Anda di halaman 1dari 4

RESUME KULIAH TAMU

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

WEBINAR “PATIENT SAFETY IN HOSPITAL”

Nama : Andini Tania Zethira

Jumlah Kata : 1097 kata

NIM : 102011133232

Kelas : IKM 3D

Topik 1: Penelitian “Kesiapan Rumah Sakit di Indonesia dan Pengaruh Keselamatan


Pasien Saat Pandemi Covid-19 Berdasarkan Pandangan Tenaga Kerja Kesehatan” oleh
Bu Inge Dharmanti, S.KM., M.Kes., MPH., PhD

Dalam waktu krisis, rumah sakit menjadi memiliki peran utama untuk menyediakan
pelayanan kesehatan dan perawatan medis. Penyebaran penyakit yang cepat saat kejadian luar
biasa dapat menghambat kemampuan rumah sakit untuk melayani karena banyaknya pasien
yang membutuhkan perawatan medis pada waktu yang bersamaan. Penyebaran yang cepat ini
juga menyebabkan lonjakan pemintaan bangsal isolasi, unit perawatan intensif, dan sumber
daya manusia. Rumah sakit wajib memiliki kapasitas yang cukup untuk menanggung semua
pelayanan dan perawatan pasien. Walaupun hal ini sudah termasuk dalam cakupan akreditasi
rumah sakit, tetap muncul hambatan untuk melaksanakan pelayanan dan perawatan
berkualitas di tengah pandemi ini.

Di tahun pertama pandemi Covid-19, dapat terlihat perkembangan dan perubahan


dalam mencegah dan mengendalikan infeksi dan prosedur. Namun angka terinfeksi pada
tenaga kerja kesehatan masih tinggi. Penanganan pasien dalam pandemi yang tidak terkendali
juga dapat memengaruhi pelayanan esensial lainnya seperti kesehatan ibu dan anak dan
penderita penyakit menular dan tidak menular. Munculnya lonjakan pasien terinfeksi dalam
pandemi ini menyebabkan sulitnya rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Hal ini menjadi permasalahan besar hampir di seluruh rumah sakit di Indonesia.
Sebelum pandemi terjadi, pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia berhadapan
dengan banyak tantangan, bukan hanya berada pada tingkat kabupaten/kota, namun juga pada
tingkat nasional. Tantangan yang muncul dalam pelayanan kesehatan di Indonesia, yaitu
penerapan protokol yang buruk, arus informasi yang buruk antara tenaga kerja kesehatan dan
institusi, keterlambatan pelayanan dan manajemen pasien, dan perbedaan pemberian
pelayanan pada daerah padat penduduk dan jarang penduduk. Selain itu, kesalahan
pengobatan juga menjadi salah satu tantangan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.

Dampak dari pandemi Covid-19 juga muncul pada pelayanan kesehatan untuk
penderita penyakit tidak menular dan pada sistem kesehatan. Terjadinya kelelahan pada
tenaga kerja kesehatan dan adanya keterlambatan dalam menerima barang-barang medis
merupakan beberapa contoh dari dampak tersebut. Di Indonesia, terdapat lebih dari 2900
rumah sakit dan setiap rumah sakit harus memiliki akreditasi setelah 2 tahun beroperasi.
Terdapat enam ketegori akreditasi mulai dari excellent sampai dengan not yet accredited.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kesiapan rumah sakit
pada keselamatan pasien dari sudut pandangan tenaga kerja kesehatan menggunakan metode
desain campuran, yaitu dengan dilakukan metode kuantitatif dilanjut dengan metode
kualitatif. Terdapat 235 peserta sebagai sampel untuk metode kuantitatif dan 11 peserta
sebagai sampel untuk metode kualitatif. Hipotesis yang ditarik dari penelitian ini adalah
apakah kepemilikan dan akreditasi rumah sakit memengaruhi kesiapan rumah sakit untuk
insiden Covid-19 dan keselamatan pasien.

Dari hasil data kuantitatif dan dengan dukungan dari hasil data kualitatif, dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan dan status akreditasi rumah sakit secara langsung
memengaruhi kesiapan rumah sakit dan insiden keselamatan pasien. Insiden keselamatan
pasien masih tetap terjadi di rumah sakit dengan akreditasi kategori tinggi maupun akreditasi
kategori rendah. Di masa yang akan dating, rumah sakit sebaiknya berfokus pada cara
memperbaiki kualitas pelayanan saat pandemi dan menciptakan insiatif yang dapat digunakan
di semua kategori rumah sakit. Pembuat kebijakan dapat lebih memperhatikan operasional
rumah sakit sementara.

Topik 2: “Assessing Patient Safety in Hospitals” oleh Prof. Cyrus Y. Engineer


Operasi merupakan salah satu prosedur pengobatan yang sering dilakukan dalam
sistem kesehatan. Dengan melakukan operasi aman, tenaga kerja kesehatan dapat
menyelamatkan hidup seseorang. Namun dalam penanganan keselamatan operasi, masih
sering terjadi masalah-masalah yang seharusnya dapat diatasi. Tiga permasalahan utama dari
keselamatan operasi, yaitu operasi sering tidak dianggap sebagai permasalahan kesehatan
masyarakat, kurangnya informasi mengenai operasi dan hasil akhir dari operasi, dan
kegagalan menggunakan pengetahuan keselamatan yang berada.

Menurut Weister dan Lancet (2008), sebanyak 234 juta operasi dilakukan setiap
tahunnya. WHO mengatakan bahwa komplikasi pada operasi diketahui sebanyak 3-16% dan
angka kematian karena operasi mencapai 0,4-0,8% setiap tahunnya. Di seluruh dunia,
diperkirakan ada kurang lebih tujuh juta komplikasi pada operasi dan dalamnya terdapat satu
juta kematian di setiap tahunnya. Dari data-data berikut dapat disimpulkan bahwa
keselamatan operasi juga menjadi bagian dari permasalahan kesehatan masyarakat.

Permasalahan lain yaitu kurangnya data berkualitas mengenai operasi dan hasil
akhirnya. Tidak adanya data yang menunujukan berapa banyak operasi yang dilakukan di
rumah sakit, daerah, nasional, regional, maupun internasional. Dengan tidak adanya data ini,
tenaga kerja kesehatan tidak dapat membuat keputusan mengenai keselamatan operasi.

Tidak adanya perawatan sesuai dengan standar yang berkaitan dengan operasi juga
menjadi permasalahan. Tidak adanya standar ini membuat banyaknya variasi mengenai
perawatan operasi yang tergantung pada fasilitas yang ada, jenis praktik apa yang dilakukan,
jenis latihan apa yang dilakukan tenaga kerja, apa yang menjadi efek samping dari pemberian
antibiotik yang tidak konsisten setelah operasi dilakukan, komplikasi anestesi, dan pasien
salah dioperasi atau kesalahan tempat operasi.

WHO membuat kampanye untuk mengadvokasikan operasi aman untuk


menyelamatkan nyawa. Kampanye ini mempromosikan keselamatan operasi sebagai bagian
dari permasalahan kesehatan masyarakat, menciptakan checklist berbasis bukti nyata untuk
meningkatkan standar dari keselamatan operasi, dan mengumpulkan dan menciptakan data
statistik mengenai operasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa banyak
operasi yang sudah dilakukan setiap tahunnya di setiap negara.

Pada saat ini, rumah sakit hanya melakukan hal yang dianggap benar pada
kebanyakan pasien dalam beberapa waktu. Namun dengan adanya checklist, rumah sakit
dapat membantu tenaga kerja kesehatan melakukan hal yang benar kepada semua pasien pada
setiap waktunya. Metode checklist ini dilakukan oleh tenaga kerja kesehatan untuk
memastikan aspek-aspek penting yang harus lakukan tidak terlupakan dan tidak ada
kesalahan.

Keuntungan dari penggunaan checklist ini adalah checklist dapat disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan agar dapat mengikuti arahan sesuai SOP. Checklist didukung dengan
bukti nyata agar pengisian hanya sesuai dengan keadaan. Checklist juga dievaluasi untuk
menjadi data statistik di negara dan di dunia. Checklist mempromosikan praktik keselamatan
operasi serta checklist tidak mengeluarkan sumber daya dan biaya yang banyak dalam
penggunaannya.

Sepuluh sasaran WHO mengenai keselamatan operasi, yaitu tim akan melakukan
operasi pada pasien yang benar dan pada tempat yang benar, tim akan menggunakan metode
yang mencegah bahaya agar pasien tidak terasa sakit, tim akan segera mengenali dan
mempersiapkan jika pasien mengalami kegagalan dalam pernapasan, tim akan segara
mengenali dan mempersiapkan jika pasien kehilangan banyak darah, tim akan mencegah
terjadinya reaksi alergi atau reaksi obat-obatan jika pasien diketahui memiliki risiko.

Sasaran selanjutnya, yaitu tim harus selalu meminimalisir infeksi pada operasi, tim
harus mencegah ketidaktelitian penggunaan instrumen operasi dekat luka operasi, tim harus
menjaga dan dengan tepat mengidentifikasi semua alat operasi yang digunakan, tim harus
berkomunikasi secara efektif dan memberikan informasi penting untuk melaksanakan operasi
yang aman, dan rumah sakit dan sistem kesehatan masyarakat harus membuat pengawasan
rutin mengenai kapasitas, volume, dan hasil dari operasi.

Checklist ini dilakukan sebelum pasien di anestesi, sebelum operasi dimulai, dan
sebelum pasien keluar dari ruang operasi. Implementasi ini sudah diuji di delapan negara
berbeda di seluruh dunia. Ditemukan bahwa dari penggunaan checklist ini, angka komplikasi
setelah operasi dan kematian setelah operasi turun hingga 33%. Dari hasil studi ini,
disimpulkan bahwa dengan hanya mengisi checklist saat sebelum dan setelah dilakukannya
operasi dapat meningkatkan angka morbiditas dan menurunkan angka kematian karena
operasi.

Anda mungkin juga menyukai