Anda di halaman 1dari 26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif, karena
penelitian ini akan mengungkapkan data-data objektif, terukur, dan sistematis
mengenai karakteristik motivasi belajar khususnya peserta didik SMAN 1
Cimalaka. Selain itu juga pengumpulan data penelitian berupa angka-angka dan
dianalisis menggunakan statistik.Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sukmadinata (2008:53) bahwa penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat
positivism yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara
kuantitatif.Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka, dan pengolahan statistik.
Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yanag akan
mendeskripsikan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik SMA
khususnya peserta didik SMAN 1 Cimalaka sebagai dasar untuk pengembangan
program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Menurut Sukmadinata (2008:54) penelitian deskriptif (descriptive research)
adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.Dalam
penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan
perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan
terjadi pada variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen
atau variabel berjalan sebagaimana adanya.Penelitian ini berkenaan dengan
keadaan atau kejadian-kejadian yang bisa berjalan.Satu-satunya unsur manipulasi
atau perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan
melalui pengedaran angket dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian akan mendeskripsikan motivasi belajar peserta didik kelas
XI khususnya di SMAN 1 Cimalaka yang menjadi data awal dalam

80
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81

pengembangan program bimbingan dan konseling belajar yang secara hipotetik


dapat meningkatkan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik.
Data awal pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan belajar
untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik diambil berdasarkan motivasi
belajar.Empat tahapan kegiatan program bimbingan yang layak dilaksanakan
meliputi sebagai berikut:
1. Tahap pengidentifikasian, pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran
angket kepada peserta didik yaitu identifikasi tentang motivasi belajar
peserta didik.
2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan dan konseling belajar di
SMAN 1 Cimalaka berdasarkan kajian terhadap data hasil
pengidentifikasian.
3. Tahap diskusi program hipotetik. Sebagai pertimbangan dalam
pengembangan program untuk menguji kelayakan sebuah program langkah
berikutnya adalah melakukan pertimbangan (judgement) kepada dosen dan
guru bimbingan dan konseling.
4. Tahap penyempurnaan program. Setelah
melaksanakanpertimbangkanprogram disempurnakan dan dinyatakan
sebagai program yang layak untuk dilaksanakan.
B. Batasan Masalah
1. Batasan Konseptual
Mc. Donald (Oemar Hamalik, 1992: 173) mengatakan bahwa, motivation
is a energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Belajar menurut Cronbach (Djamarah, 2002:13)
berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of
experiences. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Melihat pemaparan diatas, motivasi belajar dalam penelitian ini
merupakan perubahan energi atau dorongan dari dalam diri (internal) maupun luar
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
82

diri (eksternal) individu untuk melakukan aktivitas yang dapat merubah perilaku
menjadi lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang sudah diperoleh.
Penelitian ini berdasar pada konsep teori motivasi jenjang kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow.Setiap individu memiliki keinginan dan
harapan yang dianggap sebagai kebutuhan dalam hidupnya.Pada hakikatnya setiap
individu selalu dituntut dan berkeinginan untuk melakukan hal yang lebih setelah
selesai melakukan suatu pekerjaan untuk melanjutkan pekerjaan yang lain dan
mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Maslow sangat percaya bahwa perilaku
manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri,
mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah
menurut Maslow yang mampu memotivasi perilaku individu (Djamarah,
2002:114-115).
Maslow (Uno, 2011) mengemukakan lima tingkatan atau hierarki
kebutuhan setiap individu, yaitu: (1) Kebutuhan Fisiologis: kebutuhan yang harus
dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara
untuk bernapas, dan sebagainya; (2) Kebutuhan Rasa Aman: setelah kebutuhan
fisiologis seseorang telah terpenuhi, perhatian dapat diarahkan kepada kebutuhan
akan keselamatan. Keselamatan itu, termasuk merasa aman dari setiap jenis
ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin; (3) kebutuhan akan Cinta
Kasih atau Kebutuhan Sosial: ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan
fisiologis dan rasa aman, kepentingan berikutnya adalah hubungan antarmanusia.
Cinta kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin disadari
melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam, tetapi juga
dicerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial;
(4) Kebutuhan akan Penghargaan: percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan
akan pengakuan orang lain; (5) Kebutuhan Aktualisasi Diri: kebutuhan tersebut
ditempatkan paling atas pada hierarki Maslow dan berkaitan dengan keinginan
pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan lain sudah terpenuhi individu ingi
mencapai secara penuh potensi yang dimilikinya.

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
83

Dasar teori di atas mengalami perkembangan menjadi lebih detail dalam


penentuan hierarkinya. Hierarki kebutuhan Maslow terbagi atas dua bagian utama
yaitu: (1) kebutuhan dasar, berada pada hierarki paling bawah yang terdiri dari: (a)
kebutuhan fisiologis, (b) kebutuhan akan rasa aman, (c) kebutuhan untuk dicintai,
(d) kebutuhan untuk dihargai; dan (2) kebutuhan tumbuh, yang berada di atas
kebutuhan dasar, kebutuhan ini adalah: (a) kebutuhan untuk mengetahui dan
memahami, (b) kebutuhan keindahan, (c) kebutuhan aktualisasi diri. Pembagian
hierarki ini semakin memperjelas tingkatan-tingkatan kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh setiap individu. Pengembangan teori ini menjadikan teori jenjang
kebutuhan lebih spesifik dalam penentuan jenjang kebutuhan yang harus dipenuhi
oleh setiap individu.Selain itu, hierarki tersebut lebih memperjelas tingkatan yang
dilalui oleh individu dalam pemenuhan kebutuhannya dengan pembagian antara
kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh.
Konsep penting yang diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara
kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh.Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang
penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis yang harus terpenuhi. Sebaliknya
kebutuhan tumbuh, sebagai misal kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
sesuatu, menghargai keindahan atau menumbuhkan dan mengembangkan
apresiasi (penghargaan) dari orang lain belum dapat dipenuhi secara keseluruhan.
Namun bila kebutuhan yang lebih dasar dapat terpenuhi oleh individu maka
semangat untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi akan meningat. Semakin
banyak individu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka akan mengetahui dan
memahami dunia di sekeliling mereka, begitupun dengan motivasi belajar mereka
dapat menjadi semakin besar dan kuat. Motivasi peserta didik untuk belajar akan
menjadi dasar dalam proses belajar yang dilakukan peserta didik untuk memenuhi
setiap jenjang hierarki kebutuhan yang dilaluinya untuk dapat mengaktualisasikan
diri yang diwujudkan dengan meraih prestasi belajar yang maksimal sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin terjadi proses
belajar. Proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik hendaklah didasarkan
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
84

pada suatu kewajiban dan motif-motif tertentu yang akan mendorong dan
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan usaha-usaha
dalam proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapakan. Proses
belajar yang dilakukan atas dasar kewajiban namun tidak memiliki motif yang
mengarahkan pada satu tujuan yang harus dicapai, akan menghasilkan proses
belajar yang kurang baik bahkan cenderung seenaknya dan hasil belajar yang
kurang baik.
Berbeda dengan proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan bagi para
peserta didik. Proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan karena didasari oleh
pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri akan memberikan motivasi dan semangat
yang besar kepada individu tersebut untuk melakukan kegiatan belajar dengan
baik dan sungguh-sungguh yang mengarah pada satu tujuan yang harus dicapai.
Keinginan tersebut disebabkan oleh motivasi yang ada dalam diri sendiri maupun
dari lingkungan seperti dorongan orang tua, dorongan untuk meraih prestasi
belajar di kelas, bersaing untuk mendapatkan nilai sebagai hasil belajar yang
memuaskan, menghadapi tuntutan dan persaingan global yang ada di lingkungan
masyarakat dan sebagainya.
Menurut Surya (2003) motivasi mempunyai karakteristik: (1) sebagai hasil
dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, (3) menopang perilaku. Motivasi
dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran
perilaku.Motivasi muncul dalam setiap individu agar dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang dimulai dari yang paling dasar hingga ke tahap yang paling tinggi
dengan memenuhi setiap tingkatan kebutuhan yang dimilikinya. Setiap individu
yang sudah melewati satu tingkatan kebutuhan akan memiliki motivasi untuk
melanjutkan memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi. Motivasi yang dimiliki
oleh setiap individu memiki tujuan akhir pada setiap jenjang pemenuhan
kebutuhan yang akan menjadi dasar dalam perilaku keseharian dalam usaha
belajar yang dilakukannya. Peserta didik yang memiliki kebutuhan tumbuh dan
tujuan yang terarah dalam hidupnya akan menunjukkan perilaku yang selaras dan
motivasi yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan
yang dia miliki dalam proses belajarnya.
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
85

Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dipengaruhi oleh


beberapa faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya motivasi yang dimiliki
oleh peserta didik. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar peserta didik adalah (1) faktor internal yang disebabkan oleh kondisi fisik,
cita-cita yang dimiliki dan kondisi psikologis peserta didik; (2) faktor lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat; dan (3) faktor lingkungan keluarga yang
dipengaruhi keharmonisan di dalam keluarga dan harapan orang tua.
Berdasarkan pemaparan di atas, batasan motivasi belajar pada penelitian
ini adalah dorongan untuk mewujudkan perilaku atau aktivitas yang ditunjukkan
oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman belajar untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri sebagai peserta didik berupa pencapaian prestasi belajar
yang maksimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik.
2. Batasan Konstektual
Penelitian akan lebih terarah dan terfokus pada masalah motivasi belajar
yang dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan batasan yaitu subjek yang
diambil pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka
Tahun Ajaran 2012. Sampel penelitian diambil dari Kelas XI karena beberapa
faktor pertimbangan sebagai berikut :
a. Secara psikologis, peserta didik kelas XI berada pada masa remaja yang
sedang mencari jati diri dan memiliki semangat untuk mencari
pembelajaran dalam hidupnya.
b. Peserta didik kelas XI mulai menimba ilmu lebih terfokus pada jurusan
IPA, IPS atau Bahasa, sehingga gambaran mengenai motivasi belajar
peserta didik dapat lebih heterogen berdasarkan jurusan yang ada.
c. Peserta didik kelas XI sudah memiliki pengalaman belajar sebagai hasil
dari adapasi pada saat kelas X dan telah memiliki data yang lebih lengkap
seperti hasil tes intelegensi, nilai rapot kelas X, dan prestasi belajar selama
kelas X yang dapat menunjang untuk melengkapi gambaran motivasi
yang dimiliki oleh peserta didik.

