Anda di halaman 1dari 24

PERAN DAN TUGAS BIDAN DALAM PRIMERY HEALTH

CARE UNTUK KESEHATAN WANITA

Peran dan tugas bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih dalam PHC:
1.       Sebagai pelaksana, memberi pelayanan kesehatan (provider care)
Bidan memegang peranan penting untuk meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan
bermutu ditengah masyarakat dengan memberika pelayanan kebidanan secaran langsung
maupun tidak langsung.
Pelayanan kesehatan yang patut dilaksanakan bidan antara lain:
a.       Meningkatkan upaya pengawaasn ibu hamil
b.      Mmeningkatkan gizi ibu hamil dan ibu menyusui
c.       Meningkatkan penerimaan gerakan KB
d.      Meningkatkan kesehatan lingkungan
e.      Meningkatkan sistem rujukan
f.        Meningkatkan penerimaan imunisasi ibu hamil dan bayi.
2.       Sebagai pengelolah
Sebagai pengelolah bidan berperan dalam pengembangan pelayanan dasar kesehatan terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah
kerja dengan melibatkan keluarga/klien. Pengembangan pelayanan dasar kesehatan yang
dapat dilakukan bidan antara lain:
a.    Tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangan kesehatan di wilayah
kerjanya.
b.     Mengelolah pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta
KB sesuai rencana
c.      Mengkoordinasi, mangewasi dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB
d.      Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, khusunya
kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber yag ada pada program dan
sector terkait.
e.     Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
3.       Sebagai pendidik (Health Education)
Pendidikann masyarakat memegang peranan penting yang meliputi:
a.       Pentingnya arti pengawasan hamil
b.      Pentingnya arti imunisasi TT pada ibu hamil pentingnya arti pelaksanaan KB
c.       Mengarahkan kemana persalinan dilakukan untuk mendapatkan well born baby
d.      Pengawasan postpartum dan persiapan untuk merawat bayi dan menyususi
4.       Sebagai pangamat kesehatan (Health Monitor)
Melakukan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadipada individu, keluarga
dan masyarakat yang menyangkutkan masalah-masalah kesehatan yang tibul serat berdampak
terhadap setatus kesehatan mereka melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan dengan
cara observasi dan pengumpulan data.
5.       Sebagai koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of service)
Mengkoordinasi seluruh kegiatan upaya peeayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sehingga
tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan.
6.       Sebagai penggorganisasian pelayanan kesehataan (organisator)
Berperan serta memberikanmotivasi untuk meningkatkan partisipasi individu, keluarga dan
masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat
misalnya posyandu,dana sehat, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dan
berpartisipasi aktif dalamkegiatan pengembangan kegiatan masyarakat dalam bidang
kesehatan.

Tugas dan Tanggung Jawab Bidan dalam Primary Health Care:


1.       Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengembangan dan mengimplementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2.       Kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan
3.       Mengajarkan konsep kesehatan dasardan tknik asuhan diri sendiri pada masyarakat.

A. PENGERTIAN

Pengertian Primary Health Care, menurut deklarasi Alma Alta 1978, adalah sebagai berikut:
“Primary Health Care is essential health care, based on practical, scientifically sound socially
acceptable methods and technology made universally accessible to individuals and families in
the community, through their full participation and at a cost that the community and the
country can afford to maintain at every stage of their development, in the spirit of self reliance
and self determination”
“It forms and integral part both of the country’s health system, of which it is the central
function and its main focus, and of the overall social and economic development of the
community. It is the first level of contact of individuals, the family and community with the
national health system bringing health care as close as possible to where people live and work,
and constitutes the first element of a continuing health care process”.
Primary Health Care:
Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat dan berdasarkan
penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan upaya preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan cara pencegahan dan
pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan gizi, penyediaan sanitasi dasar dan
air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, imunisasi
terhadap penyakit menular utama dan penyegahan penyakit endemic, pengobatan penyakit
umum dan cedera serta penediaan obat esensial.

1. Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek pembangunan


nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan, terutama pertanian, peternakan,
industri makanan, pendidikan, penerangan, agama, perumahan, pekerjaan umum,
perhubungan dan sebagainya.
2. Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian PHC serta penggunaan
sumberdaya yang ada.
3. Ditunjang oleh system rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional dan timbal
balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan memprioritaskan
golongan masyarakat yang paling membutuhkan.
4. Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk tenaga
kesehatan tradisonal yang terlatih di bidang teknis dan social untuk bekerja sebagai
tim kesehatan yang mampu bekerja bersama masyarakat dan membangunkan peran
serta masyarakat.

B. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Masa remaja (usia 11 – 20 tahun) adalah masa yang khusus dan penting, karena merupakan
periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja disebut juga masa pubertas,
merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan
psikis. Remaja berada dalam situasi yang sangat peka terhadap pengaruh nilai baru,
terutama bagi mereka yang tidak mempunyai daya tangkal. Mereka cenderung lebih mudah
melakukan penyesuaian dengan arus globalisasi dan arus informasi yang bebas yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku menyimpang karena adaptasi terhadap nilai-
nilai yang datang dari luar. Masalah yang paling menonjol dilakangan remaja saat ini,
misalnya masalah seksualitas, sehingga hamil di luar nikah dan melakukan aborsi.
Kemudian rentan terinfeksi penyakit menular seksual (IMS), HIV dan AIDS serta
penyalahgunaan Narkoba. Adanya motivasi dan pengetahuan yang memadai untuk
menjalani masa remaja secara sehat, diharapkan remaja mampu untuk memelihara
kesehatan dirinya sehingga mampu memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan
reproduksi sehat.

DEFINISI
- Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistim reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
- Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ka
arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,
tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.
- Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi
dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia,
dan sering disebut masa peralihan. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak
ke masa dewasa.

TAHAPAN REMAJA
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual,
semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak
dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal
tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan
kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun
setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena
proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan
massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi
pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda.
Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja
perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.

PERUBAHAN FISIK PADA MASA REMAJA


Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan
reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk
mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu melaksanakan
fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi yaitu :
1. Munculnya tanda-tanda seks primer; terjdi haid yang pertama (menarche) pada remaja
perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2. Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a. Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,
terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih besar, badan berotot,
tumbuh kumis diatas bibir, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
b. Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh
rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.

TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA


Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang
membutuhkan suatu ketrampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja, mereka
dihadapkan kepada dua tugas utama, yaitu :
1. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.
Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara remaja
dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja
sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua, misalnya dalam hal memilih
teman ataupun melakukan aktifitas. Sifat remaja yang ingin memperoleh kebebasan
emosional sementara orangtua yang masih ingin mengawasi dan melindungi anaknya
dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
Pada usia pertengahan, ikatan dengan orangtua semakin longgar dan mereka lebih
banyak menghabiskan waktunya bersama teman sebayanya. Pada akhir masa remaja,
mereka akan berusaha mengurangi kegelisahannya dan meningkatkan integritas
pribadinya, identitas diri lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan untuk
menyatakan pendapat menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan mampu membuat
keputusan dan mengadakan kompromi. Akhir masa remaja adalah tahap terakhir
perjuangan remaja dalam mencapai identitas diri. Bila tahap awal dan pertengahan
dapat dilalui dengan baik, yaitu adanya keluarga dan kelompok sebaya yang suportif
maka remaja akan mempunyai kesiapan untuk mampu mengatasi tugas dan
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi.
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang dan kompleks, yang
membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang dari
kehidupan individu, dan hal ini akan membentuk kerangka berfikir untuk
mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang
kehidupan.

KEBUTUHAN RIIL REMAJA


Kebutuhan riil remaja terkait hak mendapatkan informasi akurat tentang seksualitas dan
kesehatan reproduksi ini kadang juga dibedakan berdasarkan variasi kelompok. Misalnya,
kebutuhan remaja desa berbeda dengan remaja kota. Kerentanan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) antara ’remaja jalanan’ (anak jalanan) dan remaja sekolah juga berbeda.
Remaja yang bekerja sebagai buruh pabrik juga mempunyai karakteristik dan masalah-
masalah yang berbeda dengan remaja yang bekerja di sektor informal, dan sebagainya.
Sehingga pemenuhan kebutuhan ini butuh disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya
yang dihadapi masing-masing remaja. Namun demikian, secara umum kebutuhan riil
menyangkut hak dasar remaja akan informasi terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi
itu, antara lain sebagai berikut:
1. Penyediaan layanan yang ramah dan mudah diakses bagi remaja, tanpa memandang
usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan situasi keuangan mereka.
2. Adanya dukungan terpenuhinya hak setiap remaja untuk menikmati seks dan ekspresi
seksualitas mereka dalam cara-cara yang mereka pilih sendiri.
3. Penyediaan informasi dan pemberian hak mendapatkan pendidikan mengenai
reproduksi dan seksualitas. Informasi dan pendidikan yang diberikan ini harus
mendorong terjadinya independensi dan keyakinan diri remaja, dan memberikan
pengetahuan agar mereka bisa membuat keputusan sendiri terkait reproduksi dan
seksual mereka.
4. Adanya jaminan kerahasiaan dalam relasi sosial dan seluruh aspek dari seksualitas
mereka.
5. Penyediaan informasi yang bisa diakses sesuai dengan perkembangan remaja.
6. Setiap remaja yang aktif secara seksual atau tidak; dan yang memiliki keragaman
orientasi seksual bisa mendapatkan informasi agar mereka merasa nyaman dengan
tubuh dan seksualitas mereka sendiri.
7. Setiap remaja mendapatkan persiapan untuk memiliki ketrampilan melakukan
negosiasi dalam relasi sosialnya, termasuk dalam masa pacaran dan dalam melakukan
tindakan seks yang lebih aman (bagi yang seksual aktif).

HAK-HAK REMAJA TERKAIT DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI


Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki hak-hak mendasar terkait
kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar
mereka. Hak-hak itu adalah:
1. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali remaja, untuk terbebas
dari resiko kematian karena kehamilan, khususnya bagi remaja perempuan.
2. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal ini adalah
perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan.
3. Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja dan
setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-pilihan mereka.
4. Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan kesejahteraan
perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan pendidikan kesehatan
reproduksi yang memadai tersebut.
5. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat, terbebas dari
penafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi yang
dapat membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksual.
6. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk mendesak
pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan reproduksi menjadi
prioritas kebijakan negara.
7. Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi anak-anak
dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, pelecehan, perkosaan,
penyiksaan, dan kekerasan seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak mendapatkan
pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat diterima.
9. Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
10. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini berarti setiap
individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan
keluarga, reproduksi, dan seksual.
11. Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya, mereka berhak merencanakan,
membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak untuk menikah atau tidak menikah).
12. Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur kehidupan seksual dan
reproduksinya, sehingga tidak seorang pun dapat memaksanya untuk hamil, aborsi, ber-KB
dan sterilisasi.

C. MASALAH KESPRO WUS REMAJA

A. Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada siklus reproduks


Beberapa masalah dapat terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan
perempuan, dibawah ini diuraikan masalah yang mungkin terjadi mada setiap
siklus kehidupan.
1. Masalah reproduksi
Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang
berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan
anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan,
masalah kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial
budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan
masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga,
sikap masyarakat terhadap perempuan hamil. Intervensi pemerintah dan
negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya program KB, undang-undang
yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya. Tersedianya
pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-
anak.Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima
tahun.
2. Masalah gender dan seksualitas
Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah
peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan
pendidikan seksualitas. Pengendalian sosio-budaya terhadap masalah
seksualitas, bagaimana norma-norma sosial yang berlaku tentang perilaku
seks, homoseks, poligami, dan perceraian. Seksualitas dikalangan
remaja.Status dan peran perempuan. Perlindungan terhadap perempuan
pekerja.
3. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada
perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban Norma sosial
mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindak
kekerasan terhadap perempuan. Sikap masyarakat mengenai kekerasan
perkosaan terhadap pelacur. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
4. Masalah Penyakit yang Ditularkan Melalui Hubungan Seksual
Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorrhea.
Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan
herpes. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired
immunodeficiency Syndrome); Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit
menular seksual. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam
mengatasi maslah tersebut (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi
pelacur/Penjaja Seks Komersial). Sikap masyarakat terhadap penyakit
menular seksual.
5. Masalah Pelacuran
Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran.Faktor-faktor yang
mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadap pelacuran.Dampaknya
terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi
konsumennya dan keluarganya.
6. Masalah Sekitar Teknologi
Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung).
Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening). Penapisan
genetik (genetic screening). Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan. Etika
dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.
B. Gangguan haid
1. Pengertian gangguan haid
adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal panjang siklus haid, lama
haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan
endometrium
2. Fisiologi haid normal:
a. Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari
b. Estrogen dihasilkan oleh follikel dan korpus luteum
c. Peningkatan Estrogen pada midsiklus → lonjakanLH → ovulasi
d. Peningkatan dihasilkan hanya oleh korpus luteum
e. Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi
f. Umur korpus luteum ±10-14 hr
g. Fase luteal atau fase sekresi ±14 hr (hampir selalu tetap)
h. Fase folikulogenesis atau Fase proliferasi variasi antara 7-21hr
3. Klasifikasi gangguan haid digolongkan dalam :
a. Kelainan panjang siklus (N=21-35hr)
1) Polimenore (sering) jika haid terjadi kurang 21 hari
2) Oligomenore (jarang) jika haid terjadi lebih dari 35 hari
3) Amenore (tidak haid) → jika haid tidak terjadi selama 3 bln berturut –
turut
b. Kelainan banyaknya haid (Normalnya darah haid = ±80ml):
1) Hipermenore (banyak) jika darah haid lebih 80ml
2) Hipomenore (sedikit) jika darah haid kurang dari 80ml
3) Kelainan lama haid (Normalnya lama haid  3 – 7 hari):
4) Menoragi (memanjang) jika lama haid lebih 7 hari
5) Brakimenore (memendek) jika lama haid kurang dari 3 hari
6) Metroragi (jika haid terjadi diluar siklus normal
7) Perdarahan bercak
8) Premenstrual spotting
9) Postmenstrual spotting
10) Perdarahan uterus disfungsional
11) Gangguan lain berhubungan dengan haid :
12) Metroragi (haid diluar siklus)
13) Dismenore (nyeri bila haid)
14) Premenstrual tension (ketegangan haid
c. Kelainan Panjang Siklus Haid :
1) Poliminore : Definisi polimenore adalah panjang siklus haid kurang dari
21 hari (normal 21-35). Keadaan polimenore bisanya terjadi pada siklus
ovulatoar maupun pada siklus anovulatoar.
Kausa :
a) Anovulasi karena gangguan hormonal
b) nsufisiensi korpus luteum (fase luteal memendek)
c) Fase folikuler memendek
Penanganan :
a) Pada kausa anovulasi diberikan induksi ovulasi
b) Pada insufisiensi korpus luteum diberikan progesteron pada hr 16-
25
c) Pada fase folikuler pendek diberikan estrogen pada hari 3-8
2)  Oligomenore adalah panjang siklus haid lebih dari 35 hari (normal 21-
35 hari) dan kurang dari 3 bulan. Keadaan oligomenore umumnya
adalah siklus ovulator sehingga fertilitas tidak terganggu.
Kausa :
a) Fase folikuler memanjang
b) Fase sekresi memanjang                       
Penanganan :
a) Tidak diberikan pengobatan jika tipe perdarahan teratur
b) Indukasi ovulasi diberikan jika tipe perdarahan memanjang
4. Macam-macam gangguan Pada Waktu Haid:
a. Amenore
Definisi amenore
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Hal
tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan
menyusui, dan setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
1) Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada wanita usia
16 tahun.
2) Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama 3 siklus (pada
kasus oligomenorea/jumlah darah haid sedikit), atau 6 siklus setelah
sebelumnya mendapatkan siklus haid biasa.
Penyebab
1) Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:
2) Pubertas terlambat
3) Kegagalan dari fungsi indung telur
4) Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
5) Gangguan pada susunan saraf pusat
6) Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah haid,
dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
7) Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah
kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi. Jika sebab-
sebab tersebut bisa disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:
8) Obat-obatan
9) Stres dan depresi
10) Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga
berlebihan, obesitas
11) Gangguan hipotalamus dan hipofisis
12) Gangguan indung telur
13) Penyakit kronik
Tanda dan Gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16 tahun,
dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan
payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita
tersebut tidak mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah pernah
mendapatkan haid. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan
terjadinya amenorea.
b. Oligomenorea
Definisi Oligomenore
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang
lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang
mengalami oligomenorea akan mengalami haid yang lebih jarang daripada
biasanya. Namun, jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3
bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Penyebab
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi memanjang,
sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi
pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun
menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-
masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya
koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya
haid pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul
gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh.
Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada:
1) Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)
2) Stres dan depresi
3) Sakit kronik
4) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
5) Penurunan berat badan berlebihan
6) Olahraga berlebihan, misal atlit
7) Adanya tumor yang melepaskan estrogen
8) Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat
pengeluaran darah haid
9) Penggunaan obat-obatan tertentu
10) Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun pada
beberapa kasus, dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Pemeriksaan
ke dokter kandungan harus dilakukan ketika oligomenorea berlangsung
lebih dari 3 bulan dan mulai menimbulkan gangguan kesuburan.

c. Polimenorea
Definisi Polimenore
Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering (siklus
haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan istilah
polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami haid hingga dua
kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah
perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia
merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid.
Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah
yang dikeluarkan lebih sedikit.
Penyebab
1) Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat
terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium.
2) Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan
pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu
yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus haid normal
sehingga didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan keseimbangan
hormon dapat terjadi pada:
a) 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
b) Beberapa tahun menjelang menopause
c) Gangguan indung telur
d) Stress dan depresi
e) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
f) Penurunan berat badan berlebihan
g) Obesitas
h) Olahraga berlebihan, misal atlit
i) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,
NSAID, dll
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter
jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea
dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena
gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi
(proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali
mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
d. Menoragia atau Hipermenorea
Definisi Menoragia atau Hipermenorea
Menoragia atau hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih
banyak dari normal (lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama dari normal (lebih
dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu haid. Siklus haid
yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah
darah haid sekitar 25-80 ml/hari.
Gejala
1) Penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala seperti:
a) Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama beberapa hari
berturut-turut
b) Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau pembalut ganda di
malam hari
c) haid berlangsung lebih dari 7 hari
d) Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah
e) Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang
terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan
tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga memicu terjadinya
anemia. Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek,
mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dll.
Penyebab
1) Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya haid (menoragia)
dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya:
a) Adanya kelainan organik, seperti:
 infeksi saluran reporduksi
 kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal : akibat von
willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), dll
 Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia
seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat
menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan
darah dan menurunkan hormon estrogen.
2) Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan
kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi, Sindrome Polikistik
Ovarium (PCOS), kegemukan, dll
3) Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip
endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan lain
sebagainya.
4) Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan
kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan antikoagulan.
e. Hipomenorea
Definisi Hipmenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa.
Penyebab
Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang
akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.

f. Metroragia
Definisi Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid. Metroragia merupakan suatu perdarahan
iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi
dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih
sedikit. Metroragia tidak ada hubungannya dengan haid, namun keadaan ini
sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak
Klasifikasi
1) Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti abortus, kehamilan
ektopik.
2) Metroragia diluar kehamilan
Penyebab
1) Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis, peradangan dari
haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis
haemorrhagia), hormonal.
2) Perdarahan fungsional:
a) Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh psikis, neurogen,
hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan
gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis.
b) Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus luteum persisten, kelainan
pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit
akut ataupun kronis.
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang
terjadi secara periodik. kita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami
perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur,
lebih sering atau tidak haid sama sekali. Penyebab gangguan haid dapat karena
gangguan psikologis seperti sress maupun emosi.Kelainan siklus menstruasi
merupakan penyebab infertilitas yang penting.Disfungsi ovulasi berjumlah 10-
25% dari kasus infertilitas wanita. Gangguan nutrisi yang berat (misalnya
kelaparan, anoreksia nervosa), penurunan BB (misalnya : penyakit medis atau
psikologis) dan aktivitas yang berat (misalnya : pelari maraton, penari balet)
adalah berhubungan dengan gangguan ovulasi. Obesitas juga disertai dengan
siklus anovulatorik karena peningkatan tonik kadar estrogen, sedangkan tress berat
menyebabkan anovulasi dan amenore.
Ovulasi yang jarang, endometriosis dapat menyebabkan infertilitas. Nyeri
haid seringkali dianggap sebagai gejala khas dari endometriosis. Ternyata scott
dan felinde hanya mendapatkan 19% dengan dismenorea yang progresif.
Gangguan haid pada remaja dan dewasa merupakan kenyataan yang banyak
dijumpai dalam praktek pada Dokter Spesialis Obsetri Ginekologi bahkan Dokter
Umum. Beberapa waktu yang lampau masalah remaja dengan alat reproduksinya
kurang mendapat perhatian karena umur relatif muda, masih dalam status
pendidikan sehingga seolah-olah bebas dari kemungkinan menghadapi masalah
penyulit dan penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya padahal
pencegahan dan pengobatan haruslah dilakuakan sedini mungkin.
Menstruasi atau mens atau haid atau datang bulan adalah perdarahan yang terjadi
secara berulang setiap bulannya (kecuali saat kehamilan) pada uterus seorang
wanita dikarenakan adanya proses deskuamasi atau peluruhan dinding rahim
(endometrium).
Darah menstruasi yang banyak mengandung campuran dari penumpukan sisa-
sisa deskuamasi lapisan endometrium uteri, bekuan darah, cairan dan lendir, serta
beberapa bakteri dan mikroorganisme, akan tampak berwarna merah kehitaman
atau hitam. Lamanya perdarahan menstruasi biasanya antara 3 - 5 hari, tetapi ada
juga yang mengalami perdarahan selama 1 - 2 hari yang diikuti terjadinya
perdarahan kembali sedikit demi sedikit. Bahkan ada juga yang sampai 7 - 8 hari,
tetapi biasanya lama terjadinya perdarahan menstruasi itu pada setiap wanita
bersifat menetap.Terjadinya perdarahan mens biasanya didahului dengan
terjadinya leukorrhea (keputihan), yang ditunjukkan dengan pengeluaran cairan
(lendir) dari vagina, agak encer, berwarna putih kekuningan, jika terjadi campuran
dari tetesan darah, warnanya menjadi merah muda disebut bloody show, bening
atau jernih dan tidak berbau.
Cairan yang keluar tersebut dapat berubah sifatnya jika terjadi infeksi di
daerah vagina atau uterusnya, yaitu menjadi berwarna kuning atau hijau, jika
tedapat campuran dari tetesan darah, warnanya berubah menjadi merah kehitaman
atau hitam, lebih kental dan keruh serta berbau.Jumlah atau banyaknya darah
mens yang keluar rata-rata 33,2 atau lebih kurang 16 ml. Pada wanita yang
usianya lebih tua biasanya jumlah darah haid yang keluar akan lebih
banyak.Menstruasi yang pertama kali , disebut menarke, paling sering terjadi pada
usia 11 tahun tetapi bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun. Tetapi rata-
rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif
pada kehidupan seorang wanita, yang dimulai dari menarke sampai terjadinya
menopause.
Terdapat lima ganggua menstruasiyang paling sering muncul,yaitu
oligomenore (jangka waktu haid terlalau lama), polimenora(terlalu sering haid)
Hipermenorea (darah haid terlalu banyak), hipomenorea (darah haid terlalu
sedikit), dan amenore (tidak haid sam sekali).
Ada dua penyebab utama gangguan menstruasi. Pertama, kelainan organ
seperti mioma, kanker atau polip. Kedua, kelainan hormonal. Dari kelima
gangguan menstruasi diatas, ada yang berbahaya ada yang tidak berbahaya.
Oligomenore tidak berbahaya, namun perempuan dapat memiliki potensi sulit
hamil, karena tidak terjadi ovulasi. Polimenore dan hipermenore adalah gangguan
menstruasi yang berbahaya. Terlalu sering haid (polimenore), misalnya 2 minggu
sekali, dapat menyebabkan anemia. Begitu juga dengan hipermenore dapat
menyebabkan anemia. Polimenore dan hipermenore juga berhubungan dengan
gangguan bekuan darah dan mioma. Polimenore yang terkait dengan gangguan
hormonal, dapat terjadi pada perempuan yang mengalami peralihan dari masa
subur ke masa menopause. Polimenore juga dapat terjadi pada perempuan muda
menjelang haid pertama kali. Perempuan obesitas juga terkadang mengalami
polimenore. Factor penyebab hipermenore adalah mioma uteri, polip
endometrium, endometritis, dll. Suntik KB dapat menyebabkan oligomenore
maupun amenore. Jika tidak menggunakan KB pil atau suntik, oligomenore
berhubungan dengan penyakit polikistik ovarium. Yang menyebabkan perempuan
tidak dapat menghasilkan sel telur, sehingga tidak terdaji ovulasi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan gangguan hormone, akibatnya jangka waktu haid
sangat lama.
C. Pelvic Inflamantory Desease (PID)
1. Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah suatu infeksi
yang menjangkiti serviks (leher rahim), uterus (rahim), tuba falopi (saluran
indung telur), dan ovarium (indung telur). Kasus radang panggul sebagian
besar ditemukan pada perempuan berusia 15-24 tahun yang aktif secara
seksual. Selain infertilitas, penyakit radang panggul yang tidak segera
ditangani dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, dan kehamilan ektopik.
2. Penyebab Radang Panggul
a. Infeksi menular seksual adalah salah satu penyebab radang panggul.
Bakteri pada infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan gonore, adalah
contoh bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi pada leher rahim.
Bakteri ini dapat menyebar dari vagina hingga ke organ reproduksi bagian
atas. Selain itu, beberapa bakteri yang biasanya hidup pada vagina juga
dapat mengakibatkan radang panggul. Bakteri ini akan melewati vagina dan
menginfeksi organ tubuh lainnya.
b. Faktor risiko radang panggul berkaitan dengan keguguran, tindakan aborsi,
sering berganti pasangan seksual, berhubungan seksual tanpa kondom,
memiliki riwayat radang panggul dan infeksi menular seksual sebelumnya,
penggunaan alat kontrasepsi IUD (spiral).
3. Gejala Radang Panggul
a. Organ reproduksi yang terinfeksi radang panggul tidak selalu menunjukkan
gejala, sehingga pada sebagian besar kasusnya sulit untuk dikenali. Gejala
yang dialami dapat berupa rasa nyeri pada daerah panggul, nyeri pada perut
bagian bawah, nyeri ketika buang air kecil, atau nyeri saat berhubungan
seksual. Selain itu, dapat terjadi demam, mual, dan muntah-muntah.
Keputihan yang berubah warna menjadi kuning atau hijau juga bisa
menjadi pertanda telah terjadi infeksi pada organ reproduksi.
b. Waspadai juga periode menstruasi yang lebih lama serta pendarahan yang
terjadi di antara menstruasi atau setelah berhubungan seksual. Segera temui
dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
4. Diagnosis Radang Panggul
a. Pasien dapat dicurigai menderita radang panggul berdasarkan gejala yang
dialami, informasi tentang riwayat kesehatannya, serta aktivitas seksualnya.
Tes yang biasa dilakukan sebagai pendukung utama adalah pengambilan
sampel dari cairan vagina (swab vagina) atau dari leher rahim untuk
mendeteksi adanya infeksi bakteri, serta jenis bakteri yang menginfeksi.
Selain itu, beberapa tes lain yang mungkin dilakukan adalah tes darah, tes
urine, tes kehamilan, dan USG.
b. Pasien dapat didiagnosis radang panggul setelah hasil tes terhadap bakteri
penyebab seperti chlamydia atau gonore dinyatakan positif. Walau pada
sebagian besar kasus, hasil yang keluar adalah negatif, bukan berarti pasien
tersebut tidak menderita radang panggul.
c. Dapat juga dilakukan sebuah tindakan berupa laparoskopi atau pembedahan
kecil pada bagian perut untuk memasukkan kamera mikro guna melihat
kondisi organ dalam pasien dan mengambil sampel jaringan bila
diperlukan.
d. Jika terdapat indikasi radang panggul, khususnya setelah berhubungan
seksual, dokter biasanya akan menyarankan agar pasangan pasien tersebut
diperiksa juga untuk mendeteksi terjadinya penularan.
e. Dalam kasus tertentu, abses dapat terjadi di rahim atau tuba falopi, di mana
terdapat nanah atau cairan yang berkumpul. Jika hasil diagnosis ditemukan
adanya abses, pasien akan langsung dirawat di rumah sakit.
5. Pengobatan Radang Panggul
a. Pengobatan radang panggul atau pelvic inflammatory disease dapat
dilakukan dengan cara pemberian antibiotik pada penderita yang masih
berada pada tahapan awal penyakit. Biasanya penderita akan diberikan
antibiotik metronidazole, ofloxacin, doxycycline, atau ceftriaxone untuk
mengobati infeksi bakteri, setidaknya selama 14 hari. Pemberian antibiotik
dapat disertai dengan pemberian obat pereda sakit, seperti ibuprofen dan
paracetamol jika penderita merasakan sakit di daerah perut atau panggul.
Bagi penderita yang sedang hamil, disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter sebelum mengonsumsi antibiotik.
b. Sebagian besar pasien dengan kasus radang panggul berat dapat menerima
antibiotik melalui infus di rumah sakit. Pengobatan dengan antibiotik harus
diselesaikan sampai tuntas sesuai dengan periode konsumsi yang
dianjurkan oleh dokter agar infeksi bakteri benar-benar hilang.
c. Bagi penderita radang panggul yang memakai alat kontrasepsi IUD, dokter
kemungkinan akan menganjurkan pencabutan alat kontrasepsi tersebut bila
gejala tidak kunjung membaik setelah beberapa hari.
d. Untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain selama periode
pengobatan radang panggul, pasangan seksual penderita juga disarankan
untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan, walau tidak nampak gejala
yang sama. Dokter juga akan menganjurkan penderita dan pasangannya
untuk tidak berhubungan seksual selama proses pengobatan berlangsung.
e. Prosedur operasi dilakukan jika abses telah muncul pada organ yang
terinfeksi dan terdapat jaringan parut yang menyebabkan nyeri. Tindakan
operasi dapat dilakukan dengan membuka perut (laparotomi) atau dengan
bedah minimal invasif (laparoskopi), untuk mengangkat atau mengalirkan
abses dan memotong jaringan parut.

6. Komplikasi Radang Panggul


Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau
penderita tidak menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis
komplikasi yang bisa timbul adalah nyeri panggul yang berkepanjangan
(kronik), munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul pada
penderita, kemandulan (infertilitas), dan terjadinya kehamilan ektopik.
a. Radang panggul yang berulang membuat kondisi organ reproduksi tersebut
rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus
menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko
terjadinya infertilitas serta nyeri panggul yang berkepanjangan dan sangat
mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba falopi dapat
mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka
dan menyempitnya tuba falopi hingga sel telur menjadi tersangkut
kemudian berkembang di dalam tuba falopi. Jika kehamilan ektopik terus
berlanjut, dapat terjadi robekan tuba dan perdarahan di dalam yang
mengancam nyawa penderitanya, sehingga tindakan operasi harus segera
dilakukan. Komplikasi kehamilan seperti keguguran, lahir prematur, dan
kematian janin juga dapat terjadi jika pengobatan tidak dilakukan hingga
tuntas.
b. Nyeri panggul yang berkepanjangan berpotensi menimbulkan depresi dan
insomnia pada penderitanya, dan hal ini tentunya akan berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari. Aktivitas seksual juga akan terganggu karena nyeri
yang tidak kunjung berhenti.
c. Dalam kasus yang jarang, Reiter Syndrome dapat menjadi komplikasi.
Reiter Syndrome adalah penyakit yang menyebabkan radang sendi dan
peradangan pada mata. Hal ini terjadi karena respons sistem imun tubuh
yang berlebihan terhadap radang panggul.
7. Pencegahan Radang Panggul
Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual, seperti
chlamydia. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan kebiasaan aman saat
berhubungan seksual. Misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual
dan melakukan hubungan seksual yang aman.
a. Selain mulai menerapkan kehidupan seksual yang sehat, Anda juga dapat
melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti berikut ini:
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin jika Anda memiliki risiko tertular
infeksi menular seksual.
c. Berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis kontrasepsi yang tepat untuk
Anda.
d. Hindarilah mencuci vagina bagian dalam dengan teknik vaginal douching
karena akan mengganggu keseimbangan bakteri baik (flora normal) dalam
vagina.
e. Pencegahan radang panggul akan lebih mudah dilakukan bersama pasangan. Bila
Anda menderita radang panggul, sarankan kepada pasangan Anda untuk melakukan
pemeriksaan dan pengobatan juga bila diperlukan.

D. PEMBINAAN KESPRO

1)     Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh


kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu penundaan
usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah
2)     Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program
dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan
peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana yang telah dirumuskan di
dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi
3)     Pembinaan kesehatan reproduksi  remaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah
mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai
pendekatan “pendidik sebaya” atau peer conselor
4)     Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikan “peduli remaja” dengan melibatkan
remaja dalam kegiatan secara penuh.
5)     Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke
dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seperti :
bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan Usaha
Kesehatan Sekolah.
6)     Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat
diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang
taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah, kelompok
remaja mesjid/gereja, kelompok Bina Keluarga Remaja
o   Kebijakan Depkes dalam Kesehatan Reproduksi Remaja
Adapun kebijakan Departemen Kesehatan dalam KRR adalah sebagai berikut :
 Pembinaan KRR meliputi remaja awal, remaja tengah, remaja akhir
 Pembinaan KRR dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektoral
 Pembinaan KRR dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar
dan rujukannya
 Pembinaan KRR dilakukan pada 4 daerah tangkapan, yaitu rumah, sekolah,
masyarakat, dan semua pelayanan kesehatan
Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial keluarga, serta remaja sendiri. Pembinaan
kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, di samping juga untuk mengatasi
masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani
masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan dirinya agar
dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan sistem reproduksi yang sehat.
Pembekalan Pengetahuan yang Diperlukan Remaja
Beberapa hal penting yang perlu diberikan sebagai bekal bagi remaja dalam kaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut:
1.      Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual remaja.
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan
kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai
keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang menstruasi dan mimpi basah serta
tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan wanita perlu diperoleh setiap remaja.
           Pada uumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang
pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan seks. Hal
ini tentunya akan membat para rang tua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali
pengertian tentang pendidikan seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada
perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks
kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi
pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual
berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya.
2.      Proses reproduksi yang bertanggung jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri
seksual dan menyalurkannya menjadi kegiatan postif, seperti olahraga dan mengembangkan
hobi yang positif. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga
untuk melanjutkan keturunan.
3.      Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan wanita serta kewaspadaan terhadap
masalah remaja yang banyak ditemukan.
Remaja memerlukan informasi tersebut agar waspada dan berperilaku seksual sehat dalam
bergaul dalam lawan jenisnya. Disamping itu remaja memerlukan pendidikan tentang kiat-
kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis serta mental dalam menghadapi
godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan napza.
4.      Persiapan pranikah
Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan
emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga.

E. PERAN BIDAN DALAM MENANGGULANGI


MASALAH-MASALAH KESPRO

1. Masalah-Masalah kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan


a.        Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan
reproduksi remaja. 
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang kontroversial di
banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong
munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat
difokuskan pada membuat perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan
menargetkan para stake holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik
untuk membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam memperkuat
dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang relevan sehingga meningkatkan
kemungkinan suksesnya program.
b.        Komponen-komponen program yang berhasil
Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai keberhasilan
maksimal jika program-program tersebut:
-       Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan dilayani.
-       Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
-       Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
-       Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra anggapan para pemberi
layanan (provider)
-       Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk menghindari
risiko.
-       Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
-       Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih aman menjadi
perilaku yang menarik.
-       Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang cukup panjang.
c.        Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna
Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan para
remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka
dalam hal informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam
pengambilan keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau
pelayanan. Program-program yang menggunakan pendidik/edukator teman sebaya didasarkan
pada bukti bahwa para remaja memiliki hubungan baik dengan orang lain yang berusia
hampir sama, dengan ketertarikan dan latar belakang serupa.
d.      Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja
Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja) merupakan salah
satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan,
kesulitan dan hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda dengan orang dewasa.
Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik,
termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara biologis,
psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja
dan kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman,
pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
populasi remaja, termasuk kelompok remaja pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk
membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus mempertimbangkan masukan-
masukan para remaja terhadap komponen-komponen klinik seperti famplet informasi dan
gaya ruang tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul
untuk belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-sikap
menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi layanan dapat
menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.
Bidan yang bersikap menghakimi dapat menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada
remaja.
e.        Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja
Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai perkembangan fisik
dan emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan
substansial, bagaimana mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan
pendidikan, kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan
interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi interpersonal. Media massa
hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari
segi biaya untuk mengomun ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku.
f.         Kontrasepsi bagi remaja
Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai
kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek samping, dan bagaimana menjangkau
petugas pelayanan kesehatan untuk menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai
sangat penting untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan potensi efek samping.
Konseling harus mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan
terhadap PMS (penyakit menular seksual).
g.      HIV dan PMS di kalangan Remaja
Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya
111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah
dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25
tahun, dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60% dari semua
infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun. Infeksi di kalangan
perempuan melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di
Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi
HIV lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan lebih tidak
berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit dibanding pria
sebayanya.
h.      Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan
Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun
sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-
risiko kesehtan, tapi risiko persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun.
Remaja dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan. Perempuan
muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang percaya diri untuk mengakses
pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan
penting terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat
dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja. Aborsi yang tidak aman
menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.
i.         Pendidikan seks berbasis sekolah
Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara berkembang dan
negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dapat
membantu menunda hubungan seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual.
Untuk para remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian
kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.
j.        Masalah Gender Spesifik
Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan seksual, hubungan
seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa
budaya, perilaku pria berisiko ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap
gender ini telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan
reproduksi remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi masalah hubungan
gender yang tidak setara. Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima
seperti menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian kondom. Bidan
harus membantu para perempuan muda tersebut membangun keterampilan dan rasa percaya
diri yang diperlukan untuk membantu mereka membuat keputusan-keputusan.

2. MELIBATKAN WANITA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Secara umum dalam penanggulangan masalah remaja, peran bidan adalah sebagai
fasilitator dan konselor yang bisa dijadikan tempat untuk mencari jawaban daari suatu
permasalahan yang dihadapai oleh remaja, bidan harus memiliki pengetahuan dan wawassan
yang cukup.

Contoh peran yang bisa dilakukan adalah :


-       Mendengarkan keluhan remaja yang bermasalah, dengan tetap menjaga kerahasiaan
kliennya
-       Membangun komunikasi dengan remaja
-       Ikut serta dalam kelompok remaja
-       Melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja berkaitan dengan kespro
-       Memberikan informasi-informasi yang selengkap-lengkapnya pada remaja sesuai dengan
kebutuhannya
- Melibatkan wanita dalam mengambil keputusan
Kenyataan di tengah-tengah masyarakat seperti perilaku diskriminatf terhadap perempuan.
Masalah gender menjadi suatu permasalahan yang tidak pernah tuntas dibahas sehingga pada
akhirnya wanita tidak mempunyai hak untuk mengambil keputusan terbaik yang berhubungan
dengan dirinya.
Gender adalah pandangan  masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung
jawab, antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi (kebiasaan sosial
yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat) sehingga dapat diubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
Bentuk-bentuk perilaku diskkriminatif terhadap perempuan :
-       Di nomor duakan dalam segala aspek kehidupan, yaitu pemberian makanan bergizi sehari-
hari, kesempatan untuk pendidikan, kerja dan kedudukan
-       Keterbatasan dalam pengambilan keputusan yaitu untuk berKB, pemilihan bidan untuk
persalinan, pertolongans egera di RS
-       Terpaksa menikah di usia muda, tekanan ekonomi, dorongan orang tua agar lepas dari
beban keluarga
-       Tingkat pendidikan yang belum merata dan masih rendah yaitu informasi tentang kespro
sangat terbatas
Melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan karena banyak ditemui permasalahan-
permasalahan, oleh karena itu dalam pengambilan keputusan dan tindakan, wanita yang
bersangkutan diikutsertakan, karena wanita memiliki wewenang untuk memberikan informasi
kesehatan serta gambaran tindakan yang akan dilakukan.
Cara melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan :
a.       Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan yang sesuai
kebutuhan
b.      Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun yang akan
diambilnya
c.       Meyakinkan ibu untuk bertanggunggjawab terhadap keputuasan yang akan diambilnya
d.      Pastikan bahwa keputusan yang diambil ibu adalah yang terbaik
e.       Memberi dukungan pada ibu atas keputusan yang diambilnya.

Anda mungkin juga menyukai