Anda di halaman 1dari 4

Nama : Diela Ratna Nur Fitrya

Jumlah Kata : 1045

NIM : 102011133243

Kelas : IKM 3D

RESUME KULIAH TAMU PATIENT SAFETY IN HOSPITAL

 Indonesian Hospital Readiness and The Impact on Patient Safety During COVID-19
Pandemic Based on Health Workers Perspective (Ibu Inge Dhamanti, SKM, MKes,
MPH, PhD)

World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi


global pada bulan Maret 2020. Setelah kurang lebih 1,5 tahun lamanya kita
berhadapan dengan virus ini, pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia sudah
banyak melakukan usaha untuk menekan laju penyebaran dari COVID-19 agar tidak
semakin meluas dengan cara pemerintah Indonesia segera melakukan evakuasi untuk
warga Indonesia yang berada di Wuhan, China; membentuk gugus tugas COVID-19;
membuat peraturan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB); menetapkan
835 RS rujukan COVID-19 dan 703 RS rujukan provinsi; dan menyediakan vaksin
bagi seluruh warga negara Indonesia.
Pada tanggal 15 September 2021, pemerintah Indonesia menginformasikan
jika sebanyak 4 juta jiwa terkonfirmasi positif COVID-19, 139 ribu meninggal dunia
akibat COVID-19, dan 3 juta pasien berhasil dinyatakan sembuh. Pada bulan Juli
2021, Indonesia menempati urutan tertinggi dalam kematian karena COVID-19 di
Asia yaitu sebanyak lebih dari 1.500 jiwa dan kematian anak-anak akibat COVID-19
tertinggi di dunia pada Juni 2021. Hal itu terjadi pada saat gelombang dua COVID-19
yang membawa virus korona varian baru, Delta. Meskipun pemerintah sudah
melakukan berbagai upaya seperti yang sudah dijelaskan tadi, tetapi terdapat kendala
lain seperti jumlah ruangan di rumah sakit rujukan terisi penuh sehingga rumah sakit
tidak dapat menampung pasien karena penyebaran penyakit yang progresif selama
wabah dapat membebani kemampuan rumah sakit untuk merespons pasien karena
terlalu banyak pasien yang membutuhkan perawatan medis pada saat yang bersamaan,
terjadi krisis tabung oksigen di mana-mana, perubahan prosedur pencegahan dan
pengendalian infeksi karena tingginya angka infeksi pada tenaga kesehatan (kematian
tenaga kesehatan tertinggi), terganggunya pelayanan dasar seperti kesehatan ibu dan
anak penyakit menular dan penyakit tidak menular (tugas pentingnya adalah
pencegahan atau mitigasi gangguan layanan penting), dan memberikan layanan
berkualitas tinggi yang menjadi masalah besar.
Dari permasalahan yang ada, dalam sistem kesehatan, rumah sakit memainkan
peran penting dalam menyediakan layanan kesehatan dan perawatan medis yang
penting terutama selama masa krisis. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan
kesehatan seharusnya sudah memiliki persiapan yang maksimal dan cepat tanggap
terhadap situasi yang darurat agar keselamatan pasien dapat meningkat. Kesiapan
rumah sakit dipengaruhi oleh status akreditasi rumah sakit dan kepemilikan dari
rumah sakit itu sendiri. Akreditasi rumah sakit sangat berperan dalam keselamatan
pasien karena kasus penanganan yang terlambat menjadi insiden yang paling umum
dan kesalahan administrasi pun banyak terjadi pada rumah sakit Covid-19 yang tidak
terakreditasi.
Penelitian masa depan harus fokus pada peningkatan kualitas perawatan
selama pandemi dan memperkenalkan solusi yang berlaku untuk semua jenis rumah
sakit. Pemerintah sebagai pengambil keputusan harus lebih memperhatikan
operasionalisasi rumah sakit lapangan sementara karena kepemilikan rumah sakit
tertinggi adalah rumah sakit milik pemerintah.

 Surgical Public Health: WHO and the Safe Surgery Saves Lives Campaign (Professor
Cyrus Y. Engineer)

Terdapat tiga masalah utama dalam keselamatan operasi yang dilakukan pada pasien
yaitu di antaranya
a. Pertama, tidak diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat
234 juta operasi yang dilakukan di seluruh dunia setiap tahun dengan 3%-16%
komplikasi yang terjadi diikuti dengan kematian sebesar 0,4%-0,8% di setiap
tahunnya.
b. Kedua, kurangnya data tentang operasi beserta dampak yang dihasilkan setelahnya
Menurut poin kelima pada MDGs mengenai kesehatan ibu disebutkan jika
peningkatan kematian ibu tergantung pada pengawasan rutin yang dilakukan.
Namun, pengawasan seperti itu kurang dilakukan untuk perawatan bedah atau
operasi.
c. Terakhir, kegagalan untuk menggunakan pengetahuan keselamatan yang ada
Tingginya tingkat infeksi pada saat bedah dilakukan, yang sebenarnya dapat
dicegah, diakibatkan oleh waktu pemberian antibiotik profilaksis yang tidak
konsisten; komplikasi anestesi 100-1000 kali lebih tinggi terjadi di negara-negara
yang tidak mematuhi standar pemantauan; dan walaupun pasiennya salah, salah
tempat operasinya, hal itu tetap ada meskipun publisitas tinggi.
Strategi bedah yang aman untuk dapat menyelamatkan hidup pasien terdiri
atas strategi promosi keselamatan bedah sebagai masalah kesehatan masyarakat,
pembuatan daftar periksa berbasis bukti untuk meningkatkan standar keselamatan
bedah, dan pengumpulan "Statistik Vital Bedah".
Prosedur ceklis telah diuji di delapan kota dunia yaitu Toronto, Seattle,
Ifakara, New Delhi, London, Amman, Manila, dan Auckland. Prosedur ceklis telah
berhasil mengurangi angka kejadian komplikasi pasca – operasi dan kematian lebih
dari satu per tiganya.
Reality Check (cek kenyataan), saat ini rumah sakit sudah melakukan sebagian
besar hal yang benar, pada sebagian besar pasien, dan pada sebagian besar waktu.
Daftar pemeriksaan membantu kami melakukan semua hal yang benar, pada semua
pasien, di setiap saat.
Keuntungan menggunakan daftar pemeriksaan adalah disesuaikan dengan
pengaturan dan kebutuhan lokal, didukung oleh bukti, dievaluasi dalam pengaturan
yang beragam di seluruh dunia, mempromosikan kepatuhan terhadap praktik
keselamatan yang ditetapkan, dan sumber daya minimal yang diperlukan untuk
menerapkan intervensi keselamatan yang luas.
Sepuluh objektivitas keselamatan dalam melakukan operasi menurut WHO
agar operasi yang dilakukan aman yaitu di antaranya tim akan mengoperasi pasien
yang benar di tempat yang benar; tim akan menggunakan metode yang diketahui
untuk mencegah bahaya dari pemberian anestesi sekaligus melindungi pasien dari rasa
sakit; tim akan mengenali dan mempersiapkan diri secara efektif agar tetap hidup
dalam keadaan yang mengancam seperti kehilangan jalan nafas atau fungsi
pernapasan; tim akan mengenali dan secara efektif mempersiapkan segala risiko yang
akan terjadi agar pasien tidak jadi terkena darah tinggi; tim akan menghindari untuk
menginduksi reaksi alergi atau obat yang merugikan di mana pasien diketahui berada
pada risiko yang signifikan; tim akan secara konsisten menggunakan metode yang
dikenal untuk meminimalkan risiko infeksi situs bedah; tim akan mencegah retensi
instrumen atau spons yang tidak disengaja pada luka bedah; tim akan mengamankan
dan secara akurat mengidentifikasi semua spesimen bedah; tim akan secara efektif
berkomunikasi dan bertukar informasi penting untuk pelaksanaan operasi yang aman;
dan rumah sakit serta sistem kesehatan masyarakat akan menetapkan pengawasan
rutin terhadap kapasitas, volume, dan hasil pembedahan.
Masalah yang ditangani oleh daftar pemeriksaan yaitu :
1. Pasien, lokasi operasi, dan tindak operasi yang benar
Terdapat antara 1500 dan 2500 insiden operasi tempat yang salah setiap tahun di
AS dan dalam survei terhadap 1050 ahli bedah tangan, 21% melaporkan telah
melakukan operasi yang salah tempat, setidaknya sekali dalam karier mereka.
2. Meminimalkan risiko infeksi
Pemberian antibiotik dalam waktu satu jam sebelum insisi dapat mengurangi
risiko infeksi pada tempat operasi hingga 50% dan pada delapan tempat evaluasi,
kegagalan untuk memberikan antibiotik tepat pada waktunya terjadi pada hampir
separuh pasien bedah yang seharusnya mendapat manfaat dari pemberian
antobiotik tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai