Anda di halaman 1dari 13

PEMBERDAYAAN PERAN KADER

MELALUI POSYANDU REMAJA

A. LATAR BELAKANG

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah merumuskan salah satu tujuan pembangunan
nasional yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
2009 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai
penyempurnaan dari SKN sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh elemen
bangsa dalam rangka untuk meningkatkan tercapainya pembangunan kesehatan dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Derajat kesehatan masyarakat
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional.
Masa remaja merupakan masa storm dan stress karena remaja mengalami banyak
tantangan baik dari diri mereka sendiri (biopsychosocial factors) ataupun lingkungan
(environmental factors) apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi
berbagai tantangan tersebut mereka dapat berakhir pada berbagai masalah kesehatan yang
begitu kompleks sebagai akibat dari perilaku berisiko yang mereka lakukan.
Berdasarkan hasil survei kesehatan berbasis sekolah di Indonesia tahun 2015 (GSH)
dapat terlihat gambaran faktor risiko kesehatan pada pelajar usia 12-18 tahun secara
nasional sebanyak 41,8 % laki-laki dan 4,1 % perempuan mengaku pernah merokok, 32,82
% diantara perokok pertama kali pada umur < 13 tahun. Perilaku seks pra nikah tentunya
memberikan dampak yang luas pada remaja terutama berkaitan dengan penularan penyakit
menular seksual dan kehamilan tidak diinginkan serta aborsi. Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) diberikan kepada semua remaja dilaksanakan di dalam dan di luar
gedung untuk perorangan atau kelompok. Pengembangan PKPR di Puskesmas sampai
tahun 2017 sudah mencapai 5015 puskesmas yang tersebar di 514 Kabupaten/Kota.
Puskesmas PKPR memberikan layanan mulai dari KIE, konseling, pembinaan konselor
sebaya, layanan klinis/medis dan rujukan serta pemberdayaan remaja dalam bentuk
keterlibatan aktif dalam kegiatan kesehatan.
Data BPS tahun 2015 tentang angka partisipasi murni tingkat pendidikan SMP sebesar
77,69 % dan SMA 59,85 % artinya mereka berada di sekolah dan mendapatkan pembinaan
kesehatan melalui UKS tetapi kadang kala kegiatan tersebut belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan remaja akan kesehatannya. Dari data menunjukkan sekitar 23% usia SMP dan
41% usia SMA tidak bersekolah artinya mereka tidak mendapatkan pembinaan kesehatan
seperti anak-anak yang bersekolah. Hal ini menunjukkan begitu banyak jumlah remaja yang
membutuhkan tempat yang dapat diakses dengan mudah untuk menyelesaikan dan
mendiskusikan masalah kesehatannya selain dari fasilitas kesehatan yang sudah tersedia.
Pembentukan posyandu remaja diharapkan dapat menjadi wadah untuk menfasilitasi remaja
dalam memahami masalah kesehatan remaja, menemukan alternatif pemecahan masalah,
membentuk kelompok dukungan remaja, memperluas jangkauan puskesmas PKPR
terutama bagi remaja daerah yang memiliki keterbatasan akses.
Hasil SDKI (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi belum memadai. Hanya 35% Hasil SDKI (2012) menunjukkan bahwa
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai. Hanya 35 remaja
perempuan dan 31,2 % remaja laki- laki umur 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan
dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Sebanyak 41,2 % perempuan dan 55,3
% laki-laki umur 15-19 tahun mengetahui cara penularan HIV- AIDS dapat dikurangi jika
berhubungan seks hanya dengan seseorang yang tidak memiliki pasangan lain. 46 %
perempuan dan 60,8% laki-laki umur 15-19 tahun mengetahui bahwa penularan
HIA/AIDS dapat dikurangi dengan menggunakan kondom. Hanya 9,9 % perempuan dan
10,6 % laki-laki umur 15-19 tahun memiliki pengetahuan komprehensif mengenai
HIV/AIDS (Kemenkes, 2015) Remaja umur 15-19 tahun lebih suka berdiskusi/curhat
mengenai masalah kesehatan reproduksi kepada teman sebayanya seperti yang ditunjukkan
dalam SDKI (2012) dimana sebesar 57,1% laki- laki dan 57,6% perempuan
berdiskusi/ curhat mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya. Sementara itu
remaja umur 15-19 tahun menyukai bila sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh
dari teman sebaya (33,3 % laki-laki dan 19,9 % perempuan), guru (29,6% laki-laki dan
31,2% perempuan), ibu (12,7 % laki-laki dan 40% perempuan) tenaga kesehatan (2,6%
laki- laki dan 35,7 % perempuan). Jenis informasi yang sering diperoleh remaja adalah
bahaya penyalahgunaan NAPZA, bahaya minum minuman beralkohol dan tentang
HIV AIDS termasuk penggunaan kondom untuk mencegah penularannya.
Pada posyandu remaja KIE yang diberikan mencakup pemberian informasi tentang
organ reproduksi remaja, pubertas, proses kehamilan, menstruasi, KB, penyakit menular
seksual, gender dan pendewasaan usia perkawinan. HIV/AIDS mencakup pemberian
informasi seputar penularan, pencegahan dan gejala (Kemenkes, 2018).
Dalam rangka memenuhi Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang standar tekis
pemenuhan mutu pelayaan dasar pada SPM Bidang Kesehatan yang salah satunya adalah
pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar.
Kompleksnya permasalahan kesehatan pada remaja, tentunya memerlukan penanganan
yang komprehensif dan terintegrasi yang melibatkan semua unsur dari lintas program dan
sektor terkait. Kebijakan bidang kesehatan terkait pelayanan kesehatan remaja sebagaimana
dimaksud Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 ditujukan agar setiap anak memiliki
kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat, memiliki keterampilan hidup sehat, dan
keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan fasilitasi pembinaan
Posyandu.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar Posyandu.

b. Menjelaskan kebijakan terkait pengelolaan Posyandu


C. KONSEP DASAR POSYANDU
1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar, dan pengembangan sumber daya manusia secara dini.
Pemberdayaan masyarakat di Posyandu merupakan upaya fasilitasi yang bersifat
non-instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar
mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. Pengintegrasian
layanan sosial dasar di Posyandu merupakan upaya mensinergikan berbagai
layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi,
pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan
pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. Oleh sebab itu, penyelenggaraannya
mendapatkan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor, dan lembaga terkait
lainnya.
Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari
kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen
Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan
kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan
tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan
penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas
program dan lintas sektor terkait.
Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat yang seperti ini, di samping menguntungkan masyarakat, karena
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan,
ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan kesehatan menjadi
terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan lebih banyak sumber daya.
Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama dengan Menteri
Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan
berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang disebut dengan
nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
2. Lokasi, Kedudukan, Pengorganisasian, dan Pembentukan Posyandu
a. Lokasi Posyandu
Posyandu berada di setiap desa/kelurahan atau sebutan lainnya yang sesuai. Bila
diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun,
atau sebutan lainnya yang sesuai.
b. Kedudukan Posyandu
1) Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/ Kelurahan Pemerintahan
desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu
terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang secara
kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/ kelurahan.
2) Kedudukan Posyandu Terhadap Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya
mempunyai keterkaitan dalam pembinaan, penyelenggaran/pengelolaan
Posyandu yang berkedudukan di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu
terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek
administratif, keuangan, dan program dari Pokja.
3) Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM
UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan, yang salah satu di antaranya adalah Posyandu. Kedudukan
Posyandu terhadap UKBM dan berbagai lembaga kemasyarakatan/LSM
desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.
4) Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan
Forum Peduli Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat
di bidang kesehatan yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat di
kecamatan yang berfungsi menaungi dan mengkoordinasikan setiap UKBM.
Kedudukan Posyandu terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan adalah
sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumber daya
dari Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.
5) Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di
kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina
oleh Puskesmas.
3. pengorganisasian dan pembentukan Posyandu
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat
pembentukan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel sehingga dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan
sumber daya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan
bendahara serta kader Posyandu yang merangkap sebagai anggota. Kemudian dari
beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (desa/ kelurahan atau dengan sebutan
lain), selayaknya dikelola oleh suatu Unit/Kelompok Pengelola Posyandu yang
keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola
Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya.
Bentuk organisasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung jawab
masingmasing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam Unit/Kelompok
Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.
Contoh alternatif Bagan Kepengurusan Pengorganisasi Posyandu di desa/kelurahan
atau sebutan lainnya sebagai berikut.

Kepala Desa/Dusun

Unit/Kelompok (nama lain)


Pengelola Posyandu

Posyandu A Posyandu B Posyandu C

(Struktur organisasi disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat)

b. Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan
dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu dan kepedulian
terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu. Pengelola Posyandu
dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu.
Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut.
1) Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.
2) Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat.
3) Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
c. Kader Posyandu
1) Pengertian Kader Posyandu
Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat
yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
Posyandu secara sukarela.
2) Syarat menjadi kader
Meskipun semua masyarakat berhak menjadi kader namun ada beberapa
peraturan yang mengatur masyarakat dalam menjadikan dirinya seorang kader
posyandu, menurut (Zulkifli, 2013)
Syarat menjadi kader adalah sebagai berikut:
a) Mampu bekerja secara sukarela.
b) Kepercayaan masyarakat pada dirinya tinggi.
c) Mempunyai kredibilitas yang baik.
d) Memiliki jiwa pengabdian
e) Mampu membina remaja maupun masyarakat lain
3) Peran Kader
Kader posyandu dalam menjalankan posyandu tidak semata-mata hanya
bertindak untuk menjalankan tugas wajib dalam posyandu, namun juga memiliki
peranan guna mengembangkan posyandu, menurut (Setyoadi, Ahsan, & Abidin,
2013) peran kader:
a) Koordinator
Posyandu pada pelaksanaannya indealnya harus memiliki persiapan
dalam guna menunjang pelaksanaan posyandu. Tugas coordinator
pelaksana posyandu sendiri adalah :
 Kader mengadakan rapat koordinasi guna menyusun langkah-
langkah pasti dari evaluasi pelaksanaan sebelumnya
 Mengatur pembagian kader dalam tiap meja baik dalam persiapan
maupun dalam hari H pelaksanaan dan memastikan tiap meja
berjalan dengan baik.
 Menentukan tugas- tugas untuk setiap posisi jabatan, penerapan
tugasnya diantaranya mengkoordinir bendahara untuk merinci
pengeluaran pelaksanaan posyandu, mengkoordinir kader dalam
melakukan pengumuman pelaksanaan posyandu,
mengkomunikasikan materi dan pemberi materi penkes, serta
membagi tugas untuk persiaapan peralatan teknis.
 Memberi penjelasan terkait rencana pencapaian tujuan, biasanya
rencana pencapaian tujuan disampaikan berdasarkan evaluasi dari
penyelenggaraan bulan lalu maupun tambahan dari puskesmas
apabila ada evaluasi.
b) Penggerak Masyarakat.
Kader dalam menjalankan peran sebagai penggerak masyarakat adalah
dengan bentuk anjangsan dan sarasehan dengan aparat desa dan tokoh
masyarakat, guna :
 Mensosialisasikan peran dan fungsi posyandu pada masyarakat,
utamanya tokoh masyarakat guna mendorong remaja untuk hadir
ke posyandu remaja.
 Berkomunikasi pada masyarakat dan aparat desa untuk dana
operasional kegiatan posyandu yang diperoleh melalui alokasi
dana desa (ADD) dan swadaya masyarakat.

c) Pemberi Promosi Kesehatan.


Kader dalam menjalankan peran sebagai pemberi promosi kesehatan
adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan baik di luar kegiatan
posyandu. Peran kader sebagai pemberi promosi kesehatan wajib
dilaksanakan dan dikuasai oleh masing- masing kader karena mereka
telah mendapat pelatihan.
d) Pemberi Pertolongan dasar
Salah satu peran kader posyandu dalam melaksanakan tugasnya adalah
sebagai pemberi pertolongan dasar, pemberi pertolongan dasar yang
dimaksudkan disini adalah :
 Kader menguasai skill pemeriksaan untuk kebutuhan
pemeriksaan sederhana yang meliputi pemeeriksaan tekanan
darah, berat badan, tinggi badan, pemeriksaan lab sederhan
(GDS, kolesterol asam urat).
 Melakukan pendataan terhadap masalah kesehatan yang angka
kejadiannya tinggi di kampung tersebut dan menganjurkan dan
memberi memotivasi sasaran untuk datang ke posyandu.
e) Pendokumentasian
Peran kader dalam pendokumentasian adalah pencatatan setiap kegiatan
tentang apa saja yang terjadi dalam kegiatan maupun masalah kesehatan,
nantinya catatan kesehatan ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi
untuk langkah langkah kesehatan maupun pengelolaan yang harus
diterapkan pada pertemuan berikutnya.
4) Tugas Kader
Tugas kader posyandu dalam menjalankan posyandu
adalah sebagai berikut :
a) Tugas kader posyandu sebelum hari pelaksanaan (H- Posyandu )
b) Menyiapkan alat dan bahan untuk kebutuhan teknik posyandu, alat dan
bahan tersebut antara lain : timbangan badan, sphygmomanometer,
stetoskop, KMS, Alat peraga, obat- obatan yang dibutuhkan, bahan/
materi penyuluhan.
c) Memberi pemberitahuan keseluruh warga masyarakat serta memberikan
memotivasi pada kelompok sasaran untuk datang ke posyandu.
d) Kader berkewajiban untuk menghubungi POKJA posyandu dan
memastikan apakah petugas sector bias hadir ke posyandu.
e) Menentukan pembagian tugas pada setiap posisi jabatan diantara kader
baik dalam persiapan maupun pelaksanaan (Kolifah, 2016).
f) Tugas kader posyandu pada hari buka (H Posyandu)
 Menata peralatan dan bahan-bahan untuk system lima meja
diatnaranya: alat kesehatan dan obat- obatan.
 Menyiapkan sarana olahraga senam maupun olah rag yang
menunjang.
 Mempersiapakan sarana untuk kegiatan keterampilan
 Mempersiapkan sarana untuk bimbingan pendalaman agama
 Melakukan pengelolaan dana sehat.
 Kader bertugas mengisi kartu menuju sehat (KMS) dengan
petugas kesehatan (Kolifah, 2016).

D. KEBIJAKAN TERKAIT PENGELOLA POSYANDU


Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005—2025 menetapkan bahwa
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya dapat terwujud. Selanjutnya, dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2010—2014 yang tertuang dalam Keputusan
MenteriKesehatanRepublikIndonesiaNomor:HK.03.01/160/1/2010 telah ditetapkan bahwa
visi Kementerian Kesehatan adalah ”masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”.
Masyarakat sehat yang mandiri adalah suatu kondisi dimana masyarakat Indonesia
menyadari, mau dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan
yang dihadapi sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena
penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku
yang tidak mendukung untuk hidup sehat, dengan menggunakan potensi yang dimilikinya.
Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan misi Kementerian Kesehatan adalah:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Dalam mencapai misi tersebut ada lima strategi yang telah ditetapkan, salah satunya
adalah pemberdayaan masyarakat dan daerah. Peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan semakin penting. Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin
bertambah berat, kompleks dan bahkan terjadi secara tidak terduga karena Indonesia
merupakan negara yang daerahnya rawan bencana. Upaya meningkatkan status kesehatan
masyarakat tidak akan tercapai apabila tidak mengikutsertakan peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan. masyarakat tidak lagi sebagai obyek melainkan sebagai subyek
dalam pembanguan kesehatan, seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. masalah kesehatan perlu diatasi oleh
masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak permasalahan kesehatan yang
wewenang dan tanggung jawabnya berada di luar sektor kesehatan.
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi:
1. Penggerakkan masyarakat; masyarakat mempunyai peluang yang sebesar-
besarnya untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan.
2. Pengorganisasian dalam pemberdayaan; diupayakan agar peran
organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam pembangunan
kesehatan.
3. Advokasi; masyarakat memperjuangkan kepentingannya di bidang
kesehatan.
4. Kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting untuk
meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor terkait, swasta,
dunia usaha, dan pemangku kepentingan.
5. Sumber daya; diperlukan sumber daya yang memadai seperti sumber
daya manusia (SDM), sistem informasi, dan dana.
Mengapa pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
sangat penting?
1. Ketentuan ini tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Dari hasil kajian, ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional berasal
kontribusi/partisipasi masyarakat.
3. Pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakat berazaskan gotong royong, merupakan
budaya masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan.
4. Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama, terjadinya permasalahan
kesehatan. Oleh sebab itu, masyarakat sendirilah yang dapat menyelesaikan masalah
tersebut dengan pendampingan/bimbingan pemerintah.
5. Pemerintah mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang semakin kompleks di masyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai
potensi yang cukup besar untuk dapat dimobilisasi dalam upaya pencegahan di
wilayahnya.
6. Potensi yang dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community leadership,
community organization, community financing, community material, community
knowledge, community technology, community decision making proses, dalam upaya
peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan.
7. Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya pengobatan, dan
masyarakat juga mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya pencegahan apabila
dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat terutama untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu,
keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge),
dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice). Oleh sebab
itu, sesuai dengan sasarannya (klien) dapat dibedakan adanya:
a. pemberdayaan individu,
b. pemberdayaan keluarga, dan pemberdayaan kelompok/masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai