Anda di halaman 1dari 13

LOPORAN SINGKAT HASIL OBSERVASI PERKEMBANGAN PESERTA

DIDIK SESUAI DENGAN TEORI PERKEMBANGAN SEBAGAI SARANA


MENGETAHUI KONDISI PESERTA DIDIK DI SMAN 74 JAKARTA

Mata Kuliah: Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Disusun Oleh:
Chety Mustikaning Westri
Dosen Pengampu:

ROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PRAJABATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PROF. DR. HAMKA
2023
DAFTAR ISI

Cover 1
Daftar Isi 1
BAB 1 Pendahuluan 1
Identitas Peserta Didik 2
Perencanaan Observasi (Panduan Observasi) 3
BAB 2 Hasil Analisa Data 4
Uraian Mengenai Hasill Observasi 5
Type chapter title (level 3) 6
BAB 3 Penutup 4
Uraian Mengenai Hasill Observasi 5
Daftar Pustaka 4
Lampiran 4
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Identitas Peserta Didik

Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) Peserta didik merupakan sumber utama dan terpenting
dalam proses pendidikan formal. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak
bisa mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu kehadiran peserta didik menjadi
keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut
interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Sudarwan Danim (2010: 2) menambahkan bahwa terdapat hal-hal essensial mengenai hakikat
peserta didik, yaitu:
 Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotorik.
 Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan
dan pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
 Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekedar miniatur
orang dewasa.
 Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus
dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaan.
 Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab bagi proses belajar pribadi dan
menjadi pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat.
 Peserta didik memiliki adaptabilitas didalam kelompok sekaligus mengembangkan
dimensi individualitasnya sebagai insan yang unik.
 Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan
kelompok, serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa termasuk
gurunya.
 Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam menghadap
lingkungannya.
 Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling dominan untuk
membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.
 Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki aneka keunggulan, namun tidak
akan mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.

Disamping itu Oemar Hamalik (2004: 99) menjelaskan bahwa Peserta didik merupakan salah
satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran.
Sedangkan Samsul Nizar (2002: 47) menjelaskan bahwa Peserta didik merupakan orang yang
dikembangkan.
Dilain pihak Abu Ahmadi (1991: 251) juga menjelaskan tentang pengertian peserta didik yaitu
Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan,
sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu
pribadi atau individu.

Peserta didik di SMAN 74 Jakarta termasuk ke dalam klasifikasi tahap operational dengan
rentang usia antara 12 tahun hingga dewasa. Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget,
pada tahap ini peserta didik sudah memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan
memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Setiap peserta
didik pada tahap ini bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan
penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.

Berdasarkan hasil observasi, peserta didik di SMA Negeri 74 Jakarta memiliki keberagaman
latar belakang suku, budaya, dan agama. Walaupun mayoritas siswa berasal dari suku betawi,
namun tetap terdapat siswa yang berasal dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Peserta didik
juga berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi menengah kebawah yang terletak di
lingkungan Kostrad Jakarta Selatan. Berikut merupakan identitas peserta didik siswa kelas X-6
SMA Negeri 74 Jakarta yang saya observasi.
1.1 Tabel Identitas Peserta Didik
Nama Afif Nurfadillah Syahputra
Kelas X-6
Tempat Tanggal Lahir Jakarta Selatan
Alamat Jl.Praja Dalam FGG No. 28 Jakarta Selatan
SMA SMAN 74 Jakarta

1.2 Perencanaan Observasi


Kegiatan observasi karakteristik peserta didik dilaksanakan pada Rabu tanggal 18 Januari 2023
di kelas X-6. Proses observasi yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi
secara detail agar nantinya dapat digunakan untuk menentukan perencanaan pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik dan tingkat capaian peserta didik sesuai dengan tahap
perkembangannya. Pengambilan data dan informasi karakteristik peserta didik dilakukan dengan
langkah pertama yaitu membuat panduan observasi. Penyusunan panduan observasi perlu
dilakukan agar observasi yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien sehingga data yang
didapatkan bersifat relevan dan sesuai dengan fakta di lapangan.

Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai


ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi dilakukan dengan
pengamatan secara langsung di lapangan atau di lingkungan penelitian. Dalam hal ini, peneliti
melakukan pengamatan secara langsung di kelas X-6 SMA Negeri 74 Jakarta. Adapun aspek
yang diamati pada peserta didik adalah:
 Perkembangan fisiologis peserta didik
 Perkembangan psikologis: kognitif, emosi, psikososial, dan moral
 Motivasi belajar
Berikut ini merupakan detail panduan observasi yang telah disiapkan
1.2 Tabel Panduan Observasi
No Aspek Yang Diamati Pengamatan
1 Perkembangan a. Perkembangan fisik masa anak-anak
Fisiologis Peserta Didik b. Perkembangan fisik masa remaja
2 Perkembangan a. Teori Piaget sesuai usia peserta didik
Psikologis: Kognitif, b. Teori Ekologi Bronfenbrenner
Emosi, Psikososial, dan c. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erik Erikson
Moral d. Teori Perkembangan Kohlberg
3 Motivasi Belajar a. Tekun dalam belajar
b. Ulet dalam menghadapi tugas dan kesulitan
c. Senang bekerja mandiri
d. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

Sebelum melakukan kegiatan wawancara, penulis menyusun terlebih dahulu daftar pertanyaan
yang akan diajukan kepada objek yang diamati. Daftar pertanyaan yang disusun diawal berguna
agar proses pengambilan data dan informasi berjalan terarah sehingga tujuan observasi dapat
tercapai. Adapun instrument yang disiapkan dalam pengambilan data adalah wawancara secara
langsung kepada objek yang mencakup serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang sudah
disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Tujuan penulis melakukan wawancara secara
langsung adalah agar informasi yang diperoleh bersifat valid dan akurat.
BAB II

HASIL ANALISIS DATA

2.1 Hasil Analisis Data

Berdasarkan kegiatan observasi yang dilakukan pada peserta didik kelas X-6 SMA Negeri 74
Jakarta, menunjukkan bahwa peserta didik telah tumbuh sesuai dengan tahap perkembangannya
baik secara fisiologis dan psikologis, serta memiliki motivasi belajara yang baik. Adapun hasil
kegiatan observasi yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut:

2.1.1 Perkembangan Fisiologis Peserta Didik

Perkembangan fisiologis merupakan perkembangan yang berkaitan dengan perubahan cara kerja
tubuh manusia yang meliputi perubahan bentuk tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan
motoric. Terdapat aspek-aspek perkembangan fisiologis menurut Kuhlen dan Thompson
(Hurlock, 1956) antara lain sebagai berikut :
 Sistem syaraf (perkembangan kecerdasan dan emosi)
 Otot – otot (kekuatan dan kemampuan gerak motorik)
 Kelenjar Endokrin (perubahan – perubahan pola tingkah laku baru)
 Struktur fisik/tubuh (perubahan tinggi, berat, dan proporsi)

Perubahan fisiologis pada otak merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia
karena otak adalah sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga semakin sempurna
struktur otak maka akan meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds,
2001).

Peserta didik yang penulis observasi yaitu

2.1.2 Perkembangan Psikologis Peserta Didik

Perkembangan psikologi merupakan perkembangan perubahan aspek jiwa dan mental serta
perbuatan atau tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan interaksi lingkungan dan
kehidupannya.
Perkembangan psikologis meliputi perkembangan kognitif, emosi, psikososial, dan moral.

 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan kemampuan individu untuk berpikir lebih kompleks


yang meliputi perkembangan kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah
(problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intellegence),
dan bakat (aptittude). Semakin berkembangnya kemamapuan kognitif akan memudahkan
anak menguasai pengetahuan yang lebih luas, sehingga anak mampu menyelesaikan
tugas perkembangannya dengan baik, serta mampu berinteraksi dengan masyarakat dan
lingkunganya.

Perkembangan kognitif memiliki tahapan-tahapan Perubahan yang terjadi dalam


rentang kehidupan manusia untuk memahami dan mengolah informasi, memecahkan
masalah, serta mengetahui sesuatu yang meliputi perubahan dalam belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak
yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan
kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak).
Hasil observasi saya pada

 Perkembangan Emosi
Pengertian emosi menurut Crow & Crow (dalam Sunarto, 2002:149) adalah pengalaman
afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dari
fisiologis dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Dengan demikian emosi adalah
warna afektif yang kuat yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisiologis misalnya
ketika marah maka peredaran darah lebih cepat atau pupil mata menjadi besar.

Masa remaja sering dianggap sebagai periode “badai dan topan”, yaitu suatu masa di
mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisiologis dan kelenjar.
Perkembangan emosi pada masa remaja awal menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif
yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif
dan temperamental seperti mudah tersinggung, marah, atau mudah sedih dan murung.
Hurlock (dalam Syamsu Yusuf, 2002:196) mengemukakan bahwa remaja usia 14 tahun
seringkali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung meledak-ledak,
tidak berusaha mengendalikan perasaannya.
 Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial merupakan pencapaian suatu kemampuan untuk


berperilaku/bersikap sesuai dengan harapan sosial yang berlaku di lingkungan sosialnya.
Individu dikatakan sesuai dengan harapan sosial jika mencakup paling tidak tiga
komponen, yaitu:
a. Belajar berperilaku dengan cara yang disetujui secara social.
b. Bermain dalam peranan yang disetujui secara social.
c. Pengembangan sikap social.
Hurlock menyatakan indikator dari perilaku sosial dinyatakan sukses adalah adanya
kerjasama, persaingan yang sehat, keamauan berbagi (sharing), minat untuk diterima,
simpati, empati, ketergantungan, persahabatan, keinginan permanfaat, imitasi, dan
perilaku lekat (Hartinah, 2010: 37).

Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja (12-18 tahun) sudah


memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan yang berbeda dengan norma
yang berlaku sebelumnya di dalam keluarga. Remaja mulai menghadapi lingkungan yang
lebih kompleks dengan cakrawala interaksi sosial dan pergaulan yang cukup luas. Pada
jenjang ini, remaja sudah memiliki kemampuan untuk memahami orang lain, memahami
bahwa setiap individu itu unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, maupun
perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk dapat menjalin hubungan social
yang lebih baik dan akrab terutama dengan teman sebayanya.

Perkembangan sosial yang terjadi pada remaja telah dipengaruhi oleh pergaulan yang
sudah dilewatinya di lingkungan keluarga, teman sepermainan, dan lingkungan sekolah.
Dimana hasil kombinasi pergaulan di lingkungan ini akan diaplikasikan di lingkungan
pada masa remajanya. Artinya, factor lingkungan keluarga, teman sepermainan, dan
sekolah akan tampak dalam bentuk tingkah laku kesehariannya.

Hasil observasi saya pada


 Perkembangan Moral
Moral, diambil dari bahasa latin mos (jamak, morse) yang berarti kebiasaan, adat.
Sementara moralitas secara lughawi juga berasal dari kata mos bahasa latin (jamak,
morse) yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Kata bermoral mengacu pada bagaimana
suatu masyarakat yang berbudaya berperilaku. Dalam kamus pisikologi (Chaplin, 2006)
dituliskan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan social atau
menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Perilaku moral
adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok social (Hurlock, Edisi ke-6
1990).

Perkembangan moral merupakan perkembangan yang diharapkan oleh kelompok


terhadap individu untuk berprilaku sesuai dengan kelompoknya. Dalam hal ini
perkembangan moral remaja diharapkan sudah dapat mengganti konsep-konsep moral
yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi
sebagai pedoman bagi perilakunya.

Michel (dalam Sunaryo, 2002:171) mengemukakan lima perubahan dasar dalam moral
yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu:
a. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi abstrak.
b. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yan benar dan kurang pada apa yang
salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
c. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani
mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d. Penilaian moral menjadi egosentris.
e. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian
moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi.
Menurut Kohlberg (dalam Sunaryo, 2002:172) terdapat tingkat perkembangan moral,
yaitu:

a. Pra-Konvensional (stadium 1 dan 2): pada stadium 1, anak berorientasi pada


kepatuhan dan hukuman yang secara mutlak bergantung pada aturan yang berlaku
di luar dirinya. Sedangkan pada stadium 2, anak bergantung pada kebutuhan dan
kesanggupan.
b. Konvensional (stadium 3 dan 4): pada stadium 3, anak memperlihatkan orientasi
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.
Sedangkan pada stadium 4, anak sudah dapat mempertahankan norma-norma
sosial dan otoritas.
c. Pasca-Konvensional (stadium 5 dan 6): Stadium 5 merupakan tahap orientasi
terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada stadium ini ada
hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dengan
masyarakat. Sedangkan pada stadium 6, tingkah laku yang diterapkan di
lingkungan harus menjadi tanggung jawab sendiri.

Menurut Kohlberg, anak remaja harus mencapai tingkat perkembangan moral pasca-
konvensional.

Hasil observasi yang saya lakukan pada… menunjukkan bahwa peserta didik telah
mencapai tingkat perkembangan pasca-konvensional.

2.1.3 Motivasi Belajar

Menurut Fillmore H. Standford dalam buku Mangkunegara (2017:93) mengatakan bahwa


“motivation as an energizing condition of the organism that services to direct that organism
toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia
ke arah suatu tujuan tertentu). Menurut Sardiman (2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini, daya penggerak atau dorongan merupakan alat untuk
melakukan aktivitas belajar.
Menurut Sardiman (2018:75) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai. Selain itu, Uno (2017:23), mengatakan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk 11
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung.

Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar merupakan dorongan dalam diri siswa untuk memiliki semangat, minat, dan gairah dalam
belajar agar dapat mencapai cita-cita atau impian yang diinginkan.

Menurut Tambunan (2015:196), ada 2 jenis motivasi dalam diri individu yaitu:

a. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan dari diri seseorang. Motivasi ini
biasanya timbul karena adanya harapan, tujuan dan keinginan seseorang terhadap sesuatu
sehingga dia memiliki semangat untuk mencapai itu.
b. Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan diperoleh dari luar diri
seseorang. Motivasi ini biasanya dalam bentuk nilai dari suatu materi, misalnya imbalan
dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh atas suatu upaya yang telah
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai