NIM : 102011133197
Kelas : IKM 3D
Kesiapan Rumah Sakit Indonesia dan Dampaknya Terhadap Keselamatan Pasien Selama
Pandemi Covid-19 Berdasarkan Perspektif Pekerja Kesehatan (Inge Dhamanti,SKM, M
Kes,MPH,PhD)
A. Latar Belakang
Dalam sistem kesehatan, rumah sakit memainkan peran penting dalam menyediakan
layanan kesehatan dan perawatan medis penting terutama selama masa krisis. Dibandingkan
dengan kebutuhan hidup manusia yang lain kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya
pelayanan rumah sakit menjadi salah satu hal yang sangat diperlukan untuk kesejahteraan
bangsa. Mengapa hal ini sangat diperlukan? Dikarenakan Kita semua tidak mengetahui
penyakit seperti apa yang akan diderita oleh bangsa ini dan akan selalu membuat kita bertanya
apakah penyebaran dari penyakit tersebut akan sangat berdampak?
Penyebaran penyakit yang progresif selama wabah dapat membebani kemampuan rumah
sakit untuk merespon karena terlalu banyak pasien yang membutuhkan perawatan medis pada
saat yang sama. Lonjakan di bangsal isolasi, unit perawatan instensif, dan sumber daya
manusia.
Perubahan pada pencegahan infeksi dan prosedur pengendalian tingginya angka infeksi
pada tenaga kesehatan (kematian tenaga kesehatan tertinggi). Terganggunya pelayanan dasar
seperti kesehatan ibu dan anal,penyakit menular dan tidak menular.tugas penting adalah
pencegahan atau mitigasi gangguan layanan penting.
Rumah sakit memiliki rencana tanggap darurat terkait penyediaan saran dan prasarana serta
perubahan alur pelayanan dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien.untuk
meminimalisir terjadinya infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan,kami melakukan inovasi-
inovasi terkait alur pelayanan di masa pandemi ini (P11 perawat,rumah sakit berstatus prima),
dan ada area khusus untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19
Kami menerapkan rencana bencana pandemic,dan dalam perencanaan itu terkait dengan
skrining pasien,triase dan kohorting.begitu tersiar kabar bahwa COVID-19 sudah mulai masuk
ke Jakarta,langsung dari kantor pusat mengintruksikan seluruh unitnya meski belum menyebar
ke daerahnya untuk menilai dan merencanakan kondisi masing-masing di rumah sakit.
Kami melakukan risk assessment terhadap kebutuhan yang dibutuhkan selama masa
COVID-19 yang pedomannya menggunakan checklist kesiapan WHO,kemudian juga dari
kantor pusat
Sumber daya manusia di rumah sakit kami masih di bawah koordinasi pusat kesehatan
militer yang mengirim banyak tenaga kesehatannya. Kementrian kesehatan merekrut relawan
dari seluruh Indonesia.selain itu ada sumber daya dari polri,beberapa dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang mengirimkan petugas kebersihan,kuli angkut,dan tim dekontaminasi
Belum terakreditasi militer kami merekrut staf dari rumah sakit lain,puskesmas,dan juga
mahasiswa yang masih belajar di keperawatan,kedokteran,kebidanan untuk membantu sebagai
tenaga kesehatan.
E. Lonjakan Kapasitas
Dalam menghadapi lonjakan pasien dan pembukaan ruang isolasi baru.jumlah tenaga
kesehatan yang melakukan pengobatan memang tidak mencukupi,sehingga direkrut tenaga
kesehatan yaitu dokter,analis kesehatan dan perawat.sejauh ini kami masih mampu memenuhi
kebutuhan non klinis,walaupunterkadang terkendala karena ada beberapa teman yang
menegaskan harus mengisolasi diri sehingga perlu penanganan yang hati-hati-hati.
Setelah jumlah kasus meningkat,kami membuka satu lantai dan Gedung baru di area depan
rumah sakit.ruang gawat darurat dipisahkan sekitar bulan April. Pada bulan maret hanya satu
ruang isolasi dalam satu unit,hanya dua tempat,tetapi karena banyaknya kami segera membuat
satu lantai yang didedikasikan khusus untuk zona merah.
Kejadian paling umum yang saya temui adalah kesalahan atau keterlambatan dalam
mendiagnosis penyakit,karena butuh berhari-hari untuk mendapatkan hasil tes swab (PCR) di
masa awal-awal pandemic.hal ini mengkibatkan pasien tidak mendapatkan pengobatan sesuai
standar COVID-19 dan mengakibatkan pasien meninggal dunia saat dalam perawatan sebelum
dinyatakan positif COVID-19.
H. Kesimpulan
1. Kesiapan rumah sakit dipengaruhi oleh status akreditasi rumah sakit dan
kepemilikan rumah sakit.
2. Tidak ada rumah sakit di dunia yang siap menghadapi pandemic COVID-19,tetapi
setahun kemudian ada beberapa perubahan dalam kesiapan rumah sakit tetapi tidak
pada keselamatan pasien.
3. Insiden keselamatan pasien telah terjadi terlepas dari status rumah sakit dengan
perawatan tertunda menjadi insiden yang paling umum dan kesalahan administrasi
juga telah dicatat di rumah sakit lapangan COVID-19 yang tidak terakreditasi.
4. Penelitian di masa depan harus focus pada peningkatan kualitas perawatan
pandemic dan memperkenalkan inisiatif yang berlaku untuk semua jenis rumah
sakit.pembuat kebijakan harus lebih memperhatikan operasionalisasi rumah sakit
lapangan sementara.
Surgical Public Health: WHO and Safe Surgery Saves Lives Campaign (Professor Cyrus Y.
Engineer)
A. Latar Belakang
Masalah 1
- Tak dikenal sebagai isu kesehatan public
- Komplikasi dari 3-16% * Dikenal tingkat kematian =Setidaknya 7 juta menonaktifkan
komplikasi-termasuk 1jutaan kematian di seluruh dunia setiap tahun 0.4-0.8%
Masalah 2
- Kurangnya data tentang operasi dan hasil Kesehatan MDG 5-Ibu
- Peningkatan dalam kematian ibu tergantung pada pengawasan rutin.
- Data sistematis kematian ibu koleksi dan estimasi-persaudaraan metode
- Pengawasan tersebut kurang untuk operasi peduli
Masalah 3
- Kegagalan untuk menggunakan pengetahuan keselamatan yang ada
- Tingginya angka infeksi tempat operasi yang dapat dicegah disebabkan oleh waktu
pemberian antibiotik profilaksis yang tidak konsisten
- Komplikasi anestesi 100-1000x lebih tinggi di negara-negara yang tidak mematuhi
standar pemantauan
- Operasi tempat yang salah tetap ada meskipun publisitas tinggi dari peristiwa semacam
itu