Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MK PASIEN SAFETY

MAKALAH
KASUS MALPRAKTEK TERTINGGALNYA
KASA DI PERUT SAAT BEDAH SESAR

OLEH:
NI MADE DUNIASIH
PRODI PROFESI BIDAN

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEBIDANAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu upaya mutu peningkatan di Rumah Sakit adalah menjalankan program
keselamatan pasien (patient safety)(Kars, 2012). Patient safety adalah pasien bebas dari cedera
yang tidak seharusnya terjadi atau bebas atas cedera potensial yang mungkin terjadi terkait
dengan pelayanan kesehatan. Patient safety merupakan suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: assessment resiko, identifikasi dan
pengolahan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbul resiko. Di Indonesia, pencatatan angka KTD dan KNC masih belum
terdokumentasikan dengan baik (Sinta, 2001)

Kejadian kasus seperti tertinggalnya kasa atau perban dalam proses pembedahan
merupakan sebuah momok besar daam bidang kedokteran. Kejadian ini dapat menimbulkan
masalah kesehatan bahkan berkurang nya kualitas hidup seseorang. Apalagi kejadian terjadi pada
seorang ibu melahirkan, kesehatan dan kesejahteraan ibu adalah salah satu cermin dari wajah
kesehatan sebuah bangsa. Maka dari itu kejadia yang tidak diharapkan ini sebaik nya dapat
dicegah (Andri Firman Saputra1, 2013)

Kamar operasi merupakan tempat yang tepat yang paling sering membuat cedera
dibandingkan dengan unit lain disebuah rumah sakit, karena kamar operasi merupakan tempat
yang rumit dan beresiko tinggi. Pada Januari 2009, WHO melalui World Alliance for Patient
Safety membuat Surgical Safety Checklist (SSC) sebagai alat yang digunakan untuk para klinisi
di kamar bedah untuk meningkatkan keamanan operasi, mengurangi kematian dan komplikasi
akibat pembedahan. Penggunaan SSCL WHO dapat meningkatkan kerja sama tim di dalam
kamar operasi. Surgical safety checklist telah banyak digunakan di dunia dan dapat dibuktikan
mampu menurunkan angka kematian dan komplikasi akibat pembedahan (Schroeder, 2018).
BAB II
PEMAPARAN KASUS

A. SUBYEK DALAM KASUS


Kasus ini menimpa seorang wanita berumur 40 tahun yang berasal dari Jepang yang pernah
menjalani operasi sesar dua kali (Putri, 2018).

B. TEMPAT DAN WAKTU KEJADIAN KASUS


Tempat kejadian yaitu di sebuah rumah sakit di Jepang. Kasus dilaporkan oleh The New
England Journal of Medicine, Kamis (22/2/2018), dan dinyatakan kejadian sudah
berlangsung sejak enam tahun yang lalu, sekitar tahun 2012.

C. KRONOLOGIS KASUS
Seorang wanita mengeluhkan sakit perut yang di derita sejak 3 tahun yang lalu, awalnya
hanya seperti sakit perut biasa dan dia mengabaikan nya. Akan tetapi sakit perut nya semakin
tidak tertangani, saat dilakukan pemeriksaan CT Scan di dapatkan gambaran adanya
gumpalan di bagian panggul yang memiliki struktur padat dan berserabut seperti benang.
Dokter mencurigai gambaran ini adalah kasa yang tertinggal di dalam perut wanita tersebut.
Dari hasil pengkajian wanita mempunyai riwayat melahirkan secara sesar sebanyak dua kali.
Sesar pertama 10 tahun yang lalu, dan yang kedua 6 tahun yang lalu. Dicurigai kejadian
tertinggal nya kasa ini terjadi saat wanita ini menjalani operasi sesar yang kedua. (Putri,
2018)

D. PENANGANAN KASUS
Penanganan kasus dilakukan dengan tidakan operatif dengan tujuan mengeluarkan kasa
tersebut dari tubuh wanita itu. Pada tahun 2018 tersebut segera dilakukan operasi untuk
mengeluarkan kasa. Setelah kasa berhasil di keluarkan wanita tersebut mengatakan nyeri
perut yang dialami nya menghilang.
Untuk kasus malprakteknya sendiri wanita ini tidak melakukan tuntutan. Dokter yang
menangani saat operasi sesar nya telah di temui dan berkelid tidak cukup bukti bahwa
kejadian ini memang karena kelalaian nya.
BAB III
PEMBAHASAN

Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan
yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa. Jumlah
tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian di 56 negara pada tahun 2004
diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun, hampir dua kali lipat
melebihi angka kelahiran per tahun. Studi pada negara-negara industri, angka komplikasi
tindakan pembedahan diperkirakan 3-16% dengan kematian 0,4-0,8%. Delapan studi retrospektif
tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit, insidens yang terjadi di rumah sakit
sebesar 9,2% dan hampir separuhnya dapat dicegah (43,5%). Sebagian besar KTD terjadi saat
pasien di rumah sakit (80,8%) dan pada tindakan pembedahan 58,4% dari semua KTD yang ada
di rumah sakit. Dari KTD di rumah sakit tersebut, mayoritas (41%) terjadi di kamar bedah.2
Komplikasi infeksi luka operasi menjadi komplikasi umum kedua setelah infeksi saluran kemih,
sehingga menimbulkan biaya tambahan untuk rawat inap. Berdasarkan penelitian di rumah sakit
pada 715 pasien di Inggris ditemukan 80 pasien terkena infeksi luka operasi pasca seksio sesarea
(Amiruddin et al., 2018).
Kejadian tertinggalnya kasa di dalam perut seorang pasien saat operasi adalah salah
satu bentuk malpraktek. Dalam kasus ini pembedahan dilakukan karena proses melahirkan bayi
melalui operasi sesar. Dapat disimpulkan dokter yang melakukan tindakan pembedahan ini
adalah seorang spesiali Obgyn. Akan tetapi seperti yang kitahui dokter spesialis melakukan
tindakan pembedahan di bantu dengan beberapa asisten, jadi kejadian ini merupakan tanggung
jawab dari tim yang bekerja saat operasi tersebut.
WHO sendiri telah memprediksi bahwa dampak dari intervensi bedah pada sistem
kesehatan masyarakat akan terus tumbuh. Untuk alasan ini, WHO telah melakukan inisiatif untuk
upaya keselamatan bedah. Sebuah badan untuk keselamatan pasien mulai bekerja pada Januari
2007 dan WHO mengidentifikasi tiga fase operasi yaitu sebelum induksi anestesi (sign in),
sebelum sayatan kulit (time out) dan sebelum pasien meninggalkan ruang operasi (sign out)
(Amiruddin et al., 2018). Pada tahun 2008 WHO mempublikasikan pedoman yang berisi
langkah- langkah praktis untuk memastikan keselamatan pasien dalam perawatan operasi
(surgical safety checklist guidelines). Pedoman tersebut berisikan tiga elemen utama yaitu :
ceklis tindakan sebelum menginjeksikan anastesi, ceklis tindakan sebelum insisi dan ceklis
tindakan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi (Schroeder, 2018). Uji coba terhadap
ceklis ini SSC di ruang operasi pada delapan rumah sakit yang berbeda berdampak positif pada
penurunan angka komplikasi dari 11% menjadi 7% dan penurunan angka kematian pasca
tindakan bedah dari 1,5% menjadi 0,8%. SSC diterapkan di bagian bedah dan anestesi untuk
meningkatkan kualitas dan menurunkan kematian serta komplikasi akibat pembedahan. Tindakan
pembedahan memerlukan persamaan persepsi antara ahli bedah, anestesi dan perawat (Andri
Firman Saputra1, 2013). SSC berisi 24 item yang harus dilakukan dalam tiga tahap seperti dalam
gambar berikut.
Kasus tertinggalnya kasa di perut wanita Jepang ini terjadi pada tahun 2012, sedangkan
WHO telah merekomendasikan SSC sejak tahun 2008. Ini artinya kejadian ini terjadi oleh karena
ketidakpatuhan pelaksanaan SSC pada saat operasi. Adanya kasus seperti ini sebaiknya dijadikan
sebagai sebuah acuan untuk mengevaluasi kinerja tim di ruang operasi.
Walaupun kasus ini tidak di bawa ke ranah hukum oleh korban, sebaik nya Rumah
Sakit memberikan evaluasi kepada tim yang bekerja dalam kejadian tersebut dan mengevaluasi
sistem standar operasional yang berlaku diRumah Sakit tersebut. Jika kejadian ini terjadi di
Indonesia organisasi profesi yang menaungi anggota tim yang yang terlibat di dlam kasus ini
sebaiknya memberikan sanksi kode etik, untuk memberikan efek jera, dan sebagai pembelajaran
untuk anggota organisasi yang lain.
BAB IV
PENUTUP

Kasus ini memberikan kita banyak pelajaran tentang bagaimana pentingnya standar-
standar pasien safety harus ditaati oleh setiap elemen yang bekerja di bidan kesehatan. Karena
kesalahan sekecil apapun yang melanggar standar pasien safety dapat mempengaruhi keualitas
hidup sesorang.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, A., Emilia, O., Prawitasari, S., & Prawirodihardjo, L. (2018). Hubungan Kepatuhan
Tim Bedah dalam Penerapan Surgery Safety Checklist dengan Infeksi Luka Operasi dan
Lama Rawat Inap pada Pasien Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Barru. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(3), 145. https://doi.org/10.22146/jkr.39666
Andri Firman Saputra1, E. M. R. (2013). PENGISIAN SIGN IN DALAM MENINGKATKAN
KEPATUHAN SAFE SURGERY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA II SIGN IN COMPLETING IN IMPROVING COMPLIANCE SAFE
SURGERY IN PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II HOSPITAL. Journal
of Petrology, 369(1), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kars. (2012). Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Kars, Standar Akreditasi Rumah Sakit, 160–163.
Putri, G. S. (2018). Malpraktik Bedah Sesar, Kain Kasa Bersarang di Perut Selama Enam Tahun.
In Kompas. https://sains.kompas.com/read/2018/02/25/190200323/malpraktik-bedah-sesar-
kain-kasa-bersarang-di-perut-selama-enam-tahun?page=all
Schroeder, S. D. (2018). Surgical safety checklist. South Dakota Medicine : The Journal of the
South Dakota State Medical Association, 62(5), 209.
https://doi.org/10.1097/01.orn.0000347328.35713.57
Sinta. (2001). Malpraktek Di Bidang Medis. Unud.Ac.Id.

Anda mungkin juga menyukai