Disusun Oleh:
Kelompok 3
Ardhya Meilya Rizky Arivadany 102011133005
Putri Mutiara Haryadi 102011133062
Alif Fatimatuz Zahro 102011133066
Laksita Carmelian 102011133121
Shoffiyah Hanin Azzahra 102011133160
Rosa Azizah 102011133230
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelaksanaan program Dance Four Life di Bandar Lampung.
2. Menganalisis dan memahami hasil analisis program Dance Four Life di Bandar
Lampung menggunakan teori intervention mapping.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Step 1: Need Assessment
Penentuan kebutuhan merupakan studi sistematis dari ketidaksesuaian antara
apa yang terjadi dan apa yang hams dilakukan pada suatu kelompok dan situasi
(Gilmore & Campbell, 1996). Penilaian kebutuhan harus terdiri dari kapasitas
masyarakat dan opini dari stakeholder atau pihak yang tertarik dan pada masalah dan
solusi dari masalah tersebut untuk menetapkan program yang diinginkan. Pada tahap
pertama, sebelum memulai merencanakan intervensi, perencana program
menganalisis masalah kesehatan, kualitas hidup, perilaku dan lingkungan yang
berkaitan dengan populasi berisiko. Selain itu, perencanaan intervensi dapat dilakukan
dengan menilai masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku dan kondisi
lingkungan dan faktor-faktor penentu yang terkait dengan populasi. Perencana
program mendiskusikan mendiskusikan permasalahan permasalahan yang ada di
lapangan, lalu membuat tahapan program sesuai dengan intervensi kebutuhan
program. Perencana dalam langkah ini harus menyelesaikan tugas sebagai berikut
(Bartholomew, Parcel, Kok, & Gottlied, 2006) :
1. Membangun dan bekerja dengan kelompok perencanaan (Establish a planning
group or meeting of community participant)
2. Melakukan penilaian kebutuhan untuk membuat model logika masalah (Conduct
the need assesment using the PRECEEDE model)
3. Menjelaskan konteks untuk intervensi, termasuk populasi, lingkungan dan
masyarakat (Balance the need assessment with an assessment of community
capacity)
4. Menyebutkan tujuan program (Link the needs assessment to evaluation planning
by establishing desired program outcomes)
Apabila tahapan tersebut diaplikasikan pada program Dance four life
(Dance4life) , maka :
Dance four life merupakan program yang digagas oleh LSM PKBI
Provinsi Lampung dengan sasaran remaja berusia 13-19 tahun yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran remaja mengenai HIV dan AIDS,
kekerasan seksual dan kehamilan tidak diinginkan.
b. Matriks (Interpersonal)
Performance D1 D2 D3 D4 D5
Objective Sikap Pengetahuan Kepercayaan Ketersediaan Pelayanan
layanan Kesehatan
kesehatan
c. Matriks (Community)
Performance Objective D1 D2
Ketersediaan Sumber Daya Keterjangkauan
d. Matriks (Organizational)
Performance Objective D1
Ketersediaan Sumber Daya
Mensosialisasikan dan melakukan peninjauan ulang secara Meningkatkan monitoring dan evaluasi
rutin agar pelaksanaan program Dance for life di Kota terkait pengelolaan dana, pengalokasian dana,
Bandar Lampung dapat terlaksana secara maksimal. dan proses verifikasi terhadap pelaksanaan
program Dance for life.
C. Step 3: Theory-Based Methods and Practical Strategie
Theoretical method merupakan teknik general atau proses yang dilakukan
untuk mempengaruhi perubahan faktor-faktor penentu perilaku dan kondisi
lingkungan. Sedangkan, practical strategy adalah teknik spesifik sebagai
pengaplikasian dari theoretical method yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
populasi intervensi dan di mana intervensi akan dilakukan. Perbedaan antara
theoretical methods dan practical strategies dapat membingungkan. Pada intinya,
methods harus selalu dipertimbangkan dan strategies tidak boleh lepas dari komponen
efektif methods (Bartholomew et al, 2006).
Program Dance four life (Dance4life) merupakan salah satu bentuk program
yang dilaksanakan oleh stakeholder dalam meningkatkan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja yang melibatkan peran orang tua, institusi pendidikan, pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta masyarakat untuk mengatasi masalah
seputar reproduksi remaja dan seksualitas di lingkungan masyarakat atau publik.
Dance4life juga dibuat sebagai upaya untuk memberikan ruang apresiasi kepada anak
muda untuk mendorong mereka meraih harapan di masa yang akan datang. Program
Dance4life menghadirkan pendidikan seksualitas yang komprehensif melalui
empowerment model untuk anak muda berusia 13–19 tahun. Program Dance4life
menerapkan empat tahapan pada pelaksanaan kegiatannya, antara lain.
1. Inspire
Pada fase ini remaja diajak supaya berperan aktif dalam menyebarkan
kesadaran mengenai HIV dan AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan, dan
kekerasan seksual melalui tarian dan musik. Kegiatan tarian dan musik ini
dapat diwujudkan dalam bentuk senam serta pembelajaran latihan drill di
kelas atau aula sekolah dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang
telah siswa pelajari sehingga memperoleh keterampilan tertentu.
2. Educate
Pada tahap ini remaja diajak untuk terlibat dalam lokakarya yang interaktif
mengenai pengembangan diri serta pengetahuan dasar terkait isu-isu
Dance4life. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini, meliputi tampilan video serta
alat peraga atau apron yang dilakukan di aula sekolah. Sedangkan, proses
pembelajaran biasanya dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang kemudian tiap kelompok diberikan satu modul untuk dijadikan
bahan bacaan.
3. Activate
Activate dalam hal ini, yakni mengajak remaja untuk membagikan
pengetahuan yang telah mereka dapatkan sebelumnya kepada teman sebaya,
keluarga, dan lingkungan. Pada tahap ini perkumpulan keluarga berencana
Indonesia (PKBI) membentuk agent4change dengan melakukan kegiatan di
sekolah. Dalam pelaksanaannya tahap ini dilakukan di lapangan, yakni di
mana siswa bekerja sama dengan OSIS untuk melakukan aksi terkait
pentingnya kesehatan reproduksi remaja.
4. Celebrate
Setelah tiga tahap sebelumnya dilaksanakan dengan baik, kegiatan terakhir
merupakan perayaan keberhasilan, yaitu dengan mengadakan kegiatan seperti
dance4life drill, perlombaan, maupun kegiatan seni lainnya. Dalam
pelaksanaannya celebrate yang dilakukan, yakni dengan perlombaan antar
sekolah penerima program Dance4life yang dilaksanakan setiap akhir
semester.
Berdasarkan hasil penelitian Yuliana dkk (2019) pada PKBI Provinsi
Lampung didapatkan bahwa beberapa kendala dan permasalahan dalam penerapan
program Dance4life, yakni sulitnya melakukan kerja sama antar sekolah karena masih
banyak yang menganggap pendidikan kesehatan reproduksi merupakan hal yang tabu.
Sejauh ini program Dance4life telah dilaksanakan di lima sekolah Bandar Lampung,
yaitu SMK Negeri 4 Bandar Lampung, SMK Negeri 3 Bandar Lampung, SMA Negeri
6 Bandar Lampung, SMA Negeri 9 Bandar Lampung, dan Al-Hikmah Bandar
Lampung. Selain sulit melakukan kerja sama antar sekolah, kendala lainnya adalah
kurang efektifnya waktu pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam keberlangsungan program
Dance4life agar dapat berjalan dengan efektif.
a. Pemahaman program dalam hal ini, dapat berkaitan dengan sejauh mana
kelompok kepentingan atau stakeholder mengetahui dan memahami
kegiatan program serta mengenai sosialisasi tentang program tersebut.
b. Tepat sasaran yaitu, dilihat dari adanya kesesuaian sasaran program
dengan tujuan yang telah ditentukan. Program yang telah dilaksanakan
harus ditujukan kepada sasaran yang konkret, sehingga proses
pelaksanaan program dapat berjalan dengan efektif.
c. Tepat waktu merupakan jangka waktu pelaksanaan program yang telah
dilaksanakan dengan ketentuan yang ditetapkan.
d. Tercapainya tujuan yaitu diukur melalui pencapaian tujuan yang telah
dilaksanakan baik melalui pelatihan program, maupun dengan kegiatan
lainnya yang mendukung tercapainya program.
e. Perubahan nyata dapat diukur melalui sejauh mana pelaksanaan kegiatan
memberikan suatu efek atau dampak serta perubahan yang nyata bagi
masyarakat.
Yuliana, Rika dkk. 2019. “Mendorong Kesehatan Reproduksi Remaja di Bandar Lampung
Melalui Program Dance Four Life” dalam AdministrativA Vol 1 Nomor 1. Halaman
43–54.