Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH “ PENGARUH KEPERAWATAN KOMUNITAS TERHADAP PERILAKU

HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT”

PEMBIMBING :
Vinami Yulian, S.Kep, Ns., M.Sc,.

DISUSUN OLEH :
Elsa Muntazila Ilaiha (J210190149)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengarauh Keperawatan
Komunitas Terhadap PHBS Pada Masyarakat” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Vinami
Yulian pada mata kuliah Konsep Keperawatan Komunitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang keperawatan komunitas bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vinami Yulian selaku dosen pembimbing
yang telah membantu kami sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 17 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PHBS................................................................3


B. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Status Kesehatan...............................4
C. Hubungan anatara Pengetahaun dengan Status Kesehatan........................................4
D. Hubungan antara Perilaku Hidup Sehat dengan Status Kesehatan............................5
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN..........................................................................................................7
B. SARAN......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu modal penting dalam
pembangunan suatu bangsa, sehingga mutu dari SDM perlu mendapatkan perhatian
khusus. Salah satu aspek penting yang memengaruhi SDM adalah tingkat kesehatan
masyarakat, di mana status kesehatan memainkan peranan penting.
Kesehatan menurut undang-undang Republik Indonesia no 36 tahun 2009 adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut WHO,
kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan jasmani, rohani, sosial, dan tidak
hanya terbebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dikatakan sehat secara fisik adalah
orang tersebut tidak memiliki gangguan apapun secara klinis. Fungsi organ tubuhnya
berfungsi secara baik, dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental/psikis adalah
sehatnya pikiran, emosional, maupun spiritual dari seseorang.
Status kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: 1)
pencapaian umur harapan hidup, angka kesakitan, angka kecacatan, atau angka kematian;
2) pencapaian keikutsertaan dalam pelayanan kesehatan, pencapaian kepuasan internal,
dan kepuasan eksternal; 3) partisipasi dalam kehidupan sosial; dan 4) lingkungan tempat
inggal. Dalam suatu komunitas, keempat faktor pendukung tersebut mempunyai
hubungan yang erat satu sama lain, dan tidak dapat dipisahkan dengan sumber daya alam,
kepadatan penduduk, sistem budaya, dan keseimbangan lingkungan.
HL. Blum dalam konsepnya menggambarkan bahwa status kesehatan seseorang
atau suatu komunitas masyarakat, merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis,
sedangkan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor, antara lain sosial, budaya
masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Blum MD.
Hendrik L, 1974).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PHBS
2. Apakah Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Status Kesehatan

1
3. Apakah Hubungan antara Pengetahuan tentang Kesehatan Lingkungan dengan Status
Kesehatan
4. Apakah Hubungan antara Perilaku Hidup Sehat dengan Status Kesehatan
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui faktor-fator yang mempengaruhi PHBS
2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan status kesehatan
3. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
dengan status kesehatan
4. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup sehat dengan status kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI PHBS


Terdapat tiga faktor yang masing-masing faktor mempunyai pengaruh tersendiri terhadap
perilaku hidup bersih dan sehat. Ketiga faktor tersebut yaitu faktor pemudah, faktor
pemungkin, dan faktor penguat (Green, 1980).
1. Faktor pemudah (predisposing factor)
Faktor ini mencakup aspek tingkat pengetahuan individu serta sikapnya dalam
menerapkan PHBS di masyarakat. Faktor tersebut merupakan dasar seseorang dalam
berperilaku maupun menjadi motivasi bagi seseorang akibat dari kebiasaan yang
dilakukan, tradisi pada lingkungannya, serta kepercayaan yang dianut, dan tingkat
pendidikan juga sosial ekonominya.
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
Merupakan pemicu adanya suatu perilaku yang memungkinkan suatu tindakan agar
terlaksana. Faktor ini meliputi tersedianya alat atau fasilitas kesehatan bagi rumah
tangga, misalnya air bersih, rumah sehat yang bertambah jumlahnya, tempat untuk
pembuangan sampah, tersedianya jamban pada tiap rumah.
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
Dimana faktor ini merupakan perwujudan yang dimunculkan dalam bentuk sikap
seseorang atau petugas, perilaku petugas kesehatan, maupun tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Pihak-pihak tersebut dijadikan tokoh panutan bagi masyarakat dalam
melakukan suatu tindakan pada lingkungan masyarakat. Contohnya, ada seorang
kader kesehatan yang sedang memberikan penyuluhan atau informasi mengenai
PHBS pada masyarakat sekitar. Tindakan ini biasanya akan menjadi sebuah penguat
atau pendorong bagi masyarakat untuk melakukan kebiasaan pola hidup sehat (Green,
1980).
Penerapan dari perilaku di tingkat rumah tangga merupakan bentuk pemberdayaan
semua anggota keluarga agar mereka mengetahui, mau, dan dapat menerapkan PHBS
pada kehidupan sehari-hari. Anggota keluarga juga diharapkan ikut berperan aktif
didalam gerakan kesehatan pada lingkungan masyarakat. Salah satu upaya yang

3
dilakukan yaitu melalui kegiatan promosi kesehatan yang terintegrasi. Upaya tersebut
bertujuan agar PHBS dapat tercapai dan nantinya diharapkan masyarakat akan lebih
paham mengenai masalah kesehatan yang terjadi pada individu dan di lingkungan
masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
B. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Status Kesehatan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Selain itu
pendidikan merupakan faktor utama yang berperan dalam menambah informasi dan
pengetahuan seseorang dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi (Notoadmodjo, 2003).
Menurut (Yulaelawati, 2008) tingkat pendidikan sering dijadikan sebagai bahan
kualifikasi atau prasyarat serta dijadikan sebagai pandangan dalam membedakan tingkat
pengetahuan seseorang.
Hal ini sejalan dengan berbagai kajian yang menunjukkan adanya korelasi yang
kuat antara tingkat pendidikan dengan status kesehatan. Ross dan Mirowsky dalam
penelitiannya menyimpulkan, adanya efek positif dari lamanya (tahun) pendidikan
dengan kesehatan yang konsisten, dengan argumen bahwa lamanya tahun sekolah dapat
mengembangkan kapasitas kehidupan yang efektif yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kesehatan, termasuk bekerja penuh-waktu, dapat menjalankan pekerjaan
dengan baik, meningkatkan kesejahteraan, ekonomi, dapat mengontrol diri, lebih dapat
mendukung sosial, dan bergaya hidup sehat (Ross, 1999). Argumen ini didasari oleh
“Human capital theory and status attainment model” (Gary S. Becker, 1964). Sekolah
memberikan keterampilan umum, terutama berkaitan dengan kognitif, keterampilan
khusus yang berguna untuk bekerja, nilai-nilai sosial, perilaku dan mempunyai disposisi
penting untuk pencapaian suatu tujuan (Sewell WH, 1975). Pendidikan tinggi
mengajarkan orang untuk berpikir lebih logis dan rasional, dapat melihat sebuah isu dari
berbagai sisi sehingga dapat lebih melakukan analisis dan memecahkan suatu masalah.
Selain itu, pendidikan tinggi memperbaiki keterampilan kognitif yang diperlukan untuk
dapat terus belajar di luar sekolah (Laflamme L, 2004).
C. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Status Kesehatan

4
Penelitian Seeman-Lewis dan penelitian Seeman Budros menyimpulkan bahwa
orang-orang yang tahu lebih banyak tentang kesehatan, lebih dapat memulai perilaku
pencegahan (Freudenberg N, 2007). Pengetahuan yang diperoleh bisa berasal dari
pendidikan formal maupun informal. Mereka berpendapat bahwa khususnya di sekolah
dapat mempromosikan hubungan dan mendukung secara merata karena membantu mitra
dalam memahami satu sama lain. Dukungan sosial ini dapat menurunkan depresi,
kecemasan dan stres psikologis yang mempengaruhi kesehatan (Pellet Kathleen, Dianne
L., 2007). Demikian juga pendukung sosial dapat diterjemahkan antara lain seperti
kebiasaan melakukan kegiatan sosial antara lain melakukan kegiatan olahraga, mengikuti
gerakan anti merokok atau perkumpulan sebaya (European Commission 2007).
Penerapan perilaku di tingkat rumah tangga merupakan bentuk pemberdayaan
semua anggota keluarga agar mereka mengetahui, mau, dan dapat menerapkan PHBS
pada kehidupan sehari-hari. Anggota keluarga juga diharapkan ikut berperan aktif di
dalam gerakan kesehatan pada lingkungan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan
yaitu melalui kegiatan promosi kesehatan yang terintegrasi. Upaya tersebut bertujuan
agar PHBS dapat tercapai dan nantinya diharapkan masyarakat akan lebih paham
mengenai masalah kesehatan yang terjadi pada individu dan di lingkungan masyarakat
(Kemenkes RI, 2011).
Pengetahuan, sikap, dan tindakan atau perilaku merupakan hal yang memiliki
keterkaitan antara satu dengan lainnya dan saling berpengaruh satu sama lain. Tingkat
pengetahuan dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang (Achmadi, 2013).
D. Hubungan antara Perilaku Hidup Sehat dengan Status Kesehatan
Sikap seseorang terhadap sesuatu mempengaruhi perilaku seseorang. Hasil
pengkajian sikap dan perilaku PHBS menunjukkan jumlah yang seimbang antara sikap
positif dengan perilaku PHBS baik dan sikap negatif dengan perilaku PHBS kurang baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara sikap dengan pelaksanaan PHBS. semakin baik sikap yang dimiliki keluarga maka
akan semakin baik pula pelaksanaan/penerapan PHBS di tatanan rumah tangga dan
sebaliknya semakin kurang baik sikap keluarga maka akan semakin tidak melaksanakan/
menerapkan PHBS di tatanan rumah tangga (Saini & Aminah, 2018).

5
Walaupun promosi kesehatan tidak menjadi satu-satunya cara untuk meningkatkan sikap
perilaku sehat, namun promosi kesehatan memiliki efekpositif terhadap perubahan
perilaku individu.

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu modal penting dalam
pembangunan suatu bangsa, sehingga mutu dari SDM perlu mendapatkan perhatian
khusus. Salah satu aspek penting yang memengaruhi SDM adalah tingkat kesehatan
masyarakat, di mana status kesehatan memainkan peranan penting.
Terdapat tiga faktor yang masing-masing faktor mempunyai pengaruh tersendiri terhadap
perilaku hidup bersih dan sehat. Ketiga faktor tersebut yaitu faktor pemudah, faktor
pemungkin, dan faktor penguat (Green, 1980).
HL. Blum dalam konsepnya menggambarkan bahwa status kesehatan seseorang
atau suatu komunitas masyarakat, merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis,
sedangkan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor, antara lain sosial, budaya
masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Blum MD.
Hendrik L, 1974).
B. SARAN
Semoga dengan makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi pembaca
maupun yang membuat makalah. Diharapkan dengan makalah ini mahasiswa bisa
memahami dan mempelajari lebih dalam lagi tentang pengarauh keperawatan komunitas
terhadap phbs pada masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/USER%20007/Downloads/20885-ID-correlation-between-education-
level-knowledge-of-environmental-health-healthy-be.pdf
file:///C:/Users/USER%20007/Documents/10106-70111-2-PB.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiznsKJ0of
zAhX48XMBHXj0BkAQFnoECAYQAQ&url=http%3A%2F%2Funikastpaulus.ac.id
%2Fjurnal%2Findex.php%2Fjrt%2Farticle%2Fview
%2F631&usg=AOvVaw11xXpsiqshu0JcnDiYefGn
Kemenkes RI (2011) Panduan Pembinan dan Penilaian Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Di Rumah Tangga.
Notoatmodjo (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai