METODE PENELITIAN
80
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
diri (eksternal) individu untuk melakukan aktivitas yang dapat merubah perilaku
menjadi lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang sudah diperoleh.
Penelitian ini berdasar pada konsep teori motivasi jenjang kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow.Setiap individu memiliki keinginan dan
harapan yang dianggap sebagai kebutuhan dalam hidupnya.Pada hakikatnya setiap
individu selalu dituntut dan berkeinginan untuk melakukan hal yang lebih setelah
selesai melakukan suatu pekerjaan untuk melanjutkan pekerjaan yang lain dan
mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Maslow sangat percaya bahwa perilaku
manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri,
mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah
menurut Maslow yang mampu memotivasi perilaku individu (Djamarah,
2002:114-115).
Maslow (Uno, 2011) mengemukakan lima tingkatan atau hierarki
kebutuhan setiap individu, yaitu: (1) Kebutuhan Fisiologis: kebutuhan yang harus
dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara
untuk bernapas, dan sebagainya; (2) Kebutuhan Rasa Aman: setelah kebutuhan
fisiologis seseorang telah terpenuhi, perhatian dapat diarahkan kepada kebutuhan
akan keselamatan. Keselamatan itu, termasuk merasa aman dari setiap jenis
ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin; (3) kebutuhan akan Cinta
Kasih atau Kebutuhan Sosial: ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan
fisiologis dan rasa aman, kepentingan berikutnya adalah hubungan antarmanusia.
Cinta kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin disadari
melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam, tetapi juga
dicerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial;
(4) Kebutuhan akan Penghargaan: percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan
akan pengakuan orang lain; (5) Kebutuhan Aktualisasi Diri: kebutuhan tersebut
ditempatkan paling atas pada hierarki Maslow dan berkaitan dengan keinginan
pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan lain sudah terpenuhi individu ingi
mencapai secara penuh potensi yang dimilikinya.
pada suatu kewajiban dan motif-motif tertentu yang akan mendorong dan
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan usaha-usaha
dalam proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapakan. Proses
belajar yang dilakukan atas dasar kewajiban namun tidak memiliki motif yang
mengarahkan pada satu tujuan yang harus dicapai, akan menghasilkan proses
belajar yang kurang baik bahkan cenderung seenaknya dan hasil belajar yang
kurang baik.
Berbeda dengan proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan bagi para
peserta didik. Proses belajar yang sudah menjadi kebutuhan karena didasari oleh
pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri akan memberikan motivasi dan semangat
yang besar kepada individu tersebut untuk melakukan kegiatan belajar dengan
baik dan sungguh-sungguh yang mengarah pada satu tujuan yang harus dicapai.
Keinginan tersebut disebabkan oleh motivasi yang ada dalam diri sendiri maupun
dari lingkungan seperti dorongan orang tua, dorongan untuk meraih prestasi
belajar di kelas, bersaing untuk mendapatkan nilai sebagai hasil belajar yang
memuaskan, menghadapi tuntutan dan persaingan global yang ada di lingkungan
masyarakat dan sebagainya.
Menurut Surya (2003) motivasi mempunyai karakteristik: (1) sebagai hasil
dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, (3) menopang perilaku. Motivasi
dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran
perilaku.Motivasi muncul dalam setiap individu agar dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang dimulai dari yang paling dasar hingga ke tahap yang paling tinggi
dengan memenuhi setiap tingkatan kebutuhan yang dimilikinya. Setiap individu
yang sudah melewati satu tingkatan kebutuhan akan memiliki motivasi untuk
melanjutkan memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi. Motivasi yang dimiliki
oleh setiap individu memiki tujuan akhir pada setiap jenjang pemenuhan
kebutuhan yang akan menjadi dasar dalam perilaku keseharian dalam usaha
belajar yang dilakukannya. Peserta didik yang memiliki kebutuhan tumbuh dan
tujuan yang terarah dalam hidupnya akan menunjukkan perilaku yang selaras dan
motivasi yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan
yang dia miliki dalam proses belajarnya.
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
85
d. Motivasi belajar harus dimiliki oleh setiap individu sejak dini untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencapai prestasi belajar yang
optimal, sebagai pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
C. Definisi Operasional Variabel
Mc. Donald (Oemar Hamalik, 1992: 173) mengatakan bahwa, motivation
is a energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Belajar menurut Cronbach (Djamarah, 2002:13)
berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of
experiences. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Melihat pemaparan di atas, motivasi belajar dalam penelitian ini
merupakan perubahan energi atau dorongan dari dalam diri (internal) maupun luar
diri (eksternal) individu untuk melakukan aktivitas yang dapat merubah perilaku
menjadi lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang sudah diperoleh.
Menurut Surya (2003) Motivasi mempunyai karakteristik: (1) sebagai hasil
dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, (3) menopang perilaku.Motivasi
dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran
perilaku.Motivasi muncul dalam setiap individu agar dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang dimulai dari yang paling dasar hingga ke tahap yang paling tinggi
dengan memenuhi setiap tingkatan kebutuhan yang dimilikinya. Setiap individu
yang sudah melewati satu tingkatan kebutuhan akan memiliki motivasi untuk
melanjutkan memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi. Motivasi yang dimiliki
oleh setiap individu memiki tujuan akhir pada setiap jenjang pemenuhan
kebutuhan yang akan menjadi dasar dalam perilaku keseharian dalam usaha
belajar yang dilakukannya. Peserta didik yang memiliki kebutuhan tumbuh dan
tujuan yang terarah dalam hidupnya akan menunjukkan perilaku yang selaras dan
motivasi yang kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan
yang dia miliki dalam proses belajarnya.
Bagi remaja, untuk pemenuhan kebutuhan rasa aman ini perlu diciptakan
iklim kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi yang kondusif yang
dapat memberikan pembelajaran yang positif terhadap remaja untuk
menyelesaikan tugas perkembannya secara optimal.Oleh karena itu, pemberian
kebebasan berekspresi kepada remaja pun perlu bimbingan dari orang dewasa
untuk mencegah terjadinya maladjustment yang dapat menimbulkan perilaku-
perilaku salahsuai dalam perkembangannya. Aplikasi kebutuhan rasa aman ini
dalam proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik dapat ditandai dengan
indikator peserta didik:
a. memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan
sendiri.
b. memiliki dorongan belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang
Kebutuhan akan kasih sayang, atau mencintai dan dicintai dapat dipenuhi
melalui hubungan yang akrab dengan orang lain. Perumusan makna cinta disini,
Maslow sependapat dengan rumusan cinta dari Rogers yaitu: keadaan dimengerti
secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati. Maslow berpendapat bahwa
kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan cinta atau kasih sayang
merupakan penyebab utama dari gangguan emosional atau maladjustment. Peserta
didik yang melakukan proses belajar untuk memenuhi kebutuhan pengakuan dan
kasih sayang dapat terlihat dengan indikator:
a. dorongan untuk diterima oleh orang lain di kelas dalam belajar, dan
b. kemampuan peserta didik untuk mengelola emosi dalam proses belajar
dengan menerima hasil belajar.
4. Kebutuhan Penghargaan
Pemenuhan kebutuhan penghargaan dalam proses belajar yang dilakukan
oleh peserta didik di sekolah dapat terlihat dengan indikator:
a. memiliki kemampuan menghargai diri sendiri dalam proses dan hasil
belajar,
b. memiliki kemampuan untuk bersaing dalam belajar dengan orang lain,
c. adanya penghargaan dalam belajar.
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
89
5. Kebutuhan Kognitif
Perkembangan remaja yang sudah masuk dalam tahap berfikir operasional
formal yang suda mulai mencari segala sesuatu lebih mendalam dengan
kemampuan berfikir abstrak yang dimilikinya sehingga mampu menganalisis
suatu fenomena.Hal tersebut menyebabkan rasa ingin tahu yang lebih besar dari
para remaja terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya. Pemenuhan kebutuhan
ini dilakukan oleh peserta didik dengan indikator:
a. peserta didik aktif bertanya pada proses pembelajaran,
b. memiliki minat yang tinggi dalam belajar,
c. memiliki konsentrasi pada saat belajar, dan
d. keinginan menambah pengetahuan.
