Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologi yang normal yang mana kelahiran
seorang bayi merupakan peristiwa sosial yang dinantikan ibu dan keluarga selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya, sedangkan peran
petugas kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi
selama persalinan, disamping juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan
pada ibu bersalin

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks , dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin..

Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam
proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan
bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi
rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan
cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini populer adalah
persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai water birth.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa Pengertian Water Birth?


B. Bagaimana Metode Water Birth?
C. Apa Saja Keuntungan dari Water Birth?
D. Apa Saja Kerugian dari Water Birth?
E. Apa Patofisiologis dari Water Birth?
F. Apa Indikasi dan Kontra Indikasi dari Water Birth?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui Pengertian Water Birth?


B. Untuk mengetahui Metode Water Birth?
C. Untuk mengetahui Keuntungan dari Water Birth?
D. Untuk mengetahui Keruguan dari Water Birth?
E. Untuk mengetahui Patofisiologis dari Water Birth?
F. Untuk mengetahui indikasi dan kontra Indikasi dari Water Birth?

 
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Water Birth

Water Birth merupakan salah satu metode alternative persalinan pervaginam, dimana ibu hamil
aterm tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam di air hangat ( yang dilakukan pada
bathtub atau kolam ) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan member rasa nyaman.

2.2 Metode Water Birth

Ada 2 metode water birth

1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai
proses melahirkan terjadi.

2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses
melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.

2.3 Keuntungan Water Birth

Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan
metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan
penggunaan analgesic pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika
dibandingkan dengan persalinan lainnya.

A. Keuntungan Bagi Ibu

a) Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman

Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang membuat rileks dan
nyaman sehingga rasa sakit dan stress akan berkurang. Mengurangi rasa sakit adalah tujuan
utamanya, sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan
normal, proses dan prosedurnya sama hanya tempatnya yang berbeda. Pada Water Birth ibu
melahirkan bayinya dalam kolam dengan posisi bebas dan yang paling dirasakan nyaman oleh
ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain.

Adanya mitos yang menyebutkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya Water
Birth merupakan persalinan alamiah, dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi.
Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air,
berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air
sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di
banding persalinan konvensional. Ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan
dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar menunjukkan bahwa angka
penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Berendam dalam air akan
dapat mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk
relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman
dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri.

b) Mengurangi Tindakan Episiotomi

Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu kepala bayi crowning lambat akan
menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Selain
itu, trauma perineum yang terjadi tidak berat dengan dijumpai lebih banyak kejadian intak
perineum. Masih terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk
mengalami robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi
jika diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat kurang mengalami
robekan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan jaringan di
sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomy, penolong justru lebih mudah menjangkau
bagian perineum ibu untuk melakukan message atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak
diperlukan dan jika penolong menganggap selama proses persalinan terdapat keadaan emergensi
penolong akan membatalkan pelaksana metode ini.

c) Pemendekan Persalinan Kala I

Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat mempercepat proses persalinan yang
dihubungkan secara signifikan dengan persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam
hal ini ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks, nyaman,
menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi lainnya, member
perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan penggunaan
episiotomy, mengurangi kejadian seksio sesaria, memudahkan persalinan.

d) Menurunkan Tekanan Darah

Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology Association of North
America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah
berendam dalam air hangat selama 10-15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.

B. Keuntungan Bagi Bayi

Persalinan sendiri dapat mejadi masalah, mungkin juga mengganggu dan merupakan pengalaman
bagi bayi. Water Birth memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir,
dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya
menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia luar.
Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman bagi ibu dan
bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat
melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air
dingin dan tempat bersalin umumnya.

Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, bayi tampak menajdi tenang. Bayi tidak
tenggelam jika dilahirkan di air, karena selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air
(amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula masalah
lilitan tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada deselerasi denyut jantung
bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali pusat di leher.
Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu
mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko
bayi keracunan air ketuban.

2.4 Kerugian Water Birth


Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:

1. Risiko Maternal

a. Infeksi

Menurut European Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water Birth
merupakan avaluable alternative persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna
Zanetti-Daellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian infeksi maternal maupun
neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus dalam hal APGAR Score, pH darah
dan keperluan perawatan intensif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Water Birth
menyebabkan risiko infeksi oleh karena berendam dalam air yang tidak steril dan ibu dapat
mengeluarkan kotoran saat mengedan dalam kolam air. Namun penelitian menunjukkan bahwa
traktus intestinal bayi mendapatkan keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita
sendiri tidak steril. Sekresi vagina blood slim, cairan amnion, dan feses ibu ketika bayi masuk ke
dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika ibu dalam keadaan persalinan kala aktif,
air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina,
namun tidak dapat masuk ke vagina bagian dalam, ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi
tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air. Salah satu cara yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan pompa pengatur agar air tetap bersikulasi
dengan filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak beresiko infeksi. Kolam yang sudah
disterilkan kemudian akan diisi air yang suhunya sekitar 32-370 disesuaikan dengan suhu tubuh.

b. Perdarahan Postpartum

Risiko perdarahan pada ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan. Walaupun comparative study
di Swiss menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian lain di Inggris tidak menemukan
adanya perbedaan yang bermakna antara metode Water Birth dengan metode persalinan lainnya.
Penyedia layanan Water Birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah perdarahan
post partum, sementara metode penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal ini
menyebabkan sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam
seperti di The University of Michigan Hospital.
c. Trauma Perineum

Penggunaan episiotomy pada Water Birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi perineum derajat
tingkat III dan IV dan 25,7%, pada land birth menunjukkan kejadian laserasi perineum derajat
tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih tinggi. A Cochrane review oleh
Cluett et all, membuktikan bahwa ada resiko terjadi trauma perineum pada persalinan dengan
Water Birth, namun tidak terdapat perbedaan yang bermkana pada luaran klinik dalam hal
trauma perineum. Pada penelitian tahun 1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal
Hospital of Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan pervaginam: water
birth, Maia-birthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomy 12,8% pada
water birth 27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth. Ini secara statistic sangat
bermakna. Disamping angka episiotomy bedbirth terjadi paling tinggu juga menunjukkan derajat
laserasi perineum III dan IV (4,1%).

2. Risiko Neonatal

Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan rupture tali pusat
disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air.

a. Terputusnya Tali Pusat

Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke
permukaan air tidak sedara “gentle”, jika tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan
yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan
adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah
masalah putusnya tali pusat. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu
cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang
melampaui panjang tali dibandingkan biasanya.

b. Takikardi

c. Infeksi
Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang dilahirkan
secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus diperhitungkan. Sejumlah kasus
yang mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai
infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan
laporan kasus yang dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm.
Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan pada swab
telinga dan umbilicus bayi yang lahir dengan water birth.

d. Hipoksia

Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi merespon
stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman
dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar
uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru. Garland (2000) tidak
merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air
disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu baby’s dive
reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi
menghirup air selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali pusat
4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson
(1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan hipotesa
bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke
bayi (vasokontriksi terjadi ketika kontak dengan udara)

e. Aspirasi Air dan Tenggelam

Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi air pada water birth sekitar 95%. Risiko masuknya air ke
dalam paru-paru bati dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang lahir sesegera mungkin ke
permukaan air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan kekurangan oksigen emboli air dan
perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah setelah persalinan dan juga risiko infeksi.

2.5 Patofisiologi

a. Pengurangan Rasa Nyeri


Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri ketika
persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang menjadi
lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin (stress
related hormone). Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada
abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah
lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik.
Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat member rasa lebih
rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh
karena itu kondisi ibu nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin
berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang
baik ini akan mempengaruhi oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap
lingkunagn di luar rahim dengan baik.

Air hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber penghilang
rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu
hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air. Berendam dalam air hangat dapat
merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk
redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin,
sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa yang
menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental selanjutnya
menyebabkan peningkatan pelepasan katekolamin, yang memungkinkan peningkatan perfusi,
relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase
persalinan.

b. Pengurangan Risiko Aspirasi

Ada beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama, terdapat
faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam kandungan
mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan menggerakkan otot-
otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur sejak usia kehamilan 10 minggu. Janin
menerima oksigen selama kehamilan melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat dipotong
atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir hingga 30 menit.
Kerja otot diaphragma dan intercostals menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ vital
termasuk otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil
biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level
prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas.
Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin
masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan
respon penghambatan pertama.

Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut
atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea
dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan
oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan
terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama persalinan, variabilitasnya akan
melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia,
sehingga penolong akan meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.

Faktor ketiga yang menghambat bayi dalam pernapasan ketika berada di dalam air adalah
perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu. Temperatur air kolam
serupa dengan cairan amnion yang dapat menjadi faktor penghambatan. Penelitian terbaru dan
observasi di Jerman, Jepang, dan Rusia member kesan bahwa temperatur rendah pada waktu
lahir berkontribusi pada vigorous baby. Cairan paru diproduksi dalam paru-paru dan secara
kimia menyerupai cairan lambung. Cairan ini akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin.
Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat
membedakan antara cairan amnion, air, susu, dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive
Reflex. Pada kondisi bayi normal (dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan),
kombinasi faktor-faktor tersebut mencegah bayi bernapas di dalam air sampai bayi berada di atas
permukaan air, dimana akan merangsang mammalian diving reflex yang berhubungan dengan
tekanan udara daerah nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah
dengan merubah sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung, membuat sirkulasi pulmonal,
merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan keluar yang akan mempersiapkan ruangan
paru-paru dan mengijinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Proses ini memerlukan
beberapa menit untuk memulai secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi masih menerima
oksigen dari tali pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan menghirup air selama proses
kelahiran karena factor pencetus untuk menghirup oksigen tidak aka nada sampai kepala bayi
kontak dengan udara.

c. Pemendekan Fase Persalinan

Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi, sehingga
menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk
berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika ditangani dengan
mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang memberi efek
melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan
bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal.

d. Pengurangan Perdarahan Postpartum

Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang paa water
birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada
persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman
pada persalinan dalam air.

2.6 Indikasi dan Kontraindikasi

a. Syarat-syarat

a) Ibu hamil risiko rendah

b) Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit

c) Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline, variabilitas dan ada
akselerasi)

d) Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks
mencapai 4-5 cm
e) Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat berendam jika
diperlukan

b. Kriteria / Indikasi

a) Merupakan pilihan ibu

b) Kehamilan normal ≥ 37 minggu

c) Fetus tunggal presentasi kepala

d) Tidak menggunakan obat-obat penenang

e) Ketuban pecah spontan < 24 jam

f) Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan

g) Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol,dll)

h) Denyut jantung normal

i) Cairan amnion jernih

j) Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin

c. Kontra Indikasi

a) Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah

b) Infeksi dan demam pada ibu

c) Herpes genitalis

d) HIV, Hepatitis

e) Denyut jantung abnormal


f) Perdarahan pervaginam berlebihan

2.7 Prosedur Persalinan

a. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode water
birth antara lain:

a) Termometer air

b) Termometer ibu

c) Doppler anti air

d) Sarung tangan

e) Apron

f) Jaring untuk mengangkat kotoran

g) Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set

h) Shower air hangat, portable/permanent pool

i) Handuk, selimut

j) Warmer dan peralatan resusitasi bayi

b. Selama Berlangsungnya Persalinan

1) Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan
kontraksi uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.

2) Volume air di dalam kolam berada di bawah pusar ibu, di isi air dengan suhu tubuh sekitar 37º
C (sesuai dengan suhu air ketuban dalam rahim)

3) Observasi dan monitoring antara lain:


a) Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I
aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakuakn sebelum, selama,
setelah kontraksi.

b) Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan
di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.

c) Status ketuban, jika terjadi rupture ketuban, periksa FHR dan periksa adanya prolaps tali
pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam.

d) Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika
ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi .

e) Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan
suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil
pasang infus ringer laktat (RL)

4) Manajemen Kala II

a) Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko


ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan
juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.

b) Persalinan, bila mungkin metode “hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.

c) Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan
melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak
semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan
dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.

d) Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mingkin dibawa kepermukaan.
Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannyamasih di dalam
air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan
merendamnya kembali.
5) Manajemen Kala III

a) Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam

b) Saat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan

c) Estimasikan perdarahan

d) Penjahitan perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi


air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum populer. Berbeda
dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk
melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu hamil yang akan
melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan lebih rileks dan dapat
mengurangi rasa sakit secara signifikan sampai sekitar 80%.
Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada keadaan
rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang dibentuk oleh tubuh sendiri )
untuk mngurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat impuls-impuls saraf
yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak begitu terasa berat.

3.2 Saran

A. Sebaiknya water birth in dilakukan hanya oleh wanita yang kehamilannya aterm.
B. Ibu harus senantiasa aktif dalam mencari informasi tentang water birth, sebagai alternatif
dalam persalinannya.
C. Ibu harus cepat-cepat keluar sari air apabila terdapat keterlambatan kemajuan persalinan
dan bila perlu dirujuk apabila membutuhkan bantuan yang segera
D. Sebaiknya seluruh bidan di Indonesia dibekali panduan untuk tata cara aman melahirkan
di air.
E. Penolong persalinan hendaknya mempertahankan suasana ibu agar selalu rileks dan
tenang
F. Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan
dan pemantauan yang memadai, demean memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung
G. Bidan melakukan pertolongan persalinann yang aman, demean sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

Anda mungkin juga menyukai