Anda di halaman 1dari 47

1

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI


A. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik,mental,dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan system reproduksi,
fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan
dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

B. TUJUAN KESEHATAN REPRODUKSI


Didalam memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi ada dua
tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan khusus.
1. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak
reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian
perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang
pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupannya.
2

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap
akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anakanaknya.

C. SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI


Terdapat dua sasaran Kesehatan Reproduksi yang akan dijangkau
dalam memberikan pelayanan, yaitu sasaran utama dan sasaran antara.
1. Sasaran Utama. Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan
putri yang belum menikah.
Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang termasuk keluarga
prasejahtera. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja.
a. Seksualitas.
b. Beresiko/menderita HIV/AIDS.
c. Beresiko dan pengguna NAPZA.
2. Sasaran Antara
Petugas kesehatan : Dokter Ahli, Dokter Umum, Bidan, Perawat,
Pemberi Layanan Berbasis Masyarakat.
a. Kader Kesehatan, Dukun.
b. Tokoh Masyarakat.
c. Tokoh Agama.
d. LSM.
3

D. KOMPONEN KESEHATAN REPRODUKSI


Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayanan
kesehatan reproduksi komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Peristiwa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan kurun
kehidupan wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat membawa
kematian, makna kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota
keluarga tetapi hilangnya kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu
sebagai wakil pimpinan rumah tangga, ibu dari anak-anak yang
dilahirkan, istri dari suami, anak bagi seorang ibu yang melahirkan,
ataupun tulang punggung bagi sebuah keluarga, semua sulit untuk
digantikan.
2. Komponen Keluarga Berencana
Komponen ini penting karena Indonesia menempati urutan
keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Indonesia
diprediksi akan mendapat “bonus demografi“ yaitu bonus yang
dinikmati oleh suatu Negara sebagai akibat dari besarnya proporsi
penduduk produktif (rentang 15–64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang akan dialami dan diperkirakan terjadi pada tahun
2020–2030. Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya masalah
tersebut pemerintah mempersiapkan kondisi ini dengan Program
Keluarga Berencana yang ditujukan pada upaya peningkatan
kesejahteraan ibu dan kesejahteraan keluarga.
3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR),
Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan pada penyakit dan
gangguan yang berdampak pada saluran reproduksi. Baik yang
disebabkan penyakit infeksi yang non PMS. Seperti Tuberculosis,
Malaria, Filariasis, maupun infeksi yang tergolong penyakit menular
seksual, seperti gonorhoea, sifilis, herpes genital, chlamydia, ataupun
kondisi infeksi yang mengakibatkan infeksi rongga panggul (pelvic
4

inflammatory diseases/PID) seperti penggunaan alat kontrasepsi dalam


rahim (AKDR) yang tidak steril.
4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga
perlu diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa
anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan
fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Informasi dan
penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk
mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini. Selain itu
lingkungan keluarga dan masyarakat harus ikut peduli dengan kondisi
remaja ini sehingga dapat membantu memberikan jalan keluar bila
remaja mengalami masalah tidak malah di salahkan, tetapi perlu
diarahkan dan dicarikan jalan keluar yang baik dengan mengenalkan
tempat–tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja untuk
mendapatkan konseling ataupun pelayanan klinis sehingga remaja
masih dapat melanjutkan kehidupanya.
5. Komponen Usia Lanjut Melengkapi siklus kehidupan keluarga,
komponen ini akan mempromosikan peningkatan kualitas
penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir kurun usia
reproduksi (menopouse/andropause). Upaya pencegahan dapat
dilakukan melalui skrining keganasan organ reproduksi misalnya
kanker rahim pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan
defesiensi hormonal dan akibatnya seperti kerapuhan tulang dan lain-
lain.
E. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
REPRODUKSI
Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi empat golongan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan
reproduksi, yaitu:
5

1. Faktor Demografis - Ekonomi


Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil.
Sedangkan faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan
Reproduksi adalah akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja
tidak sekolah , lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek
tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,
kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling
berlawanan satu dengan yang lain, pandangan agama, status
perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan
cara bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan
tanggung jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen
politik.
3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman
sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan
terdekat dan dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi
karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita
terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi
atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul
atau adanya keganasan pada alat reproduksi.
6

F. RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI


Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di
peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas serta
dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan hak
reproduksi perorangan dan bertumpu pada program pelayanan yang
tersedia.
1. Konsepsi
2. Bayi dan Anak
3. Remaja
4. Usia Subur
5. Usia Lanjut
G. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI
Beberapa masalah dapat terjadi pada setiap tahapan siklus
kehidupan perempuan, dibawah ini diuraikan masalah yang mungkin
terjadi mada setiap siklus kehidupan.
1. Masalah reproduksi
Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian
perempuan yang berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya
juga maslah gizi dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta
komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan;
Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi.
Maksudnya bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan
kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah
reproduksi. Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan
dengan masalah genetik, dan lain sebagainya. Tersedianya pelayanan
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta terjangkaunya
secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anakanak.Kesehatan
bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun. Dampak
7

pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan


terhadap kesehatan reproduksi.
2. Masalah gender dan seksualitas
Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya
adalah peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran
dan pendidikan seksualitas. Pengendalian sosio-budaya terhadap
masalah seksualitas, bagaimana norma-norma sosial yang berlaku
tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian. Seksualitas
dikalangan remaja.Status dan peran perempuan. Perlindungan terhadap
perempuan pekerja.
3. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada
perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban Norma sosial
mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai
tindak kekerasan terhadap perempuan. Sikap masyarakat mengenai
kekerasan perkosaan terhadap pelacur. Berbagai langkah untuk
mengatasi masalah- masalah tersebut.
4. Masalah Penyakit yang Ditularkan Melalui Hubungan Seksual
Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan
gonorrhea. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti
chlamydia, dan herpes. Masalah HIV/AIDS (Human
Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency Syndrome);
Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual. Kebijakan
dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk
penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/Penjaja Seks Komersial).
Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
5. Masalah Pelacuran
Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran.Faktor-faktor
yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadap
pelacuran.Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi
pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya.
8

6. Masalah Sekitar Teknologi


Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi
tabung). Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal
screening).Penapisan genetik (genetic screening).Keterjangkauan dan
kesamaan kesempatan.Etika dan hukum yang berkaitan dengan
masalah teknologi reproduksi ini.
H. HAK–HAK KESEHATAN REPRODUKSI
Hak reproduksi merupakan bagian dari hak azasi manusia yang
melekat pada manusia sejak lahir dan dilindungi keberadaannya. Sehingga
pengekangan terhadap hak reproduksi berarti pengekangan terhadap hak
azasi manusia.
Hak Kesehatan Reproduksi (ICPD CAIRO 1994)
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
b. Hak mendapat pelayanan dan kesehatan reproduksi.
c. Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang
kesehatan reproduksinya.
d. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.
e. Hak untuk hidup dan terbebas dari resiko kematian karena
kehamilan, kelahiran karena masalah jender.
f. Hak atas kebebasan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan
reproduksi.
g. Hak untuk bebas dari penganiayan dan perlakuan buruk yang
menyangkut kesehatan reproduksi.
h. Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi.
i. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan dalam
reproduksisnya.
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam berpolitik
yang bernuansa kesehatan reproduksi.
9

l. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam


kesehatan reproduksi.
KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
A. PENGERTIAN GENDER DAN SEKSUALITAS.
1. Gender
Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan
perbedaan fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan
sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai
perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh
masyarakat. dan budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-laki atau
perempuan. (WHO 1998).
2. Seks ( Jenis Kelamin )
Jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan
laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. jenis kelamin berkaitan
dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel
telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan
menyusui. Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang telah ditentukan
oleh Allah SWT berdasarkan fungsi biologis. Seks berarti pria ataupun
wanita yang pembedaannya berdasar pada jenis kelamin, sex lebih
merujuk pada pembedaan antara pria dan wanita berdasar pada jenis
kelamin yang ditandai oleh perbedaan anatomi tubuh dan genetiknya.
Perbedaan seperti ini lebih sering disebut sebagai perbedaan secara
biologis atau bersifat kodrati dan sudah melekat pada masing-masing
individu sejak lahir.
3. Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
a. Isu Gender di Masa Kanak-Kanak.
Isu gender pada anak-anak laki-laki, misalnya: pada
beberapa suku tertentu, kelahiran bayi laki-laki sangat
diharapkan dengan alas an, misalnya laki-laki adalah penerus
atau pewaris nama keluarga; laki-laki sebagai pencari nafkah
10

keluarga yang handal; laki-laki sebagai penyanggah orang


tuanya di hari tua. Dan perbedaan perlakuan juga berlanjut
pada masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, sifat agresif
anak laki-laki serta perilaku yang mengandung resiko diterima
sebagai suatu kewajaran, bahkan didorong kearah itu, karena
dianggap sebagai sifat anak laki-laki. Sehingga data
menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering terluka dan
mengalami kecelakaan.
b. Isu Gender Pada Anak Perempuan.
Secara biologis bayi perempuan lebih tahan daripada bayi
laki-laki terhadap penyakit infeksi di tahun-tahun pertama
kehidupannya. Sebab itu jika data memperlihatkan kematian
bayi perempuan lebih tinggi dan bayi laki-laki, patut dicurigai
sebagai dampak dari isu gender. Di masa balita, kematian
karena kecelakaan lebih tinggi dialami oleh balita laki-laki,
karena sifatnya yang agresif dan lebih banyak gerak.
c. Isu Gender di Masa Remaja.
Isu gender yang berkaitan dengan remaja perempuan,
antara lain: kawin muda, kehamilan remaja, umumnya remaja
puteri kekurangan nutrisi, seperti zat besi, anemia.
d. Isu Gender di Masa Dewasa.
Pada tahap dewasa, baik laki-laki maupun perempuan
mengalami masalah-masalah kesehatan yang berbeda, yang
disebabkan karena faktor biologis maupun karena perbedaan
gender. Perempuan menghadapi masalah kesehatan yang
berkaitan dengan fungsi alat reproduksinya serta
ketidaksetaraan gender. Masalah-masalah tersebut, misalnya
konsekwensi dengan kehamilan dan ketika melahirkan seperti
anemia, aborsi, puerperal sepsis (infeksi postpartum),
perdarahan, ketidakberdayaan dalam memutuskan bahkan
ketika itu menyangkut tubuhnya sendiri (“tiga terlambat”).
11

Sebagai perempuan, dia juga rentan terpapar penyakit yang


berkaitan dengan IMS dan HIV/AIDS, meskipun mereka sering
hanya sebagai korban. Misalnya: metode KB yang hanya
difokuskan pada akseptor perempuan, perempuan juga rentan
terhadap kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan ditempat
kerja, dan diperjalanan.
e. Isu Gender di Masa Tua.
Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan
laki-laki dan perempuan. Hal ini semakin dirasakan dalam
ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain karena hal
berikut :
i. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang
siklus hidup manusia seperti masalah inces yang terjadi
pada masa anak-anak dirumah, masalah pergaulan
bebas , kehamilan remaja.
ii. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko
kesehatan reproduksi seperti kehamilan, melahirkan,
aborsi tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi.
Karena struktur alat reproduksi yang rentan secara
social atau biologis terhadap penularan IMS termasuk
STD/HIV/AIDS.
iii. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari
hubungan laki-laki dan perempuan. Namun
keterlibatan, motivasi serta partisipasi laki-laki dalam
kesehatan reproduksi dewasa ini masih sangat kurang.
iv. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan
reproduksi, khususnya berkaitan dengan IMS. HIV, dan
AIDS. Karena ini dalam menyusun strategi untuk
memperbaiki kesehatan reproduksi harus
dipertimbangkan pula kebutuhan, kepedulian dan
tanggung jawab laki-laki.
12

v. Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah


tangga (kekerasan domestik) atau perlakuan kasar yang
pada dasarnya bersumber gender yang tidak setara.
vi. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan
urusan perempuan seperti KB.
4. Pangarusutamaan Gender (Gender Mainstraiming)
Pengarusutamaan gender(PUG) atau adalah strategi yang
dilakukan secara rasional dan sistimatis untuk mencapai dan
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek
kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui
kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi,
kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh
kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
5. Sasaran Pengarusutamaan
Gender Sebagai sasaran pengarusutamaan gender adalah organisasi
pemerintah dari pusat sampai ke lapangan yang berperan dalam
membuat kebijakan, program dan kegiatan.Selain itu organisasi
swasta, organisasi profesi, keagamaan, dan lain – lain, dimana mereka
sangat dekat dan terjun langsung paling depan berhadapan dengan
masyarakat.
6. Prinsip Pengarusutamaan Gender
Pluralistic, yaitu dengan menerima keragaman budaya.Bukan
pendekatan konflik, yaitu menghadapi permasalahan tidak
membedakan antar laki-laki dan perempuan.Sosialisasi dan advokasi.
Memperluas informasi bagi masyarakat umum dan melakukan
kegiatan-kegiatan untuk memperkokoh kesetaraan dan keadilan
gender.
13

MASALAH – MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI WANITA YANG


SERING TERJADI
DEFINISI KIE
Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung/tidak langsung
melalui saluran komunikasi kpd penerima pesan u/ mendapatkan efek.
Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku
positif dimasyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi baik
menggunakan komunikasi pribadi maupun komunikasi massa.
Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui
masy (pesan yang disampaikan).
Edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif. Pendidikan
kesehatan merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan karena
merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan
pelayanan kesehatan.
TUJUAN KIE
Tujuan dilaksanakannya Program KIE, yaitu :

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai


penambahan peserta baru

2. Membina kelestarian peserta KB

3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin


berlangsungnya proses penerimaan 

4. Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang positif,


peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar
sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang
sehat dan bertanggung jawab
14

JENIS-JENIS KEGIATAN DALAM KIE


1.  KIE Individu     : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara
petugas KIE dengan individu sasaran program KB.
2. KIE Kelompok : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara
petugas KIE dengan kelompok (2-15 orang)
3.  KIE Massa        : Suatu proses KIE tentang program KB yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat
dalam jumlah besar.
PRINSIP KIE
a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah
b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu sebagaimana
adanya
c.  Memberi bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari
e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaaan dan resiko yang dimiliki
ibu
JENIS-JENIS MEDIA KIE YANG BISA DIPERGUNAKAN UNTUK
PERLINDUNGAN ANAK
Jenis-jenis media yang dapat digunakan untuk menyampaikan KIE
perlindungan anak :
1. Buku
Penggunaan Buku sebagai sumber bacaan bagi semua kalangan
tetapi tidak semua orang tertarik untuk membaca buku kalau tidak
dibiasakan untuk membaca. Karena isinya yang cendrung lebih padat,
monoton tulisan.
2. Modul.
Penggunaan modul harus dilalui dengan pelatihan yang lebih
sistimatis agar bisa memahami isi dan subtansi dari isu perlindungan anak
yang akan dikembangkan di komunitas. Modul lebih difokuskan pada isi
dan substansi
15

3. Buku Panduan
Buku Panduan berisikan langkahlangkah penggunaan dari modul
dan Isu Thematik Perlindungan Anak yang dikembangkan di masing-
masing wilayah. Buku panduan ditekankan pada langkah-langkah atau
teknis penggunaannya.
4. Poster
Poster adalah sebagai wujud kombinasi visual dari rancangan yang
kuat, dengan warna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian
orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di
dalam ingatannya,(Nana Sidjana dan Ahmad Rivai, 2010:51)
5. Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan
gambargambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak dan diterbitkan di atas
kertas dan dilengkapi teks.
6. Stiker
Stiker adalah suatu media informasi visual yang berupa lembaran
kertas kecil atau plastic yang dapat ditempelkan. Stiker adalah media
promosi kegiatan yang ditempel atau dilekatkan pada suatu tempatyang
mudah dikenal orang.
7. Buku Saku
Buku-buku kecil yang berisi pesan-pesan singkat, ringkas, jelas
dan padat terkait isu perlindungan anak.
8. Brosur
Brosur pada umumnya didesaindalam ukuran kertas yang standar
dan dapat dilipat, baik diliipat bagi dua atau dibagi tiga.
Tujuannya : Sebagai bahan follow up ketika seorang aktifis atau pekerja
sosial menyampaikan informasi perlindungan anak kepada masyarakat.
9. Leaflet
Leaflet memiiki ukuran yang lebih kecil daripada brosur akan
tetapi memiliki desain yang lebih rumit dan berwarna. Leaflet pada
16

umumnya dibaca dengan cepat. Sekilas leaflet memiliki fungsi dan definsi
yang sama dengan selebaran.
10. Banner
Banner adalah media informasi yang hampir sama persis dengan
spanduk. Yaitu rentangan yang berisi slogan, propaganda, atau berita yang
perlu diketahui oleh masyarakat umum. Perbedaan antara spanduk dan
banner hanya ada pada bahan pembuatan dan cara mencetaknya saja,
untuk spanduk terbuat dari bahan kain dengan cara disablon dan untuk
banner terbuat dari bahan banner dengan cara di print (cetak), sehingga
tampilan banner biasanya lebih halus dan lebih bagus dibandingkan
dengan spanduk.
11. Spanduk
Spanduk adalah kain rentang yang berisi slogan, propaganda, atau
berita yang perlu diketahui oleh masyarakat umum.
12. Billboard
Billboard adalah media informasi yang hampir mirip dengan
baliho, yang dipasang dengan ukuran yang sangat besar dan dipasang
ditempat-tempat umum. BUKU SAKU PENGGUNAAN MEDIA KIE
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM)
13. Baliho
Baliho adalah media informasi atau publikasi yang berlebih-
lebihan ukurannya agar menarik perhatian masyarakat (biasanya dengan
gambar yang besar di tempat-tempat ramai).
14. Film-film pendek
Film-film yang dibuat dengan durasi pendek yang tujuannya untuk
memberikan informasi singkat kepada konsumen/ masyarakat terkait
permasalahan tertentu
15. Souvenir, suatu benda yang identik dengan suatu event atau suatu daerah
tertentu, pada umumnya bentuknya ringkas, mungil, serta mempunyai nilai
artistic (Nurnitasari: 2009)
17

16. TV
TV bisa digunakan sebagai media KIE di saat kita bisa
memanfaatkan space-space tertentu dengan waktu tertentu untuk
membahas isu-isu perlindungan anak.
17. Surat kabar
Surat khabar bisa digunakan sebagai media KIE ketika kita bisa
memanfaatkan ruang/space tertentu dan pada waktu tertentu untuk
mempromosikan isu perlindungan anak
18. Medsos
Media sosial juga bisa digunakan sebagai alat KIE untuk bisa
menyampaikan pesan-pesan informasi dan edukasi untuk isu perlindungan
anak baik itu melalui facebook, twiter, instagram, line, atau
milistgroup,dll.
Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memiliki anak setelah 1 tahun
melakukan hubungan seksual rutin tanpa penggunaan kontrasepsi. Infertilitas
diklasifikasikan menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas
primer didefinisikan sebagai infertilitas yang terjadi jika perempuan belum pernah
hamil, sedangkan infertilitas sekunder adalah apabila perempuan tidak dapat
hamil setelah satu atau lebih kehamilan atau aborsi sebelumnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan infertilitas. Secara umum
penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi penyebab yang tidak dapat dicegah
(anatomi, hormonal, imunologi) dan penyebab yang dapat dicegah (penyakit
infeksi; misalnya IMS; paparan bahan beracun; seperti arsenik; serta pengaruh
diet (kafein, alkohol) dan kebiasaan merokok).
Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan terutama
melalui kontak seksual. Infeksi ini dapat disertai gejala klinis ataupun asimtomatis
dan meliputi penyakit-penyakit menular yang ditransmisikan melalui kontak
seksual.
18

Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui kontak langsung; yaitu


kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular; melalui media
lain seperti darah ataupun transmisi vertikal dari ibu ke janinnya.

Gangguan Haid

1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya perdarahan Haid

a. Hipermenorea (Menoragia)

Perdarahan Haid Yang Lebih Banyak Dari Normal Atau Lebih


Lama (>8 Hari)

Penyebab : Mioma Uteri, Polip endometrium, irregular


endrometrial shedding.

b. Hipomenorea

Perdarahan Haid yang lebih pendek dan/atau kurang dari biasanya

Penyebab : Pasca Miomektomi, gangguan endokrin

2. Kelainan Dalam siklus Haid

a. Polimenorea Siklus Haid lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21


hari)
b. Oligomenorea Siklus Haid lebih panjang dari biasanya (lebih dari 35
hari)
c. Amenorea Keadaan tidak datang haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-
turut

Klasifikasi :

• Amenore Primer : Usia 18th/ lebih belum haid

Penyebab : Adanya kelainan congenital contoh : Hymen


imperforate, septum vagina, kelainan genetik

• Amenore Sekunder : Penderita pernah Haid, kemudian tidak haid


19

Penyebab : Gangguan gizi, tumor, infeksi, hamil, masa laktasi,


menopause

3. Perdarahan Diluar Haid

Metrorargia adalah Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid

4. Gangguan Lain Dalam Hubungan Dengan Haid

a. Dismenorea Adalah Nyeri Pada Saat Haid

Klasifikasi :

i. Dismenorea Primer Adalah Nyeri Haid yang dijumpai tanpa


kelainan pada alat-alat genital yang nyata (Biasanya mulai
terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih)
ii. Dismenorea Sekunder Adalah Adalah Nyeri Haid yang
dijumpai karena gangguan ekstrinsik)
Penyebab : • Salpingitis, endometriosis, stenosis servisitis uteri

b. Premenstual Tension (tegangan Pra Haid)

Adalah Keluhan-keluhan yang biasanya mulai pada satu minggu


sampai beberrapa hari sebelum datangnya haid. Adakalanya terus
berlangsung sampai haid berhenti.

c. Viccarious Menstruation Adalah Keadaan Dimana Terjadi Perdarahan


Ekstragenital Dengan Interval Periodik Yang Sesuai Dengan Siklus Haid

d. Mittelschmerz Dan Perdarahan Ovulasi Adalah Keadaan Dimana


Terjadi Nyeri antara haid sekitar pertengahan siklus haid, atau saat ovulasi.
Rasa Nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan.

e. Mastalgia Adalah Rasa Nyeri dan Pembesaran Mammae sebelum Haid


20

Pelvic inflkamatry Deseases (PID)

1. Definisi

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.


Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim),
saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga
panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari penyakit
Menular Seksual (PMS).

2. Penyebab

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran


genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu
dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi
daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta
menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

Unwanted pregnancy dan aborsi

Setiap orang tua merindukan memiliki anak yang sehat dan cerdas. Untuk
itu calon bayi perlu dirawat sejak dalam kandungan bahkan sebelum terjandinya
pembuahan itu sendiri. Kondisi kesehatan (fisik dan mental) calon ibu jauh
sebelum hamil hamil bahkan semasa remaja merupakan prsayarat bayi yang sehat
dan cerdas.

Penyebab KTD Pada Remaja

1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses


terjadinya kehamilan. Dan metode-metode terjadinya kehamilan, dan
metode-metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada remaja-
21

remaja yang belum menikah maupun yang sudah menikah. KTD akan
semakin memberatkan perempuan jika pasangannya tidak bertanggung
jawab atas kehamilan yang terjadi.
2. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi akibat tindak perkosaan.
Dalam hal ini meskipun remaja putrid memiliki pengetahuan yang cukup,
tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang
dipaksakan terhadapnya, sehingga bisa dipahami jika ia tidak
menginginkan kehamilannya.
3. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah
menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak
berhasil (kegagalan alat kontrasepsi/ unmet need)

Kerugian dan Bahaya Kehamilan (KTD) Pada Remaja

1. Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil
maka ia bisa saja tidak mengurus kehamilannya dengan baik. Seharusnya ia
mengkonsumsi minuman, makanan, vitamin yang bermanfaat bagi pertumbuhan
janin dan bayi nantinya bisa saja hal tersebut tidak dilakukannya.

2. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih saying yang tulus dan kuat dari ibu
yang mengalami KTD terhadap bayi yang dilahirkan nanti sehingga masa depan
anak mungkin saja terlantar.

3. Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi.

Dampak unsafe abortion antara lain :

1. Perdarahan

2. Infeksi

3. Kematian

4. Jika dengan cara-cara tertentu kehamilan tidak dapat diakhiri kemungkinan


janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa pertumbuhannya.
22

5. Dampak Psikologis antara lain, perasaan bersalah seringkali menghantui


pasangan khususnya wanita setelah melakukan tindakan aborsi. Hormon
replancement therapy

Hormon Repkancement Therapy (HRT) Estrogen (atau oestrogen) adalah


sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon seks
wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya
jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini menyebabkan
perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita,
seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam
pengaturan siklus haid. Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga
dapat menimbulkan beberapa efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu
tidur, dan kecemasan yang berlebihan. Tiga jenis estrogen utama yang terdapat
secara alami dalam tubuh wanita adalah estradiol, estriol, dan estron. Sejak
menarche sampai menopause, estrogen utama adalah 17β-estradiol. Di dalam
tubuh, ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan bantuan enzim.
Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan estron dibuat dari androstenadion.
Estron bersifat lebih lemah daripada estradiol, dan pada wanita pascamenopause
estron ditemukan lebih banyak daripada estradiol. Berbagai zat alami maupun
buatan telah ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip estrogen.
Konsep Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Pengertian Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
     Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non
klinik terkait kehamilan dan persalinan.
     Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan
mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai
peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada
tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai
23

pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama
anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga dewasa,
karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati, 2013)
 Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi
ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
 Prinsip dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
     Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga
kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan
dan pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan)
dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
  Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pelayanan antenatal
     Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Pemberian Imunisasi TT lengkap
24

4. Ukur Tinggi fundus uteri


5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
     Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada
triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
2. Pertolongan Persalinan
     Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:
1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
2. Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan
tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak
terlatih ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
3. Deteksi dini ibu hamil berisiko
Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal ,
tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Faktor risiko pada
ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang 7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya
atau sebelum kehamilan ini.
25

7. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,


kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
8. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
9. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
10. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
11. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
12. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
13. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
14. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
KONSEP KELUARGA BERENCANA
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan
kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB merupakan tindakan
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kelahiran.
RUANG LINGKUP PROGRAM KB
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
26

MANFAAT USAHA KB DIPANDANG DARI SEGI KESEHATAN


Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin
tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.
Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Sasaran Program KB
• Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar
1,14 persen per tahun.
• Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
• Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara
kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
MACAM-MACAM METODE KB
1. Pil KB
Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling umum digunakan.
Alat kontrasepsi ini mengandung hormon progestin dan estrogen untuk
mencegah terjadinya ovulasi. Pil KB umumnya terdiri dari 21–35 tablet
yang harus dikonsumsi dalam satu siklus atau secara berkelanjutan.
2. Kondom pria
3. Suntik KB
Suntik KB merupakan alat kontrasepsi yang mengandung
hormon progestin dan mampu menghentikan terjadinya ovulasi.
Berdasarkan periode penggunaannya, ada dua jenis suntik KB, yaitu
suntik KB 3 bulan dan 1 bulan.
27

4. Implan
KB implan atau susuk merupakan alat kontrasepsi berukuran kecil
dan berbentuk seperti batang korek api. KB implan bekerja dengan cara
mengeluarkan hormon progestin secara perlahan yang berfungsi mencegah
kehamilan selama 3 tahun. Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara
dimasukkan ke bagian bawah kulit, biasanya lengan bagian atas.
5. IUD
Intrauterine device (IUD) adalah alat kontrasepsi berbahan plastik
dan berbentuk menyerupai huruf T yang diletakkan di dalam rahim. IUD
dapat mencegah kehamilan dengan cara menghalau sperma agar tidak
membuahi sel telur. Ada dua jenis IUD yang umum digunakan, yaitu IUD
yang terbuat dari tembaga dan dapat bertahan hingga 10 tahun serta IUD
yang mengandung hormon yang perlu diganti setiap 5 tahun sekali.
6. Kondom wanita
Kondom wanita berbentuk plastik yang berfungsi untuk menyelubungi
vagina. Terdapat cincin plastik di ujung kondom, sehingga posisinya
mudah disesuaikan. Kondom wanita tidak dapat digunakan bersamaan
dengan kondom pria.
7. Spermisida
Spermisida adalah produk kontrasepsi yang digunakan di dalam vagina
sebelum berhubungan seksual. Produk ini berbentuk jeli, krim, membran,
atau busa yang mengandung bahan kimia untuk membunuh sperma.
8. Diafragma
Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari karet
berbentuk kubah. Alat kontrasepsi ini ditempatkan di mulut rahim sebelum
berhubungan seksual dan umumnya digunakan bersama dengan
spermisida.
9. Cervical cap
Cervical cap berbentuk seperti diafragma, tetapi memiliki ukuran lebih
kecil. Alat kontrasepsi ini umumnya digunakan bersama dengan
spermisida dan berfungsi untuk menutup jalan sperma masuk ke rahim.
28

10. Koyo ortho evra


Koyo ortho evra digunakan dengan cara ditempelkan pada kulit dan
diganti setiap seminggu sekali selama 3 minggu. Cara kerja koyo ini
adalah dengan melepaskan hormon yang sama efektifnya dengan yang
terdapat dalam pil KB.
11. Cincin vagina
Cincin vagina atau NuvaRing merupakan cincin plastik yang
ditempatkan di dalam vagina. NuvaRing bekerja dengan cara melepaskan
hormon yang sama seperti pil KB.
12. KB permanen
Jenis KB permanen untuk masing-masing orang berbeda,
tergantung jenis kelaminnya. Pada pria, KB permanen dilakukan
dengan vasektomi, sedangkan pada wanita bisa dengan tubektomi atau
proses pengikatan tuba falopi.
13. Mencegah Kehamilan dengan Cara Alami
Selain beberapa alat kontrasepsi di atas, sebagian pasangan
mungkin memilih cara alami untuk mencegah kehamilan. Berikut ini
adalah beberapa metode yang tergolong sebagai KB alami:
14.Menghitung kalender masa subur
Metode perhitungan kalender ini dilakukan dengan cara mencatat
masa subur setiap bulan dan menghindari hubungan seks di masa tersebut.
Wanita bisa menentukan masa subur atau ovulasinya dengan cara
memeriksa suhu tubuh dan melihat perubahan cairan vagina.
` 15. Menarik penis keluar sebelum ejakulasi
Anda dan pasangan juga dapat mencegah kehamilan dengan
menarik penis keluar sebelum ejakulasi saat melakukan penetrasi.

AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA


Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah danjarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis -
jenis akseptor KB, yaitu
29

1. Akseptor Aktif Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini
menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia
subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau
lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan
cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara
setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut– turut dan
bukan karena hamil.
3. Akseptor KB Baru Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru
pertama kali menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur
yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
4. Akseptor KB dini Akseptor KB dini merupakan para ibu yang
menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah
melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB langsung Akseptor KB langsung merupakan para istri
yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah
melahirkan atau abortus.
6. Akseptor KB dropout Akseptor KB dropout adalah akseptor yang
menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
STRATEGI PENDEKATAN PROGRAM PELAYANAN KB
Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :
1.      Pendekatan kemasyarakatan (community approach).\
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2.      Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan
yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3.      Pendekatan integrative (integrative approach).
30

Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong


dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4.      Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan
(provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5.      Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat
yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB nasional.
6.      Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach).
Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan program kb nasional.
strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap kecenderungan respon pasangan
usia subur (PUS) di Indonesia terhadap ajakan (KIE) untuk berkb.
Strategi 3 dimensi ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakkannya
untuk scepatnya menurunkan TFR dan membudayakan NKKBS sebagai
normaprogram KBN .
Strategi dimaksud dibagi dalam 3 tahap pengelolahan program KBN sebagai
berikut :
1.      Tahap perluasan jangkauan
Pada tahap ini penggarapan program lebih di fokuskan kepada
sasaran :
a.       Coverage Wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program kb lebih
diutamakan pada penggarapan wilayah potensial seperti wilayah
jawa bali yaitu propinsi jawa barat, jawa tengah, jawa timur, dan
bali dengan kondisi jumlah peduduk dan laju pertumbuhan yang
besar.
31

b.      Coverage Khalayak
Diarahkan pada upaya menjadi akseptor kb sebanyak
banyaknya pada tahap ini pendekatan pelayanan kb didasarkan
pada pendekatan klinik.
2.      Tahap Pelembagaan
Tahap ini diterapkan untuk menganti simpasi keberhasilan pada
tahap potensi yaitu tahap perluasan jangkauan. Pada tahap ini indikator
kuantitatif kesertaan berKB pada kisaran 45% - 65% dengan prioritas pada
pelayanan kontrasepsi Methode Jangka Panjang (MJP) dengan
memanfaatkan momentum-momentum besar.
3.      Tahap pembudayaan program kb
Pada tahap ini Coverage Wilayah diperluas menjangkau propinsi-
propinsi diseluruh Indonesia . Sedangkan Coverage khalayak diperluas
menjangkau sisa PUS yng menolak, oleh peserta itu pendekatan program
KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.
CARA OPERASIONAL PROGRAM PELAYANAN KB.
Cara operasional program pelayanan KB meliputi :
1.      Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan
penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan
penerangan massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi
diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap
dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS).
2.      Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik
sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan
mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang
tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Dalam mencapai
32

sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu: pengembangan gerakan


KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan
keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi
Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila
terjadi komplikasi dan kegagalan.
3.      Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah.
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi
pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4.      Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan,
dokter  berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
DAMPAK PROGRAM KB TERHADAP PENCEGAHAN KELAHIRAN
1). Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka
manfaatnya :
 Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang
kali dan terlalu pendek.
 Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati
waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.
2). Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
 Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam
keadaaan sehat.
 Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang
cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan
direncanakan.
3). Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:
 Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik,
karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang
tersedia dalam keluarga.
33

 Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan


lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk
setiap anak.
 Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-
sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup
semata-mata.
4). Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat:
 Memperbaiki kesehatan fisiknya.
 Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang
serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya.
5). Untuk seluruh keluarga, manfaatnya:
Kesehatan mental, fisik, sosial setiap anggota keluarga tergantung dari
kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang
lebih banyak untuk memperoleh pendidikan (Handayani, 2010).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia
1.         Sosial ekonomi
2.         Budaya
3.         Pendidikan
4.         Agama
5.         Status wanita
Organisasi-Organisasi KB di Indonesia
1. Organisasi non pemerintah yaitu PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia)
          Pada tahun 1953, sekelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan, khususnya dari kalangan kesehatan memulai prakasa kegiatan KB.
Kegiatan kelompok ini berkembang hingga berdirilah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI).
          Tujuan dari PKBI adalah memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera
melalui 3 macam usaha yaitu:
a.         Mengatur kehamilan
b.        Mengobati kemandulan
34

c.         Memberi nasehat perkawinan


Pada tahun 1970 LKBN dibubarkan oleh pemerintah dan kemudian dibentuk
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
2.         Organisasi pemerintah yaitu BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional)
Keputusan Presiden RI Nomor 8 tahun 1970 tentang BKKBN yaitu Depkes
sebagai unit pelaksana program KB. BKKBN yaitu badan resmi pemerintah yang
bertanggungjawab penuh mengenai pelaksanaan program KB di Indonesia.
Keuntungan dari BKKBN adalah:
 Memungkinkan program-program melepaskan diri pendekatan klinis yang
jangkauannya terbatas.
 Memungkinkan besarnya peranan pakar-pakar non medis dalam
mensukseskan program keluarga berencana di Indonesia melalui
pendekatan ke masyarakat.
Macam-macam Metode Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2
yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan
alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode
Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan
lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya
dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan
estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan
implant (Handayani, 2010).
35

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon (Handayani, 2010).
d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam
yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau
mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum
dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi
yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
C. Kontrasepsi Hormonal
1. Definisi Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu
metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah
terjadinya konsepsi (Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal merupakan
kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di
samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone
Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil
konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima
implantasi (Manuaba, 2010).
36

3. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal


a. Kontrasepsi Pil
1) Pengertian Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus
haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi,
tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu)
seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
2) Efektivitas Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
3)Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi
hormonnya konstan setiap hari.
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7
tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap
hari.
4) Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi
c. Mengentalkan lendir serviks
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
b. Kontrasepsi Suntik
1) Efektivitas kontrasepsi Suntik.
37

Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik


mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif
sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100
wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
2) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
d. Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
e. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
f. Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi.
4) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
f. Tidak mengganggu ASI
g. Klien hanya kembali jika ada keluhan
h. Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
38

i. Mengurangi nyeri haid


j. Mengurangi jumlah darah haid
k. Mengurangi dan memperbaiki anemia
l. Melindungi terjadinya kanker endometrium
m. Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
n. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
o. Menurunkan kejadian endometriosis.
5) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada
kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorhea.
Kontrasepsi Implant
Pengertian Implant
Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit
lengan atas yang berbentuk kapsul silastik yang lentur dimana di dalam
setiap kapsul berisi hormon levernorgestril yang dapat mencegah
terjadinya kehamilan. Kontrasepsi implant ini memiliki cara kerja
menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium
tidak siap dalam menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan
menipiskan lapisan endometrium dengan efektivitas keberhasilan
kontrasepsi implant sebesar 97-99% (BKKBN, 2014).
Mekanisme kerja implant untuk mencegah terjadinya kehamilan
melalui beberapa cara yaitu :
a. Mencegah ovulasi
Dimana pada kedua jenis implant norplan, hormon
lenovogestrel berdistribusi melalui membran silastik dengan
kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi,
kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk
mencegah ovulasi, kadar levonorgestrel yang dipertahankan dalam
tubuh klien dengan sistem norplant secara parsial menekan
39

lonjakan LH dan menghambat ovulasi. Sekresi FSH dan LH tetap


berada pada kadar normal (BKKBN, 2014).
b. Perubahan lender serviks
Disini lender serviks menjadi kental dan sedikit sehingga
menghambat pergerakan spermatozoa, implant kemungkinan besar
juga menekan poliferasi siklik endometrium yang dipicu oleh
esterogen sehingga endometrium tetap dalam keadaan atrofi
(BKKBN, 2014).
c. Menghambat perkembangan sikli dari endometrium.
Efektifitas implant ini pada jenis norplant akan berkurang
sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke enam kira-kira 2,5 – 3 %
akseptor menjadi hamil. Kemudian untuk jenis jadena sama
efektifnya dengan norplant pada 3 tahun pertama pemakaiannya,
selanjutnya efektifitasnya berkurang namun belum 9 diketahui
penyebabnya, kemungkinan karena kurangnya pelepasan hormon
(BKKBN, 2014).

1. Indikasi Penggunaan Implant Klien yang boleh menggunakan


kontrasepsi implant adalah (BKKBN, 2014):
a. Dalam usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak maupun belum memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi yang dimiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Pasca keguguran.
f. Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi.
g. Riwayat kehamilan ektopik.
h. Memiliki tekanan darah yang < 180/110 mmHg dengan masalah
pembuluh darah atau anemi bulan sabit (sickle cell).
i. Tidak diperkenan menggunakan alat kontrasepsi hormonal yang
mengandung hormon esterogen.
40

j. Pada klien yang sering lupa minum pil teratur.


4. Efek Samping
a. Amenorhea, penanganannya pastikan hamil atau tidak, bila
tidak memerlukan penanganan khusus maka cukup dengan
konseling saja. Kemudian bila klien tetap tidak menerima
maka angkat implant dan anjurkan untuk menggunakan alat
kontrasepsi lain. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin
mempertahankan kehamilannya lakukan pencabutan
implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi
janin namun bila diduga terjadinya kehamilan ektopik maka
lakukan rujukan karena tidak akan ada pengaruh diberikan
obat hormon untuk memancing pendarahan.
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan, berikan penanganan
dengan memberikan penjelasan bahwa spotting ini sering
terjadi terutama pada tahun pertama kemudian bila tidak
terdapat masalah dan tidak hamil maka diperlukan
penanganan. Bila klien tetap mengeluh dengan perdarahan
bercak dan ingin melanjutkan pemakaian implant maka
berikan klien pil kombinasi selama satu siklus atau berikan
ibu profen 3 x 800 mg selama 5 hari, beri penjelasan bahwa
setelah pil kombinasi habis akan terjadi perdarahan
kemudian bila terjadi perdarahan yang lebih banyak dari
biasanya berikan klien 2 pil kombinassi untuk 3-7 hari
kemudian dilanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi atau
dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg
esterogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Ekspulsi, maka lakukan penanganan dengan cabut kapsul
ekspulsi kemudian periksa apakah kapsul yang lain masih
di tempat lalu pastikan ada atau tidaknya infeksi pada
daerah insersi kemudian bila tidak ada infeksi dan kapsul
baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda, namun bila
41

ada infeksi pada daerah insersi maka lakukan pencabutan


pada seluruh kapsul dan pasang kapsul yang baru pada
lengan lain atau manganjurkan klien untuk menggunakan
kontrasepsi lain.
d. Infeksi pada daerah insersi, bila terjadi infeksi tanpa nanah
maka bersihkan dengan sabun, air atau antiseptik lalu
berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari lalu implant
jangan dilepas serta anjurkan klien untuk datang 1 minggu
kemudian. Bila keadaan tidak membaik maka cabut implant
dan pasang di lengan yang lainnya atau mencari metode
kontrasepsi lainnya.
e. Berat badan naik atau turun, maka berikan informasi pada
klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal.

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

IUD yang merupakan singkatan dari intrauterine device (alat


kontrasepsi dalam rahim), juga dikenal dengan sebutan kontrasepsi spiral.
IUD bekerja dengan cara menghambat gerakan sperma menuju
saluran rahim untuk mencegah pembuahan, sehingga tidak terjadi
kehamilan.
Mekanisme Kerja AKDR
a.    Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini masih belum di ketahui secara
pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbukan lekosit yang
dapat melarutkan blastosis atau sperma.
b.  Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan- perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup
dalam uterus.
c.    Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi
nidasi
42

d.   AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengental lendir


servikssehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati
cavum uteri.
e.    Pergerakan ovum bertambah cepat di dalam tiba fallopi.
f.  Sebagai metode biasa (yang di pasang sebelum hubungan sexual terjadi)
AKDR mengubah trasportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel
telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi.
g.    Dari penelitian- penelitian terakhir, di sangka bahwa IUD   juga
mencegah spermatozoa membuahi sel telur ( mencegah fertilisasi)
h.    Untuk IUD yang mengandung Cu :
1)    Antagonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam
enzim catbonic anhydrase yaitu salah satu enzimdamtraktus genetalia
wanita, di mana Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga
tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga
menghambat aktivitas alkali phosphatase.
2)    Mengganggu pengambilan estrogen endogeneous ole mukosa uterus.
3)    Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
4)    Mengganggu metabolisme glikogen. 
Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempunyai maksud
untuk mengurangi fragmentasi dari Cu sehingga Cu lebih lama
habisnya.
i.     Untuk IUD yang mengandung hormon progesterone
Gangguan proses pematangan proliferatifsekretoir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
endometrium tetap berada dalam fase decidual/progestational. Lendir
serviks jadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin.

Indikasi pemasangan Intrauterine device (IUD) atau alat


kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah sebagai pencegahan terjadinya
kehamilan. IUD boleh digunakan untuk sebagian besar wanita, termasuk
nulipara. Tetapi pada nulipara risiko terjadinya ekspulsi lebih besar,
43

selain itu pemasangan IUD pada nulipara lebih sulit karena memiliki
kavum uteri yang lebih kecil.
Berdasarkan pedoman klinis yang dikeluarkan oleh CDC tahun 2016,
penggunaan IUD juga aman digunakan untuk wanita dengan:
 Gangguan Metabolik : obesitas, diabetes, hipertiroid
 Gangguan Kardiovaskular : hipertensi, penyakit jantung dan vaskular,
riwayat deep vein thrombosis
 Gangguan Neurologi : migrain, epilepsy, multiple sclerosis
 Gangguan Sistem Reproduksi : riwayat penyakit radang panggul yang
sudah diterapi adekuat selama minimal 3 bulan, endometriosis, tumor
ovarium jinak, fibroid uteri
 Penyakit infeksi : penyakit HIV dengan terapi ARV, tuberkulosis paru,
hepatitis
 Gangguan Hematologi : anemia, thalassemia
 Penyakit Autoimun : SLE, rheumatoid arthritis
 Lainnya : merokok, depresi, riwayat kanker payudara (menggunakan IUD
yang non hormonal)
Kontraindikasi pemasangan Intrauterine device  (IUD) atau alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berdasarkan pedoman klinis yang
dikeluarkan oleh CDC tahun 2016 adalah:
 Kehamilan
 Infeksi : post partum sepsis, post septik abortus, penyakit radang panggul
yang masih aktif, sedang mengalami infeksi menular seksual (misalnya
infeksi Chlamydia, gonorrhoea), tuberkulosis pelvis
 Penyakit Neoplastik : kanker serviks, penyakit trofoblastik dengan tingkat
hormon beta HCG yang tinggi terus menerus, kanker endometrium,
kanker serviks
 Perdarahan vagina diluar siklus haid yang berat
 Bentuk rahim yang tidak normal
 Penggunaan IUD yang mengandung tembaga dikontraindikasikan bagi
wanita yang memiliki alergi terhadap tembaga atau memiliki penyakit 
44

Waktu Penggunaan AKDR


a.    Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak
hamil.
b.    Hari pertama sampai ke-7 siklus haid, biasanya pada akhir masa
menstruasi karena serviks agak terbuka pada waktu ini sehingga
membuat pemasangan menjadi lebih mudah.
c.    Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pasca persalinan ; 6 bulan apabila menggunakan metode
amenorrhea laktasi (MAL).
Perlu diingat ; angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau
selama 48 jam pascapersalinan.
d.    Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi.
e.    Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
Efek samping yang umum dan permasalahan yang lain / komplikasi
a.    Perdarahan
b.    Rasa nyeri
c.    Leukorea (keputihan)
d.    Ekspulsi
e.    Perforasi dan translokasi
Evidence Based
a. Secara Etimologis, Evidence based adalah pemenggalan kosa kata yang berasal
dan bahasa Inggris yaitu Evidence: Bukti, fakta, Based: Dasar. Jadi evidence
base adalah: praktik berdasarkan bukti.
b. Evidence based adalah pengintegrasian antara bukti ilmiah berupa hasil
penelitan yang terbaik dengan tugas dan kewenangan bidan serta preferensi
pasien dalam proses pengambilan keputusan pelayanan kebidanan.
Dengan demikian, Evidence Based dapat diartikan sebagai peman faatan
bukti ilmiah secara seksama, ekplisit dan bijaksana dalam pengam bilan keputusan
untuk tatalaksana pasien. Artinya mengintegrasikan kemampuan kiinis individu
45

dengan bukti ilmiah yang terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi
secara sistematis. s
1. Lotus birth
Adalah metode melahirkan tanpa memotong tali pusat setelah bayi
lahir dan membiarkan tali pusat keluar secara utuh. Plasenta dibiarkan dan
menunggu sampai tali pusat kering hingga akhirnya terlepas dari bayi
secara alami,umumnya akan terlepas antara 3-10 hari.
2. Water birth 
adalah metode bersalin di dalam air. Persalinan dilakukan dengan
Bunda duduk berendam dalam kolam air hangat dengan suhu antara 33-37
derajat Celcius. Proses melahirkan di dalam air bisa dilakukan hingga
tahap akhir, yaitu hingga bayi lahir atau hanya selama tahap pertama
melahirkan atau fase aktif.
3. Metode gentle birth 
Gentle birth merupakan istilah dari cara persalinan normal yang
dilakukan dengan tenang sehingga bisa mengurangi rasa sakit. Gentle
birth sering kali dilakukan dengan metode hypnobirthing.
Upaya promotif dalam pelayanan kesehatan perempuan dan kb
Upaya promotif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi.
Sedangkan upaya promotif adalah suatu kegiatan pencegahan suatu masalah
kesehatan/penyakit dan gangguan kesehatan. Pelayanan promotif dan preventif
merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih diutamakan diperhatikan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat kearah yang lebih baik (uu no
36/2009).
Upaya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak ini sangat berkaitan
dengan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi
yang masih cukup tinggi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menurunkan kematian ibu, BBL, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan
bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan
Buku KIA, program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K),
46

penyediaan fasilitas kesehatan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar


(PONED) di puskesmas perawatan, pelayanan obstetri neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) di rumah sakit.
a. Penempatan Bidan di Desa
Tujuan penempatan bidan desa secara umum adalah meningkatkan
mutu dan pemerataan pelayanan dalam rangka menurunkan AKI, anak balita, dan
menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
berprilaku hidup sehat. Penempatan bidan di desa memberikan harapan baru
untuk berangsur-angsur menggantikan peran dukun beranak.
b. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat Pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)
merupakan sebuah buku yang dirancang oleh Depkes RI sebagai media pencatatan
dan pendidikan kesehatan ibu, buku ini sangat banyak membantu para ibu dan
juga mengingat hal-hal penting apa saja yang perlu dipersiapkan sejak hamil,
melahirkan dan merawat bayi. Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil,
bersalin, dan nifas) dan anak (BBL, bayi, dan anak balita) serta berbagai informasi
cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
c. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam
rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi
ibu hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pasca persalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan BBL.
d. Penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) di Puskesmas
PONED adalah puskesmas yang memiliki fasilitas dan kemampuan
memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal selama 24 jam.
e. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah
Sakit.
47

PONEK adalah Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi


Komprehensif di Rumah Sakit, meliputi kemampuan untuk melakukan tindakan
seksio sesaria, histerektomi, reparasi ruptura uteri, cedera kandung/saluran kemih,
perawatan intensif ibu dan neonatal, transfusi darah.

Anda mungkin juga menyukai