6. Kebutuhan Estetik
Kontribusi kebutuhan estetik dalam pemenuhan kebutuhan peserta didik
akan belajar adalah memunculkan rasa nyaman dan peserta didik mampu
memahami karakteristik belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya dan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang memiliki
motivasi belajar untuk memenuhi belajar sebagai kebutuhan keindahan dapat
diukur dengan indikator:
a. mengikuti kegiatan ekstrakulikuler secara aktif sesuai dengan minat
dan bakat,
b. menyukai keindahan dan kerapihan dalam proses belajar, dan
c. menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar.
7. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri yang dapat diraih oleh peserta didik adalah
dengan memperoleh prestasi belajar yang maksimal sebagai hasil dari proses
belajar. Prestasi belajar yang diraih tersebut disesuaikan dengan tingkat
kemampuan dan pemahaman yang dimilik oleh diri sendiri sehingga peserta didik
merasa puas dengan hasil yang dicapai setelah berusaha sendiri, sehingga peserta
didik memiliki perencaan yang matang untuk merih cita-cita yang diinginkannya
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Motivasi yang dimiliki oleh peserta
didik dalam pemenuhan kebutuhan ini ditandai dengan indikator:
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
90
Peserta
No. Jurusan Kelas Jumlah Peserta didik
didik
XI IPS 4 35
3 Bahasa XI BHS 20 20
Total Peserta didik 296
Dimana :
S = jumlah sample yang diambil
n = jumlah anggota populasi
S = 19% + 27,37 %
S = 19% + 27,37 %
S = 46,37 %
Pernyataan
No Aspek Indikator
+ - ∑
belajar 13
2 Kebutuhan Rasa a. Memiliki usaha untuk 16, 18, 17,19, 5
Aman menyelesaikan masalah 20
dengan kemampuan sendiri
b. Memiliki dorongan belajar 21, 23, 22, 25, 7
yang lebih baik dari 24, 26, 27
sebelumnya
3 Kebutuhan a. Dorongan untuk diterima oleh 28, 29, 32 5
pengakuan dan orang lain di kelas dalam 30, 31
kasih sayang belajar.
b. Kemampuan peserta didik 33, 34 35.36 4
untuk mengelola emosi dalam
proses belajar dengan
menerima hasil belajar.
4 Kebutuhan a. Kemampuan menghargai diri 37,38, 40 4
Penghargaan sendiri dalam proses dan hasil 39
belajar
b. Kemampuan untuk bersaing 41,42, 45 5
dalam belajar dengan orang 43, 44
lain
c. Adanya penghargaan dalam 46, 47, 50 5
belajar 48, 49
5 Kebutuhan a. Peserta didik aktif bertanya 51, 52, 55 5
Kognitif pada proses pembelajaran 53, 54
b. Memiliki minat yang tinggi 56,57 58, 59, 5
dalam belajar 60
c. Memiliki konsentrasi pada 61, 62, 64, 65 5
saat belajar 63
d. Keinginan menambah 66, 67 68,69 4
pengetahuan
6 Kebutuhan a. Menyukai keindahan dan 70, 71, 73, 74 5
Estetika kerapihan dalam proses 72
belajar
b. Menciptakan kegiatan yang 75, 77 76, 78, 5
menarik dalam belajar 79
c. Mengikuti kegiatan 80, 81 82, 83, 5
ekstrakurikuler secara aktif 84,
sesuai dengan minat dan
bakat.
7 Kebutuhan a. Adanya hasrat dan keinginan 85, 86, 87 5
Aktualisasi diri untuk berhasil 88, 89
Pernyataan
No Aspek Indikator
+ - ∑
b. Adanya harapan dan cita-cita 90, 91, 92, 93 5
masa depan 94
c. Mampu menunjukkan prestasi 95, 96, 97 4
yang terbaik 98
Jumlah Item 61 37 98
2. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
instrument yang dikembangkan dapat dipahami oleh peserta didik kelas XI
Ari Barkah, 2013
Pengembangan Program Bimbingan Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Peserta Didik Sma
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
95
pernyataan yang valid dan 34 butir pernyataan yang tidak valid dengan korelasi
rata-rata 2, 06.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Keterangan Nomor item ∑
3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
20, 22, 24, 25, 26, 28, 31, 33, 34, 38, 39, 41, 43,
Valid 44, 47, 48, 50, 51, 53, 55, 57, 58, 59, 61, 62, 65, 64
67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 79, 80, 81, 82,
83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 95.
1,2, 5, 19, 21, 23, 27, 29, 30, 32, 35, 36, 37, 40,
Tidak Valid 42, 45, 46, 49, 52, 54, 56, 60, 63, 64, 66, 76, 77, 34
78, 92, 93, 94, 96, 97, 98.
Tabel 3.5
Instrument Motivasi Belajar Setelah Uji Validitas
Pernyataan
No. Aspek Indikator
+ - ∑
1 Kebutuhan a. Dapat belajar dengan baik 1 2 2
Fisiologis pada saat kebutuhan fisik
terpenuhi.
b. Adanya dorongan dan 3, 4, 5, 6 5
kebutuhan dalam belajar 7
c. Tidak mudah putus asa dalam 8,9, 10 11,12 5
belajar
2 Kebutuhan Rasa a. Memiliki usaha untuk 13, 15, 14, 16 4
Aman menyelesaikan masalah
dengan kemampuan sendiri
b. Memiliki dorongan belajar 17, 18, 19, 4
yang lebih baik dari 20,
sebelumnya
3 Kebutuhan a. Dorongan untuk diterima oleh 21, 22 2
pengakuan dan orang lain di kelas dalam
kasih sayang belajar.
b. Kemampuan peserta didik 23, 24 2
untuk mengelola emosi dalam
proses belajar dengan
Pernyataan
No. Aspek Indikator
+ - ∑
menerima hasil belajar.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran
dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen
2. Penskoran
Pengukuran instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk skala
ordinal.Alat yang digunakan dibuat dalam bentuk skala Likert.Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, mengenai motivasi belajar. Alternatif jawaban
yang diberikan kepada responden pada angket ini terdiri atas lima pilihan jawaban
seperti yang tertera pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Pola Skor Alternatif Respon
Model Summated Ratings (Likert)
Pemberian Skor
Alternatif Jawaban Positif Negatif
(favorable) (unfavorable)
Sangat Sesuai (SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Ragu-ragu ( R ) 3 3
Tidak Sesuai (TS) 2 4
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki skor 1-5 dengan bobot
tertentu. Bobotnya ialah:
a. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan
positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif
atau skor 2 pada pernyataan negatif.
c. Untuk pilihan jawaban ragu-ragu (R) memiliki skor 3 pada pernyataan
positif dan negatif.
d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif atau 4 pada pernyataan negatif.
e. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif atau 5 pada pertanyaan negatif.
3. Pengelompokan Skor
Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam
menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai
peserta didik dalam pendistribusian respons terhadap instrumen.Pengelompokkan
skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek
maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui lima katogeri motivasi belajar
dilakukan pembuatan kategori dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. Menghitung skor total masing-masing responden.
b. Menentukan nilai ideal tertinggi dan terendah.
c. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah.
d. Selisih yang didapat kemudian dibagi lima.
e. Hasil selisih yang didapat adalah besar rentang dari kedua kategori.
f. Menentukan kategori motivasi belajar:
Hasil penelitian diklasifikasikan ke dalam lima kategori sebagai berikut.
Tabel 3.7
Katagori Motivasi Belajar
Rentang Kategori
64-115 Sangat Rendah (SR)
116-167 Rendah (R)
168-219 Sedang (S)
220-271 Tinggi (T)
272-323 Sangat Tinggi (ST)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam pelaksanaan penelitian meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Membuat proposal penelitian dan dikonsultasikan dengan dosen mata
kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
2. Persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada
tingkat fakultas.
4. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Jurusan PPB yang
memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan
Rektor UPI, Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan
Provinsi dan Kota Bandung, Kepala Dinas Kota Bandung, kemudian
disampaikan pada Kepala Sekolah SMAN 1 Cimalaka.
5. Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada dua dosen
dari Jurusan PPB, yaitu: Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd., dan Eka Sakti