Tim Anestesi Oleh : Tim Bedah dan Tim Anestesi Oleh : Perawat Bedah, Op
SEBELUM INDUKSI ANESTESI SEBELUM INSISI KULIT SEBELUM PASIEN MENINGGA
1. Apakah pasien sudah dikonfirmasi / dijelaskan 1. ¨ Perkenakan diri semua Team (Bedah dan Anestesi) kepada 1. Perawat bedah mereview :
a. Identitas Pasien, nama dan peran Jenis operasi yang telah dilakuka
b. Sisi Pembedahan 2. ¨ Pastikan kepada seluruh Tim dengan suara lantang bahwa : Memastikan jumlah instrumen, k
c. Prosedur yang akan dikerjakan a. Identitas pasien, nama dan peran.
d. Inform Consent b. Jenis operasi sudah tepat Nama Jumlah Ju
¨ YA “Tidak c. Sisi insisi operasi sudah benar
2. Apakah sisi / tempat pembedahan sudah diberi tanda ? 3. Antibiotik propilaksis sudah diberikan 60 menit sebelum operasi. Alat Sebelum In
¨ Ya ¨ Tidak Bisa Dilakukan ¨ YA ¨ TIDAK
Jarum
3. Apakah mesin anestesi sudah siap dan obat anestesi su 4. Antisipasi keadaan kritis :
dah lengkap ? a. Operator menjelaskan kepada Tim : Kasa
¨ Ya ¨ Tidak ¨ Kemungkinan KTD dan antisipasi
4. Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi ¨ Lama operasi bila ada KTD
? ¨ Antisipasi bila berdarahan banyak b. Kepada Tim : Pemberian label pada spesimen be
¨ Ya ¨ Tidak ¨ Kemungkinan timbul kondisi buruk pada pasien dan antisipa Melaporkan adanya kerusakan ala
5. Apakah pasien ada riwayat alergi ? c. Perawat menjelaskan kepada Tim : operasi
¨ Ya ¨ Tidak ¨ Instrumen operasi sudah steril dan siap
6. Apakah ada penyulit airway dan resiko aspirasi ? ¨ Alkes dan perlengkapan lain sudah siap 2. Tim Bedah dan Tim Anestesi :
¨ Tidak ¨ Ya, Peralatan dan Asisten Tersedia 5. Apakah hasil pemeriksaan Radiologi sudah dipasang Menyampaikan program penge
7. Apakah ada resiko perdarahan > 500 cc (7 cc/kgBB u ¨ YA ¨ TIDAK pada masa pemulihan sebelum
ntuk anak-anak)
¨ Tidak
¨ Ya, infus 2 jalur / cpv dan cairan sudah disiapkan
DokterAnestesi Perawat Anestesi Dokter Operator Dokter Anestesi Perawat Anestesi Operator Dokter Ane

….……………. …………….. ….…………… ……………….. ………………… ….……… ……………

Gambar 2. Cheklist Keselamatan Pasien Operasi


23

3) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penerapan

A. Surgical Safety Cheklist

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan Surgical

Safety Cheklist antara lain: (19)

a. Faktor Pengetahuan Perawat

1) Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakuk

an pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra ma

nusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedo

man dalam membentuk tindakan seseorang.(20)

Pengetahuan perawat tentang Surgical Safety Checklist di Ruang Operasi

menunjukan bahwa Semakin tinggi tingkat pendidikan maka daya serapnya


(21)
terhadap informasi menjadi semakin baik . Selain itu tingkat pendidikan yang

semakin tinggi, maka pola pikirnya juga akan semakin baik sehingga akan

menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan dalam analisis yang lebih baik.

perawat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat

pengetahuan yang baik. Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan

seorang perawat bervariasi tergantung tingkat pendidikan yang dimiliki. Hal ini

berkaitan dengan perkembangan dari ilmu keperawatan, kedalaman dan luasnya

ilmu pengetahuan akan mempengaruhi kemampuan perawat untuk berpikir kritis

dalam melakukan tindakan keperawatan. Ini diartikan bahwa semakin tinggi


24

tingkat pengetahuan perawat maka kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety

Checklist di ruang Operasi juga akan meningkat.(15)

2) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 ting

kat, yakni :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) ter

hadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan pro

tein pada anak balita.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara bena

r tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara b

enar.Contoh, menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang di

pelajari.Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang tel

ah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).Aplikasi di sini dapat diarti

kan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggu

nakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masa

lah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pe

mecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.


25

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu ob

yek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisas

i tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dap

at dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau mengh

ubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya:

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi ata

u penilaian terhadap suatu materi atau objek.evaluasi dilakukan dengan mengguna

kan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada(22).

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal.(5)

1) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang

diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indone

sia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menja
26

di kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seum

ur hidup.

2) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi te

rhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cuku

p dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai den

gan apa yang diharapkan.

3) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang.Tidak adanya s

uatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap neg

atif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman p

ribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emo

si, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

4) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. S

emakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matan

g dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang le

bih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewas

aannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin t

ua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah

yang dihadapi

b. Faktor External.(23)
27

1) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan st

atus ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan statu

s ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk

kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

2) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahua

n seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kogn

itif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.Pesan-pesan sugestif dibawa

oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.Pendekatan ini biasanya diguna

kan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpen

garuh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.

3) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam p

embentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.(23)

C. Konsep Sikap

Sikap adalah suatu respons atau reaksi yang masih tertutup terhadap suatu s

timulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsir

kan. Sikap adalah kecendrungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkel

akuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasa
28

an terhadap objek tersebut (24). Sikap ialah reaksi yang bersifat emosional terhada

p stimulus sosial. Sikap adalah suatu kecendrungan untuk merespons, baik secara

positif maupun negatif, terhadap seseorang, situasi, ataupun suatu objek tertentu(25).

Sikap dapat diartikan sebagai suatu penilaian emosional atau efektif (berupa perasa

an senang, benci, dan sedih), kognitif atau pengetahuan tentang suatu objek, dan k

onatif atau kecendrungan bertindak.

Perwujudan sikap tidak dapat dilihat langsung, namun terlebih dahulu ditaf

sirkan dari perilaku yang tertutup(26). Sikap dianggap belum berupa suatu aktivitas a

tau tindakan, tetapi kecendrungan atas tindakan dari sebuah perilaku. Sikap masih

menjadi suatu reaksi tertutup terhadap perilaku-perilaku kesehatan yang dikenalka

n. Sikap dapat juga berupa kesiapan untuk melakukan reaksi terhadap perilaku kes

ehatan.

D. Karakteristik Sikap

karakteristik sikap antara lain(23):

a. Sikap merupakan kecenderungan berfikir, berpersepsi dan bertindak.

b. Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi).

c. Sikap relatif lebih menetap, dibanding emosi dan pikiran.

d. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek, dan mempu

nyai 3 komponen, yakni:

a) Komponen kognitif (komponen perceptual) Komponen kognitif adalah aspe

k intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Kompone

n kognitif ini adalah olahan pikiran manusia atau seseorang terhadap kondis
29

i eksternal atau stimulus, yang menghasilkan pengetahuan.

b)Komponen afektif (komponen emosional) Komponen efektif adalah aspek e

mosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui man

usia. Setelah seseorang mempunyai pemahaman atau pengetahuan terhadap

stimulus atau kondisi eksternalnya, maka selanjutnya akan mengolahnya lag

i dengan melibatkan emosionalnya. Hasilnya adalah penilaian atau pertimba

ngan terhadap pengetahuan tersebut.

c) Komponen konatif (komponen perilaku) Komponen konatif adalah aspek vi

sional yang berhubungan dengan kecendrungan atau kemauan bertindak.

E. Komponen Pokok Sikap

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaim

ana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap obj

ek.

c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupa

kan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adala

h merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.(23) ko

mponen utama sikap antara lain: Kesadaran, Perasaan dan Perilaku.(27)

3. Kategori Sikap

Sikap terdiri dari :(28)

a. Menerima (receiving)
30

Sikap menerima merupakan sikap seseorang yang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan oleh para petugas kesehatan saat melakukan penyuluhan p

rogram kesehatan.

b. Merespon (responding)

Merespon adalah sikap yang memberikan tanggapan atau respons apaila pet

ugas kesehatan melemparkan pertanyaan, meminta bantuan dan kerjasamanya untu

k melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh petugas kesehatan. Se

baiknya petugas kesehatan jangan terlalu berorientasi terhadap jawaban ataupun ha

sil penugasan yang sempurna dan benar. Kesediaan warga untuk menjawab dan m

enyanggupi penugasan yang diberikan sudah cukup untuk melihat bahwa ide tenta

ng perilaku kesehatan yang dipromosikan telah diterima.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai adalah tindakan menghormati dan memandang penting suatu h

al. Kaitannya dengan promosi kesehatan adalah menghargai apa yang telah disamp

aikan oleh para petugas kesehatan dengan cara mendengarkan materi yang disamp

aikan. Bentuk menghargai dapat juga seperti mengajak orang lain mengerjakan ses

uatu hal yang telah dianjurkan ataupun mendiskusikan sesuatu permasalahan.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab diartikan sebagai sikap yang bersedia menanggung suat

u kewajiban atas pilihan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan yang telah dipil

ih.

4. Faktor yang mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah(29):


31

a. Pengalaman pribadi.

Apa yang telah dan kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi pe

nghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan o

bjek psikologis.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial ya

ng ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, akan banya

k mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

c. Pengaruh kebudayaan.

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menenamk

an garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pe

mbentukan opini dan kepercayaan orang.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar peng

ertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, gar

is pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh da

ri pendidikan.
32

f. Pengaruh faktor emosional.

Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan pen

galaman pribadi seseorang. Kadang- kadang suatu bentuk sikap merupakan pernya

taan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi

atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

B. Konsep Dasar Motivasi

1. Definisi

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang

berarti “menggerakan” (to move). Motivasi dalam manajemen pada umumnya han

ya diperuntukan pada sumber daya manusia dan khususnya untuk para bawahan.

Motivasi itu sendiri merupakan faktor yang paling menentukan bagi seorang pega

wai dalam bekerja. Meskipun kemempuan dari karyawan maksimal disertai denga

n fasilitas yang memadai, namun jika tidak ada motivasi untuk mendorong karyaw

an untuk bekerja sesuai tujuan maka pekerjaan tersebut tidak akan berjalan sesuai

dengan tujuan.

Beberapa pendapat mengenai motivasi menurut para ahli(27)mengemukakan

bahwa motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seoran

g manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumla

h kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan n

on moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif.

Pengertian motivasi adalah mempersoalkan bagaimana cara mendorong gai

rah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua ke

mampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan(7).


33

Berdasarkan definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa m

otivasi karyawan adalah dorongan dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang

untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentuka

n dalam sebuah organisasi.

2. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi kerja dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis motivasi dapat be

rsifat negatif dan positif, yakni:(4)

a. Motivasi Positif, yang kadang-kadang dinamakan orang “motivasi yang meng

urangi perasaan cemas” (anxiety reducting motivation) atau “pendekatan wort

el” (the carrot approach) di mana orang ditawari sesuatu yang bernilai (misal

nya imbalan berupa uang, pujian dan kemungkinan untuk menjadi karyawan t

etap) apabila kinerjanya memenuhi standar yang ditetapkan.(18)

b. Motifasi Negatif, yang sering kali dinamakan orang “ pendekatan tongkat pem

ukul” (the stick approach) menggunakan ancaman hukuman (teguranteguran,

ancaman akan di PHK, ancaman akan diturunkan pangkat dan sebagainya) an

daikata kinerja orang bersangkutan di bawah standar.

Masing-masing tipe (Motivasi) memiliki tempatnya sendiri di dalam organi

sasi-organisasi, hal mana tergantung dari situasi dan kondisi yang berkembang.(6)

3. Tujuan dan Manfaat Motivasi

Terdapat beberapa tujuan dan manfaat motivasi antara lain (10):

a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

b. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.

c. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan, meningkatkan kedisiplin


34

an karyawan.

d. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

e. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan.

f. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.

g. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

h. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku

Berdasarkan uraian diatas tujuan motivasi adalah untuk menggerakan dan meng

arahkan potensi dan tenaga kerja dan organisasi agar mau berhasil, sehingga dapat

mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik itu keing

inan karyawan ataupun keinginan organisasi.

4. Prinsi-Prinsip dalam Motivasi

Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan diantaranya yait

u:(7)

a. Prinsip Partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, karyawan perlu diberikan kesempatan ikut be

rpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip Komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usa

ha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah

dimotivasi kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (karyawan) mempunyai andil didalam u

saha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, karyawan akan lebih mu


35

dah di motivasi kerjanya.

d. Prinsip pendelegasian wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada karyawan bawah

an untuk sewaktu waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang

dilakukannya, akan membuat karyawan yang bersangkutan menjadi termotiv

asi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

e. Prinsip pemberi perhatian

Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan karyawan baw

ahannya, akan memotivasi karyawan bekerja apa yang diharapkan oleh pemi

mpin.

Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli diatas peneliti sampai p

ada pemahaman bahwa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan yaitu prinsip par

tisipasi, prinsip komunikasi, prinsip mengakui andil bawahan, prinsip pendelagasia

n wewenan dan prinsip pemberi perhatian.

5. Dimensi dan Indikator Motivasi

Dimensi dan Indikator motivasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
(6)
:

a. Dimensi kebutuhan akan prestasi (Need Achievment) yang terdiri dari emp

at indikator yaitu :

b. Kebutuhan untuk mengembangkan kreativitas

c. Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan

d. Kebutuhan mencapai prestasi tertinggi

e. Kebutuhan untuk bekerja secara efektif dan efisien


36

Dimensi kebutuhan akan afiliasi (Need Affiliation) yang terdiri dari tiga indi

kator yaitu :

1) Kebutuhan untuk diterima

2) Kebutuhan untuk menjalin hubungan baik antar karyawan

3) Kebutuhan untuk ikut serta dan bekerja sama.

4) Dimensi kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power) terdiri dari tiga indi

kator yaitu:

5) Kebutuhan untuk memberikan pengaruh

6) Kebutuhan untuk mengembangkan kekuasaan dan tanggung jawab.

7) Kebutuhan untuk memimpin dan bersaing

Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli diatas bahwa motivasi m

empunyai tiga dimensi, yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi, keb

utuhan akan kekuasaan memiliki 10 indikator.


37

C. Kerangka Teori

Adapun Kerangka Teori dalam Penelitian ini terdiri dari beberapa konsep yan

g diuraikan sesuai dengan skema sebagai berikut:

Faktor yang berhubungan:


1. Pendidikan
2. Pengetahuan
Perawat
3. Sikap
4. Motivasi

Tindakan Operatif

1. Sign In
Kepatuhan Penerapan Surgical Safety Cheklist
2. Time Out

3. Sign Out

Gambar 3. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Amirudin et Al (2018) : Azwar (2013) : Hasibuan dan malayu (2015) :


Klase et Al (2019) : WHO (2009)

Anda mungkin juga menyukai