disusun untuk memenuhi salah satu tugas kegiatan praktik klinik kebidanan II daring
(PKK II)
diampu oleh
disusun oleh :
TASIKMALAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penyusun panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan BBL fisiologis.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dalam Praktik Klinik Kebidanan
II(PKK II).
Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh karena
itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman.
COVER
BAB I PENDAHULUAN
A. Asuhan Persalinan.............................................................................................................4
B. Konsep Dasar Askeb..........................................................................................................17
C. Asuhan Bayi Baru Lahir....................................................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Persalinan.............................................................................................................28
B. Asuhan BBL......................................................................................................................37
BAB IVPEMBAHASAN
A. Persalinan.......................................................................................................................... 41
B. BBL................................................................................................................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................................................ 102
B. Saran.................................................................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup
tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia
cukup banyak. Asuhan Persalinan Normal (APN) diperlukan dalam periode
ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2002).
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah. Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Sarwono P, 2003).
Menurut Sarwono, 2002 kehamilan melibatkan berbagai perubahan
fisiologi antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, respirasi,
sirkulasi, darah, metabolisme, traktus urinarus serta perubahan psikologis.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal namun kadang tidak
sesuai yang diharapkan. Sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah
selama kehamilannya. Oleh karena itu asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan
mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
Mortalitas dan mordibitas pada wanita bersalin adalah masalah besar
di negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ribu ibu per tahunnya meninggal
saat hamil atau bersalin (Saiffudin,dkk;2002).
1
2
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal masih
sangat tinggi. Menurut survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2005)
angka kematian kematian perinatal adalah 307 /10.000 kelahiran hidup.
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dasar adalah :
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dan BBL normal melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7
langkah Varney dan pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu inpartu.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada ibu inpartu.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada
ibu inpartu.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera
atau kolaborasi pada ibu inpartu.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu
inpartu.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Persalinan
1. Pengertian
a. Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama
proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan
ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
b. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, AB. 2002).
c. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, AB. 2002).
d. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan
cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, persentasi
belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi, dan panggul ibu,
serta dengan tenaga ibu sendiri. Pada persalinan normal dapat berubah
menjadi persalinan patologi apabila kesalahan dalam penilaian kondisi ibu
dan janin atau juga akibat kesalahan dalam memimpin proses persalinan
(Saifuddin, AB. 2002).
e. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya
bayi dan plasenta dari rahim ibu (Asuhan persalinan normal).
f. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri),
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain. (Muchtar,R.1998)
2. Etiologi
4
5
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap, pembukaan servik kurang dari 4
cm, biasanya berlangsung hingga 8 jam.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih), serviks
membuka dari 4 cm ke 10 cm, biasanya kecepatan 1 cm atau lebih
per jam hingga pembukaan lengkap ( 10 cm ) dan terjadi penurunan
bagian terbawah janin.
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan :
Penggunaan Partogra
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan . Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
7
Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap
pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan
dalam).
Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan
serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh
(setiap 4 jam), produksi urin , aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4
jam), makan dan minum.
- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
- Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat emmbuka.
- Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c. Kala III (Kala uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir demean
lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wiknjosastro,H. 2002). Dimulai
segera setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya placenta ( 30 menit).
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sepusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir
dan plasenta keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri
(dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)
membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Tanda – tanda pelepasan plasenta :
- Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah bayi lahir,
dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.
9
Primigravida Multigravida
Kala I 10 – 12 jam 6-8 jam
Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa 12-14 jam 8-10 jam
memasukkan
kala IV yang
bersifat
observasi)
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power : His dan tenaga mengejan.
b. Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
c. Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
10
2) Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor – factor
yng mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban, dorongan langsung
fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot – otot abdomen, ekstensi
badan janin.
3) Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga
lingkaran kepala menjadi mengecil suboksipito bregmatikus ( 9,5
cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian
menemui jalan lahir. Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan
dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah.
5) Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah
depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka
kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar
(hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut lahir ubun
– ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
8. Prosedur Diagnostik
Untuk menentukan persalinan sudah pada waktunya adalah : (Saifuddin, AB.
2002)
a. Tanyakan :
- Permulaan timbulnya kontraksi
13
dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Wiknjosastro,GH,dkk,
2007).
a. Kala I
1) Memberikan dorongan emosional
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi
ibu selama proses persalinan
5) Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan menjelaskan
prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi penolong persalinan
terhadap resiko infeksi.
A (alat)
K (Keluarga)
S (Surat)
O (Obat)
K (kendaraan)
U (Uang)
Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien, bila tidak ada kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera maka langkah IV ini tidak dilakukan.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas
angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
Mencegah Kehilangan Panas Ruang bersalin yang hangat :
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah
dengan handuk atau kain yang kering.
Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi
Inisiasi Menyusu Dini
Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir . Bayi
sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari
enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil
Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya
BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama demean ibunya. Ini
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga aga bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan
infeksi pada bayi.
b. Perawatan Tali Pusat
24
Prinsip terpenting perawatan tali pusat adalah tetap kering dan bersih dan
terkena oksigen (Prawirohardjo, 2013). Adapun cara melakukan perawatan
tali pusat menurut Kemenkes RI, 2013 adalah:
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu
dan keluarganya.
Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi
- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa
tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
- Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air
DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama demean
menggunakan kain bersih.
- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan.
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak
usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih),
memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi
(asah).
d. Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,
maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan. Perdarahan
25
kotoran atau sekret. Kulit kemerahan. Gerakan aktif. Suhu normal 36,5-
37,5 C. Bibir, gusi, langit-langit utuh . Perut bayi datar teraba lemas, tidak
ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat
atau kemerahan sekitar tali pusat. Tulang punggung tidak ada lubang dan
tidak ada benjolan. Ekstremitas jumlah jari-jari tangan dan kaki lengkap.
Terlihat lubang anus, biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah
lahir. Genetalia : bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna
putih atau kemerahan, labia mayor tertutup labia minor. Bayi laku-laki
testis sudah turun dan terdapat lubang uretra pada ujung penis (Kemenkes,
2013)
4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir meliputi
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit
b. Terlalu hangat (>38 0C) atau terlalu dingin (<36,5 0C)
c. Kulit bayi kering (terutama pada 24 jam pertama), biru, pucat, atau memar,
d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering mutah, dan mengantuk
berlebihan
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah
f. Terdapat tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau
busuk, keluar cairan, dan pernafasan sulit
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek cair
h. sering berwarna hijau tua dan terdapat lendir atau darah
i. Menggigil, rewel, lemas, kejang, tidak bisa tenang (Dewi, 2010).
5. Evidence Base
a. Pemakaian Gurita pada bayi
Bayi jangan dibedong ketat karena dapat membatasi gerak sehingga
aktivitas otot berkurang dan tidak menghasilkan panas dan dapat membuat
kedinginan. Pemakaian gurita tidak dianjurkan karena dapat menekan
lambung sehingga menyebabkan muntah dan membatasi pernafasan
(Kemenkes RI, 2013).
27
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. D UMUR 28 TAHUN
G2P1A0 USIA KEHAMILAN 39-40 MINGGU INPARTU KALA 1 FASE
LATEN FISIOLOGIS
I. Data subjektif
A. Identitas pasien
B. Keluhan utama
Ibu datang diantar keluarga ke BPM dengan keluhan mules-mules sejak pukul
14. 00 WIB dan keluar lendir bercampur darah. Ibu mengatakan tidak kesulitan
saat berkemih
C. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 07-02-2020
29
30
HPL : 14-11-2020
Tanda Bahaya : Tidak ada
Gerakan Janin : aktif, + 12 x dalam 24 jam
Kunjungan ANC selama hamil : 12 kali
Obat/ vitamin yang dikonsumsi: Fe
D. Riwayat Kehamilan Terdahulu
E. Riwayat Kesehatan
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,8 C
D. Pemeriksaan fisik
1. Wajah : tidak ada pembengkakan/ oedema
2. Mata : sklera tidak ikterik, conjungtiva tidak anemis
3. Leher dan rahang : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembuluh
limfe, tidak ada nyri telan
4. Payudara : simetris, puting susu menonjol, tidak ada retraksi atau
dimpling tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau massa,
pengeluaran kolostrum ada.
5. Abdomen
Kandung kemih : tidak penuh
TFU Mc donald : 33 cm
Lepold 1 : TFU 3 jari dibawah px, Teraba bulat, lunak, kurang
melenting (bokong)
Leopld 2 : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kanan perut ibu
(punggung), dan teraba bagian kecil di sebelah kiri perut ibu
(tangan dan kaki)
Leopold 3 : Teraba bulat, keras, melenting sempurna (kepala), kepala
sulit digerakan sudah masuk PAP
Leopold 4 : Divergen3/5
DJJ : 135x/ menit, teratur
His : 3 x 10I x 25II
TBBJ : (33-11) x 135 = 2.970 gram
(33-11) x 155 = 3.410gram
6. Pemeriksaan dalam
Vulva/ vagina : t.a.k
Portio : tebal lembek
Ketuban : (+) utuh
Pembukaan : 3
32
Penurunan : Hodge II
III. Analisa
G2P1A0 Usia Kehamilan 39-40 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten Fisiologis
IV. Penatalaksanaan
1. Melakukan infomed consent disetiap tidakan (ibu menyetujui)
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga (ibu dan
keluarga mengetahuai)
3. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum selama proses persalinan
(ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih dan tidak menahan
BAK (ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
5. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan kecil untuk mempercepat penurunan
kepala( ibu mengerti dan melakukan)
6. Observasi TTV, kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
O: KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Td : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/m
R : 21x/m
S : 36,7 celcius
Djj : 140x/m
Portio : lembek
Pembukaan : 7 cm
A : G2P1A0 Usia Kehamilan 39-40 Minggu Inpartu kala I fase Aktif Fisiologis
P:
Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga (ibu dan keluarga
mengerti dan memahami kondisinya)
Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri (ibu bersedia dan melakukan posisi
tidur miring kiri)
Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya (ibu bersedia dan
minum teh manis)
Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mules yang dirasakan adalah hal yag normal
akibat kepala janin yang semakin turun ( ibu mengerti)
Mengajarkan ibu dan membimbinng teknik relaksasi disela ada his untuk
mengurangi rasa nyeri
Mengajarkan ibu dan pendamping mengenai teknik relaksasi dan masase
punggung saat ada his, (Ibu paham dengan teknik yang diajarkan)
Mengobservasi TTV, kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin menggunakan
partograf (terlampir)
O: KU : Baik
34
Kesadaran : Composmentis
Td : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/m
R : 21x/m
S : 36,6 celcius
Djj : 142x/m
Genitalia: vulva membuka, perineum menonjol, tekanan pada anus dan kepala
bayi sudah terlihat
Presentasi : kepala
Penurunan : Hodge IV
P:
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin (ibu memilih posisi setengah duduk)
Meminta keluarga untuk menemani dan memberi semangat kepada ibu (keluarga
mendampingi)
Membimbing ibu meneran yang benar pada saat ada his dan relaksasi bila blm
ada his dimulai pukul 21:05 (ibu mengerti dan melakukannya dengan benar)
Melakukan pertolongan persalinan demean teknik APN
Pukul 21:20 bayi lahir spontan langsung menangis kuat, warna kulit kemerahan,
tonus otot kuat jenis kelamin : Perempuan
KALA III
Td : 100/70 mmHg
Nadi : 83x/m
R : 20x/m
S : 36,6 celcius
TFU : sepusat
Kontraksi : (+)
perdarahan : + 300 ml
P:
Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu (ibu mengerti dengan kondisinya saat
ini)
36
KALA IV 21:30
Td : 100/70 mmHg
Nadi : 81x/m
R : 22x/m
S : 36,6 celcius
TFU : sepusat
Kontraksi : keras
37
P:
B. Asuhan BBL
I. Data Subyektif
a. Biodata Bayi
Nama : Bayi Ny. D
Umur : 1 Jam
Tanggal Lahir /Jam : 14 November 2020
Anak Ke : Dua
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak adaa keluhan pada bayinya
c. Riwayat penyakit
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit berat,menular pada saat hamil
atau sebelum hamil seperti (TBC, demam saat persalinan, KPD> 18 jam,
hepatitis B/C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat dan lain-lain).
d. Riwayat persalinan
Cara persalinan :normal (spontan)
Waktu persalinan : kala 1 : 7 jam 30 menit
kala 2 : 20 jam
kala 3: 5 menit
kala 4 : 2 jam
Tempat persalinan : BPM Bidan Hj. Neneng
Kondisi bayi saat lahir : Menangis spontan, tonus otot kuat, warna kulit
kemerahan
Warna air ketuban : jernih
Komplikasi persalinan : tidak ada
39
e. Pola eliminasi
BAK : bayi sudah BAK
BAB : Bayi sudah BAB (mekonium)
f. Nutrisi
Bayi sudah mulai menyusu, ASI ibu keluar masih sedikit, reflek hisap bayi
kuat.
II. Data Objektif
Tonus otot : kuat
Aktifitas : bergerak aktif
Warna kulit : kemerahan masih terdapat verniks
a. Tanda-tanda vital
Respirasi : 45x/m
Denyut jantung :135x/m
Suhu : 36,9 0 C
b. Antropometri
BB : 3300 gram
PB : 51 cm
LK : 33 cm
LD : 34 cm
c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk simetris, UUB membuka dan berdenyut, tidak terdapat caput
sucsedanum dan tidak ada cephal hematom
2. Telinga
Letak simetris kanan dan kiri, bentuk sesuai, respon bayi terhadap
suara bagus
3. Mata
Simetris kanan dan kiri, pupil mata bereaksi dengan baik,seklera tidak
ikterik dan tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Hidung
40
A. Persalinan
KALA I (Fase Laten)
I. Data Subjektif
1 I. Identitas Pasien Usia 20-35 tahun merupakan usia yang Ny. D berusia 28
Nama : Ny. D dianggap aman untuk menjalani tahun yang
Umur : 28 tahun kehamilan dan persalinan. Karena pada merupakan usia
Pendidikan : SMP usia <20 tahun kondisi fisik terutama aman untuk
Pekerjaan : IRT organ reproduksi dan psikologis belum menjalani
Agama : Islam 100% siap menjalani kehamilan dan kehamilan dan
Alamat : Kp. Buniasih persalinan. Sedangkan kehamilan usia persalinan
Goldar :B 35 tahun merupakan keadaan yang
dikategorikan dalam resiko tinggi
terhadap kelainan bawaan serta adanya
penyulit selama masa kehamilan dan
persalinan (sulistyawati, 2011)
42
43
Tanda Bahaya : Tidak ada Gejala dan tanda bahaya kehamilan Ibu tidak pernah
menurut Prawirohardjo (2014) sebagai mengalami tanda
berikut : perdarahan, preeklamsia, nyeri bahaya pada
hebat di daerah abdominopelvikum, kehamilan dan
muntah yang berlebihan yang persalinan
berlangsung selama kehamilan, disuria,
menggigil atau demam, ketuban pecah
dini atau sebelum waktunya, uterus
lebih besar atau lebih kecil dari usia
44
Kunjungan ANC selama hamil 8 kali kunjungan antenatal care Ibu sudah
: 12 kali ditetapkan berdasarkan riset dan memenuhi
meliputi kontak pertama dengan standar minimal
petugas kesehatan pada umur kunjungan ANC
kehamilan ± 12 minggu, kedua menurut WHO
pada umur kehamilan ± 20 minggu,
kontak ketiga pada umur kehamilan
± 26 minggu, kontak ke empat
umur kehamilan ± 30 minggu,
kontak ke lima umur kehamilan ±
34 minggu, kontak ke enam umur
kehamilan ± 36 minggu, kontak ke
tujuh umur kehamilan ± 38 minggu
dan kontak ke delapan pada umur
kehamilan 40 minggu (WHO,
2016).
Menurut standar pelayanan
kebidanan, jadwal kunjungan ANC,
adalah sebagai berikut; satu kali
setiap bulan pada trimester I, satu
kali setiap 2 minggu pada trimester
II, dan satu kali setiap minggu pada
triemester 3. (Tyastuti, Siti. 2016)
Obat/ vitamin yang dikonsumsi Fe, dibutuhkan untuk pembentukan Hb, Ibu rutin
: fe terutama hemodilusi. Pemasukan harus mengonsumsi fe
adekuat selama hamil untuk mencegah
anemia. Wanita hamil memerlukan 800
atau 30-50 gram/hari. Anjuran
46
Kekhawatiran khusus : tidak ada Pada trimester III calon ibu akan Ibu tidak
semakin peka perasaannya, tingkat mengalami
kecemasan ibu akan semakin kekhawatiran
meningkat. Seorang ibu akan sering khusus yang
mngelus-elus perutnya untuk mengganggu
menunjukkan perlindungannya kepada psikologisnya.
janin. Ibu akan sering membayangkan
kejadian negatif saat melahirkan kelak
seperti kelainan letak bayi, tidak dapat
melahirkan, atau bahkan janin lahir
dengan kecacatan. (
Ibu mengatakan tidak mempunyai juga guna untuk gunakan sebagai memiliki riwayat
riwayat penyakit jantung, penandaan (warning) akan adnya penyakit apa pun
hipertensi, diabetes, malaria, penyulit masa hamil. Adanya
penyakit kelamin HIV/AIDS, perubahan fisik dan fisiologis pada
penyakit ginjal, dan masalah masa hamil yang melibatkan seluruh
lainnya sistem dalam tubuh akan
mempengaruhi organ yang mengalami
gangguan. Beberapa data penting
tentang riwayat kesehatan pasien yang
perlu kita ketahui adalah apakah pasien
pernah atau sedang menderita penyakit
seperti penyakit jantung, diabetes
mellitus (DM), ginjal hipertensi
(hipotensi) (Sulistyawati, 2009)
Pertengahan 16 minggu
antara simfisis
pubis dan
umbilicus
prosesus
xifoideus (3 jari
di atas umbilicus)
DJJ : 135x/ menit, teratur Janin sehat jumlah detak jantungnya Djj dalam batas
sekitar 120-140 x/menit. normal yaitu
Diatas 160 x/menit menunjukkan 135x/menit
takikardia, permulaan asfiksia (normal)
Tidak teratur tetapi jumlah sama,
menunjukkan gangguan
keseimbangan asam basa atau
kurang O2
Kurang dari 100 x/menit
menunjukkan asfiksia berat
28 minggu 26,5 cm
30 minggu 29,5-30 cm
32 minggu 29,5 – 30 cm
34 minggu 31 cm
36 minggu 32 cm
38 minggu 33 cm
40 minggu 37,7 cm
TBBJ : (33-11) x 135 = 2.970 gram Taksiran berat janin menggunakan Taksiran berat
(33-11) x 155 = 3.410gram rumus johnson-toshach dihitung dengan badan janin yaitu
(TBB_J) = (TFU – n) x 155, dimana n 2.970 gram-
adalah penurunan bagian bawah janin, 3.410 gram
n=11 bila kepala janin sudah melewati dihitung sesuai
spina iskiadika (bidang hodge III), n = demean ukuran
12 bila kepala janin sudah memasuki TFU
pintu atas panggul, n=13 bila kepala
janin belum melewati pintu atas
panggul
dipisahkan (JNPK-KR,2008).
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi
yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara
bertahap, pembukaan servik
kurang dari 4 cm, biasanya
berlangsung hingga 8 jam.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat jika
terjadi tiga kali atau lebih),
serviks membuka dari 4 cm ke 10
56
4. Menganjurkan ibu untuk Kandung kencing harus dikosongkan Ibu mengerti dan
mengosongkan kandung setiap 2 jam selama proses persalinan. tidak menahan
kemih dan tidak menahan Demikian pula dengan jumlah dan BAK
BAK (ibu mengerti dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila
57
5. Mengajari ibu teknik Teknik Pernafasan adalah salah satu Ibu menarik
relaksasi dengan cara keterampilan yang paling bermanfaat nafas panjang
mengambil nafas panjang untuk mengatasi rasa nyeri persalinan. saat ada his
apabila ada his (ibu mengerti Keterampilan relaksasi pernafasan
dan melakukannya) untuk mengatasi rasa nyeri ini dapat
digunakan selama persalinan agar dapat
mengatasi persalinan dengan baik
berarti tidak kewalahan atau panik saat
menghadapi rangkaian kontraksi
(Maryunani, 2010). Relaksasi
pernafasan selama proses persalinan
dapat mempertahankan komponen
58
6. Observasi TTV, kemajuan Pemeriksaan tanda vital ibu, yaitu Hasil tercatat
persalinan dan kesejahteraan tekanan darah setiap 4 jam serta dalam lembar
janin pemeriksaan kecepatan nadi dan suhu observasi
setiap 1 jam.Pemeriksaan kontraksi
uterus setiap 30 menit. Pemeriksaan
denyut jantung janin setiap 1 jam,
pemeriksaan denyut jantung bayi yang
dipengaruhi kontraksi uterus dapat
dilakukan dengan prosedur
cardiotocography (CTG)
Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4
jam untuk menilai dilatasi serviks,
penurunan kepala janin, dan warna
cairan amnion [1-3,11]
59
I. Data Subjektif
1 ibu mengatakan mules semakin sering Seperti halnya dengan kandung Dari data yang
dan kuat
kencing dan lambung bila dindingnya sudah di
teregang oleh karena isinya bertambah kumpulkan dapat
maka timbul kontraksi untuk disimpulkan
mengeluarkan isinya. Demikian pula dalam kategori
dengan Rahim, maka dengan majunya normal/fisiologis.
kehamilan makin teregang otototot
Rahim makin rentan.
Keadaan umum : baik Kesadaran dinilai baik jika dapat Keadaan umum
Kesadaran : composmenti menjawab semua pertanyaan (penderita ibu baik,
sadar akan menunjukkan tidak ada kesadaran
kelainan psikologis). (Bobak, composmentis
2005:161)
DJJ: 140 x/menit, teratur Janin sehat jumlah detak jantungnya Djj bayi dalam
sekitar 120-140 x/menit. batas normal
yaitu 140 x/menit
60
His : 4 x 10I x 40II Menurut Manuaba (2010) Gejala His ibu semakin
utama dari kala II :1)His semakin kuat
kuat, dengan interval 2 sampai 3
menit dengan durasi 50 sampai 100
detik.
III. Analisa
IV. Penatalaksanaan
2 Menganjurkan ibu untuk posisi Posisi berbaring miring kekiri dapat Ibu bersedia dan
jongkok atau tidur miring kiri (ibu mengurangi penekanan pada vena cava berbaring posisi
bersedia dan melakukan posisi tidur inferior sehingga dapat mengurangi miring kiri
miring kiri) kemungkinan terjadinya hipoksia
karena suplay oksigen tidak terganggu
dapat memberi suasana rileks bagi ibu
yang mengalami kecapekan dan dapat
pencegahan terjadinya laserasi/robekan
jalan lahir. (Sumarah, dkk, 2009).
Pada saat menolong persalinan
terutama pada kala II persalinan ibu
dianjurkan untuk mencoba posisi –
posisi yang nyaman selama persalinan
dan melahirkan bayi dengan
keuntungan memudahkan bidan dalam
menolong persalinan dan persalinan
berlangsung lebih nyaman (Saifudin,
2006). Mengubah-ubah posisi secara
teratur selama kala II dapat membantu
kemajuan persalinan (JNPK-KR,
2008).
Posisi setengah duduk mempunyai
kelebihan yaitu alur jalan lahir yang
perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih
pendek dan gaya gravitasi bumi untuk
menurunkan janin ke rongga panggul.
Sedangkan posisi miring kiri
mempunyai keuntungan memberikan
rasa santai pada ibu untuk
mengeluarkan bayinya. Posisi miring
64
3 Menganjurkan ibu untuk tetap Pemberian nutrisi yang tidak adekuat Ibu minum teh
memenuhi kebituhan nutrisinya (ibu dan tidak tepat dapat menyebabkan manis + 100 cc
bersedia dan minum teh manis) persalinan berjalan dengan lambat. Hal
ini diakibatkan karena otot-otot Rahim
memerlukan bahan bakar untuk
melakukan kontraksi dan berdilatasi
secara optimum. Nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan
perpanjangan masa persalinan yang
akan berdampak pada outcome
persalinan (baik ibu maupun keadaan
bayi saat dilahirkan) (khakbazan, 2012)
KALA II
I. Data Subjektif
1 Ibu mengatakan mules semakin kuat Mengamati tanda dan gejala persalinan Dari data yang
dan ingin mengeran kala dua : sudah di
a) Ibu mempunyai keinginan untuk kumpulkan dapat
meneran disimpulkan
b) Ibu merasakan tekanan yang dalam kategori
semakin meningkat pada rektum dan normal/fisiologis.
atau vaginanya
c) Perenium menonjol
d) Vulva dan sfingter anal membuka
Keadaan umum : baik Kesadaran dinilai baik jika dapat Dari data yang
Kesadaran : menjawab semua pertanyaan (penderita sudah di
composmentis sadar akan menunjukkan tidak ada kumpulkan dapat
kelainan psikologis). (Bobak, disimpulkan
2005:161) dalam kategori
normal/fisiologis.
TTV : TD : 110/70 mmHg Tekanan darah dikatakan tinggi bila Tanda- tanda
N : 81 x/menit lebih dari 140/90 mmHg. vital ibu normal
S : 36,6C Denyut nadi normal 60-80 x/menit.
R : 21 x/menit Pernapasan normal 16-24 x/menit
Suhu tubuh normal 36,5 – 37,5oC
66
DJJ : 142 x/menit Janin sehat jumlah detak jantungnya 142 x/menit
sekitar 120-140 x/menit. (normal)
Diatas 160 x/menit menunjukkan
takikardia, permulaan asfiksia
Tidak teratur tetapi jumlah sama,
menunjukkan gangguan
keseimbangan asam basa atau
kurang O2
Kurang dari 100 x/menit
menunjukkan asfiksia berat
(Bobak, 2005: 170)
His : 5 x 10I x 45II Menurut Manuaba (2010) Gejala utama His Sudah
dari kala II :1)His semakin kuat, adekuat
dengan interval 2 sampai 3 menit
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
III. Analisa
G2P1A0 UK 39-40 Minggu Inpartu G1 didapatkan dari anamanesa bahwa Dari data yang
Kala II Fisiologis ini adalah anak pertama. P0 belum sudah di
pernah melahirkan. A0 tidak pernah kumpulkan dapat
keguguran. Usia kehamilan 38-39 disimpulkan
minggu dihitung dari tanggal dalam kategori
pemeriksaan dikurangi HPHT. Kala 2 normal/fisiologis.
proses pengeluaran bayi
IV. Penatalaksanaan
68
KALA III
I. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih mules dan Menilai ulang uterus dan memastikan
lelah sehabis melahirkan kontraksi dengan baik.
Keadaan umum : sakit sedang Kesadaran dinilai baik jika dapat Keadaan umum
Kesadaran : menjawab semua pertanyaan (penderita ibu sakit sedang,
composmentis sadar akan menunjukkan tidak ada kesadaran
kelainan psikologis). (Bobak, composmentis
2005:161)
Kandung kemih : tidak penuh Kandung kencing, jika kandung Dari data yang
TFU : sepusat
kencing penuh dengan air seni, uterus sudah di
Kontraksi : (+)
tidak dapat berkontraksi dengan baik. kumpulkan dapat
perdarahan : + 300 ml
disimpulkan
dalam kategori
normal/fisiologis.
III. Analisa
P2A0 Inpartu Kala 3 fisiologis P2 partus kedua A0 tidak pernah Dari data yang
72
IV. Penatalaksanaan
2 Mengeringkan tubuh bayi (tubuh bayi Bayi baru lahir yang tidak menunjukan tubuh bayi kering
kering kecuali telapak tangan) tanda asfiksia/ bayi baru lahir normal kecuali telapak
sesegera mungkin dikeringkan setelah tangan
dilahirkan dengan menggunakan
handuk atau kain kering dan bersih.
Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian kering yang baru.
(Kemenkes RI)
3 Memotong tali pusat (tali pusat sudah World Health Organization Tali pusat
terpotong) (WHO)sendiri kini mengeluarkan dipotong sesaat
pedoman terkait penjepitan dan setelah bayi lahir
pemotongan tali pusat bayi baru lahir.
Penundaan penjepitan tali pusat lebih
dari 1 menit direkomendasikan untuk
meningkatkan kesehatan dan nutrisi
bayi. Kontroversi mengenai batas
waktu penjepitan dan pemotongan tali
pusat masih beragam. Ada yang
menyatakan setelah 1 menit, 3-4
menit, atau setelah pulsasi berhenti.
73
3 Melakukan suntik oksitosin (oksitosin Manajemen aktif kala III meliputi Oksitosin telah
telah disuntikkan di 1/3 bagian distal pemberian oksitosin dengan segera, disuntikkan di
lateral) pengendalian tarikan pada tali pusat, 1/3 paha bagian
dan pemijatan uterus segera setelah distal lateral
plasenta lahir. Jika menggunakan secara IM
manajemen aktif dan plasenta belum
lahir juga dalam waktu 30 menit,
periksa kandung kemih dan lakukan
kateterisasi, periksa adanya tanda
pelepasan plasenta, berikan oksitosin
10 unit (intramuskular) dosis ketiga,
dan periksa si ibu dengan seksama dan
jahit semua robekan pada serviks dan
vagina kemudian perbaiki episiotomi
(Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008)
4 Melakukan PTT dengan menahan Menurut Depkes RI (2 002), tanda- Tali pusat
uterus ke arah dorso kranial (tali tanda lepasnya plasenta mencakup bertambah
pusat bertambah panjang) beberapa atau semua ha l dibawah ini:
75
5 Melahirkan plasenta (pukul 21.25 Setelah bayi lahir kontraksi rahim kala III yang
WIB plasenta lahir lengkap) istirahat sebentar. Uterus terab a kera s dialami ibu “D”
dengan fundus uterus setinggi pusat, lamanya 5
dan berisi plasenta yang menjadi tebal menit,kala III
2 kali sebelumnya. Beberapa saat sesuai dengan
kemudian timbul his pelepasan dan teori
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 me
nit plasenta terlepas, terdorong ke
dalam vagina akan lahi r spontan atau
sedikit dorongan dari atas simf isis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5 -30 menit setelah bayi la
hir. Pengeluaran plasenta diserta i pe
76
KALA IV
V. Data Objektif
Keadaan Umum : baik Kesadaran dinilai baik jika dapat Keadaan umum
Kesadaran : menjawab semua pertanyaan (penderita ibu baik,
composmentis sadar akan menunjukkan tidak ada kesadaran
kelainan psikologis). (Bobak, composmentis
2005:161)
TTV : TD : 100/70 Tekanan darah dikatakan tinggi bila Tanda tanda vital
mmHg lebih dari 140/90 mmHg. ibu normal
N : 80 x/menit Denyut nadi normal 60-80 x/menit.
79
Kandung kemih : Tidak Penuh Karena terjadi perubahan fisiologis, Dari data yang
TFU : sepusat pemantauan dan penanganan yang sudah di
Kontraksi : keras dilakukan oleh tenaga medis adalah: kumpulkan dapat
perdarahan : + 300 ml, 1) Vital sign, tekanan darah < 90/60 disimpulkan
tampak perdarahan dari mmHg, jika denyut nadinya normal, dalam kategori
comisura post, mukosa tekanan darah yang rendah seperti ini normal/fisiologis.
vagina, otot, kulit perineum tidak akan menjadi masalah.
2) Suhu, suhu tubuh yang normal
adalah < 380C.
3) Tonus uterus dan ukuran tinggi
uterus, kontraksi tidak baik maka
uterus teraba lembek, TFU normal,
sejajar dengan pusat atau dibawah
pusat. Uterus lembek (lakukan masase
uterus, bila perlu berikan injeksi
oksitosin atau methergin).
4) Perdarahan, perdarahan normal
selama 6 jam pertama yaitu satu
pembalut atau seperti darah haid yang
banyak. Jika lebih dari normal
identifikasi penyebab (dari jalan lahir,
kontraksi atau kandung kencing).
5) Kandung kencing, jika kandung
kencing penuh dengan air seni, uterus
tidak dapat berkontraksi dengan baik.
VI. Analisa
VII. Penatalaksanaan
2 Menganjurkan ibu untuk mobilisasi Pada masa nifas atau sehabis bersalin Ibu bersedia dan
81
dini seperti miring kiri dan kanan, ibu merasa lelah, harus istirahat dengan sudah bisa
duduk di tempat tidur, berdiri dan tidur terlentang untuk beberapa jam, melakukan
berjalan (ibu mengerti dan sudah bisa kemudian baru boleh miring kanan dan miring kiri
miring kiri miring kanan) kiri untuk mencegah thrombosis dan miring kanan
tromboemboli ( Indriyani, 2013).
Untuk mencegah ini ibu post partum
harus melakukan mobilisasi dini
(Wulandari,2011). Ibu nifas akan lebih
sehat dan kuat dengan mobilisasi dini,
karena otot-otot panggul dan perut
akan kembali normal sehingga menjadi
kuat dan mengurangi rasa sakit, fungsi
usus dan kandung kencing lebih baik
dan mempercepat organ-organ tubuh
kembali seperti semua dan
memperlancar sirkulasi darah menjadi
normal. Mobilisasi dini adalah
kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari
tempat tidurnya dan membimbing
selekas mungkin berjalan.
(Sarwono,2006). Beberapa jam setelah
melahirkan ibu post partum segera
bangun dari tempat tidur dan bergerak
agar lebih kuat dan lebih baik, yaitu
pada 1 atau 2 jam setelah persalinan.
(Anggraeni, 2010). Menurut Hamilton
(2008) ibu yang melahirkan secara
normal bisa melakukan mobilisasi 6
jam setelah bersalin dan 8 jam setelah
82
3 Mengajari ibu dan keluarga cara Evaluasi kontraksi uterus dimulai sejak (ibu dan keluarga
masase uterus dan mengecek plasenta lahir. Tanda-tanda bahwa mengerti dan
kontraksi uterus (ibu dan keluarga kontraksi uterus dalam keadaan baik bersedia
mengerti dan bersedia melakukannya) adalah konsistensi keras, bila lunak melakukannya)
harus dilakukan masase uterus.
Mempertahankan kontraktilitas dapat
dilakukan dengan segera menyusui
bayi (merangsang putting susu) atau
dengan memberikan uterotonika
(Yanti, 2010, hlm.213
4 Menganjurkan ibu untuk makan dan Makan dan Minum setelah melewati
minum (ibu bersedia melakukannya) persalinan Sanger dianjurkan agar ibu
tidak mengalami kelelahan agar asupan
nutrisinya terpenuhi
5 Observasi TTV, TFU, kontraksi Periksa tekanan darah, nadi, kandung Hasil observasi
uterus, kandung kemih, perdarahan kemih dan perdarahan setiap 15 menit terlampir dalam
setiap 15 menit pada 1 jam pertama pada jam pertama dan setiap 30 menit partograf
dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua selama jam kedua. Selain itu perawat
(hasil terlampir pada partograf) juga menganjurkan untuk minum agar
mencegah dehidrasi. Higene juga perlu
diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi
berada pada ibu untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayi. Sebagai
permulaan dengan menyusui bayi
karena menyusui dapat membantu
uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan
A. Alimul H, 2008)
83
Tinjauan Teori/
No Tinjauan Kasus (SOAP) Kesimpulan
Pembahasan/ Referensi
I. Data Subjektif
1 Biodata Bayi Bayi baru lahir (BBL) normal Bayi Ny. D lahir
Nama :Bayi Ny. D adalah bayi yang lahir dari pada usia
bayi.Komplikasi ini
sebetulnya dapat dicegah dan
ditangani, namun terkendala
oleh akses ke pelayanan
kesehatan, kemampuan
tenaga cakupan
targetkesehatan, keadaan
sosial ekonomi, sistem
rujukan yang belum berjalan
dengan baik,terlambatnya
deteksi dini, dan kesadaran
orang tua untuk mencari
pertolongan
kesehatan(Kemenkes RI,
2016 : 129).
2014).
III. Data Objektif Pada tahun 1961, Dr. Joseph Skor terbaik
Postur tubuh :proposional Butterfield memperkenalkan
adalah 10,
Tonus otot : kuat mnemonic dari APGAR untuk
Aktifitas :bergerak aktif memudahkan mengingat namun skor 8,9
Warna kulit :kemerahan komponen skor APGAR.
dan 10 adalah
Komponen dari skor APGAR
adalah: normal dan bayi
90
dapat dikatakan
A = Appearance sehat
(warna kulit)
P = Pulse (denyut Skor bayi semua
jantung) 2 jadi
G = Grimace (refleks)
A = Activity (tonus disimpukan
otot) skornya 10 bayi
R = Respiration
(pernapasan) ny. D dalam
keadaan normal
Skor APGAR dihitung pada
menit ke-1 dan ke-5 untuk dan sehat
semua bayi, kemudian
dilanjutkan setiap 5 menit
sampai menit ke-20 untuk
bayi dengan skor APGAR
kurang dari 7. Skor APGAR
menghitung kuantitas dari
tanda-tanda klinis depresi
neonatal seperti sianosis atau
muka pucat, bradikardia,
depresi refleks terhadap
stimulus taktil, hipotonus, dan
apnea atau respirasi yang
terganggu.[3]
jari kanan dan kiri lengkap, tidak dengan rangsangan tektil pada
ada kelemahan,kelumpuhan dan
pipi dan daerah mulut Sudah
kelainan
Punggung : Tidak ada spina bifida, terbentuk dengan baik. 14.
tidak ada pembengkakan, lekukan Eliminasi baik: urine dan
atau ke abnormalitas tulang
belakang mekonium akan keluar dalam
Anus : Lubang anus adaa dan 24 jam pertama, mekonium
sudah berfungsi dengan baik
berwarna hitam kecoklatan
(Saleha, 2012)
II. ANALISA Bayi baru lahir (BBL) normal Bayi Ny. D adalah
Bayi ny. D BBL 1 jam Fisiologis adalah bayi yang lahir dari bayi baru lahir
III. PENATALAKSANAAN
2 Menganjurkan ibu untuk menyusui Rata-rata, bayi baru lahir (ibu mengerti
bayinya setiap 2 jam sekali atau kapan menyusu sekitar 8-12 kali per daan bersedia
melakukannya)
pun bayi mau hari selama bulan pertama
93
4 Memberitahu ibu untuk segera merujuk Usahakan bayi tetap hangat (ibu mengerti)
bayi ke pasilitas kesehatan apabila selama dalam perjalanan ke
mengalami salah satu tanda bahaya tempat pemeriksaan dengan
cara:
-Membungkus atau
menyelimuti bayi dengan kain
kering, hangat dan tebal.
5 Memberikan KIE cara menjaga Upaya yang dapat dilakukan (ibu memahami)
kehangatan pada bayi untuk mencegah kehilangan
panas dari tubuh bayi adalah:
1. Keringkan bayi secara
seksama Pastikan tubuh bayi
dikeringkan segera setelah
bayi lahir untuk mencegah
kehilangan panas secara
evaporasi.Selain untuk
menjaga kehangatan tubuh
bayi, mengeringkan dengan
menyeka tubuh bayi juga
merupakan rangsangan taktil
yang dapat merangsang
pernafasan bayi. 2. Selimuti
bayi dengan selimut atau kain
bersih, kering dan hangat
Bayi yang di selimuti kain
yang sudah basah dapat
terjadi kehilangan panas
secara konduksi.Untuk itu
setelah mengeringkan tubuh
23 bayi, ganti kain tersebut
dengan selimut atau kain
yang bersih, kering dan
hangat. 3. Tutup bagian
kepala bayi Bagian kepala
97
7 Memberitahu ibu pentingnya imunisasi Imunisasi adalah suatu cara Ibu mengerti dan
dan jadwal imunisasi berikutnya untuk meningkatkan memahami
kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terkena
antigen yang serupa, tidak
terjadi penyakit
(Ranuh,2008,p.10). Imunisasi
merupakan suatu program
yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah
agar merangsang antibodi
keluar sehingga tubuh dapat
resisten terhadap penyakit
tertentu. Sistem imun tubuh
mempunyai suatu sistem
memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh,
maka akan dibentuk antibodi
untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori
akan menyimpannya sebagai
suatu pengalaman. Jika
nantinya tubuh terpapar dua
102
2010).
BAB III
SIMPULAN dan SARAN
A. SIMPULAN
Hasil pengkajian yang dilakukan dalam kasus ini simpulannya yaitu
semua asuhan persalinan dan BBL sudah sesuai dengan teori yang ada. Proses
pembelajaran, dan masukan dari pembimbing yang telah dilakukan sehingga
dapat terselesaikannya penulisan laporan ini, maka penulis sudah dapat
memahami tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan BBL normal.
Pada setiap kasus ibu bersalin dan BBL baik fisologis maupun patologis,
pemeriksaan penunjang selama kehamilan sangat penting untuk dilakukan
agar memperoleh gambaran lebih jelas terkait dengan kondisi janin, plasenta
dan jumlah air ketuban. Sehingga dalam memberikan asuhan, pengambilan
keputusan yang tepat dapat dilakukan.
B. SARAN
1. Bagi Klien
Menambah pengetahuan pasien tentang pentingnya pemantauan pada saat
hamil dengan melakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan terutama bidan.
2. Bagi Lahan Praktik
Untuk selalu memperthankan dan memberikan pelayanan berkualitas dan
sesuai standar serta dalam memberikan pelayanan kebidanan agar tercapainya
pembangunan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
3. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
Persalinan dan BBL dengan menggunakan dokumentasi SOAP dan partograf
mulai dari pengkajian sampai evaluasi, secara sistematis dan benar sesuai
data-data yang di dapatkan di lahan praktek.
104
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawihardjo. 2007. Ilmu Kebidanan. 2 ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2010. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
105
LAMPIRAN
106
107