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
86

d. Motivasi belajar harus dimiliki oleh setiap individu sejak dini untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai prestasi belajar yang
optimal, sebagai pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
C. Definisi Operasional Variabel
Mc. Donald (Oemar Hamalik, 1992: 173) mengatakan bahwa, motivation
is a energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Belajar menurut Cronbach (Djamarah, 2002:13)
berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of
experiences. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Melihat pemaparan di atas, motivasi belajar dalam penelitian ini
merupakan perubahan energi atau dorongan dari dalam diri (internal) maupun luar
diri (eksternal) individu untuk melakukan aktivitas yang dapat merubah perilaku
menjadi lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang sudah diperoleh.
Menurut Surya (2003) Motivasi mempunyai karakteristik: (1) sebagai hasil
dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, (3) menopang perilaku.Motivasi
dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran
perilaku.Motivasi muncul dalam setiap individu agar dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang dimulai dari yang paling dasar hingga ke tahap yang paling tinggi
dengan memenuhi setiap tingkatan kebutuhan yang dimilikinya. Setiap individu
yang sudah melewati satu tingkatan kebutuhan akan memiliki motivasi untuk
melanjutkan memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi. Motivasi yang dimiliki
oleh setiap individu memiki tujuan akhir pada setiap jenjang pemenuhan
kebutuhan yang akan menjadi dasar dalam perilaku keseharian dalam usaha
belajar yang dilakukannya. Peserta didik yang memiliki kebutuhan tumbuh dan
tujuan yang terarah dalam hidupnya akan menunjukkan perilaku yang selaras dan
motivasi yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan
yang dia miliki dalam proses belajarnya.

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
87

Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik dipengaruhi oleh


beberapa faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya motivasi yang dimiliki
oleh peserta didik. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar peserta didik adalah (1) faktor internal yang disebabkan oleh kondisi fisik,
cita-cita yang dimiliki dan kondisi psikologis peserta didik; (2) faktor lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat; dan (3) faktor lingkungan keluarga yang
dipengaruhi keharmonisan di dalam keluarga dan harapan orang tua.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
dorongan yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka untuk
mewujudkan perilaku atau aktivitas yang ditunjukkan dengan perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman belajar untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri,
berupa pencapaian nilai prestasi belajar maksimal, yang diungkap kuesioner dan
pencapaian nilai prestasi belajar, sebagai gambaran pencapaian aktualisasi diri.
Indikator ketercapaian motivasi belajar dalam penelitian ini merujuk pada
teori hierarki kebutuhan manusia dalam memenuhi setiap jenjang kebutuhan
dalam hidup manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Konsep teori
tersebut diadaptasikan dengan tingkat motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta
didik dalam proses belajarnya dari mulai belajar sebagai kebutuhan dasar sampai
kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri. Karakteristik motivasi belajar tersebut
meliputi aspek-aspek belajar sebagai:
1. Kebutuhan Fisiologis
Pada proses belajar, aplikasi dari tahap kebutuhan yang paling mendasar
ini adalah peserta didik menjadikan proses belajar sebagai kebutuhan pokok utuk
dapat mempertahan hidup (survival). Sehingga proses belajar yang dilakukan oleh
peserta didik dilakukan atas dasar dari dalam diri bukan lagi karena tuntutan dari
orang lain seperti orang tua. Pencapaian belajar dalam tahap kebutuhan ini, akan
dapat dilihat dengan indikator:
a. dapat belajar dengan baik pada saat kebutuhan fisik terpenuhi,
b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar dan
c. tidak mudah putus asa dalam belajar.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
88

Bagi remaja, untuk pemenuhan kebutuhan rasa aman ini perlu diciptakan
iklim kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi yang kondusif yang
dapat memberikan pembelajaran yang positif terhadap remaja untuk
menyelesaikan tugas perkembannya secara optimal.Oleh karena itu, pemberian
kebebasan berekspresi kepada remaja pun perlu bimbingan dari orang dewasa
untuk mencegah terjadinya maladjustment yang dapat menimbulkan perilaku-
perilaku salahsuai dalam perkembangannya. Aplikasi kebutuhan rasa aman ini
dalam proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik dapat ditandai dengan
indikator peserta didik:
a. memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan
sendiri.
b. memiliki dorongan belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang
Kebutuhan akan kasih sayang, atau mencintai dan dicintai dapat dipenuhi
melalui hubungan yang akrab dengan orang lain. Perumusan makna cinta disini,
Maslow sependapat dengan rumusan cinta dari Rogers yaitu: keadaan dimengerti
secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati. Maslow berpendapat bahwa
kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan cinta atau kasih sayang
merupakan penyebab utama dari gangguan emosional atau maladjustment. Peserta
didik yang melakukan proses belajar untuk memenuhi kebutuhan pengakuan dan
kasih sayang dapat terlihat dengan indikator:
a. dorongan untuk diterima oleh orang lain di kelas dalam belajar, dan
b. kemampuan peserta didik untuk mengelola emosi dalam proses belajar
dengan menerima hasil belajar.
4. Kebutuhan Penghargaan
Pemenuhan kebutuhan penghargaan dalam proses belajar yang dilakukan
oleh peserta didik di sekolah dapat terlihat dengan indikator:
a. memiliki kemampuan menghargai diri sendiri dalam proses dan hasil
belajar,
b. memiliki kemampuan untuk bersaing dalam belajar dengan orang lain,
c. adanya penghargaan dalam belajar.
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
89

5. Kebutuhan Kognitif
Perkembangan remaja yang sudah masuk dalam tahap berfikir operasional
formal yang suda mulai mencari segala sesuatu lebih mendalam dengan
kemampuan berfikir abstrak yang dimilikinya sehingga mampu menganalisis
suatu fenomena.Hal tersebut menyebabkan rasa ingin tahu yang lebih besar dari
para remaja terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya. Pemenuhan kebutuhan
ini dilakukan oleh peserta didik dengan indikator:
a. peserta didik aktif bertanya pada proses pembelajaran,
b. memiliki minat yang tinggi dalam belajar,
c. memiliki konsentrasi pada saat belajar, dan
d. keinginan menambah pengetahuan.
6. Kebutuhan Estetik
Kontribusi kebutuhan estetik dalam pemenuhan kebutuhan peserta didik
akan belajar adalah memunculkan rasa nyaman dan peserta didik mampu
memahami karakteristik belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya dan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang memiliki
motivasi belajar untuk memenuhi belajar sebagai kebutuhan keindahan dapat
diukur dengan indikator:
a. mengikuti kegiatan ekstrakulikuler secara aktif sesuai dengan minat
dan bakat,
b. menyukai keindahan dan kerapihan dalam proses belajar, dan
c. menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar.
7. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri yang dapat diraih oleh peserta didik adalah
dengan memperoleh prestasi belajar yang maksimal sebagai hasil dari proses
belajar. Prestasi belajar yang diraih tersebut disesuaikan dengan tingkat
kemampuan dan pemahaman yang dimilik oleh diri sendiri sehingga peserta didik
merasa puas dengan hasil yang dicapai setelah berusaha sendiri, sehingga peserta
didik memiliki perencaan yang matang untuk merih cita-cita yang diinginkannya
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Motivasi yang dimiliki oleh peserta
didik dalam pemenuhan kebutuhan ini ditandai dengan indikator:
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
90

a. adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil,


b. adanya harapan dan cita-cita masa depan, dan
c. mampu mewujudkan prestasi yang terbaik.
D. Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka
Tahun Ajaran 2012-2013. Sampel penelitian diambil dari Kelas XI karena
beberapa faktor pertimbangan sebagai berikut:
a. Secara psikologis, peserta didik kelas XI berada pada masa remaja yang
sedang mencari jati diri dan memiliki semangat untuk mencari
pembelajaran dalam hidupnya.
b. Motivasi belajar harus dimiliki oleh setiap individu sejak dini untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai prestasi belajar yang
optimal, sebagai pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
c. Selain itu, peserta didik kelas XI telah memilki pengalaman belajar di
kelas X sebagai hasil dari adaptasi yang akan memberikan dasar dalam
penyesuaian cara belajar dan kebutuhan belajar yang dimiliki olehnya,
sehingga peserta didik dapat menjaga motivasinya untuk dapat tetap
melakukan proses belajar dengan optimal.
Adapun jumlah populasi pada penelitian ini adalah 296 peserta didik yang
terbagi dalam tiga jurusan dengan jumlah keseluruhan 9 rombongan belajar
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Anggota Populasi
Peserta
No. Jurusan Kelas Jumlah Peserta didik
didik
XI IPA 1 36
XI IPA 2 36
1 IPA 143
XI IPA 3 36
XI IPA 4 35
XI IPS 1 33
2 IPS XI IPS 2 32 133
XI IPS 3 33

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
91

Peserta
No. Jurusan Kelas Jumlah Peserta didik
didik
XI IPS 4 35
3 Bahasa XI BHS 20 20
Total Peserta didik 296

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan acak


sederhana (simple random sampling), yang berarti seluruh individu yang menjadi
anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota
sampel. Setiap individu memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai
sampel, karena individu-individu tersebut dianggap memeliki karakteristik yang
sama. Setiap individu juga bebas dipilih karena pemilihan individu-individu
tersebut tidak akan mempengaruhi individu yang lainnya (Sukmadinata, 2008:
255).
Surakhmad (Jarnadiyanto, 2010: 71) menyarankan, apabila ukuran
populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100, pengambilan sampel sekurang–
kurangnya 50% dari populasi. Apabila ukuran populasi sama atau lebih dari 100,
ukuran sampel diharapkan sekurang – kurangnya 15% - 50% dari jumlah
populasi.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Riduwan (2006:65) yaitu sebagai berikut:
S = 19% + 1000 – n (50% - 15 %)
1000 – 100

Dimana :
S = jumlah sample yang diambil
n = jumlah anggota populasi

S = 19% + 1000 – 296 (50% - 15 %)


1000 – 100
S = 19% + 704 (35 %)
900
S = 19% + 0,782 (35 %)

S = 19% + 27,37 %

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
92

S = 19% + 27,37 %

S = 46,37 %

Dari hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel penelitian sebesar


46,37 % x 296 = 137,26 = 137 peserta didik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat banyak cara dalam mengumpulkan data yang dapat digunakan
dalam sebuah penelitian. Teknik yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
peneliti dan tujuan dari penelitian itu sendiri.Dalam penelitian, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran instrumen untuk
mendapatkan gambaran karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta
didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013.Instrument yang
digunakan beruapa angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup.Responden
diminta untuk memilih alternatif respon dari setiap butir pernyataan yang sudah
disediakan.Data yang diperoleh dalam penelitian berupa angka-angka yang diolah
dengan pemberian bobot skor pada tiap item pernyataan instrument penelitian.
Angket atau kuesioner dalam penelitian digunakan untuk memperoleh data
tentang karakteristik motivasi belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka
Tahun Ajaran 2012-2013. Terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrumen
berdasarkan indikator yang memuat aspek pemenuhan kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan
penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estetika dan kebutuhan aktualisasi
diri. Perumusan kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar
Pernyataan
No Aspek Indikator
+ - ∑
1 Kebutuhan a. Dapat belajar dengan baik 1, 2, 4, 3 5
Fisiologis pada saat kebutuhan fisik 5
terpenuhi.
b. Adanya dorongan dan 6,7,8, 9 5
kebutuhan dalam belajar 10
c. Tidak mudah putus asa dalam 11,12, 14,15 5
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
93

Pernyataan
No Aspek Indikator
+ - ∑
belajar 13
2 Kebutuhan Rasa a. Memiliki usaha untuk 16, 18, 17,19, 5
Aman menyelesaikan masalah 20
dengan kemampuan sendiri
b. Memiliki dorongan belajar 21, 23, 22, 25, 7
yang lebih baik dari 24, 26, 27
sebelumnya
3 Kebutuhan a. Dorongan untuk diterima oleh 28, 29, 32 5
pengakuan dan orang lain di kelas dalam 30, 31
kasih sayang belajar.
b. Kemampuan peserta didik 33, 34 35.36 4
untuk mengelola emosi dalam
proses belajar dengan
menerima hasil belajar.
4 Kebutuhan a. Kemampuan menghargai diri 37,38, 40 4
Penghargaan sendiri dalam proses dan hasil 39
belajar
b. Kemampuan untuk bersaing 41,42, 45 5
dalam belajar dengan orang 43, 44
lain
c. Adanya penghargaan dalam 46, 47, 50 5
belajar 48, 49
5 Kebutuhan a. Peserta didik aktif bertanya 51, 52, 55 5
Kognitif pada proses pembelajaran 53, 54
b. Memiliki minat yang tinggi 56,57 58, 59, 5
dalam belajar 60
c. Memiliki konsentrasi pada 61, 62, 64, 65 5
saat belajar 63
d. Keinginan menambah 66, 67 68,69 4
pengetahuan
6 Kebutuhan a. Menyukai keindahan dan 70, 71, 73, 74 5
Estetika kerapihan dalam proses 72
belajar
b. Menciptakan kegiatan yang 75, 77 76, 78, 5
menarik dalam belajar 79
c. Mengikuti kegiatan 80, 81 82, 83, 5
ekstrakurikuler secara aktif 84,
sesuai dengan minat dan
bakat.
7 Kebutuhan a. Adanya hasrat dan keinginan 85, 86, 87 5
Aktualisasi diri untuk berhasil 88, 89

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
94

Pernyataan
No Aspek Indikator
+ - ∑
b. Adanya harapan dan cita-cita 90, 91, 92, 93 5
masa depan 94
c. Mampu menunjukkan prestasi 95, 96, 97 4
yang terbaik 98
Jumlah Item 61 37 98

F. Uji Coba Alat Pengumpul Data


1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrument bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat ukur
dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Apabila terdapat
butir pernyataan yang tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dibuang
atau direvisi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
Uji kelayakan dilakukan oleh dua dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan yaitu Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd.,
serta satu dosen Jurusan Paedagogik yaitu Dr. H. Mubiar Agutin, M.Pd.. Hasil uji
kelayakan, ada pengajuan dari penimbang untuk menambahkan satu indikator
pada aspek kebutuhan fisiologis, yaitu dapat belajar dengan baik pada saat
kebutuhan fisik terpenuhi. Selain dilakukan penambahan indikator tersebut, dari
98 item pernyataan, semuanya dapat digunakan meski ada beberapa pernyataan
yang harus diperbaiki seperti yang tertera pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Hasil Judgment Instrumen

Kesimpulan Nomor Item Jumlah


Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 88
24, 25, 26, 27, 28, 29, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51,
52, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69,
70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85,
86, 87 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98
Revisi 10, 11, 13, 19, 21, 30, 31, 42, 53, 54 10
Buang --- 0

2. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
instrument yang dikembangkan dapat dipahami oleh peserta didik kelas XI
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
95

SMAN 1 Cimalaka. Uji keterbacaan instrument dilakukan kepada lima peserta


didik kelas XI SMAN 1 Cimalaka yang tidak termasuk dalam sampel penelitian.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan
baik seluruh pernyataan yang baik dari segi bahasa maupun makna yang terdapat
dalam pernyataan, dengan demikian dapat disimpulkan seluruh item pernyataan
dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh peserta didik kelas XI SMAN 1
Cimalaka.
3. Uji validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas merupakan kriteria utama dalam penelitian
kuantitatif terhadap data hasil penelitian.Validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjdi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh peneliti.Sedangkan reliabilitas merupakan derajat konsistensi dan stabilitas
data atau temuan.
Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diketahui setelah dilakukan uji
coba.Uji coba angket dilakukan kepada 30 peserta didik kelas XI SMAN 1
Cimalaka Tahun Ajaran 2012-2013 dengan diberitahukan terlebih dahulu
petunjuk pengisian angket sebelum mengisi angket.
a. Validitas butir
Pengujian validitas butir yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan
mengkorelasikan skor butir dengan skor total.Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Pengujian validitas alat pengumpul
data menggunakan rumus korelasi pearson product-moment dengan skor mentah.
𝑁∑XY − ∑X (∑Y)
rxy =
{𝑁∑X 2 − ∑X)2 {𝑁∑Y 2 − ∑Y)2

Keterangan (Arikunto, 2007:72):


rxy = Koefisien korelasi
∑x = Jumlah skor item
∑y = Jumalh total (seluruh item
∑xy = Jumlah perkalian x dan y
N = Jumlah responden

Pengujian validitas butir dilakukan terhadap 98 butir pernyataan dengan


jumlah subjek 30 peserta didik, dari 98 butir pernyataan diperoleh 64 butir
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
96

pernyataan yang valid dan 34 butir pernyataan yang tidak valid dengan korelasi
rata-rata 2, 06.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Keterangan Nomor item ∑
3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
20, 22, 24, 25, 26, 28, 31, 33, 34, 38, 39, 41, 43,
Valid 44, 47, 48, 50, 51, 53, 55, 57, 58, 59, 61, 62, 65, 64
67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 79, 80, 81, 82,
83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 95.
1,2, 5, 19, 21, 23, 27, 29, 30, 32, 35, 36, 37, 40,
Tidak Valid 42, 45, 46, 49, 52, 54, 56, 60, 63, 64, 66, 76, 77, 34
78, 92, 93, 94, 96, 97, 98.

Setelah dilakukan uji validitas terhadap instrument yang diuji cobakan,


maka bentuk instrument yang layak digunakan hanya 64 butir sebagaimana yang
dipaparkan dalam tabel 3.5 dibawah ini.

Tabel 3.5
Instrument Motivasi Belajar Setelah Uji Validitas

Pernyataan
No. Aspek Indikator
+ - ∑
1 Kebutuhan a. Dapat belajar dengan baik 1 2 2
Fisiologis pada saat kebutuhan fisik
terpenuhi.
b. Adanya dorongan dan 3, 4, 5, 6 5
kebutuhan dalam belajar 7
c. Tidak mudah putus asa dalam 8,9, 10 11,12 5
belajar
2 Kebutuhan Rasa a. Memiliki usaha untuk 13, 15, 14, 16 4
Aman menyelesaikan masalah
dengan kemampuan sendiri
b. Memiliki dorongan belajar 17, 18, 19, 4
yang lebih baik dari 20,
sebelumnya
3 Kebutuhan a. Dorongan untuk diterima oleh 21, 22 2
pengakuan dan orang lain di kelas dalam
kasih sayang belajar.
b. Kemampuan peserta didik 23, 24 2
untuk mengelola emosi dalam
proses belajar dengan

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
97

Pernyataan
No. Aspek Indikator
+ - ∑
menerima hasil belajar.

4 Kebutuhan a. Kemampuan menghargai diri 25, 26 2


Penghargaan sendiri dalam proses dan hasil
belajar
b. Kemampuan untuk bersaing 27, 28, 3
dalam belajar dengan orang 29
lain
c. Adanya penghargaan dalam 30, 31, 32 3
belajar
5 Kebutuhan a. Peserta didik aktif bertanya 33, 34, 3
Kognitif pada proses pembelajaran 35
b. Memiliki minat yang tinggi 36 37, 38, 3
dalam belajar
c. Memiliki konsentrasi pada 39, 40, 41 3
saat belajar
d. Keinginan menambah 42 43,44 3
pengetahuan
6 Kebutuhan a. Menyukai keindahan dan 45, 46, 48, 49 5
Estetika kerapihan dalam proses 47
belajar
b. Menciptakan kegiatan yang 50, 51 2
menarik dalam belajar
c. Mengikuti kegiatan 52, 53 54, 55, 5
ekstrakurikuler secara aktif 56,
sesuai dengan minat dan
bakat.
7 Kebutuhan a. Adanya hasrat dan keinginan 57, 58, 59 5
Aktualisasi diri untuk berhasil 60, 61
b. Adanya harapan dan cita-cita 62, 63, 2
masa depan
c. Mampu menunjukkan prestasi 64 1
yang terbaik
Jumlah Item 42 22 64

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran
dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
98

ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh


subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varian skor perolehan
subjek dengan memanfaatkan program Microsoft Office Excel 2007. Adapun
rumus yangdigunakan dengan metode metode belah dua (split-half method)
dimana jumlah butir pernyataan dibagi dua menjadi jumlah pernyataan nomor
ganjil dan jumlah pernyataan nomor genap dengan menggunakan rumus
Spearmen-Brown sebagai berikut:
2 𝑟1 21 2
𝑟𝑙𝑙 =
(1 + 𝑟 1 2 1 2)
Keterangan(Arikunto, 2007: 93):
rll = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
𝑟1 21 2 = koefisein reliabilitas yang sudah disesuiakan

Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen (rll) sebesar


0.96009.dengan tingkat kepercayaan 95%, artinya tingkat korelasi atau derajat
keterandalan tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah
baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
Keterangan(Arikunto, 2006: 276):
0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah
0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah
0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup
0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi
0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi
G. Prosedur Pengelolaan Data
1. Penyeleksian data
Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk
diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban.Jumlah
angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
99

2. Penskoran
Pengukuran instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk skala
ordinal.Alat yang digunakan dibuat dalam bentuk skala Likert.Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, mengenai motivasi belajar. Alternatif jawaban
yang diberikan kepada responden pada angket ini terdiri atas lima pilihan jawaban
seperti yang tertera pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Pola Skor Alternatif Respon
Model Summated Ratings (Likert)
Pemberian Skor
Alternatif Jawaban Positif Negatif
(favorable) (unfavorable)
Sangat Sesuai (SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Ragu-ragu ( R ) 3 3
Tidak Sesuai (TS) 2 4
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki skor 1-5 dengan bobot
tertentu. Bobotnya ialah:
a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan
positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif
atau skor 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban ragu-ragu (R) memiliki skor 3 pada pernyataan
positif dan negatif.
d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif atau 4 pada pernyataan negatif.
e. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif atau 5 pada pertanyaan negatif.
3. Pengelompokan Skor
Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam
menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai
peserta didik dalam pendistribusian respons terhadap instrumen.Pengelompokkan

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
100

skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek
maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui lima katogeri motivasi belajar
dilakukan pembuatan kategori dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. Menghitung skor total masing-masing responden.
b. Menentukan nilai ideal tertinggi dan terendah.
c. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah.
d. Selisih yang didapat kemudian dibagi lima.
e. Hasil selisih yang didapat adalah besar rentang dari kedua kategori.
f. Menentukan kategori motivasi belajar:
Hasil penelitian diklasifikasikan ke dalam lima kategori sebagai berikut.
Tabel 3.7
Katagori Motivasi Belajar
Rentang Kategori
64-115 Sangat Rendah (SR)
116-167 Rendah (R)
168-219 Sedang (S)
220-271 Tinggi (T)
272-323 Sangat Tinggi (ST)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan kriteria kategori


motivasi belajar peserta didik secara keseluruhan adalah sebegai berikut.
a. Menentukan nilai tertinggi dan terendah dari skor ideal.
Nilai tertinggi: skor maksimal x jumlah pernyataan = 5 x 64 = 320.
Nilai terendah: nilai minimal x jumlah pernyataan = 1 x 64 = 64.
b. Menentukan besar rentang antar kelas dengan menghitung selisih antara
skor tertinggi dengan skor terendah lalu dibagi 5: (320-64)/5 = 51,2.
Sehingga diambil rentang kelas sebanyak 51.
Secara lebih rinci perhitungan skor kriteria motivasi belajar peserta didik
pada gambaran umum, setiap aspek dan setiap indikator dijelaskan dalam tabel
3.8.
Tabel 3.8
Kategori Motivasi Belajar berdasarkan Aspek dan Indikator
No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang
SR 12-21
1. Kebutuhan Fisiologis R 22-31
S 32-41
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
101

No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang


T 42-51
ST 52-61
SR 2-3
R 4-5
a. Dapat belajar dengan baik pada saat
S 6-7
kebutuhan fisik terpenuhi
T 8-9
ST 10-11
SR 5-9
R 10-14
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam
S 15-19
belajar
T 20-24
ST 25-29
SR 5-9
R 10-14
c. Tidak mudah putus asa dalam belajar S 15-19
T 20-24
ST 25-29
SR 8-14
R 15-21
Kebutuhan Rasa Aman S 22-28
T 29-35
ST 36-42
SR 4-7
R 8-11
a. Memiliki usaha untuk menyelesaikan
2. S 12-15
masalah dengan kemampuan sendiri
T 16-19
ST 20-24
SR 4-7
R 8-11
b. Memiliki dorongan belajar yang lebih baik
S 12-15
dari sebelumnya
T 16-19
ST 20-23
SR 4-7
R 8-11
Kebutuhan Pengakuan dan Kasih sayang S 12-15
T 16-19
ST 20-23
SR 2-3
R 4-5
a. Dorongan untuk diterima oleh orang lain di
3. S 6-7
kelas dalam belajar
T 8-9
ST 10-11
SR 2-3
b. Kemampuan peserta didik untuk mengelola R 4-5
emosi dalam proses belajar dengan menerima S 6-7
hasil belajar T 8-9
ST 10-11

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
102

No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang


SR 8-14
R 15-21
Kebutuhan Penghargaan S 22-28
T 29-35
ST 36-42
SR 2-3
R 4-5
a. Memliki kemampuan menghargai diri sendiri
S 6-7
dalam proses dan hasil belajar
T 8-9
ST 10-11
4
SR 3-5
R 6-8
b. Memiliki kemampuan untuk bersaing dalam
S 9-11
belajar dengan orang lain
T 12-14
ST 15-17
SR 3-5
R 6-8
c. Adanya penghargaan dalam belajar S 9-11
T 12-14
ST 15-17
SR 12-21
R 22-31
Kebutuhan Kognitif S 32-41
T 42-51
ST 52-61
SR 3-5
R 6-8
a. Peserta didik aktif bertanya ada proses
S 9-11
pembelajaran
T 12-14
ST 15-17
SR 3-5
R 6-8
5 b. Memiliki minat yang tinggi dalam belajar S 9-11
T 12-14
ST 15-17
SR 3-5
R 6-8
c. Memiliki konsentrasi pada saat belajar S 9-11
T 12-14
ST 15-17
SR 3-5
R 6-8
d. Keinginan menambah pengetahuan S 9-11
T 12-14
ST 15-17
SR 12-21
6 Kebutuhan Estetik
R 22-31

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
103

No. Aspek dan Indikator Katagori Rentang


S 32-41
T 42-51
ST 52-61
SR 5-9
R 10-14
a. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler secara
S 15-19
aktif sesuai dengan minat dan bakat
T 20-24
ST 25-29
SR 2-3
R 4-5
b. Menyukai keindahan dan kerapihan dalam
S 6-7
proses belajar
T 8-9
ST 10-11
SR 5-9
R 10-14
c. Menciptakan kegiatan yang menarik dalam
S 15-19
belajar
T 20-24
ST 25-29
SR 8-14
R 15-21
Kebutuhan Aktualisasi Diri S 22-28
T 29-35
ST 36-42
SR 5-9
R 10-14
a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil S 15-19
T 20-24
ST 25-29
7
SR 2-3
R 4-5
b. Adanya harapan dan cita-cita masa depan S 6-7
T 8-9
ST 10-11
SR 1-1,9
R 2-2,9
c. Mampu mewujudkan prestasi yang baik S 3-3,9
T 4-4.9
ST 5-5,9

4. Uji Validitas Program


Program bimbingan belajar diharapkan dapat mengembangkan motivasi
belajar peserta didik SMAN 1 Cimalaka. Dimensi-dimensi pengembangan
program bimbingan belajar hipotetik yang dianalisis yaitu: rumusan judul,
penggunaan istilah, sistematika program, rumusan rasional program, rumusan

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
104

tujuan program, rumusan komponen program, rumusan kompetensi motivasi


belajar peserta didik, kesesuaian antar komponen program, struktur Satuan
Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK), teknik evaluasi, dan rumusan
indikator keberhasilan.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis kelayakan program, adalah
sebagai berikut.
a. Uji rasional program melibatkan pakar bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan Eka sakti Yudha,
M.Pd.
b. Uji keterbacaan (readability) program melibatkan guru pembimbing di
sekolah yang dilakukan oleh Dra. Euis Arwati.
c. Diskusi terfokus untuk menganalisis kepraktisan model melibatkan
beberapa guru pembimbing di SMAN 1 Cimalaka.

H. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam pelaksanaan penelitian meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Membuat proposal penelitian dan dikonsultasikan dengan dosen mata
kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
2. Persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada
tingkat fakultas.
4. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Jurusan PPB yang
memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan
Rektor UPI, Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan
Provinsi dan Kota Bandung, Kepala Dinas Kota Bandung, kemudian
disampaikan pada Kepala Sekolah SMAN 1 Cimalaka.
5. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada dua dosen
dari Jurusan PPB, yaitu: Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan Eka Sakti

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
105

Yudha, M.Pd., serta dosen Jurususan Paedagogik yaitu Dr. H. Mubiar


Agustin, M.Pd.
6. Melaksanakan penelitian dan pengumpulan data di SMAN 1 Cimalaka.
7. Mengolah dan menganalisis data hasil penyebaran instrumen untuk
memperoleh gambaran motivasi belajar dengan motivasi belajar.
8. Pembuatan program bimbingan hipotetik berdasarkan hasil analisis data
deskripsi motivasi belajar peserta didik baik dalam bentuk angka maupun
analisis situasi dan kondisi sekolah, menentukan program layanan
bimbingan yang hendak dicapai, menentukan jenis kegiatan yang akan
dilakukan, penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam
kegiatan, penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang telah ditetapkan, dan persiapan fasilitas pelaksanaan
kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan.
9. Uji kelayakan (validasi) program bimbingan hipotetik dilaksanakan
kepada dua dosen jurusan PPB, yaitu: Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan
Eka Sakti Yudha, M.Pd., sedangkan dari pihak praktisi dilaksanakan
kepada guru BK SMAN 1 Cimalaka, yaitu Dra. Euis Arwati.
10. Penyempurnaan program berdasarkan hasil diskusi dan penilaian yang
telah dilakukan, sehingga program tersebut memiliki kelayakan untuk
dilaksanakan.

Ari Barkah, 2013


Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai