Anda di halaman 1dari 29

ASPEK- ASPEK SOSIAL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

SEHAT DAN KAITAN STATUS KESEHATAN IBU, BAYI,


BALITA DAN KELUARGA

OLEH :

KELOMPOK 10

WD. HASRIANI RADJANA Pbd21. 152


YULI ANDRIANI HASALIMA Pbd21. 153
YULIANA Pbd21. 154
YUSMAINNAH AMIN Pbd21.155
NURMAWATI FANTA Pbd21.156

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN
TAHUN 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Sosioantropologi dengan membahas
Aspek-aspek sosial yang mempengaruhi perilaku sehat, dan kaitan status
kesehatan ibu, bayi, balita dan keluarga.

Makalah ini kami tulis berdasarkan hasil pencarian kami dari


beberapa sumber. isi makalah ini mencakup tentang  Pengertian aspek-
aspek sosial, perilaku sehat, status kesehatan ibu,bayi balita dan keluarga

Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan pengertian tentang


aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dalam
masyarakat terutama ibu, bayi, balita dan keluarga. Sudah tentu makalah
ini masih jauh dari sempurna. Maka saran, petunjuk pengarahan, dan
bimbingan dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 18 Mei 2021

Penyusun
DAFTARISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian social dan aspek-aspek sosial
2.2 Pengertian perilaku sehat, factor-faktor dan bentuk-bentuk perilaku sehat
2.3 Pengertian status kesehatan ibu, bayi, balita dan keluarga
2.4 Aspek- aspek sosial yang mempengaruhi perilaku sehat dan
kaitannya dengan status kesehatan ibu, bayi, balita, keluarga dan
masyarakat.
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
maupun ekonomi. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan dan merupakan hak asasi bagi setiap manusia. Hal ini sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Berdasarkan pemaparan tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan itu bersifat holistik. Bukan hanya fisik
melainkan jiwa dan sosial ekonomi.
S t at u s ke s e ha ta n m as ya ra ka t merupakan salah satu faktor penting
yang dapat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dalam mendukung
pembangunan di suatu negara. Negara akan berjalan secara optimal apabila
penduduk memiliki status kesehatan masyarakat yang baik. Adanya
peningkatan status kesehatan masyarakat tentu bukan hanya tugas dari institusi
kesehatan, tetapi juga integrasi dari berbagai pihak dan tidak lepas dari dukungan
masyarakat sendiri. Jadi, seorang manusia mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga status kesehatan pada dirinya. Karena sumbangsih individu akan
mempengaruhi tinggi rendahnya status kesehatan masyarakat sebagai pondasi
kesejahteraan.
Status kesehatan individu atau masyarakat merupakan hasil interaksi
beberapa faktor dari dalam individu tersebut (internal) dan faktor luar (eksternal).
Faktor internal meliputi faktor psikis dan fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi
faktor budaya, ekonomi, politik, lingkungan fisik dan lain sebagainya. Salah satu
teori yang menjelaskan tentang status kesehatan adalah teori dari HL. Blum. HL.
Blum, dikutip Notoadmodjo (2012) dalam konsepnya menjelaskan bahwa terdapat
empat faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau suatu
komunitas masyarakat. Beberapa faktor ini meliputi genetik dari keluarga,
lingkungan sekitar seperti sosial masyarakat, ekonomi yang berkembang, politik
dan budaya setempat, perilaku termasuk gaya hidup individu, dan fasilitas
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitas). Status kesehatan akan tercapai
bila keempat faktor tersebut berada dalam kondisi yang optimal. Sedangkan,
determinan yang paling besar mempengaruhi tinggi rendahnya status kesehatan
adalah faktor lingkungan dan perilaku. Oleh karenanya, perlu diupayakan
lingkungan yang sehat dan perilaku hidup sehat.
HL. Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan
status atau derajat kesehatan yaitu (1) lamanya usia harapan untuk hidup
masyarakat.(2) keadaan sakit atau cacat secara anatomis dan fisiologis. (3) keluhan
sakit dari masyarakat tentang keadaan fisik, sosial dan juga kejiwaan pada
dirinya. (4) ketidakmampuan seseorang untuk bersosialisasi dan melakukan
pekerjaan dikarenakan sakit. (5) kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi menjaga dirinya agar selalu dalam keadaan sehat. (6) perilaku
individu secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan. (7) perilaku
masyarakat terhadap lingkungan, dan ekosistem. (8) perilaku individu atau
masyarakat terhadap sesamanya, keluarga dan komunitasnya. (9) kualitas
komunikasi antar anggota masyarakat. (10) daya tahan individu atau masyarakat
terhadap penyakit. (11) kepuasan masyarakat terhadap lingkungan sosialnya yang
terdiri dari rumah, pekerjaan, sekolah, rekreasi, transportasi dan lain-lain. (12)
kepuasan individu atau masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.
Perilaku hidup sehat adalah salah satu peran penting dan berpengaruh
positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat. Perilaku hidup sehat
merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau usaha seseorang agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat
dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas
Kesehatan, 2007). Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan
lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya
penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar
merata di seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya,
pembangunan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-
permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya
adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, covid-19, dan sebagainya yang
semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak,
prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang
semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor  penentu dalam
menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup
ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan
mengikuti perubahan zaman.

1.2 RumusanMasalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengertian social dan aspek-aspek
sosial?

2. Apakah yang dimaksud dengan perilaku sehat, bentuk-bentuk dan


factor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat?

3. Apakah yang dimaksud dengan status kesehatan ibu, bayi, balita dan
keluarga?

4. Apakah yang dimaksud dengan Aspek-aspek sosial yang mempengaruhi


perilaku kesehatan dan status kesehatan

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas kuliah
juga untuk mengetahui apa saja aspek aspek sosial yang mempengaruhi
perilaku sehat dan kaitan status kesehatan ibu, bayi, balita dan keluarga.
BAB II . PEMBAHASAN

2.1 Pengertian social dan aspek-aspek sosial

Pengertian sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan bermasyarakat yang


dibentuk karena sifat manusia. pengertian sosial ini juga banyak sekali dikemukakan
oleh banyak pakar serta peneliti baik dari pakar dari Indonesia atau pakar dari luar
negeri. Pengertian sosial menurut KBBI ialah hal-hal yang berkenaan dengan
kemasyarakatan atau sifat-sifat kemasyarakatan dan yang memperhatikan
kepentingan umum. Terdapat beberapa ciri-ciri sosial serta unsur-unsur sosial yang
menjadi karakteristik sosial itu sendiri. Berikut ini merupakan beberapa unsur-unsur
sosial selengkapnya.

1. Kelompok sosial
2. Kebudayaan
3. Lembaga sosial
4. Stratifikasi sosial
5. Kekuasaan dan kewenangan

Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari


banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka
ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku
manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan
beranekaragambudaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam
segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatankepada masyarakat dangan latar budaya
yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang
dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa
hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan
masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih
dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada
beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2
bagian yaitu:
1. kesatuan sosial dan

2.  pranatasosial.

Kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-


kesatuan individu yangberinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan
yang dimaksud , pranata sosial  adalah himpunan norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat. norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi tingkah laku
seseorang yang hidup dalam masyarakat. Kebudayaan. dalam pengertian
yang terbatas,banyak orang yang memberikan definisi kebudayaan sebagai
bangunan yang indah,candi,tari-tarian,seni suara dan seni rupa.

Taylor memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang


komleks yangdidalamnya terkandung ilmu pengetahuan,kepercayaan dan
kemampuan kesenian.moral hukam adat istiadat dan kemampuan lain serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat.sedangkan menurut Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa
kebudayaanadalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur
oleh tata kelakuan yang haus didapatkannya dengan belajar dan yang
semuanya tesusun dalam kehidupanmasyarakat

2.1 Pengertian Perilaku Sehat

Perilaku merupakan faktor yang memegang peranan hampir 60% dalam


determinan kesehatan, di samping faktor lingkungan. Namun, tidak hanya itu,
berbicara perilaku akan sangat erat kaitannya dengan faktor budaya
masyarakat.Salah satu contohnya budaya patriarki di Indonesia atau dominasi laki-
laki di dalam keluarga, mempengaruhi angka kematian ibu.Seringkali terjadi
keterlambatan dalam pengambilan keputusan sehingga terlambat dibawa ke
pelayanan kesehatan sehingga terlambat mendapat penanganan.Contoh lain dari
budaya di suatu daerah yang mempengaruhi pola perilaku masyarakat yang
berdampak pada kesehatan yakni kebiasaan mengunyah makanan dengan tujuan
untuk melumatkan dan diberikan kepada bayi. Hal ini membawa risiko besar bagi
bayi yang diasuhnya, mengingat di dalam mulut orang dewasa banyak berkembang
kuman dan akan berbahaya bila kuman tersebut sampai masuk ke dalam tubuh
bayi.berdasarkan Studi Etnografis di sekitar 50 Suku Etnis di Indonesia yang
dilakukan Kemenkes secara umum menemukan hal menarik yang berkaitan dengan
permasalahan stunting dan ibu anak. Diantaranya pada pola pengambilan keputusan
terkait pola perawatan bayi baru lahir bertumpu pada nenek yang memiliki peranan
penting. Hal menarik lain adalah pola distribusi makanan di dalam keluarga maka
cenderung yang paling diutamakan adalah bapak, selaku kepala keluarga.Pada setiap
kebudayaan ditemu-kan berbagai ragam pemahaman, konsep, nilai, serta praktek
yang dapat memberi gambaran konstruksi budaya tentang hak perempuan.Secara
umum kita mengenal konstruksi budaya tentang perempuan melalui berbagai produk
budaya. Konstruksi sosial budaya dalam dominasi patriarki berakibat pada
kerentanan kesehatanperempuan, yang ditandai dengan sejumlah permasalahan
tentang hak & kewajiban perempuan, permasalahan terkait dengan tubuh, kesehatan
seksual dan reproduksi yang banyak dialami perempuan, diantaranya adalah: masih
mudah ditemukan cara pandang dan perilaku bias gender dalam keluarga dan
masyarakat tentang status dan kedudukan perempuan;

Menurut World Health Organization (WHO) sehat keadaan sempurna


meliputi sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual. Menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Secara luas
sehat berarti suatu keadaan dinamis di mana individu dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan internal (seperti psikologis, intelektual, spiritual dan
penyakit) dan lingkungan eksternal (seperti lingkungan fisik, sosial dan ekonomi)
dalam mempertahankan kesehatannya (Saam & Wahyuni, 2012). Menurut
Lukaningsing (2011) pada kesehatan fisik seringkali dipengaruhi oleh pikiran
atau non-fisik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sehat secara fisik maka non-
fisik harus mendukung. Dengan demikian sehat adalah kesejahteraan individu
meliputi fisik, psikis, sosial dan spiritual.Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku sehat
adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari
penyakit dan mencegah atau menghindari penyebab datangnya penyakit atau
masalah kesehatan (preventif), serta perilaku dalam mengupayakan,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (promotif). Berbeda dengan perilaku
sakit yang mencakup respon individu terhadap sakit dan penyakit. Perilaku
sehat merupakan perilaku preventif dan promotif.

Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013) perilaku sehat


adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku tersebut
mencakup; menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman
keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya
hidup lain yang positif bagi kesehatan.

Menurut Marmi & Margiyati (2013) perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya, termasuk
pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui
olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang
merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat.

Berdasarkan uraian di atas, perilaku sehat adalah perilaku individu yang


berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab masalah
kesehatan (preventif), dan perilaku dalam mengupayakan mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan (promotif). Perilaku tersebut mencakup, makan dengan
menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan
narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain
yang positif bagi kesehatan, misalnya menjaga kebersihan lingkungan.
. Bentuk-bentuk Perilaku Sehat

Berikut ini beberapa macam bentuk perilaku sehat. Pertama, Menurut Becker
(dalam Benih, 2014), dalam perilaku sehat, mencakup:
a. Makan dengan menu seimbang
Menu seimbang yang dimaksud adalah menu seimbang dalam arti kualitas
dan kuantitas. Kualitas berarti mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh. Sementara kuantitas berarti asupan gizi yang dikonsumsi tidak kurang juga
tidak berlebihan.
b. Olahraga teratur
Olahraga sama halnya dengan pola makan, yakni mencakup kualitas dan
kuantitas. Kualitas mencakup gerakan sementara kuantitas mencakup frekuensi dan
waktu yang digunakan untuk olahraga. Kedua aspek ini bergantung dari usia dan
status kesehatan yang bersangkutan.
c. Tidak merokok
Merokok berbahaya karena dapat menimbulkan pelbagai penyakit. Di
antaranya, kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular (Mackay, dkk &
Syafei, dkk, dalam Prawitasari, 2012). Selain tidak merokok secara aktif,
individu juga harus menghindari menjadi perokok pasif. Perokok pasif adalah
orang yang menghisap asap rokok orang lain (Prawitasari, 2012). Dampak yang
ditimbulkan sama dengan perokok aktif. Bahkan ada pendapat yang menyatakan
bahwa perokok pasif lebih berbahaya, karena asap sisa yang dihembuskan
perokok aktif mengandung 75% zat berbahaya yang ada pada rokok,
sementara perokok sendiri hanya menghirup 25% dari kandungan rokok
karena menghisap hasil pembakaran per batang lewat filter di ujung hisap. Artinya
perokok pasif menghirup zat berbahaya 3 kali lebih banyak dari perokok aktif
(Perdana & Waspada, 2014).
d. Tidak minum minuman beralkohol
Alkohol adalah obat yang sangat keras. Alkohol dapat berperan sebagai
depresan dalam tubuh dan memperlambat aktivitas otak. Apabila digunakan dalam
kuantitas tertentu, alkohol dapat mencederai atau bahkan membunuh jaringan
biologis, termasuk sel-sel otot dan sel-sel otak. Beberapa hambatan yang
ditimbulkan sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, yaitu; fungsi
intelektual, kendali perilaku dan penilaian menjadi semakin kurang efisien
(Santrock, 2007).
e. Istirahat cukup
Istirahat yang cukup bukan hanya memelihara kesehatan fisik, tetapi
juga memelihara kesehatan mental. Istirahat yang cukup merupakan
kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatan diri. Kurangnya waktu
istirahat individu dapat membahayakan kesehatan.
f. Mengendalikan stres
Stres dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem fisik tubuh
yang berkaitan dengan kesehatan individu. Hubungan antara stres dan kesehatan
ditandai dengan meningkatnya proses pelepasan hormon adrenalin. Bilamana terlalu
tinggi dapat menyebabkan hipertensi yang berakhir pada serangan jantung yang
membuat kematian secara tiba-tiba (Sarafino, 1998). Stres adalah respon individu
terhadap stresor, yaitu situasi dan peristiwa yang mengancam mereka dan menuntut
kemampuan coping mereka (Santrock, 2007). Stres tidak dapat dihindari oleh
siapapun, hanya saja yang dapat dilakukan adalah pengelolaan stres. Pengelolaan
stres bertujuan agar individu tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik
kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Cara mengelola stres yang terbukti
efektif adalah dengan rutin berekreasi dan melakukan komunikasi dengan
keluarga, teman atau orang terdekat (Benih, 2013).
g. Perilaku lain yang positif bagi kesehatan
Perilaku lain yang positif bagi kesehatan misalnya: tidak berganti- ganti
pasangan dalam berhubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan dan
sebagainya.
Menurut Sayogo (2014), dikaitkan dengan penyakit hipertensi, maka perilaku
sehat terhadap pencegahan hipertensi terdiri dari:
 Pengaturan berat badan (BB)

Pengaturan berat badan (BB) dalam batas normal, bisa tercapai apabila tubuh
dalam keadaan imbang energi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan
menghitung kebutuhan energi per hari. Cara praktis untuk menghitung kalori per
hari adalah dengan cara rule of thumb: kebutuhan kalori 25-30 kalori/ KgBB.
Berdasarkan rule of thumb; BB ideal yang digunakan apabila orang termasuk obes
atau gemuk; dan BB aktual yang digunakan apabila bukan termasuk obes.
 Menjalankan Dietary Approach to Stop Hypertension

Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) yaitu menjalankan pola


asupan gizi atau pola makan yang dapat mengatasi atau mencegah penyakit
hipertensi. Di dalam prosesnya, terdapat 4 hal yang harus dilakukan. Empat hal
tersebut yaitu: Konsumsi makanan sehari-hari yang kaya akan sayur dan buah.
Sesuai dengan anjuran World Health Organization (WHO);

1. Konsumsi sayur dan buah lima porsi atau lebih perhari.


2. Dianjurkan untuk mengkonsumsi produk atau hasil olah susu yang rendah
lemak.
3. Membatasi asupan lemak jenuh dan lemak total.
4. Membatasi asupan natrium. Garam dipercaya dapat meningkatkan tekanan
darah tinggi. Oleh karena itu kandungan natrium dalam makanan sehari-hari
sangat perlu diatur.

 Menjalankan aktivitas fisik

Olahraga memberikan dampak yang sangat positif pada hipertensi. Aktivitas


fisik sedang, berupa berjalan kaki cepat selama 30-45 menit per hari dilakukan
setiap hari dalam seminggu. Aktivitas fisik mempunyai hubungan erat dengan
keberhasilan penurunan berat badan maupun mempertahankan berat badan. Anjuran
per hari untuk beraktivitas fisik adalah 60 – 90 menit per hari. Sementara jenis
olahraga yang dianjurkan adalah aerobik seperti berjalan kaki cepat. Jenis olahraga
lainnya adalah renang, dan speda statis. Secara lebih ringkas, menurut Kementrian
Kesehatan (2012), hipertensi dapat dikendalikan dengan menerapkan perilaku
CERDIK. CERDIK adalah akronim dari beberapa indikator perilaku pencegahan
hipertensi, diantaranya: Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin
beraktivitas fisik, Diet sehat, Istirahat yang cukup, Kendalikan stres. Dari beberapa
teori di atas, perilaku sehat tercermin dengan cek kesehatan berkala, tidak
mengkonsumsi hal-hal yang bersifat adiksi seperti rokok dan alkohol, rajin
berolahraga, melakukan diet sehat, istirahat berkualitas dan mampu
mengendalikan stres. Indikator yang dijadikan sebagai alat ukur di dalam
penelitian ini adalah indikator perilaku sehat yang disesuaikan dengan upaya
pencegahan hipertensi menurut Sayogo dan Kementrian Kesehatan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2014) perilaku individu dipengaruhi
oleh 3 faktor, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi individu untuk berperilaku. Faktor ini terwujud dalam
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
sehat. Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat individu untuk berperilaku
sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud dalam
adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan serta
adanya referensi dari pribadi yang dipercaya
Sementara itu, menurut Karr (dalam Notoatmodjo, 2014) menyebutkan bahwa
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sehat. Faktor- faktor tersebut
yaitu:
a. Niat (Behaviour intention)
Adanya niat individu untuk bertindak sehubungan objek atau stimulus diluar
dirinya. Seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar
dirinya. Misalnya, pria mau menggunakan alat kontrasepsi apabila dia
memiliki niat untuk menggunakan alat kontrasepsi tersebut (Notoatmodjo,
2014).
b. Dukungan sosial (Social support)
Dukungan dari masyarakat sekitar mempengaruhi perilaku individu.
Di dalam kehidupan masyarakat, perilaku individu cenderung memerlukan
penghargaan dari masyarakat. Seminimalnya dalam berperilaku sehat tidak
menjadi gunjingan di masyarakat. Selain itu, dukungan sosial dinilai sukses dalam
mempengaruhi perilaku sehat individu (Benih, 2014). Menurut banyak
penelitian, keberadaan dukungan sosial amatlah penting dalam mempengaruhi
perilaku sehat. Seringkali ditemui kegagalan atau keberhasilan yang bersifat
sementara di dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, karena dukungan sosial
kurang bahkan tidak ada. Seringkali upaya menerapkan perilaku sehat sia-sia
karena kurangnya dukungan sosial (Notoatmodjo, 2014; Benih, 2014; Marmi,
2013; Prawitasari, 2012; Taylor, 2003; Sheridan, 1992). Akses Informasi
(Accessebility of information).
Akses informasi adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan
tindakan yang akan diambil seseorang. Informasi yang cukup dapat
menghasilkan pengetahuan terkait bagaimana mencegah suatu penyakit, sehingga
individu dapat mengenali permasalahan yang ada. Hal ini mendorong untuk
berperilaku sehat.
d. Otonomi Pribadi (Personal autonomy)
Otonomi pribadi adalah kewenangan berperilaku yang ditentukan
berdasarkan keinginan diri sendiri. Dalam pengambilan keputusan yang bebas oleh
individu saat ini dinilai masih sukar. Misalnya di Indonesia, istri harus tunduk
terhadap suami. Sehingga ruang pengambilan keputusan tergantung suami.
e. Situasi yang memungkinkan (Action situation)
Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan meliputi pengertian
yang luas, baik itu berkaitan dengan fasilitas yang tersedia maupun kemampuan
yang tersesdia. Tersediannya fasilitas dan kemampuan membuat individu
mampu mewujudkan sikap. Tindakan tidak akan terlaksana tanpa adanya
sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2014).
Lebih sederhana lagi menurut World Health Organization (WHO) yang
menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang menentukan
perilaku sehat individu. Yaitu: Pemikiran dan perasaan. Pertimbangan-
pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus merupakan modal
awal untuk berperilaku. Didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaat
dan sumber daya atau uang yang tersedia dan sebagainya.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai. Seringkali
perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada tokoh masyarakat
setempat. Hal tersebut senada dengan Benih (2014), bahwa lingkungan
sosial individu lebih sukses mempengaruhi perilaku individu tersebut.
Adanya dukungan sosial atau sebaliknya menimbulkan konsekuensi yang
baik untuk mengubah kebiasaan di kalangan masyarakat. Bagi remaja
sendiri, perilaku sehat bergantung acuan lebih kepada orangtua atau
keluarga dan teman sebaya (Santrock, 2012).
Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung terjadinya perubahan
perilaku. Dalam teori Green, sumberdaya ini adalah sama dengan faktor
enabling (sarana dan prasarana).
Sosiobudaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat terlihat dari perilaku tiap-
tiap etnis berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis
mempunyai budaya yang berbeda yang khas.
Dari uraian ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku individu
atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan
yang diterima. Kemudian timbulah persepsi dari individu dan memunculkan niat,
sikap, keyakinan yang dapat mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan.
Penguatan konsep mulai dari “tahu” menjadi “mau” dan “mampu”, akan terlaksana
apabila ada faktor eksternal yang mempengaruhi situasi di luar diri individu,
seperti: dukungan sosial, fasilitas yang tersedia dan sarana serta prasarana yang
mendukung.

2.3. Status Kesehatan


Status kesehatan masyarakat dapat dihubungkan oleh berbagai faktor. Salah
satu faktor yang berhubungan adalah perilaku sehat dari masyarakatnya. Semakin
masyarakat berperilaku sehat, maka status kesehatan masyarakat akan baik. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hapsari, dkk (2009) yang memberikan kesimpulan bahwa
salah satu faktor yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat adalah
perilaku sehat. Perilaku sehat pada ibu, bayi, balita dan keluarga serta masyarakat
sangat berperan terhadap baik tidaknya status kesehatan yang dimiliki.

 .Pemeliharaan Kesehatan Pada Ibu

 1. Kehamilan Pengetahuan tenatang kehamilan sangat penting bagi semua wanita
karena wanita akan mengalami dan menjalani kehamilan itu sendiri.Perlunya
pendidikan tentang pengetahuan ini memberikan sebuah arti yang begitu besar untuk
para wanita di pedesaan terutama. Dalam hal ini kader kesehatan masyarakat dilatih
untuk memberikan perawatan bagi wanita hamil atau membantu kelahiran dan
berapa diantaranya yang tidak.Tawarkan diri anda untuk memberikan informasi dan
pengetahuan anda kepada mereka sehingga dengan bekerja sama dengan mereka
anda dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan higiene dan kesehatan
masyarakat,terutama sekali adalah kesehatan ibu dan anak. Yang perlu disampaikan
ialah : a) Menjelaskan kepada seorang wanita bagaimana ia menjadi hamil dan
bagaimana bayi  berkembang dalam tubuhnya.  b) Menjelaskan kepada ibu-ibu
faktor-faktor resiko yang dapat membuat kehamilan berbahaya  bagi ibu dan bayi. c)
Memeriksa jika seorang wanita hamil atau tidak.Mengidentifikasi wanita hamil yang
perlu melakukannya. d) Mengenali problem-problem serius dalam kehamila dan
memulai perawatan; membahas dengan keluarganya mengapa wanita tersebut harus
pergi ke Pusat Kesehatan Masyarakat atau rumah sakit untuk perawatan dan
membantu keluarga tersebut untuk melakukan persiapan kepergiannya. e) Membahas
dengan keluarganya apa yang dapat dilakukan untuk melindungi dan meningkatkan
kesehatan wanita tadi dan bayinya yang belum lahir. f) Membahas dengan para
pengurus masyarakat dan kelompok lain serta para tokoh lainnya tentang kebutuhan-
kebutuhan dan problem-problem wanita hamil dan membantu mereka dalam
memutuskan tindakan masyarakat untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan
wanita hamil. g) Menghimpun informasi tentang wanita hamil dalam masyarakat
tersebut,dan menggunakan informasi ini dalam pekerjaan anda. 2. Faktor Resiko
Dalam Kehamilan Yaitu sesuatu yang meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.Ada
faktor-faktor resiko tertentu dalam kehamilan.Beberapa diantaranya dapat membuat
kehamilan lebih berbahaya dibandingkan  biasanya terhadap ibu dan bayi.Berilah
saran-saran kepada para wanita tentang bahaya-bahaya sebelum mereka hamil. 1)
Usia ibu kurang dari 17 tahun 2) Ibu sudah mempunyai anak lebih dari 5 3) Anak
yang terakhir lahir dalam waktu kurang dari 2 tahun yang lalu 4) Ibu mengalami
perdarahan berat saat melahirkan anak yang terakhir 5) Anak terakhir lahir mati atau
mati segera setelah lahir 6) Anak terakhir lahir amat kecil atau kurang dari 2,5 kg 7)
Ibu pada kelahiran sebelumnya melahirkan anak kembar 8) Kelahiran anak terakhir
prosesnya amat sulit 9) Tinggi ibu kurang dari 145cm 10) Bila berat badan ibu
kurang dari 45kg atau lebih besar dari 80kg 11) Bila badan ibu nampak pucat dan
lemah 12) Ibu menderita penyakit tuberkulosis (TBC),malaria,kencing
manis,penyakit jantung,penyakit ginjal,atau pernah mengalami operasi perut. 3.
Membantu wanita hamil dalam menangani:
-Wanita dalam kehamilan awal -Cara memastikan seorang wanita hamil -Bila haid
terakhir kurang dari 3 bulan yang lalu -Bagaimana mengatakan bila bayi akan lahir
-Periksalah faktor-faktor yang ada -Imunisasi terhadap tetanus -Muntah-muntah
diawal kehamilan -Kaki bengkak -Sakit kepala -Demam -Kepucatan dan kecapean 4.
Mengenali Problem-Problem serius dan memulai pengobatan -Keadaan umum
-Perdarahan dari kelamin selama kehamilan -Perdarahan sebelum bayi mulai
bergerak dalam kandungan -Perdarahan dari alat kelamin setelah bayi mulai bergerak
dalam kandungan -Wanita hamil dengan perut terasa sakit -Bila kehamilan melebihi
8 bulan -Bila kehamilan kurang dari 8 bulan -Bila rasa sakit dialami sepanjang waktu
-Wanita hamil dengan kaki,tangan,dan wajah bengkak -Wanita hamil yang
mengalami gangguan kesadaran 5. Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk
meningkatkan kesehatan wanita hamil dan mencegah dari sakit -Ibu hamil jangan
melakukan pekerjaan yang berat-berat -Mengkonsumsi makanan,sayuran yang sehat
dan bergizi - Ibu hamil harus banyak beristirahat
 
 Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir
1.Ciri-ciri BBL Normal
•Berat badan 2500-4000 gram
•Panjang badan 48-52 cm
•Lingkar lengan 11-12
•Tubuh bayi sintal
 •Bunyi jantung 120-140
•Lingkar dada 30-38
•Lingkar kepala 33-35
•Reflek menghisap dan menelan sudah ada.
 •Genitalia Bayi perempuan : Labiya mayora telah menutupi labiya minora.
Bayi laki-laki : Testis turun ke skrotum dan terdapat lobang pada puerpetium.

2.Bentuk palayanan kesehatan pada bayi.


a. Inisiasi menyusui dini ( IMD ) IMD adalah memberikan pelayanan
kesehatan pada anak dengan mendekapkan bayi diantara kedua payudara
ibunya segera setelah lahir. Memberikan kesempatan bayi menyusui sendiri
segera setelah lahir dengan meletakan bayi di dada atau perut ibu dan kulit bayi
melekat pada kulit ibu ( skin to skin contact ) setidaknya selama 1-2 jam
sampai bayi menyusu sendiri. ( Mitayani, 2010 : 23 ) Hal ini dapat
menghindari kematian bayi dan penyakit yang menyerang bayi, karena
kandungan antibodi yang ada pada colostrum dan ASI.
 b. Melakukan pemeriksaan fisik pada BBL
•Pemeriksaan umum
Meliputi pemeriksaan antropometri yaitu, Berat badan, panjang badan,
lingkar lengan, lingkar dada, dan lingkar kepala.  
•Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Meliputi pemeriksaan suhu tubuh, nadi,
pernapasan, tekanan darah.
•Pemeriksaan head to too
Meliputi pemeriksaan kepala, telinga, mata, hidung atau mulut, leher, dada,
bahu, lengan dan tangan, perut, genetalia, ekstremitas bawah dan atas,
punggung, kulit, dan refleks.
c. Pencegahan infeksi Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan
sekitar 2 menit setelah bayi lahir atau setelah  penyuntikan oksitosin 10 IU
intramuskular kepada ibu. Hindari pembungkusan tali pusat atau jika di
bungkus tutupi dengan kassa steril dalam keadaan longgar, agar tetap terkena
udara dan akan lebih mudah kering.
d. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi Pastikan bayi selalu dalam
keadaan hangat dan hindari bayi terpapar langsung dengan suhu lingkungan.

3. Pelayanan kesehatan dengan Pemberian kebutuhan nutrisi yang baik pada anak
balita dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian
makanan yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai  beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak, yaitu
fase pertumbuhan cepat dan fase  pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini tidak
dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi  pada anak tersebut yang
mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan  perkembangan fisik
anak tersebut maupun gangguan intelegensia. 3.Pelayanan Kesehatan Pada Anak
dengan Imunisasi. Pada saat sekarang ini vaksin yang dapat digunakan dalam
pencegahan penyakit telah banyak  beredar di Indonesia, dan hasil daya lindung yang
ditimbulkannya juga telah terbukti bermanfaat. Sebagai salah satu contoh adalah
keberhasilan dunia termasuk Indonesia dalam menghilangkan  penyakit Cacar dari
permukaan bumi. Indonesia oleh WHO pada April 1974 secara resmi telah
dinyatakan bebas dari penyakit cacar. (Chairuddin P. Lubis, 2004)  

Vaksin yang digunakan adalah : a.BCG : Untuk mencegah penyakit


tuberkulosis.  b.Polio oral vaksin : Untuk mencegah panyakit polio. c.DPT : Untuk
mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus. d.Hapetitis B : Untuk mencegah
penyakit Hepatitis B. e.Campak : Untuk mencegah penyakit campak. Sistem
Departemen Kesehatan NSW dan petugas kesehatan memainkan peranan yang utama
dalam membantu anak-anak dan keluarga untuk mencapai kesehatan dan
kesejahteraan. Departemen Kesehatan NSW menyediakan berbagai pelayanan bagi
anak-anak dan keluarganya. Pelayanan kesehatan yang spesifik disediakan bagi
anak-anak dan keluarganya termasuk:
 Pelayanan kesehatan anak kecil
 Pusat perawatan keluarga
 Pusat perawatan keluarga di rumah
 Telepon bantuan orang tua
 Tim anak dan keluarga dalam pelayanan kesehatan masyarakat
 Pelayanan perlindungan anak 
 Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja
 Instalasi anak -anak di rumah sakit umum
•Rumah sakit spesialis anak-anak. Dokter umum merupakan pemberi perawatan yang
utama dalam sistem perawatan kesehatan dasar. Mereka merupakan mitra utama
dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi anak-anak dan keluarganya. Sistem
kesehatan harus memelihara hubungan kukuh dengan departemen  pemerintah lain
yang relevan, pemerintah setempat, ahli kesehatan dan keluarga bagi mengadakan
peluang yang terbaik untuk meningkatkan kesehatan anak-anak. Pusat Kesehatan
Anak mempunyai staf ahli kesehatan (termasuk perawat terdaftar) yang mempunyai
spesialisasi dalam kesehatan anak dan keluarga. Perawat kesehatan anak dan
keluarga dapat memberikan bantuan untuk merawat bayi dan anak kecil, termasuk
informasi tentang :
 Menyusui
 Menghadapi waktu tidur dan anak yang menangis
 Pertumbuhan dan perkembangan bayi 
 Imunisasi
 Keselamatan bermain dengan bayi atau anak .

4.Manajemen Terpadu Balita Sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan


kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).

2.4 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku


Kesehatan dan Status Kesehatan

Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang


mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu:

1). umur 

2).jenis kelamin

3).pekerjaan.
4).sosial ekonomi

 jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan


penyakit berdasarkan golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak
yang menderita penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia
lanjut lebih banyak menderita penyakitkronis.demikian juga dengan aspek
golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak
menderit kanker payudara ,sedangkan pada pria,lebih banyak
menderita kanker  prosat.Begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan
petani lebih banyak menderita penyakit cacingan,karena aktifiasnya banyak
dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebihbanyak menderita
penyakit salura pernafasan kaena banyak terpapar debu. keadaan sosial
ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh
pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang
status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi.
demikian juga obesitas lenih ditemukan padakalangan masyarakat dengan
status ekonoinya tinggi.
Menurut H Ray Elling (1970) ada beberapa faktor sosial yang
berpengaruh pada perilaku kesehatan.antara lain

1.self concept 
2. imagekelompok. 

G.Mfoster menambahkan, bahwa identifikasi individu kepada


kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.

A. pengaruh selfconcept

kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan


yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,terutama bagaimana kita
ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain,oleh karena
itu,secara tidak langsung self concept kita cenderung
mementukan,apakah kita akan menerima keadaan diri kita seperti
adanya atau berusaha untuk mengubahnya.
Self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,karena
mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas
kesehatan.

B. pengaruh image kelompok.

image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh


image kelompok.sebagaicontoh,seorang anak dokter akan terpapar
oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,
sedangkan anak petani tidak terpapar dengan lingkungan medis,dan
juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter.

C. pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku


kesehatan.

Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk


memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan
mereka.
Menurut G.M foster(1973)Aspek budaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang antaa lain adalah:
1. tradisi
2. sikap fatalism
3. nilai
4. ethnocentrisme
5. unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses
sosialisasi.

a. Pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan statuskesehatan.


Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan masyarakat,misalnya di New Guinea,pernah
terjadi wabah penyakit kuru.penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan
penyebabnya adalah virus. penderita hamya terbatas pada anak-anak dan
wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena
adanya tadisi kanibalisme.
b. Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.
Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku
kesehatan,beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang
beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan,dan sakit atau
mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha memperoleh
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan
seseorang dari kematian.
c. pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan

Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa


kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan
pihak lain.misalnya orang-orang baratmerasa bangga terhadap kemajuan
ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa
kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari
masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari
budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah
yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatankita harus
menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang
paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena
pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat
sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah
kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai
tentangmasalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih
mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.

d. pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.


suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap
orang.hal tersebutberkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
e. pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma
dimasyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota
masyarakatnya yang mendukung norma tersebut. sebagai contoh,untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatankarena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter
sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan

f. ruh nilai terhadap perilaku kesehatan


 Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan.nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehata.beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah
penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat
mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika
dibandingkan denganberas putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa
beras putih lebih enak dan lebih bersih.

Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok


meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap
kesehatan.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari
proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara
lain bagaimana caramakan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang
air kecil dan besar,dan lain-lain. kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai
anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat
mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.

h. pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan


perkataan lain,suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua
dan perubahan yang ketiga. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin
melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus
dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap
perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi
dengan perubahan tersebut apabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan
apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat
mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari
perubahan yang telah direncanakan.

 
 
 
BAB III. PENUTUP

3.1Kesimpulan
Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk kebutuhan, dan mengubah atau
mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik.
Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan
hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada
sumber-sumber social, Budaya dan personal.Dengan teori Blum ini kita
dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang
dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4
aspek utama kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan. Dimana dalam peningkatan usaha kesehatan sangat diperlukan dalam
program kesehatan yang terkait dalam meningkatkan status kesehatan yang
mencangkup: Pemeliharaan kesehatan pada ibu, bayi, balita dan keluarga.

3.2 Saran
Melihatkondisikesehatandankesadaranmasyarakatterhadapkesehatan,
makaperlu peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan
masyarakat,.Penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan
perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan
masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.,Dibutuhkan kerjasama dalam
merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai
karakteristik daerahsetempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat
sehat dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran
dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki  self
belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama.
Selain itu, pola  penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan
jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan
PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem kesehatan
masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan
melibatkanmasyarakat semaksimal mungkin. Dengan partisipasi
semaksimal mungkin dari organisasi aktif yang berada di masyarakat
seperti Kader Posyandu, PKK, Taruna Karya, Pramuka, Sarjana Penggerak
Pedesaan dan organisasi lainnya serta didukung oleh MUSPIDAsetempat
29

DAFTAR PUSTAKA

1.  Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta,


RinekaCipta

2.
Fisher,Augrey,1986,TheoriesofCommunication(TerjemahanSoe
jonoTrimo),Bandung, RemajaKarya

3.
Green,1980,HealthEducationPlanning,ADiagnosticApproach,TheJohn
HopkinsUniversity, Maryland, Mayfield PublishingCompany

4. Koentjaraningrat, 1996, PengantarAnthropologi

5. Elling, Socio Cultural Influences On Health and HealthCare

6. Foster, 1973, Traditional Societes in TechnologicalChange

7. Elling,Ray,H,socio cultural influences on health and helthcare


8.
Foster,G,M,traditionalsocietesintechnologicalchange,1973.Loentjarani
ngrat,pengantar anthropologi,1996
9. Kresno,sudarti,dkk.pencarian pertolongan pengobatan bagi anak
balita dengan diare di Jakarta utara,1996
10.  Notoatmodjo,Soekidjo,promosikesehatanteoridanaplikasi,edisirevisi,rin
ekacipta,Jakarta,2010
11. https://pendidikan.co.id/10-pengertian-sosial-dan-unsur-menurut-para-ahli/ (di
akses pukul 21.00 wita, pada tanggal 18 mei 2021)
12. https://www.academia.edu/9567775/kesehatan_ibu_bayi_dan_anak ( di akses
pukul 22.00 wita, pada tanggal 18 mei 2021)

Anda mungkin juga menyukai