Anda di halaman 1dari 34

4/23/2013

GKIA LAPORAN KEGIATAN

Sinergitas lintas sektor untuk mendukung kualitas kesehatan Remaja |


L A P O R A N KEGIATAN

Workshop

Sinergitas lintas sektor untuk mendukung kualitas kesehatan Remaja

Selasa, 23 April 2013- Hotel Millennium Sirih Jakarta


I. PENDAHULUAN

Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan


Pemerintah untuk menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi, dan
layanan mengenai kesehatan remaja (termasuk di dalamnya reproduksi remaja),
agar remaja mampu hidup sehat dan bertanggung jawab. Upaya pemeliharaan
kesehatan remaja bertujuan untuk mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa
sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi, termasuk juga agar remaja
terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan
menjalani kehidupan reproduksi secara sehati.

Selain di dalam Undang-Undang, komitmen pemerintah untuk kesehatan juga


tercantum dalam Peraturan Presiden no 5 tahun 2010 tentang RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2010-2014 ii. Beberapa sasaran khusus
yang hendak dicapai diantaranya:

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 2
23 April 2013
Sebagai wujud dari komitmen serta sebagai bentuk kegiatan untuk mencapai
sasaran, pemerintah melalui beberapa Kementerian terkait mengembangkan
berbagai program program yang ditujukan untuk remaja seperti misalnya :

A. Kementerian Kesehataniii memiliki program pelayanan khusus bagi remaja


yang disebut dengan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) yang
dilakukan di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas PKPR
memberikan layanan kesehatan bagi remaja berbasis sekolah dan berbasis
masyarakat. Pelayanan di puskesmas PKPR disesuaikan dengan kebutuhan
remaja dengan peningkatan kualitas konseling tenaga kesehatan dan
pemberdayaan remaja sebagai ‘konselor’ sebaya. Materi kesehatan yang
menjadi prioritas antara lain Tumbuh Kembang Remaja, Kesehatan
Reproduksi Remaja, HIV dan AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Infeksi
Saluran Reproduksi (ISR), Pengenalan Konsep Gender, Pendidikan Kesehatan
Hidup Sehat (PKHS), Penyalahgunaan NAPZA, Cara Belajar Partisipatif dan
Teknik Konseling. Sedangkan upaya melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
difokuskan untuk remaja berbasis sekolah. UKS menyelenggarakan TRIAS
UKS yaitu Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan
Lingkungan Sekolah Sehat.

B. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki


program khusus bagi remaja yaitu Program Generasi Berencana (GenRe)
yaitu suatu program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan
kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa yang diarahkan untuk
mencapai Tegar Remaja/Mahasiswa agar menjadi Tegar Keluarga demi
terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. PIK Remaja/Mahasiswa
adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe, yang
dikelola dari, oleh dan untuk Remaja/Mahasiswa guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan,
delapan fungsi keluarga, TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta
Napza), keterampilan hidup (life skills), gender dan keterampilan advokasi
dan KIE. PIK R/M dikembangkan melalui jalur perguruan tinggi/akademi,
sekolah umum/keagamaan, organisasi keagamaan dan organisasi
kepemudaan

C. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) juga memiliki program khusus


bagi remaja yang beresiko khususnya untuk pencegahan HIV di kalangan
remaja.

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 3
23 April 2013
D. Selain itu Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Nasional,
Kementerian Pemuda dan Olahraga juga memiliki program-program
tersendiri yang ditujukan untuk remaja.

Selain program-program dari Pemerintah, Masyarakat Sipil juga memiliki berbagai


program kesehatan yang ditujukan untuk remaja ( baik di dalam maupun di luar
sekolah).

Salah satu alat ukur terhadap berbagai program yang telah dijalankan pemerintah
dan masyarakat sipil, khususnya dalam bidang kesehatan dapat dilihat dari hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 iv. Hasil SDKI terbaru
tersebut menunjukkan bahwa sasaran RPJMN 2014 masih jauh dari capaian dengan
indikator antara lain:

1. Angka Fertilitas tingkat remaja kelompok usia 15-19 tahun justru mengalami
kenaikan dari 35 kelahiran per 1000 penduduk pada SDKI 2007 menjadi 48
kelahiran per 1.000 penduduk. Padahal target yang ingin dicapai tahun 2014
adalah 30 kelahiran per 1.000 penduduk.

2. Angka fertilitas remaja 15-19 tahun di pedesaan dua kali lipat dari daerah
Perkotaan ( Perdesaan 69, Perkotaan 32)

3. Stagnasi TFR angka kelahiran total (TFR) pada SDKI 2012 tercatat 2,6 per wanita
usia subur yang turut dipicu oleh meningkatnya kelahiran peda kelompok usia
remaja (15-19 tahun)

Meskipun SDKI 2012 memiliki cara pengambilan sampel yang berbeda dengan SDKI
sebelumnya, namun angka SDKI dapat menjadi indikasi bahwa tanpa adanya
sinergitas antar sektor sasaran RPJMN 2014 serta target MDGs sangat tidak
mungkin tercapai.

Tujuh Belas (17) % penduduk Indonesia atau 40.770.000 v jiwa berusia 15-24 tahun.
Menurut BPS dari total jumlah penduduk remaja usia 15-24 tahun, 38,56% nya atau
sejumlah 15,8 juta telah bekerja vi, 39, 2 % nya atau 16,09 juta orang masih sekolah
dan 60,8% nya atau 24,96 juta orang penduduk tidak sekolah.

Bila dilihat dari profil demografi hasil sensus, remaja di Indonesia memiliki latar
belakang demografis dan sosial yang berbeda dan beragam. Diperlukan upaya
bersama untuk dapat saling mengisi kesenjangan yang ada dengan mengenali
kemampuan berkembang, kebutuhan, kontribusi dan tantangan dari remaja
terutama dalam hal kesehatan.

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 4
23 April 2013
II. PESERTA

Peserta Workshop ini terdiri dari berbagai unsur masyarakat yang mewakili beberapa
kelompok seperti Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Sipil, Badan
PBB, Perwakilan Remaja ( Sekolah dan Universitas) serta perwakilan dari media.
Jumlah total Peserta yang menghadiri pelatihan adalah sebanyak 92 orang dengan
perincian sebagai berikut :

No Unsur JUMLAH

1 Pemerintah 20

2 LSM / Organisasi Sipil dan Badan PBB 36

3 Perwakilan provinsi/ Daerah 7

4 Perwakilan Remaja 22

5 Media 8

Total 92

III. TUJUAN KEGIATAN


A. Tujuan Umum

Memetakan program-program bagi remaja dan melihat kesenjangan untuk


memberikan rekomendasi tentang layanan kesehatan remaja yang sinergis lintas
sektor untuk dapat ditindaklanjuti bersama.

B. Tujuan Khusus
1. Pemahaman tentang data SDKI 2012 mengenai remaja dan memahami
strategi nasional kependudukan dengan fokus remaja
2. Pemahaman terhadap pemetaan program remaja
3. Mendapatkan pembelajaran dari praktik terbaik yang dilakukan beberapa
pihak
4. Mendapatkan masukan dari remaja terkait program dan kebijakan
5. Menyusun rekomendasi bersama

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 5
23 April 2013
IV. METODE

Metode yang diterapkan pada workshop ini lebih ditekankan pada upaya mendorong
peran serta aktif secara penuh dari peserta dengan proses diskusi dan tanya jawab.
Metode yang digunakan adalah:

1. Pemaparan Materi dan Tanya Jawab


2. Diskusi Kelompok
3. Diskusi Pleno

V. WAKTU DAN TEMPAT

Worskhop diselenggarakan pada:

Hari & Tanggal : Selasa 23 April 2013


Lokasi : Millenium Hotel Sirih – Lantai 2 , Irian Room
Fakhrudin 3, Jakarta 10250, Indonesia
Waktu : 08.00 – 16.30 WIB
Penyelenggara : Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA)
Pelaksana : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)

VI. PENDANAAN

Kegiatan ini dilakukan oleh PKBI bekerjasama dengan WVI dalam skema jaringan GKIA
yang mendapatkan dukungan dana dari PMNCH- WHO.

VII. JADWAL
PUKUL Deskripsi Kegiatan

08.00 – 08.30 Registrasi dan Snack

08.35 – 08.40 MC membuka acara dan pemutaran Video mengenai Remaja


08.40--08.45 Laporan Panitia oleh Inang Winarso ( Direktur Eksekutif PKBI,
Mewakili Pelaksana dan Penyelenggara)

08.45 – 09.00 Kata Sambutan dan pemaparan disampaikan oleh Dr. dr.
Tubagus Rachmat Sentika Sp. A, MARS - Staf Ahli Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat untuk Percepatan
Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs)

09.00 – 10.30 PANEL 1 : Pemamparan dan Tanya Jawab

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 23 6
April 2013
Presenter dan Pembicara
1. Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia, Laporan
Pendahuluan SDKI 2012.
Oleh : Dr. Rina Herarti, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kependudukan, Badan Kordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
2. Strategi Nasional Pelayanan Kesehatan Remaja
Oleh: drg. Kirana Ratna, Direktorat Bina Kesehatan
Anak Kementerian Kesehatan RI
3. Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Oleh: dr Agustin Kusumayati, MSc. Phd
Moderator : Angga dwi Martha ( Perwakilan Youth Advisory

Panel-UNFPA)

Pk. 10. 30 – 12.30 PANEL 2 : Pemaparan dan Tanya Jawab


Presenter dan Pembicara
1. Profil Demografi, Permasalahan Remaja dan Tantangannya
Oleh: Dwini Handayani, Dwini Handayani, Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
2. Peta Program Remaja Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Oleh: Nur Hidayati Handayani, Aliansi Remaja Independen
3. Kebijakan dan Program yang diharapkan remaja serta
kondisi di lapangan – Nusa Tenggara Barat
Oleh: Achmad Hidayat, Perwakilan remaja Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia – NTB
Moderator : Ara Koswara ( Perwakilan remaja PKBI)

12.30 – 13.00 ISHOMA

13.30 – 15.00 SESI DISKUSI KELOMPOK :

15.30 – 17.00 PLENO PEMAPARAN HASIL DISKUSI KELOMPOK


Moderator : Inang Winarso
17.00 – 17.15 Penyerahan Rekomendasi kepada Pak Made perwakilan
Kemenkokesra. GKIA diwakili oleh Direktut PKBI

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 7
23 April 2013
VIII. REKAMAN PROSES KEGIATANvii

Pk. 08. 00 – 08.30


Registrasi peserta & snack

Pk. 08.30 – pk. 08.35


Sambutan oleh MC : Andi Muhamad Yusuf Ridwan dan Lola Marcelina
Diciptakan salam untuk mendukung workshop yaitu “Salam Remaja, Kami Luar Biasa”.
Salam ini diucapkan saat MC menyapa peserta

Pk.08.35 – 08.40
Pemutaran Video karya remaja
Video bercerita tentang :
1. Pengalaman remaja ketika mengakses layanan puskesmas
2. Haparan remaja untuk pelayanan di puskesma
3. Siapa yang menangani remaja di Indonesia

Pk. 08.40 – 08.45


Laporan Panitia Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak
Direktur Eksekutif PKBI , Drs. Inang Winarso

 Workshop ini dihadiri 90 an peserta. Yang awalnya hanya kami targetkan 76. Hal ini,
menunjukan antusiasme dari banyak pihak: pemerintah, lembaga, dan sektor lainnya.
 Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Meningkatkan Kualitas kesehatan Remaja
bertujuan memetakan dan menyusun rekomendasi program – program tentang layanan
kesehatan remaja.
 Jumlah remaja di Indonesia, sangat besar. Usia muda jadi modal strategis untuk
pembangunan bangsa.
 Drs Inang Winarso, mempersilakan Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Sp. A, MARS, Staf
Ahli Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat untuk Percepatan Pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs), memberikan sambutan dan arahan untuk
peserta workshop.
 Selain Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Sp. A, MARS, yang mewakili Kemenkokesra,
workshop hari ini dilengkapi dengan pemaparan dari :
1. Dr. Rina Herarti - Puslitbang Kependudukan BKKBN, mengenai Kesehatan
Reproduksi Remaja di Indonesia, Laporan Pendahuluan SDKI 2012
2. drg. Kirana Ratna - Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI,
mengenai Strategi Nasional Pelayanan Kesehatan Remaja
3. dr Agustin Kusumayati, MSc. Phd - Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengenai Standar Nasional Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja
4. Dwini Handayani - Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
mengenai Profil Demografi, Permasalahan Remaja dan Tantangannya.
5. Nur Hidayati Handayani - Aliansi Remaja Independen, mengenai Peta Program
Remaja Kesehatan Reproduksi dan Seksual.

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 8
23 April 2013
6. Achmad Hidayat - Perwakilan Remaja dampingan Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) – NTB, mengenai Kebijakan dan Program yang diharapkan remaja
serta kondisi di lapangan.
 GKIA mengucapkan banyak terima kasih kepada mitra internasional : WHO, UNFPA
Indonesia dan World Vision. Dengan dukungan mitra maka workshop ini bisa diadakan

Pk. 08.45 – 09.00


SAMBUTAN DAN PEMAPARAN
Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Sp. A, MARS - Staf Ahli Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat untuk Percepatan Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs)

Sambutan
 Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Sp. A, MARS mewakili KEMENKOKESRA mengucapkan
terima kasih kepada :
- Direktur Eksekutif PKBI, Drs Inang Winarso
- Kordinator GKIA, Asteria Taruliasi Aritonang
Atas terselenggaranya Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Meningkatkan Kualitas
kesehatan Remaja
 Dr Rahmat sejak tahun 1977 aktif akan isu remaja dan keluarga berencana
 Tingkat Fertilitas Indonesia belum sesuai target yang diharapkan
 Hasil BKKBN menyatakan terbilang banyak remaja menikah dibawah 15 th
 Contoh kasus: MDGs Bangka Belitung MDGs meningkat , banyak pembangunan disana,
perekonomian dan teknologi meningkat. Tetapi dampak buruknya, pergaulan remaja
terlampau bebas dan mengakibatkan kehamilan dan pernikahan dini

Pemaparan
Tantangan Sinergitas Antar Sektor dalam Meningkatkan Kualitas Kesehatan remaja
oleh Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Sp. A, MARS

 Karakteristik remaja (15 – 24 tahun)


- Gejolak hormonal remaja perlu mendapat perhatian.
- Menurut WHO : Perempuan remaja, dimulai saat menstruasi dan laki- laki remaja
bisa menghamili
- Remaja perlu mendapat pendidikan seksual dan reproduksi
- Perilaku seks remaja 72% laki laki dan 77% perempuan sudah memiliki pacar
- Pernikahan muda makin tinggi
 Remaja 15 – 18 tahun (UU No.23/ 2002 Perlindungan Anak)
- Ada beberapa kasus terbaru dimana remaja tidak bisa ujian karena hamil
- Di Indonesia banyak value yang sudah tidak sesuai norma, dan memang perlu
banyak didiskusikan
 Masalah dan Tantangan Sinergitas Jejaring Remaja
Masalah melakukan Sinergitas dengan Remaja :
1. Trust remaja ke orang tua rendah
2. Komunikasi yang rendah remaja ke orang tua

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / Jakarta 9
23 April 2013
3. Tidak ada revroksical
4. Tidak mudah menyentuh remaja, harus dengan metode yang menyenangkan
5. Remaja memiliki gejolak yang tidak mudah dipahami
6. Banyak remaja yang gagal melalui masa remaja, karena pekerjaan, lingkungan,
dll
Tantangan melakukan sinergitas dengan remaja :
1. Persepsi yang rendah terhadap remaja, dari orang dewasa
2. Penanganan yang terbatas dari organisasi untuk remaja
3. Aplikasi program untuk remaja terbilang rendah
4. Sumber daya program untuk remaja terbatas
5. Kordinasi memadukan program untuk remaja harus dilakukan oleh lintas sektor
Poin yang perlu menjadi perhatian dalam masalah dan tantangan remaja
- Perlu ada sinergitas : remaja, pemerintah, LSM . Upaya kepercayaan dengan remaja,
pemikiran perlu di dukung oleh banyak pihak.
- Perlu dipahami, remaja harus dianggap sahabat atau teman
- Remaja perlu kita damping untuk pengendalian hormon, pengendalian
 Kondisi dan Perkembangan Struktur Penduduk Piramida Penduduk Remaja
- Indonesia cukup memprihatinkan dalam hal pernikahan muda dan keluarga
berencana
- Program pemerintah perlu mendukung :
1. Ajak generasi muda yang sudah hamil
2. Gratiskan Keluarga Berencana
 Tantangan Kesejahteraan Remaja “ Rahasia Remaja”
- Perilaku seks remaja
- 36% anak 14 – 15 tahun yang baru tahu tentang HIV aids, target adalah 65%
 Perubahan Fisik Laki – laki dan perempuan terjadi pada masa remaja
 Reproduksi remaja berhubungan dengan kehamilan
 Remaja seharusnya waspada terhadap perilaku beresiko, salah satunya merokok
 Perkembangan Remaja: lihat nilai remaja yang DO dikaitkan dengan nilai remaja yang
kawin muda
 Perilaku Seksual Remaja menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI 2007)
- Pengendalian pada remaja penting : akibat tidak ada pengendalian adalah :
kehamilan , married by accident
 Sepertiga jumlah pekerja seksual komersil sebagian besar remaja
Satu contoh : 647 orang gadis asal Garut pada tahun 2009 sempat di kembalikan oleh
Kemenkokesra, karena pekerjaan menjadi pekerja seks
 Agenda besar MDGs yang hanya tinggal beberapa tahun dan persiapan post MDGs
melibatkan remaja.
 MDGSs 4,5,6,7 terkait akan kesehatan
 Nilai tingkat ekonomi – kesehatan – pendidikan , saling bertukar
 Untuk mendukung permasalahan yang ada maka dibentuklah GKIA (di dukung juga
oleh kementrian, lembaga, dan

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 10


Jakarta 23 April 2013
Pk. 09.00 – 10.30

PANEL 1
Presenter dan Pembicara
1. Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia, Laporan Pendahuluan SDKI 2012.
Oleh : Dr. Rina Herarti, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, Badan
Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
2. Strategi Nasional Pelayanan Kesehatan Remaja
Oleh: drg. Kirana Ratna, Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI
3. Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Oleh: dr Agustin Kusumayati, MSc. Phd
Moderator : Angga dwi Martha

Paparan 1
Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia Laporan Pendahuluan SDKI 2012
Oleh : Dr. Rina Herarti, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, Badan
Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

 Yang akan disampaikan pada


presentasi hanya sebagian dari
laporan SDKI 2012, dan sejauh ini
data belum diterbitkan.
 Tahun ini BKKBN tidak menggunakan
istilah SKKRI tetapi SDKI 2012
Kesehatan Reproduksi Remaja
 Hasil Penelitian BKKBN pada remaja
dengan Responden SDKI :
- 15 – 24 th yang belum
menikah dengan karakteristik
- Di perkotaan, banyak wanita
yang partisipasi
- DI pedesaan, banyak pria yang partisipasi
- Pendidikan :pada masa SD nilai/ jumlah pria lebih tinggi pada
masa SMA nilai/ jumlah wanita lebih tinggi
 Hasil laporan SDKI yang disampaikan diharap tidak disebarluaskan dahulu
 Akses terhadap media massa menjadi penting, sehubungan dengan penyusunan
program Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Dari hasil survey, media yang paling tinggi di askes oleh remaja : televisi , setelah itu
radio, surat kabar / majalah
 Dari hasil penelitian, pengetahuan remaja tentang kontrasepsi : terbilang remaja sudah
tahu
 Pendapat usia kawin yang ideal menurut remaja:
- wanita 20 – 24 th, meski ada yang mengatakan dibawah 20 th
- pria, banyak yang mengatakan diaatas 25 th
 Pendapat tentang usia mempuanyai anak pertama yang ideal untuk wanita :

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 11


Jakarta 23 April 2013
- Wanita berpendapat 20 – 24 th
- Pria berpendapat diatas 25 th (80%)
 Dari hasil penelitian ini, pendapat remaja sudah positif. Maka sudah seharusnya
lingkungan sekitar memberi dukungan
 Tingkatan Merokok, Minum Minuman Beralkohol dan Penggunaan Obat Terlarang di
kalangan remaja:
Merokok
- 74, 4 % remaja pria 15 – 19 th dan 89,2% remaja pria 20 – 24 th merokok
- 8,9 % remaja wanita 15 – 19 th dan 14% remaja wanita 20 – 24 th merokok
Minuman Beralkohol
- 30,2 % remaja pria 15 – 19 th dan 52, 9 % remaja pria 20 – 24 th minum alcohol
- 3,5 % remaja wanita 15 – 19 th dan 7,1 % remaja wanita 20 – 24 th minum alcohol
 Pengetahuan tentang Metode Pencegahan HIV cukup baik
 Nilai remaja akan kepahaman penggunaan kondom dan penularan HIV cukup tinggi
 Pendapat tentang Hubungan Seksual
- Wanita masih dibawah 50% setuju akan hubungan seksual
- Pria cukup tinggi mengatakan tidak masalah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah
 Pengalaman Seksual :
- 14,6% remaja pria 20 – 24 th dan 4,5% remaja pria 15 – 19 th pernah melakukan
hubungan seksual
 Fertilitas Remaja
Nilai Tingkat Ferilitas Remaja penurunannya sangat landai
2012 – 48
2007 – 51
2002 - 51
1997 – 62
1991 – 67
 Kebijakan BKKBN :
Salah satu contoh kebijakan mendukung remaja yang dibuat BKKBN adalah Program
Generasi Berencana (Genre). Program ini, saat ini tengah disosialisasikan ke seluruh
pelajar di Indonesia untuk mengimbau anak muda menjauhin seks bebas, narkoba dan
HIV/AIDS.

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 12


Jakarta 23 April 2013
Paparan 2
Strategi Nasional Pelayanan Kesehatan Remaja
Oleh: drg. Kirana Ratna, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

 Menjadi Sehat adalah Hak Anak –


Sehat adalah Investasi
 Angka Partisipasi Murni :
Anak SD 75, 23% - paling
strategis melakukan edukasi di
tingkat SD
 Gambaran Umum Perubahan
Global Dunia – Aspek Sosial
Remaja
1. Ikatan keluarga dan kerabat
yang semakin renggang
2. Ekonomi yang meningkat
3. Kurang waktu anak dengan
orang tua
4. Masa lajang yang panjang
5. Peran social (lingkungan, pergaulan, dll)
6. Media & teknologi yang makin berkembang
7. Ancaman kesehatan remaja
8. Lingkungan kurang kondusif
 Faktor Resiko dan Faktor Pelindung Remaja :
Faktor Resiko :
o Model utk perilaku berisiko
o Dorongan utk perilaku berisiko
o Rasa tertekan
o Terlibat gang napza/tawuran
Faktor Pelindung
o Model utk perilaku positif
o Ikut kegiatan positif
o Ikut kegiatan keluarga, sekolah dan lingkungan sosial
 Tantangan Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
1. Informasi Kesehatan Reproduksi (KesPro) dan Kesehatan Reproduksi (KesPro)
Remaja yang negative lebih banyak
Tantangan buat Kemenkes : memasukan pendidikan Kespro ke sekolah
2. Perilaku Beresiko
3. Kurangnya akses pelayanan kesehatan remaja
Remaja tidak menyadari bermasalah, tidak tahu fasilitas, tahu tapi tidak terakses,
tahu dan ada akses tapi tidak mau
Hambatan manfaat layanan kesehatan (yankes) remaja :
o Lokasi , dan jam buka

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 13


Jakarta 23 April 2013
o Takut
o Prosedur ribet
o Kerahasiaan tidak dijamin
o Tidak mampu bayar
4. Peraturan Perundang undangan UU
di Indonesia , pernikahan 16 th
Perlindungan terhadap remaja seksual aktif belum ada
 Tantangan pemberian layanan kesehatan (YanKes) Remaja
1. Remaja : tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan layanan
2. Orang tua :menentang anaknya belajar kesehatan reproduksi, karena tabu
3. Pemberian layanan : remaja tidak memahami pentingnya yankes
Kementerian Kesehatan saat ini akan memulai dari remaja untuk kesadaran
kesehatan ibu dan anak
4. Pemerintah
Wadah dan jaringan yang fokus ke remaja belum maksimal
 Strategi Kementerian Kesehatan untuk Remaja : AUSREM
1. Partisipasi Aktif Remaja
Kegiatannya :
o Kegiatan remaja sebagai Agent of Change
o Diskusi, talkshow, lokakarya, dll
o Kampanye napza, aids, dan informasi lainnya yang penting untuk remaja
2. Partisipasi Aktif Orang tua dan Masyarakat
Kegiatannya:
o Promosi tentang kedekatan orang tua dan anak menyenangkan
o Hubungan saling percaya orang tua dan anak
o Orang tua sudah seharusnnya mendapatkan Sosialisasi tentang UU dan
kondisi remaja melalui media
o Sebagai penggalang dana kesehatan remaja
3. Kemitraan Antar Institusi, Lembaga, Organisasi dan Swasta
Kegiatannya:
o Dilakukan sosialiasi dan promosi UU tentang kesehatan remaja
o Memaparkan kondisi remaja ke para mitra
o Adanya MOU kerjasama
o Pelatihan fasilitator di banyak sektor : organisasi, lembaga, dll
 Dalam kesehatan terdapat lintas program terkait : gizi, gigi, indra, lingkungan, napza,
imunisasi, promosi kesehatan, kesehatan reproduksi, cacingan, kesehatan wanita,
olahraga, intelejensia, dll
 Di Pemerintahan terdapat lintas setor terkait selaku pembinaan remaja :
Kementerian Kesehatan, BNN, Kementerian Dalam Negeri, Kementrian Komunikasi
Informasi, LSM, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepolisian, BPOM,
Kementerian Agama, dan BKKBN
 Upaya Kementerian Kesehatan untuk Peningkatan AUSREM :
- UKS di sekolah
- PKPR di masyarakat
Kegiatan UKS dan PKPR dilatih oleh puskesmas

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 14


Jakarta 23 April 2013
Paparan 3
Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Oleh : dr Agustin Kusumayati MSc, PHD Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi –
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

 Kementerian Kesehatan sudah


mendesign program untuk
peningkatan kesehatan peduli
remaja.
 Program kesehatan remaja
sudah ada sejak 2003 dan
dikembangkan pada 2005
panduannya.
 Pada prakteknya, program yang
diberikan ke remaja adalah jasa
 Satu satunya cara supaya hasil
program baik, maka
dikembangkan standarisasi
penjamin mutu
 Standart nasional PKBR – manual mutu yang memberi arahan
 Standar yang dimaksud meliputi :
- Siapa yang boleh melakukan konseling
- Panduannya bagaimana

 Pengembangan PKPR dikembangkan oleh banyak sektor : pemerintah, lembaga dan


remaja
 Standar nasional PKPR adalah produk bersama, pemerintah, NGO dan remaja
 Standar nasional PKPR mengatur 5 hal, yang dilihat dari identifikasi masalah
1. Standar 1 - Tenaga Kesehatan
Gambaran tenaga kesehatan sesuai standard dan pedoman, seperti:
- Kompetensi petugas
- Konseling remaja
- Standar SDM
2. Standar 2 - Fasilitas kesehatan
Prosedur dan tata laksana yang ramah remaja
Menjaga kerahasiaan, kenyamanan
Ramah remaja dengan model penyampaian yang menarik
- Paket pelayanan
- Prosedur pelayanan
- Fasilitas kesehatan
3. Standar 3 - Remaja

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 15


Jakarta 23 April 2013
Yang ditekankan tentang Komunikasi Informasi dan Edukasi dan konsulor
sebaya
Remaja berkebutuhan khusus / unik dari sisi social dan ekonomi juga harus
mendapat perhatian
Yang dilihat :
- Kegiatan KIE terbilang sudah baik, karena puskesma sudah banyak kerjasama
dengan sekolah
- Konselor Sebaya sebagai bentuk yang strategis
- Remaja
4. Standar 4 : Jejaring
Hal ini melibatkan semua pihak, LSM, PBB lintas sektor
Keterlibatan remaja harus masuk dalam prioritas
5. Standar 5 : Sistem kesehatan
Kelemahan di Indonesia pada jejaring dan system
 Kesimpulan Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
1. Remaja adalah sasaran strategis pembangunan
2. Diperlukan pendekatan khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan remaja.
3. PKPR adalah pendekatan yang mampu meningkatkan jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan bagi remaja.
4. Kualitas penyelenggaraan PKPR sangat bervariasi  tak ada keseragaman mutu
masukan, proses dan luaran.
5. Diperlukan standardisasi untuk menjamin kualitas penyelenggaraan PKPR.
Pengembangan materi dan sosialisasi dilakukan di 10 provinsi 80 puskesmas
Setelah puskesma tahu, kelemahannya, mereka membuat rencana aksi. 6 bulan
kemudian Kemenkes datang kembali dan melakukan lokakarya
6. Standard Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja dikembangkan melalui
langkah-langkah yang sistematis dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
yang relevan.
7. Standard Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja terbukti mampu
laksana dan mampu meningkatkan kualitas PKPR.
8. Standard Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja seyogyanya digunakan
sebagai rujukan oleh semua pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan upaya
pembangunan kesehatan remaja.

DISKUSI PANEL 1

1. Pak Made, Kementerian Kordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra)


- Kaum wanita lebih banyak di kota , pria banyak di desa
- UKS disekolah seperti kirang mendapat perhatian
- Guru BK atau konseling remaja ada kode etik, seharusnya tidak bisa membocorkan
rahasia / ember
2. Faikoh , Aliansi Remaja Independen
- Puskesmas mana yang sudah memiliki standar PKPR
3. Wicaksnono , Perinasia
- Apa IDI Pogi dan IDAI sudah tahu bahwa mereka dilibatkan
- Konselor sebaya
Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 16
Jakarta 23 April 2013
- RS Fatmawati pernah jadi rujukan PKPR

TANGGAPAN PEMBICARA PANEL 1

1. Dr. Rina Herarti, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, Badan


Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Dalam SDKI menjaring remaja, tidak melihat lokasi asal, jadi hanya melibatkan siapa
yang ada disitu
2. drg. Kirana Ratna, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan RI
o UKS sudah ada lama, tapi sampai saat ini kita masih lihat anak SD kondisinya masih
kurang, gigi karies, dll
Saat ini sedang dilakukan beberapa perbaikan model . metode untuk UKS
o Puskesmas PKPR bisa dilihat di web kemenkes , ada di minimal 4 puskesmas
kabupaten kota . Tapi di kota besar bisa lebih dari itu.
o RS Fatmawati hanya buka Selasa dan Kamis dan diakui masih kurang sosialisasi Saat
ini kemenkes sedang sosialiasi ke semua provinsi , dimana semua RS diminta
menjadi layanan yang peduli remaja
3. dr Agustin Kusumayati MSc, PHD, Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi –
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
o Guru BK pasti ada kode etik dan kompetensi. Persoalan adalah persepsi pada anak.
o Konselor sebaya harus mendorong temannya mencari pertolongan puskesmas jika
ada masalah kesehatan yang cukup berat
o Yang diukur tentang jejaring masih tahap faktor ada atau tidak. Kelemahan jejaring
rujukan diakui masih lemah
o Anak muda dan remaja lekat dengan media dan teknologi, jadi hal ini jadi model
untuk pewujudan program .

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 17


Jakarta 23 April 2013
Pk. 10. 30 – 12.30

PANEL 2
Presenter dan Pembicara
1. Profil Demografi, Permasalahan Remaja dan Tantangannya
Oleh: Dwini Handayani, Dwini Handayani, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
2. Peta Program Remaja Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Oleh: Nur Hidayati Handayani, Aliansi Remaja Independen
3. Kebijakan dan Program yang diharapkan remaja serta kondisi di lapangan – Nusa
Tenggara Barat
Oleh: Achmad Hidayat, Perwakilan remaja dampingan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia – NTB

Paparan 1
Profil Demografi. Permasalahan Remaja dan Tantangannya
Oleh: Dwini Handayani, Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

 Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR)


turun dari 5,6 menjadi 2,6, hal ini efek dari
fertilitas / kelahiran dan transisi demografi.
Bonus Demografi memiliki peranan disini.
 Bonus Demografi adalah ketika jumlah penduduk
produktif lebih lebih besar disbanding jumlah
penduduk muda dan tua (44 / 100 penduduk
muda dan tua)
 Bonus demografi terjadi akibat program
Keluarga Berencana (KB) yang berhasil.
 Investasi bonus demografi bisa menjadi peluang
ekonomi yang mungkin terjadi hanya sekali
 Dalam bonus demografi, kalau kita tidak
melakukan sesuatu “business as usual” kita akan
tertinggal.
 Syarat Peluang terjadi: kualitas penduduk tinggi
Kualitas penduduk – kondisi penduduk dalam
aspel fisik dan non fisik
 Bonus demografi bagus kalau kualitas penduduk
bagus
 Kondisi di Indonesia saat ini, khususnya bidang pendidikan akhir :
- SD 94, 72%
- SMP 67,77%
- SMA 45,48 %
- PT 11%

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 18


Jakarta 23 April 2013
Membacanya : kalau di ada anak SD 95 orang yang akan melanjutkan sampai PT
hanya setengahnya
 Pengalaman Pacaran remaja saat ini dengan tahun 1980 dan 1990an sangat berbeda
 Persepsi remaja akan hubungan seksual pranikah mengalami perubahan
 Jumlah perokok muda : 5 – 9 th 43 ribu , 10 – 14 th 10 kali lipat dibanding tahun
1990am
 Yang menjadi tantangan bagi remaja, dan seluruh pihak:
o Masa setelah bonus demografi : usia produktif bergeser menjadi penduduk lansia
o Kebutuhan lansia berdasarkan life cycle sangat khusus :
 Biaya kesehatan
 Care giver
 Living arrangement
o Jumlah penduduk muda turun – beban biaya pension
o Keterbukaan ekonomi – migraso tenaga kerja
o Sumber daya alam
o Rawan pangan , lahan tetap , produksi meningkat
o Penduduk padat : keterbatatasan lahan untuk rumah, makan dan sampah
o Jumlah anak turun
o Pendidikan perempuan naik
o Perempuan masuk pasar kerja

Paparan 2
Peta Program Remaja (Kesehatan)
Oleh: Nur Hidayati Handayani , Kordinator Aliasi Remaja

 Dalam pemetaan program ini , dilakukan penelitian


dan survey ke 15 lembaga
 Pemetaan program remaja yang dilakukan,
berdasar klasifikasi program remaja seperti:
- Penelitian
o Banyak dilakukan di : Pusat Penelitian,
Lembaga PBB, Pemerintah, LSM, Donor/
Lembaga Internasional
- Pembuatan guideline
o Banyak dilakukan di : Pemerintah,
Lembaga PBB
- Pemberian informasi dan layanan
o Banyak dilakukan di : Pemerintah, LSM,
Private sektor
- Advokasi
o Banyak dilakukan di : Pemerintah, Lembaga PBB
- Dukungan Teknis
o Banyak dilakukan di : Lembaga PBB, Private sector, Donor/ Lembaga
Internasional

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 19


Jakarta 23 April 2013
Hal yang dilihat dari penelitian program ini lebih pada hal kecenderungan setiap
lembaga

 Hasil Analisa Pemetaan Program Remaja


Terbagi menjadi 2 :
o Populer
 Pemberian informasi
 Pembuatan buku pedoman/ guideline
 Penjangkauan ke wilayah Jawa, Bali, Aceh, Papua dan Papua Barat
o Perlu di tingkatkan
 Penelitian monitoring dan evaluasi program
 Pelibatan aktif remaja dalam perencanaan, implementasi, monitoring,
dan evaluasi program
 Penggunaan hasil penelitian dalam pembuatan program
 Penggunaan buku pedoman, media KIE secara bersana
 Koordinasi lintas sektor dan follow-up action plan (menghindari
overlapping)
 Diseminasi hasil penelitian, buku pedoman, media KIE
 Rekomendasi Jangkauan
Saat ini masih banyak yang menjangkau hanya di sekolah, tetapi untuk remaja
dengan kriteria tertentu masih harus dikembangkan, seperti :
o Remaja kebutuhan khusus, disabilitas, dll
o Remaja di Lembaga pemasyarakatan
o Remaja miskin
o Remaja jalanan dan rentan napza

Gambaran di NTB, contoh Lombok


Pintu Gerbang Pariwisata vs Pulau 1000 Masjid
Oleh : Ahmad Hidayat, Perwakilan Remaja dampingan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tenggara Barat

 Sampai saat ini masih ada pernikahan


dini di Nusa Tenggara Barat (di
Lombok Utara, sebelum SMP menikah
sudah biasa)
 Praktik tradisional yang bahaya di
NTB juga masih ada (misalnya aborsi
ke dukun)
 Layanan puskesmas Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
belum banyak dikenal remaja, masih
terbatas pada siswa yang aktif ekskul
 Isu Kespro belum di implementasi di
sekolah(masihpenyusunan

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 20


Jakarta 23 April 2013
kurikulum)
 Remaja NTB banyak yang tidak tahu Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja (PIK KRR)
 Konsep promotif dan preventif untuk masalah kesehatan reproduksi masih perlu
 Banyak lembaga, pemerintah dan swasta menganggap remaja seolah olah hanya
menjadi masalah dan bukan jadi bagian solusi.

 Harapan Remaja
o Optimalisasi peran:
- youth centre Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
- Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR)
- Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja hingga kecamatan bahkan desa
o Penyediaan layayan yang Youth Friendly Service
o Remaja yang sudah terlanjur aktif atau mengalami problem remaja , mendapat
pendampingan
o Perhatian kepada remaja marjinal yang lebih besar
o Pelibatan remaja sebagai subyek pembangunan bukan sebagai obyek

DISKUSI PANEL II
1. Rian , Aliansi remaja Independen
- Menambahkan rekomendasi:
o Organisasi remaja bisa kolaborasi dengan organisasi lain
o Pemerintah, bagaimana melakukan pendekatan community base
approach
o Remaja bisa dilibatkan untuk melakukan pelayanan, advokasi, dll

2. Dian Islami, Remaja Aliansi Pita Putih Jawa Timur


- RAPPI , memiliki program yang melibatkan remaja
seperti memasyarakatkan isu kesehatan : Duta
Kesehatan Remaja
- Buku Pedoman, bagaimana yang membuat youth
friendly ?
- Dinas Kesehatan terbuka, memasukan ide ide
remaja dalam program – program untuk remaja.
- Bagaimana merangkul remaja berkebutuhan
khusus memang masih cukup sulit
- Pandangan akan lesbian dan gay (kebutuhan
khusus)

3. Qu, Sumbawa
- Sumbawa , banyak masyarakat yang tidak menikah tetapi berganti pasangan–
istilah keliling
- Kemiskinan pada masyarakat harus diperhatikan juga sehubungan dengan
demografi

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 21


Jakarta 23 April 2013
- Masalah di sekolah, ketika banyak program ada tetapi keberlanjutan masih
lemah
- Pada saat ini bagi remaja tidak ada batasan

TANGGAPAN PEMBICARA PANEL 2

1. Dwini Handayani, Dwini Handayani, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia
o Program Duta, menarik, banyak dilakukan oleh banyak lembaga. Tetapi, apakah
sudah ada monitoring dan evaluasinya
o Karakteristik remaja perlu menjadi perhatian.
o Modul atau pedoman remaja, sebaiknya ditanyakan kepada remaja di wilayah atau
yang menjadi target audience dari pedoman tersebut.
o Remaja masih banyak yang diarahkan, tidak ada pilihan. Sangat , menarik jika
remaja diberi pilihan dan penjelasan
o Buku Pedoman, sebaiknya saling review dengan sektor lain dan remaja

2. Achmad Hidayat, Perwakilan remaja dampingan Perkumpulan Keluarga Berencana


Indonesia – NTB
o Remaja yang menjadi duta, seharusnya memiliki tugas saat balik ke dalam
kehidupan hanya perlu dikuatkan monitoring evaluasinya
o Kordinasi dan kerjasama dengan j
o Program yang dijalankan dengan remaja akan dilakukan tanpa dasar uang.

3. Dwini Handayani, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas


o Indonesia dan Kemiskinan , saling terkait satu dengan lainnya. Dalam
menyelesaikan masalah itu harus dilakukan dalam masing – masing sisi.

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 22


Jakarta 23 April 2013
o Penyampaian pemahaman kepada anak harus diperhatikan o
Program Remaja, bisa efektif jika saling terkait dengan
o Ajak remaja terlibat dalam penyusunan program atau dokumen yang melibatkan
mereka

Pk. 13.30 – 15.00

SESI DISKUSI KELOMPOK


Pembagian menjadi 8 kelompok
Fasilitator :
Kelompok 1A : Asteria Taruliasi Aritonang
Kelompok 1 B : Ara Koswara Nugraha
Kelompok 2A : Muvitasari
Kelompok 2 B : Margaretha Sitanggang
Kelompok 3 A : Frenia Nababan
Kelompok 3 B : Anissa Elok Budiyani
Kelompok 4 A : Angga
Kelompok 4 B : Andi Muhammad Yusuf Ridwan

Panduan Pertanyaan
Kelompok 1
1. Institusi apa yang paling bertanggung jawab mengurusi remaja ? Kebijakan yang
diperlukan?
a. Program seperti apa yang sudah dilaksanakan
b. Bagaimana menghindari duplikasi tangging jawab dan peran tiap institusi
tersebut?
c. Faktor Penghambat dan Pendukung

2. Bagaimana meningkatkan akses informasi dan layanan kesehatan bagi remaja?


Dibagi persub topic)
a. Untuk remaja sekolah
b. Untuk remaja di luar sekolah

3. Bagaimana system pencatatan dan pelaporan periodik yang ideal ?


a. Di tingkat desa hingga nasional
b. Pemanfaatan teknologi informasi dan media lainnya dalam pengumpulan
data
Kelompok 4
4. Bagaimana remaja dapat terlibat?
a. Dalam program dan kebijakan remaja?
b. Akses dan layanan yang ramah remaja?
c. Pengambilan keputusan

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 23


Jakarta 23 April 2013
Pk. 15.30 – 17.00
PEMAPARAN HASIL DISKUSI KELOMPOK
Moderator : Inang Winarso

KELOMPOK 1A
Topik : Institusi yang bertanggung jawab Mengurusi Remaja dan Kebijakan yang
Diperlukan
a. Program seperti apa yang sudah dilaksanakan
b. Bagaimana menghindari duplikasi tangging jawab dan peran tiap institusi
tersebut?
c. Faktor Penghambat dan Pendukung

a. Program yang mengurusi tentang remaja dan kebijakannya yang sudah dilaksanakan di
Indonesia
Membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Remaja dibawah Kementerian Kordinator
Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra) Deputi 3. Di area provinsi kota / kabupaten ada
Sekretaris Daerah (Sekda). Hal ini didukung dengan :
- Surat Permenkokesra
- Diperkuat Surat Edaran masing – masing kementerian
- Surat Keputusan Kepala Daerah
- Usia cakupan kelompok kerja 10 – 24 tahun
b. Cara menghindari publikasi tanggung jawab dan peran tiap institusi
- Dilakukan pemetaan program
- Dilakukan pemetaan kebijakan
Institusi yang harus berperan :
Kementerian dan Lembaga, diantaranya : Kemenkokesra, Kemenpora, BKKBN,
Kementerian Negara, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, KPP & PA, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, KPAI, KPAN, NGO, Organisasi Remaja dan Private Sektor
c. Hal yang menjadi Faktor penghambat
- Otonomi daerah
- Wadah untuk menjangkau remaja luar sekolah
Hal yang menjadi Faktor pendukung
- Di bawah kordinasi Kemenkokesra
- Adanya contoh seperti : Pokja traficcing dan pokja TKI
- Peluang memasukan dalam indikator, akreditasi sekolah (UKS, PKPR, PIPR)
- Terbentuknya forum anak di kota layak anak

KELOMPOK 1 B
Topik: Institusi yang bertanggung jawab Mengurusi Remaja dan Kebijakan yang
Diperlukan

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 24


Jakarta 23 April 2013
 Yang akan jadi pusat adalah Menkokesra , karena menkokesra :
- Mengurus semua yang berhub dengan kesejahteraan
- Menkokensra keseragaman semua nama di tiap daerah kabupaten dan kota
sama
-
 Rekomendasi :
1. Harus ada bagian remaja di :
- Nasional , di Asisten deputi remaja dibawah deputi 3
- Provinsi, kabupaten, kota : kepala bagian remaja di bawah asisten 3
2. Dilakukan rekomendasi kebijakan : Revisi UU Perkawinan
Pendewasaan usia perkawinan 16 tahun menjadi 20 tahun untuk wanita da 19
tahun menjadi 25 tahun untuk laki – laki
3. Penyusunan design strategi
- Membuat design strategi atau frame work peran masing – masing program
- Harus memiliki indicator yang jelas sebagai tolak ukur keberhasilan program
remaja
 Peluang
- Lebih terkordinasi efisien dan efektif secara nasional
- Rekomendasi langsung ditujukan kepada presiden
- Mendukung isu global
- Setelah menjadi satu system, meskipun terjadi pergantian presiden program
tetap berjalan
 Tantangan
- Belum semua institusi yang setuju
- Perlunya sosialiasi
- Advokasi dan rekomendasi ini menjadi kebijakan pemerintah
 Tanggapan Peserta untuk Hasil Diskusi kelompok 1
o Kemenkokesra yang menjadi kordinator program kesehatan remaja
o Kemenkokesra
o Otonomi daerah disini menjadi faktor penting, karena tidak semua pimpinan daerah
tunduk kepada pemerintahan / kementerian, karena yang memilih pimpinnan
daerah tersebut adalah masyarakat bukan pemerintah
o Harus ada indicator pencapaian keberhasilan program remaja dan menjadi ukuran
nasional
Contohnya :
- Pendewasaan usia perkawinan , penetapan usia perkawinan. Kalau target tidak
tercapai seharusnya diberi sanksi kepada pemerintah kabupaten atau kotanya
- Pemakakain narkoba, berapa jumlah remaja yang menggunakan narkoba
Semoga kemenkokesra dapat mencapai target indicator yang diharapkan

KELOMPOK 2
Topik: Peningkatan Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Bagi Remaja

 Yang Terlibat dalam peningkatan Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Bagi Remaja
adalah:

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 25


Jakarta 23 April 2013
• Siswa
• Kepala sekolah, Wakasek, Guru BP
• Konselor sebaya, Peer Educator
• Duta Remaja
• Ekstra Kurikuler: PIKR, PMR, Pramuka, Rohis
• UKS
• OSIS
• LSM
• Puskesmas
• Pusat Kesehatan Pesantren

 Tantangan
• Remaja di sekolah masih berperan sebagai obyek – program kesehatan yang ada di
sekolah dimulai dari inisiatif orang dewasa.
• Belum ada instansi pemerintah yang bertanggung jawab untuk remaja di luar
sekolah. Selama ini masih dilakukan oleh kelompok-kelompok komunitas dan LSM
• Tidak ada mekanisme koordinasi dalam program kesehatan remaja di sekolah
(sehingga sering terjadi tumpang tindih)
• Tidak adanya wadah koordinasi di tingkat sekolah antara berbagai
program/kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan remaja
• Masih banyak sekolah yang belum bekerjasama dengan Puskesmas untuk informasi
dan layanan kesehatan remaja
• Isi dan metode dari informasi kesehatan reproduksi remaja di sekolah mungkin
tidak sesuai dengan kebutuhan dan kurang menarik bagi murid
• Keterbatasan fasilitas dan sarana di sekolah yang mendukung pemberian informasi
dan layanan kesehatan reproduksi remaja
• Tidak adanya bimbingan, monitoring dan evaluasi dari program remaja yang ada di
sekolah.
• Beban tanggung jawab sekolah yang besar selain bidang kesehatan remaja

 Rekomendasinya :
1. Remaja perlu diberdayakan untuk mempunyai peran penting untuk menyadari dan
menyuarakan kebutuhan remaja sendiri termasuk akses untuk informasi dan
layanan kesehatan remaja
2. Perlu ada kesepakatan tentang siapa yang bertanggung jawab untuk penyediaan
akses informasi dan layanan kesehatan bagi remaja di suatu sekolah
3. Misalnya: kepala sekolah/wakasek/sesuai dengan kesepakatan bersama (dengan
bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat – dinas kesehatan).
4. Mengadvokasi kepala sekolah dan bagian kesiswaan untuk memperhatikan dan
mengkoordinasikan dan berjejaring dengan dinas/organisasi lain untuk
pelaksanaan program kesehatan remaja program remaja di sekolah.
5. Perlu adanya wadah koordinasi di tingkat sekolah antara berbagai program/kegiatan
yang berhubungan dengan kesehatan remaja
6. OSIS bisa diperkuat untuk menjadi payung untuk program remaja di sekolah
termasuk program kesehatan remaja.

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 26


Jakarta 23 April 2013
7. Sekolah perlu bekerja sama dengan puskesmas untuk pemberian akses informasi
dan layanan kesehatan remaja.
8. Perlu dibentuk mekanisme rujukan dari sekolah ke puskesmas dan dipastikan
berjalan
9. Perlu ditinjau ulang isi, metode dari informasi kesehatan reproduksi remaja di
sekolah agar sesuai dengan kebutuhan dan menarik bagi remaja di sekolah
10. Perlu adanya bimbingan, monitoring dan evaluasi dari program remaja yang ada di
sekolah.
11. Perlu adanya pemberian informasi layanan kesehatan remaja secara rutin di sekolah
dan bisa menggunakan media-media informasi di sekolah (melalui peer konselor,
majalah dinding, radio sekolah, majalah sekolah, hot line, social media).
12. Mengadvokasi pemerintah pusat dan daerah untuk penyediaan dana untuk
keberlanjutan program kesehatan bagi remaja
13. Perlu memikirkan lebih lanjut bagaimana pemberian layanan kesehatan remaja
terutama kesehatan seksual dan reproduksi remaja (sementara ini hanya pemberian
informasi/konseling)
14. Osis berperan membawahi kegiatan kesiswaan atau ekskul
15. Dibentuknya peer counselor / konsultan sebaya atau duta remaja untuk kesehatan,
karena remaja akan merasa lebih nyaman. Hal ini bisa didukung dengan : PIK, UKS,
PMR, BP, Osis dan Kepala sekolah.
16. Adanya forum atau organisasi khusus di sekolah untuk memberikan informasi
layanan berkualitas
17. Sekolah membangun jaringan dengan organisasi dan program CSR perusahaan
18. Sekolah membangun 1 bidang khusus yang menangani konsultasi kesehatan
19. Memaksimalkan media informasi di sekolah
20. Puskesmas melengkapi layanan PKPR dengan layanan psikologis
21. Adanya kepastian rujukan dari sekolah ke puskesmas
22. Remaja terlibat sebagai pengguna, counselor, volunteer – jadi remaja sebagai
penerima dan pemberi manfaat layanan kesehatan reproduksi
23. Petugas pelayanan harus ramah remaja
24. Mengoptimalisasi organisasi yang memberikan akses dan layanan
25. Peer group – peran dalam member info dan peran sebagai system rujukan
26. Optimalisasi peran remaja sebagai penyedia informasi
27. Remaja menjadi narasumber yang memberikan informasi
28. Pendekatan pemberian info yang ramah remaja
29. Adanya panduan atau toolkit untuk layanan ramah remaja
30. Penyediaan call centre dan social media
31. Penyediaan layanan khusus remaja

 Rekomendasi Remaja Luar Sekolah


• Melibatkan kementerian sosial dalam sinergitas untuk meningkatkan akses informasi
dan layanan terutama untuk remaja di luar sekolah
• Memperkuat kerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat dan LSM
• Penyebarluasan KIE dan menyesuaikan isi sesuai dengan latar belakang yang beragam
dari remaja luar sekolah
• Melakukan pemetaan tentang kelompok remaja luar sekolah
Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 27
Jakarta 23 April 2013
• Meningkatkan kemampuan kader kesehatan untuk melakukan identifikasi remaja
luar sekolah
• Mempergunakan kader informal untuk pemberian informasi dan layanan kesehatan
reproduksi

 Tanggapan Peserta untuk Hasil Diskusi kelompok 2


o Kelompok remaja berkebutuhan khusus tidak hanya yang dijalan, LP, tetapi juga
lembaga yang bekerja. Mungkin dengan Kemenakertrasn
o Perlu di aktifkan karang taruna, kelompok kecil di tingkat desa, dengan rutin
pertemuan bulanan. Ada kurikulum khusus, ke depannta dari karang taruna bisa
menjadi trainer
o Orang tua menukahkan anak karena, takut terjadi hal – hal yang tidak diharapkan
untuk anaknya
o Di dalam sekolah Melibatkan OSIS, Kemendiknas
o Kreativitas pesan tentang kesehatan reproduksi di sekolah agar remaja tertarik akan
pesan itu

KELOMPOK 3
Topik : Sistem Pencatatan dan Pelaporan periodik yang ideal

 Rekomendasi:
1. Sumber informasi atau responden remaja langsung, baik dalam setting rumah
tangga atau sekolah
2. Remaja dilibatkan secara bermakna dalam penyusunan design penelitian dan
kuesioner
3. Data terpilah berdasarkan kelompok umur
4. Menetapkan indikator remaja yang bisa dipakai oleh semua pihak terkait ( dalam
usia yang disepakati)
5. Konsistensi indicator pengukurannya supaya bisa diketahui trend
6. Pencatatan 2 pelaporan berimbang (tidak hanya perilaku beresiko, tetapi juga faktor
lingkungan dan potensi remaja)
7. Mewaspadai bias dalam hal metodologi dan interprestasi
8. Alur pelaporan data rutin masih terfragmentasi = perlu membangun jejaring untuk
memudahkan kordinasi dan berbagi data

 Tambahan dari peserta


 Guiding Principal yang mudah di akses dan dipahami oleh remaja 
Pencatatan dan pelaporan, sumber informasinya remaja langsung

 Tanggapan Peserta
o Ketersediaan data banyak yang belum terpilah, perlu menjadi perhatian
o Bagaimana menggunakan data digunakan untuk advokasi. Perlu diseminasi data
untuk menggunakan menjadi materi advokasi

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 28


Jakarta 23 April 2013
o Ada alur pengumpulan data yang jelas, jadi memudahkan remaja dalam akses.

Kelompok 4 (gabung kelompok 4 A dan 4B)


Topik:
Keterlibatan Remaja

 Remaja dapat terlibat dalam penyusunan program untuk remaja kebijakan seperti :
- PKPR (Kementerian Kesehatan)
- Kursus Pranikah (Kementerian Agama
- PIK – R dan mahasiswa (BKKBN melalui program Genre
- UU No. 52, 36 dan 23

 Cara remaja terlibat :


- Akses untuk partisipasi terbuka bagi remaja
- Perlu ada sosialisasi dan informasi
- Sinergitas antar lembaga
- Strategi sosialisasi melalui kepada remaja melalui social media
- Partisipasi 2 arah : formal dan informal
- Pelibatan kelompok remaja marjinal, misal anak jalanan atau remaja di wilayah
rawan
- Peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk peningkatan kualitas program
dan alokasi anggaran yang tepat
- Strategi keberlanjutan program
- Pendekatan langsung kepada masyarakat agar mau terlibat dalam program
- Integrasi kesehatan reproduksi dengan nilai agama
- Melibatkan remaja yang beragam, khususnya yang memiliki kebutuhan khusus)
- Anak muda perlu menumbuhkan inisatif untuk sadar, peduli, dan berani
berkontribusi di masyarakat. Khususnya isu isu yang berkaitan dengan anak muda
dan masyarakat umum
- Terbukanya kesempatan / akses anak muda untuk partisipasi aktif di program /
kebijakan
- Perlindungan terhadap anak muda, serta pemberdayaan agar anak muda bisa
berpartisipasi aktif tanpa tekanan
- Pengembangan keterampilan dan kemapuan
Program harus ramah remaja dan menarik anak muda untuk berpartisipasi
(pemdekatan yang ramah remaja)

 Keterlibatan remaja dalam Akses dan layanan yang ramah remaja


- Remaja perlu terlibat aktif dalam pemberian layanan kesehatan kepada remaja (dari
remaja, oleh remaja, untuk remaja)
- Membuat organisasi atau jaringan remaja sebagai penghubung ke pelayanan
kesehatan dan memanfaatkan organisasi yang sudah ada (contoh : PMR, PKPR, dll)
- Perlunya maping ke remaja berkebutuhan khussu seperti : remaja difabel. Anak
jalanan, remaja korban trafficking, remaja putus sekolah

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 29


Jakarta 23 April 2013
- Akses pelayanan yang ramah remaja : jam buka, ada hotline, dan system pelayanan
yang ramah)
- Terbukanya kesempatan / akses anak muda untuk partisipasi aktif di program /
kebijakan
- Perlindungan terhadap anak muda, serta pemberdayaan agar anak muda bisa
berpartisipasi aktif tanpa tekanan

 Remaja bisa terlibat dalam pengambilan keputusan dengan


- Capacity building
- Ikut serta dalam proses pembuatan peraturan ( rumah, sekolah, dll)
- Remaja dibekali keterampilan
- Remaja dapat menjadi wakil dalam berbagai tingkat pengambilan keputusan
- Remaja perlu dikapasitasi skill untuk dapat bekerja sama dengan orang lain.
Contoh : komunikasi dan pengkayaan isu
- Pemerintah atau lembaga terkait wajib memastikan agar suara remaja didengar dan
dipertimbangkan dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi
- Remaja perlu dilibatkan dalam struktur organisasi
- Mengbangun kesadaran remaja untuk berani speak up dengan membuat dan
memperkuat forum – forum diskusi dengan remaja (berkaitan dengan kesempatan
remaja untuk bersuara)
- Membuat pelatihan dan pemberdayaan remaja agar berani bersuara
- Orang dewasa perlu untuk memberikan kesempatan kepada remaja untuk bersuara
serta mendengarkan dan mempertimbangkan sebagai input yang penting
- Orang dewasa perlu untuk memperlakukan remaja sebaagi mitra yang setara
- Pengembangan keterampilan dan kemampuan agar dapat bekerja sama dengan
orang dewasa atau sesama remaja

 Rekomendasi tentang keterlibatan remaja


- Media komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang menarik
- Ada kegiatan dialog dan diskusi , bukan hanya pemberian materi
- Pendampingan dari tokoh agama
- Pendekatan dari nilai remaja, namun tetap ramah remaja
- Penanaman nilai – nilai dan pemberian info / kesadaran bagi remaja di dalam
keluarga
- Remaja dapat dijadikan subyek di dalam program, seperti :
a. Remaja dapat memberikan ide gagasan dan ikut merencanakan program
b. Remaja ikut sosialisasi program
c. Remaja sebagai pelasana program (fasilitator, peserta, dsb)
d. Remaja menyebarkan informasi dan menginisiasi program kegiatan secara
mandiri
e. Remaja menjadi role model, seperti: dokter kecil, peer educator, trainer, osis,
pmr, dll

 Tanggapan Peserta
- Bagaimana melibatkan remaja ? Apa ada perwakilan remaja

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 30


Jakarta 23 April 2013
- Saat ini remaja banyak kelompok dan jaringan, hanya mungkin beluk terekspos,
salah satunya : Pamflet , Network Generation
- PKBI meski sudah sering melakukan kerjasama dengan remaja, seharusnya bisa
dibuat seperti model “sumpah pemuda” , remaja ada satu media berkumpul
- Partisipasi, Pelibatan dan kemitraan remaja adalah hal yang harus dibedakan
- Remaja diharapkan menjadi mitra dan yang terlibat adalah remaja yang memiliki
kapasitas
- Memang cukup sulit pada posisi pelibatan remaja. Dimana remaja akan di posisikan
dimana.
- Semoga list dari kelompok 4, tidak hanya berlaku dari remaja dan orang dewasa.
Tetapi harus refleksi juga bagi remaja untuk bagaimana mengajak atau
menggerakan sesama remaja dan menguatkan teman – teman yang lain tentang hak
remaja itu apa
- Remaja harus memiliki gagasan dan pemikiran jangka panjang. Hal ini bisa menjadi
refleksi bagi para remaja.
- Suara remaja banyak hanya di dengar oleh perusahaan tertentu, seperti minuman,
gadget, fashion, alat transportasi. Hal ini menjadi perangkap bagi remaja,
peningkatan konsumtifitas remaja
- Proses eksploitasi dari remaja
- Diharapkan pertemuan ini menjadi penyampaian suara bagi Kemenkokesra

Pk. 17.00 – 17.15

PENYERAHAN REKOMENDASI
Dari GKIA diwakili oleh Direktut PKBI kepada Pak Made perwakilan Kemenkokesra

Ucapan penutup dari Pak Made penutupan :


a. Pak Made berharap, program remaja bisa menjadi Peraturan Presiden bukan
Peraturan Kementerian Kordinator Kesejehteraan
b. Tindak lanjut dari workshop ini, GKIA akan melakukan permintaan audiensi
hasil rekomendasi kepada Kementerian Kordinator Kesejahteraan Rakyat
(Kemenkokesra)

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 31


Jakarta 23 April 2013
IX. HASIL WORKSHOP DAN REKOMENDASI

A. Institusi apa yang paling bertanggungjawab mengurusi remaja? Kebijakan yang


diperlukan?
Rekomendasi:
1. Institusi yang disepakati bertanggungjawab untuk program remaja adalah
kemenkoskesra (deputi 3)
2. Kemenkokesra mengusulkan untuk membentuk kebijakan dalam bentuk Perpres.
3. Perpres berisi:
a. Bentuk kelembagaan
b. Strategi nasional program remaja
c. Indikator nasional program remaja
4. Perubahan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan remaja (usia pernikahan,
angka kehamilan yang tidak diinginkan saat usia remaja, rentang usia pemakaian
narkoba, sangsi terhadap pelanggaran hak remaja).

B. Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Remaja


Rekomendasi untuk Remaja Sekolah
1. Menigkatkan peran dan kemampuan Kemendikbud dan institusi yang ada di dalam
sekolah dan Kemendikbud.
2. Kreatifitas pada pesan pada anak sekolah khususnya tentang kesehatan seksual
dan reproduksi.
3. Penyediaan dana untuk program remaja di sekolah
RekomendasiuntukRemajaLuarSekolah
1. Mengaktifkan keterlibatan kementerian social dan kementerian tenaga kerja dan
transmigrasi untuk remaja bekerja
2. Mengaktifkan kembali kelompok-kelompok masyarakat termasuk karangtaruna
3. Peningkatan kerjasama dengan LSM dan kelompok-kelompok masyarakat.

C. Sistem pencatatan dan pelaporan yang periodik yang ideal


Rekomendasi
1. Sumber informasi didapat langsung dari remaja dan dilakukan dalam situasi yang
kondusif bagi remaja.
2. Pelibatan remaja secara bermakna
3. Melakukan data terpilah berdasarkan kelompok umur untuk mepresentasikan
kelompokremaja.
4. Menetapkan indicator yang relevan dengan situasi remaja
5. Perlu ada kesepakatan kelompok usia

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 32


Jakarta 23 April 2013
6. Perlu ada kekonsistensian untuk penggunaan indicator untuk membantu melihat
tren
7. Intepretasi hasil penelitian perlu seimbang
8. Menjamin tidak adanya bias dalam survei.
9. Pembentukan koordinasi dan pelaporan
10. Penyebaran dan Penggunaan data yang sama dipakai
11. Konsolidasi data di Kemenkokesra – bisa mencontoh system alur pengumpulan dan
diseminasi data HIV.
12. Memastikan data yang terkonsolidasi dapat digunakan sebagai alat advokasi

D. KeterlibatanRemaja
Rekomendasi:
1. Tidak ada diskriminasi kelompok remaja dalam pelibatan
2. Dibutuhkan peningkatan kesadaran remaja dalam isu
3. Orang dewasa harus lebih mau mendengarkan suara remaja
4. Remaja memerlukan lingkungan yang kondusif agar remaja bersuara
5. Pemberdayaan remaja agar lebih percaya diri dalam menyuarakan pendapat
6. Program perlu dibentuk lebih menarik bagi remaja
7. Pelibatan remaja yang sudah ada harus lebih besar. Remaja perlu terlibat aktif
dalam pengambil kebijakan/keputusan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi
8. Perlu ada tempat khusus oleh, untuk dan dari remaja – agar tidak bosan
9. Mengembangkan jejaring remaja
10. Memamfaatkan remaja yang ada untuk pelayanan kesehatan yang ada
11. Pemetaan bagi remaja yang berkebutuhan khusus
12. Akses remaja terhadap layanan harus sesuai dengan remaja yang menarik – kalau
bisa 24 jam
13. Perlu adanya keterampilan remaja untuk berkomunikasi dengan orang dewasa dan
memahami isu remaja
14. Memastikan suara remaja dipertimbangkan dalam lembaga donor
15. Remaja harus dilibatkan dalam sturktur organisasi
16. Memastikan remaja untuk beranimenyuarakan dirinya
17. Remaja butuh diberi kesempatan untuk bersuara untuk mempertimbangkan isu
remaja.
18. Penyetaraaan remaja sebagai mitra kerja
19. Remaja perlu sendiri aktif tentang kebutuhan remaja.
20. Remaja harus aktif dalam menyuarakan haknya (Suara remaja – keraskan suara –
gunakan alat pengeras)
21. Harus ada gerakan peduli remaja – yang ditujukan untuk memastikan remaja
terlibat dalam pengambil kebijakan
Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 33
Jakarta 23 April 2013
i UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 136 dan 137
ii Lampiran Peraturan Presiden no 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014 buku II
iii http://www.kesehatananak.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=68:pelayanan-kesehatan-
peduli-remaja-pkpr&catid=39:subdit-4&Itemid=82
iv Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, Laporan Pendahuluan. 2012
v Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, Biro Pusat Statistik Republik Indonesia
vi BPS: Sensus Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Agustus 2010
vii Notulis : Teresia Prahesti / teresia_prahesti@wvi.org

PENYUSUN LAPORAN : Frenia T.A.D.S.Nababan /frenia@pkbi.or.id

Laporan Workshop Sinergitas Lintas Sektor untuk Mendukung Kualitas Remaja / 34


Jakarta 23 April 2013

Anda mungkin juga menyukai