PROPOSAL SKRIPSI
NOVITA DEWI
211000414201111
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) melalui World Alliance for Patient Safety
telah membuat Surgical Safety Checklist (selanjutnya disingkat SSC) sebagai alat
yang digunakan oleh para praktisi klinis dikamar bedah untuk meningkatkan
keamanan operasi, mengurangi kematian dan komplikasi akibat pembedahan .(1) WHO
melalui 3 (Tiga) tahap, masing-masing sesuai dengan alur waktunya yaitu saat
sebelum induksi anestesi (sign in), sebelum dilakukan insisi kulit (time out) dan
sebelum mengeluarkan pasien dari kamar operasi (sign out). Surgical Safety
Checklist tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan alat komunikasi praktis
intraoperatif dan post operatif.(2) Setiap praktik yang ingin menerapkan daftar periksa
penundaan waktu, pelatihan, kelupaan atau ketidaktahuan staf, dan kurangnya tingkat
kesalahan medis di seluruh rumah sakit Amerika Serikat tercatat sekitar 44.000 –
98.000 kejadian per tahun, dengan porposi kejadian tertinggi di kamar operasi. Di
IKP10 tahun 2019 dari RS yang melapor mengalami peningkatan sebanyak 7% dari
3
2019 di Indonesia mencapai 7465, dengan persentase jumlah insiden KNC (kejadian
nyaris cidera) 38%, KTC (kejadian tidak cidera) 31%, KTD (kejadian tak diinginkan)
31%, dan sentenail (cidera serius) 1%. Di Provinsi Sumatera Selatan menurut Komite
pelaporan IKP Rs di Provinsi Sumsel mencapai 5%. Dari data yang dilaporkan terjadi
KTD (kejadian tidak diinginkan) salah satunya pada bulan september ada insiden
keberadaan canul suction tersebut namun jawaban dari perawat bedah bagian
instrumen dan asisten mengatakan dari awal canul suction tersebut tidak terpasang,
karena operator merasa ragu maka operator melakukan photo rontgen terhadap pasien
post operasi ternyata canul suction tsb ada dalam perut pasien sehingga dilakukan
operasi ulang. 2 insiden KNC (kejadian nyaris cidera) salah satunya pada bulan juni
ada insiden kejadian nyaris cidera berkenaan dengan mark lokasi operasi terhadap
pasien hernia, pada saat sedang dilakukan edukasi oleh perawat bedah pasien ditanya
dimanakah bagian yang akan di operasi kanan atau kiri namun pasien tidak tahu
bagian mana yang akan dioperasi. 1 insiden KTC (kejadian tidak cidera) pada bulan
desember ada insiden kejadian tidak cidera, perawat bedah melakukan injeksi
antibiotik profilaksis tanpa melakukan skin test dan menanyakan riwayat alergi
kepada pasien saat memasukan obat antibiotik tersebut, setelah diingat ternyata
4
pasien tadi belum diedukasi saat dilakukan tindakan injeksi antibiotik tersebut,
namun tidak ada efek reaksi alergi yang terjadi terhadap pasien tersebut. (39) Akibat
dari terjadinya insiden ini berdampak terhadap kepercayaan pasien terhadap kualitas
rumah sakit, berakibat kunjungan pasien berkurang karena insiden yang terjadi.
Dampak untuk rumah sakit menyebabkan bertambahnya hari rawat sehingga biaya
melebihi standar biaya yang semestinya, dampak yang didapat dari insiden ini bagi
perawat bisa terkena sanksi SP, pemotongan gaji hingga sampai ke sanksi pidana.
dikarenakan pada saat tindakan operasi seperti terjadi kesalahan insisi pada sisi
operasi karena tidak dilakukan skin marker, kulit pasien terbakar karena cara
penempatan negativ netral kabel tidak tepat, ketinggalan benda asing di dalam rongga
tubuh karena penghitungan alat yang tidak konsisten dilakukan, sehingga bisa
dikatakan bahwa keselamatan pasien tergantung total pada penanganan tenaga medis
menurut WHO dikaitkan dengan perbaikan perawatan pasien yang sesuai dengan
standar proses keperawatan termasuk kualitas kerja tim perawat kamar operasi.
melaksanakan prosedur keselamatan pasien serta tim ruang operasi yang kompak.
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengisian ceklist keselamatan adalah tidak
pengisiannya, tidak mengisi perkiraan lama operasi dan perkiraan jumlah kehilangan
5
darah selama operasi sedangkan pada fase sign out tidak mengisi konfirmasi nama
tindakan operasi serta pengisian kelengkapan jumlah instrumen, kasa dan jarum
operasi.(5) Akibat dari insiden sendiri bagi karyawan yang tidak patuh dalam
melakukan Surgical Safety Checklist bisa mendapatkan sanksi baik yang terendah
sanksi lisan bahkan sampai ketindak pidana bila terjadi insiden yang fatal dan
pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku.(7) Pada penelitian lain ada yang
sikap .(40) Dari 3 tahapan penerapan SSC (sign in, time out dan sign out).(8) maka fase
sign out adalah fase yang paling banyak tidak dilakukan oleh perawat pada tindakan
operasi emergensi dan operasi elektif. Sementara itu penelitian lain mengatakan
bahwa ada beberapa faktor seperti pendidikan, pengetahuan dan motivasi yang
mempengaruhi penerapan SSC terutama pada fase time out oleh perawat.(6)
akan menimbulkan perubahan perilaku dalam dirinya, karna tidak dapat dipungkiri
kesehatan dan juga sebaliknya jika pendidikan seseorang rendah maka tidak bisa
dengan pendidikan yang tinggi, maka pengetahuannya juga akan semakin luas,
maka daya serapnya terhadap informasi menjadi semakin baik. (9) Selain itu tingkat
pendidikan yang semakin tinggi, maka pola pikirnya juga akan semakin baik
lebih baik. perawat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki
tingkat pengetahuan yang baik. Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan
dimiliki. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dari ilmu keperawatan, kedalaman
berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan. Ini diartikan bahwa semakin
tinggi tingkat pengetahuan perawat maka kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety
Checklist di ruang Operasi juga akan meningkat. Pengetahuan perawat juga tidak
lepas dari hasil pengembangan dari pelatihan. Pelatihan dan pengetahuan ini berjalan
seperti bantuan hidup dasar dan bedah dasar merupakan syarat mutlak bagi seorang
proses persiapan, kegiatan operasi, komunikasi efektif, serta patient safety. Semua
pelatihan yang diberikan menjadi dasar bagi perawat dalam melaksanakan Surgical
safety Checklist.(10) Hal yang menyebabkan rendahnya pengisian checklist ini adalah
bahwa pengenalan checklist secara otomatis akan mengarahkan pada hasil yang lebih
baik. Selain itu komunikasi dengan staf sangat penting untuk memperbaiki
kepatuhan.(6)
Beban kerja juga dipengaruhi oleh waktu pembedahan. Waktu Operasi yang
lama, maka perawat harus berdiri lama sewaktu operasi, berjalan selama operasi bila
menjadi perawat sirkuler, lebih lama menarik bagian tubuh pasien saat operasi bagi
perawat instrumen atau asisten operator, harus mengingat jumlah kasa, jarum, dan
alat, serta perawat dituntut untuk berpikir secara fokus sampai operasi selesai. Hal-
hal tesebut dapat memicu kelelahan fisik perawat tersebut. Sesuai dengan pernyataan
(5)
beban kerja yang tinggi pada perawat kamar bedah dapat dipengaruhi dari dimensi
kerja fisik dan juga dapat dipengaruhi dimensi kognitif. Kemudian adanya shift cito
(on call), perawat kamar bedah dituntut untuk datang ke rumah sakit diwaktu
kapansaja, bisa malam hari maupun dini hari .(11) Dengan adanya sift cito yaitu operasi
yang memerlukan tindakan cepat dan tepat dapat meningkatkan beban kerja. Terlalu
metode observasi dan wawancara dengan kepala ruang kamar operasi tahun 2023
rata-rata perawat bedah dan anestesi belum semua melaksanakan pengisian SSC
terutama pada fase time Out, dari semua perawat yang telah mengikuti pelatihan
surgical safety cheklist hampir 50% sudah mengikuti pelatihan internal rumah sakit
hanya saja terakhir dilakukan tahun 2019, dengan adanya operasi yang sering terjadi
8
bersama-sama antara operasi bedah, kebidanan, mata, orthopedy dan tht dengan
pasien yang dalam waktu satu hari bisa mencapai 20-30 tindakan operasi dengan
operasi yang bersamaan membuat beban kerja semakin berat ditambah dengan jenis
administrasi yang harus dirinci dan dilengkapi, mengatakan bahwa rumah sakit telah
diterapkan pencegahan cidera pada pasien yang akan menjalankan operasi dengan
memberlakukan penerapan Surgical Safety Checklist sejak lima tahun yang lalu tetapi
belum 100% dilakukan dengan baik. Dikatakan perawat bedah baru 81% melakukan
Berdasarkan kasus tersebut, maka peran perawat dalam penerapan SSC akan
belum didapatkan data secara pasti, namun keluhan akan insiden keselamatan pasien
sering disampaikan baik oleh perawat atau pasien. Keselamatan pasien terutama
dikamar operasi menjadi masalah terbesar dikarenakan pada saat tindakan operasi,
keselamatan pasien tergantung total pada penanganan tenaga medis dan perawat di
ruang operasi. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan SSC
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut : apakah ada faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan
2023?”
9
C. TujuanPenelitian
1. TujuanUmum
tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
PrabumulihTahun 2023
Tahun 2023
Tahun 2023
Tahun 2023
10
2023.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini tidak menghasilkan teori baru hanya memberikan informa
ih tahun 2023. Tetapi dalam penelitian ini tidak memberikan manfaat dalam menghas
2. Manfaat Metodologi
sebelumnya, namun diharapkan bahwa hasil penelitian ini perlu pembuktian lebih
lanjut pada penelitian berikutnya yang lebih menguraikan lebih banyak terhadap
safety checlist dikamar operasi rumah sakit. Peneliti juga berharap hasil penelitian ini
dapat menjadi suatu bahan pertimbangan atau acuan untuk riset selanjutnya.
3. Manfaat Praktis
rumah sakit.
11
Dalam penelitian ini mengambil objek penelitian pada perawat bedah yaitu
perawat bedah umum, perawat bedah THT, perawat bedah orthopedy, perawat bedah
mata, perawat bedah obgin, perawat bedah anak dan perawat anestesi terkait
Prabumulih 2023 dan peneliti melakukan penelitian pada bulan Januari hingga bulan
Februari 2024. Peneliti juga berfokus pada penerapan surgical safety checlist di
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi, yang langsung diterapkan oleh perawat
bedah dan perawat anestesi yang bertanggung jawab terhadap penerapan surgical
penerapan surgical safety checklist dikamar operasi, padahal ada beberapa faktor
penting yang menjadi pokok yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
terjadinya masalah dari prosedur pembedahan, dan harus diterapkan sehari hari
dalam melakukan tindakan operasi. Akan tetapi penerapan surgical safety checklist
tersebut masih saja banyak perawat bedah dan anestesi yang mengabaikan
TINJAUAN PUSTAKA
Surgical Safety Cheklist (SSC) merupakan bagian dari Safe Surgery Saves
Lives yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh
tim bedah di ruang operasi. Surgical Safety Cheklist (SSC) adalah sebuah daftar pe
riksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Sur
gical Safety Cheklist (SSC) merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien
yang digunakan oleh tim bedah di ruang operasi. Tim bedah terdiri dari perawat, d
okter bedah, anestesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap ite
m yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari sign in, time out, sign out sehingg
A. Pelaksanaan Sign In
Sign In idealnya dilakukan oleh tiga komponen, yaitu pasien (bila kondisi sadar/m
Pada fase Sign In dilakukan konfirmasi berupa identitas pasien, sisi operasi
yang sudah tepat dan telah ditandai, apakah mesin anastesi sudah berfungsi, apaka
h pulse oksimeter pada pasien berfungsi, serta faktor resiko pasien seperti apakah a
da reaksi alergi, resiko kesulitan jalan nafas, dan adanya resiko kehilangan darah le
12
13
bih dari 500ml. Langkah-langkah Surgical Safety Cheklist (SSC) yang harus dikon
dur pembedahan, lokasi operasi, serta persetujuan untuk dilakukan operasi. Langk
ah ini penting dilakukan agar petugas kamar operasi tidak salah melakukan pembe
dahan terhadap pasien, sisi, dan prosedur pembedahan. Bagi pasien anak-anak atau
hak keluarga, itulah mengapa dilakukan konfirmasi kepada pasien sebelum pembe
dahan.(14)
ukan penandaan terhadap sisi operasi bedah pada pasien (biasanya menggunakan
marker permanen) untuk pasien dengan kasus lateralitas (perbedaan kanan atau kir
i) atau beberapa struktur dan tingkat (misalnya jari tertentu, jari kaki, lesi kulit, ve
rtebrata) atau tunggal (misalnya limpa). Penandaan yang permanen dilakukan dal
am semua kasus, bagaimanapun, dan dapat memberikan ceklist cadangan agar dap
pasien nantinya (oksigen dan inhalasi), ketersediaan obat-obatan, serta resiko pada
14
n pada pasien dan dapat berfungsi benar sebelum induksi anastesi. Idealnya pulse
oksimetri dilengkapi sebuah sistem untuk dapat membaca denyut nadi dan saturasi
astesi, jika pulse oksimetri tidak berfungsi atau belum siap maaka ahli bedah anast
esi harus mempertimbangkan menunda operasi sampai alat-alat sudah siap sepenu
hnya(13)
Jika koordinator tidak tahu tentang alergi pada pasien maka informasi ini h
arus dikomunikasikan
Ahli anastesi akan menulis apabila pasien memiliki kesulitan jalan nafas pa
da status pasien, sehingga pada tahapan Sign In ini tim bedah dapat mengetahuinya
pirasi dievaluasi sebagai bagian dari penilaian jaln nafas sehingga apabila pasien m
emiliki gejala refluks aktif atau perut penuh, ahli anastesi harus mempersiapkan ke
mungkianan terjadi aspirasi. Resiko aspirasi dapat dikurangi dengan cara memodif
ikasi rencana anastesi, misalnya menggunakan teknik induksi cepat dan dengan ba
15
b. Konfirmasi resiko kehilangan darah lebih dari 500 ml (700ml/kg pada anak-an
ak)
emastikan apa ada resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter darah selama o
perasi karena kehilangan darah merupakan salah satu bahaya umum dan sangat pe
nting bagi pasien bedah, dengan resiko syok hipovolemik terjadi ketika kehilangan
darah 500ml (700ml/kg pada anakanak), Persiapan yang memadai daoat dilakukan
dengan perencanaan jauh-jauh hari dan melakukan resusitasi cairan saat pembedah
an berlangsung(13)
sebelum dilakukan insisi kulit, Time Out dikoordinasi oleh salah satu dari anggota
petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Time Out setiap petugas kamar
operasi memeperkenalkan diri dan tugasnya, ini bertujuan agar diantara petugas o
perasi dapat saling mengetahui dan mengenal peran masing-masing. Sebelum mela
kukan insisi petugas kamar operasi dengan suara keras akan mengkonfirmasi mere
ka melakukan operasi dengan benar, pasien yang benar, serta mengkonfirmasi bah
ma dan perannya, karena anggota tim sering berubah sehingga dilakukan manajem
en yang baik yang diambil pada tindakan dengan resiko tinggi seperti pembedahan.
a) Anggota tim operasi melakukan konfirmasi secara lisan identitas pasien, sisi
dentitas pasien, sisi yang kan dilakukan pembedahan, dan prosedur pembed
ahan agar tidak terjadi kesalahan selama proses pembedahan berlangsung. Seb
agai contoh, perawat secara lisan mengatakan “sebelum kita melakukan say
atan pada kulit (Time Out) apakah semua orang setuju bahwa ini adalah p
asien X?, mengalami Hernia Inguinal kanan?”. Ahli anastesi, ahli bedah, d
pasien tidak dibius akan lebih mudah membantu baginya untuk mengkonfi
elah diberikan dalam 60 menit terakhir, anggota tim yang bertanggung jawab
dalam pemberian antibiotik profilaksis adalah ahli bedah, dan harus membe
aor Checklist akan memimpin diskusi secara cepat antara ahli bedah, ahli anastes
i, dan perawat terkait bahaya kritis dan rencana selama pembedahan(4). Hal ini dapa
dak penting, tetapi masing- masing disiplin klinis saling berkomunikasi, isi diskusi
meliputi:
a. Untuk dokter bedah : langkah kritis apa, berapa lama kasus ini dilakukan, dan b
arah, cidera, morbiditas. Kesempatan ini juga dilakukan untuk meninjau langka
yang lainnya.
c. Untuk dokter anastesi : kekhawatiran pada pasien yang mungkin terjadi (13)
d. Pada pasien dengan resiko untuk kehilangan darah besar, ketidakstabilan hemo
dinamik, atau morbiditas (seperti penyakit jantung, paru, aritmia, kelainan dara
h, dll), anggota tim anastesi harus meninjau ulang rencana spesifik dan kekhaw
atiran untuk resusitasi khususnya. Dalam diskusi ini dokter anastesi cukup men
f. Perawat menanyakan kepada ahli bedah apakah alat-alat yang diperlukan sudah
18
tugas kamar operasi sebelum penutupan luka, dikoordinasi oleh salah satu anggota
petugas kamar operasi (dokter atau perawat). Saat Sign Out akan dilakukan review
tau masalah yang perlu ditangani, selanjutnya langkah akhir adalah memusatkan p
epada tim perawatan yang bertanggung jawab untuk pasien setelah pembedahan.
1. Review pembedahan
apa prosedur yang telah dilakukan, dapat dilakukan dengan pertanyaan, “apa prose
19
dur yang telah dilakukan?” atau sebagai konfirmasi, “kami melakukan prosedur X,
benar?”
pons, dan jarum, dalam kasus rongga terbuka jumlah instrumen dipastikan harus le
ngkap, jika jumlah tidak lengkap maka tim harus waspada sehingga dapat mengam
bil langkah (seperti memeriksa tirai, sampah, luka, atau jika perlu mendapatkan ga
3. Pelabelan spesimen
an pelabelan berpotensi menjadi bencana untuk pasien dan terbukti menjadi salah s
atu penyebab error pada laboratorium. Perawat sirkuler harus mengkonfirmasi den
gan benar dari setiap spesimen patologis yang diperoleh selama prosedur dengan
membacakan secara lisan nama pasien, deskripsi spesimen, dan setiap tanda berori
entasi.
rumen atau peralatan yang tidak berfungsi tidak menganggu jalannya pembedahan
di lain hari.
Ahli bedah, ahli anastesi, dan perawat meninjau rencana pemulihan dan pe
ngelolaan pasien sebelum pasien keluar dari ruang operasi maka anggota tim beda
i ruang pemulihan (recovery room), tujuan dari langkah ini adalah transfer efisien
Dengan langkah terakhir ini, Checklist WHO selesai, jika diinginkan Chec
klist dapat ditempatkan dalam catatan pasien atau perlu dipertahankan untuk kualit
a. Tujuan utama
agi pasien, serta memperkuat praktik keselamatan dan mendorong komunikasi yan
b. Tujuan Khusus
c) Tim pembedahan telah mengenali dan melakukan persiapan yang efektif dala
nan terjadinya reaksi alergi maupun efek samping obat yang berat, yang poten
21
h) Tim pembedahan selalu menjaga dan melakukan identifikasi yang tepat terhad
i) Tim selalu melakukan komunikasi dan pertukaran informasi yang penting dala
j) Rumah sakit dan public health system selalu secara rutin melakukan surveyla
1) Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakuk
besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedo
semakin tinggi, maka pola pikirnya juga akan semakin baik sehingga akan
pengetahuan yang baik. Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan
seorang perawat bervariasi tergantung tingkat pendidikan yang dimiliki. Hal ini
2) Tingkat Pengetahuan
kat, yakni :
a) Tahu (Know)
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) ter
hadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan pro
b) Memahami (comprehension)
r tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara b
c) Aplikasi (Application)
ah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).Aplikasi di sini dapat diarti
kan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggu
lah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pe
d) Analisis (Analysis)
i tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dap
e) Sintesis (synthesis)
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
a. Faktor Internal.(5)
1) Pendidikan
diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indone
sia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menja
26
di kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seum
ur hidup.
2) Minat
rhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cuku
p dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai den
3) Pengalaman
uatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap neg
atif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman p
ribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emo
4) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. S
emakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matan
g dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang le
bih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewas
aannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin t
yang dihadapi
b. Faktor External.(23)
27
1) Ekonomi
atus ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan statu
s ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk
2) Informasi
n seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kogn
itif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.Pesan-pesan sugestif dibawa
oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.Pendekatan ini biasanya diguna
kan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpen
3) Kebudayaan/Lingkungan
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
C. Konsep Sikap
Sikap adalah suatu respons atau reaksi yang masih tertutup terhadap suatu s
timulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsir
kan. Sikap adalah kecendrungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkel
akuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasa
28
an terhadap objek tersebut (24). Sikap ialah reaksi yang bersifat emosional terhada
p stimulus sosial. Sikap adalah suatu kecendrungan untuk merespons, baik secara
positif maupun negatif, terhadap seseorang, situasi, ataupun suatu objek tertentu(25).
Sikap dapat diartikan sebagai suatu penilaian emosional atau efektif (berupa perasa
an senang, benci, dan sedih), kognitif atau pengetahuan tentang suatu objek, dan k
Perwujudan sikap tidak dapat dilihat langsung, namun terlebih dahulu ditaf
sirkan dari perilaku yang tertutup(26). Sikap dianggap belum berupa suatu aktivitas a
tau tindakan, tetapi kecendrungan atas tindakan dari sebuah perilaku. Sikap masih
n. Sikap dapat juga berupa kesiapan untuk melakukan reaksi terhadap perilaku kes
ehatan.
D. Karakteristik Sikap
d. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek, dan mempu
n kognitif ini adalah olahan pikiran manusia atau seseorang terhadap kondis
29
mosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui man
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaim
ek.
kan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adala
3. Kategori Sikap
a. Menerima (receiving)
30
stimulus yang diberikan oleh para petugas kesehatan saat melakukan penyuluhan p
rogram kesehatan.
b. Merespon (responding)
Merespon adalah sikap yang memberikan tanggapan atau respons apaila pet
k melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh petugas kesehatan. Se
sil penugasan yang sempurna dan benar. Kesediaan warga untuk menjawab dan m
enyanggupi penugasan yang diberikan sudah cukup untuk melihat bahwa ide tenta
c. Menghargai (Valuing)
al. Kaitannya dengan promosi kesehatan adalah menghargai apa yang telah disamp
aikan oleh para petugas kesehatan dengan cara mendengarkan materi yang disamp
aikan. Bentuk menghargai dapat juga seperti mengajak orang lain mengerjakan ses
u kewajiban atas pilihan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan yang telah dipil
ih.
a. Pengalaman pribadi.
Apa yang telah dan kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi pe
nghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar
bjek psikologis.
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial ya
ng ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, akan banya
c. Pengaruh kebudayaan.
terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menenamk
d. Media massa.
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pe
ertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, gar
is pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh da
ri pendidikan.
32
Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan pen
galaman pribadi seseorang. Kadang- kadang suatu bentuk sikap merupakan pernya
taan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
1. Definisi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang
berarti “menggerakan” (to move). Motivasi dalam manajemen pada umumnya han
ya diperuntukan pada sumber daya manusia dan khususnya untuk para bawahan.
Motivasi itu sendiri merupakan faktor yang paling menentukan bagi seorang pega
wai dalam bekerja. Meskipun kemempuan dari karyawan maksimal disertai denga
n fasilitas yang memadai, namun jika tidak ada motivasi untuk mendorong karyaw
an untuk bekerja sesuai tujuan maka pekerjaan tersebut tidak akan berjalan sesuai
dengan tujuan.
bahwa motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seoran
h kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan n
on moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif.
rah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua ke
otivasi karyawan adalah dorongan dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang
untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentuka
2. Jenis-Jenis Motivasi
el” (the carrot approach) di mana orang ditawari sesuatu yang bernilai (misal
nya imbalan berupa uang, pujian dan kemungkinan untuk menjadi karyawan t
b. Motifasi Negatif, yang sering kali dinamakan orang “ pendekatan tongkat pem
sasi-organisasi, hal mana tergantung dari situasi dan kondisi yang berkembang.(6)
an karyawan.
Berdasarkan uraian diatas tujuan motivasi adalah untuk menggerakan dan meng
arahkan potensi dan tenaga kerja dan organisasi agar mau berhasil, sehingga dapat
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik itu keing
u:(7)
a. Prinsip Partisipasi
b. Prinsip Komunikasi
ha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah
dimotivasi kerjanya.
ahannya, akan memotivasi karyawan bekerja apa yang diharapkan oleh pemi
mpin.
ada pemahaman bahwa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan yaitu prinsip par
Dimensi dan Indikator motivasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
(6)
:
a. Dimensi kebutuhan akan prestasi (Need Achievment) yang terdiri dari emp
at indikator yaitu :
Dimensi kebutuhan akan afiliasi (Need Affiliation) yang terdiri dari tiga indi
kator yaitu :
4) Dimensi kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power) terdiri dari tiga indi
kator yaitu:
empunyai tiga dimensi, yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi, keb
C. Kerangka Teori
Adapun Kerangka Teori dalam Penelitian ini terdiri dari beberapa konsep yan
Tindakan Operatif
1. Sign In
Kepatuhan Penerapan Surgical Safety Cheklist
2. Time Out
3. Sign Out