Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no.36
tahun 2009 tentang kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi yang perlu diupayakan,
diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen
bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat.

Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan


generasi yang produktif dan sangat berharga bagi keberlangsungan pembangunan di
masa mendatang. Apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menyaring
informasi dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, hal ini dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang kompleks sebagai akibat perilaku yang beresiko seperti
merokok, pernikahan dini, kehamilan di usia muda dan perilaku seks bebas yang
dapat berakibat buruk untuk masa depan remaja. Tercatat sebanyak 5.033 orang
(16.36%) remaja di wilayah kerja puskesmas pariaman pada tahun 2021. Sedangkan
pada tahun 2022 sebanyak 5.139 orang (16.47%).

Hal ini menunjukkan begitu besar remaja yang membutuhkan tempat yang
dapat diakses dengan mudah untuk menyelesaikan masalah kesehatannya selain dari
fasilitas kesehatan yang ada. Pembentukan posyandu remaja menjadi salah satu
wadah sebagai bentuk kepedulian terhadap perkembangan fisik dan mental remaja.
Karena kita ketahui posyandu saat ini baru menyasar pada usia bayi, balita dan lansia,
sedangkan perkembangan mental dan fisik remaja pada saat ini juga perlu dimonitor
agar tidak terjadi hal buruk untuk masa depan remaja.

Konsultasi dan edukasi di Posyandu Remaja yang kami angkat ini diharapkan
dapat menjadi wadah pengembangan untuk menfasilitasi remaja dalam memahami

1
permasalahan kesehatan remaja, menemukan alternatif pemecahan masalah dan
menjadi tempat untuk mereka mengembangkan kehidupan bersosialnya dengan
sesame remaja lainnya.

Menurut Riskesdas, pada 2018 terdapat 3 dari 10 balita di Indonesia atau


sebesar 30,8% yang mengalami stunting. Prevalensi ini sudah mengalami penurunan
dari tahun 2013, yaitu sebesar 37,2%. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia
(SSGI) tahun 2022 dapat dilihat angka stunting kota Pariaman sebesar 18.4 %. Angka
tersebut jauh lebih baik dari capaian Provinsi Sumatera Barat yakni sebesar 25.2%.
Mengingat kasus stunting yang masih ada ditemukan di kota Pariaman maka perlu
diupayakan kegiatan kegiatan pencegahan stunting.

Pencegahan stunting telah dijadikan prioritas nasional agar generasi muda di


Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemerintah telah
mengeluarkan Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Pencegahan Stunting sebagai
panduan bagi pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan upaya pencegahan
stunting. Stranas stunting mencakup upaya perbaikan gizi melalui intervensi gizi
spesifik dan sensitif. Intervensi gizi spesifik ditujukan untuk mengatasi masalah
terkait gizi secara langsung, lewat sektor kesehatan. Sedangkan intervensi gizi sensitif
berusaha menanggulangi masalah non-kesehatan yang berkontribusi pada stunting,
seperti penyediaan air bersih, ketahanan pangan, jaminan kesehatan, dan sebagainya.
Mengingat begitu kompleksnya masalah stunting, maka pencegahan stunting perlu
dilakukan bersama antara pemerintah dan nonpemerintah secara komprehensif.

Peran serta aktif dari masyarakat terutama remaja sebagai calon orangtua
sangat diperlukan dalam pencegahan stunting. Remaja diharapkan dapat menjalankan
perilaku hidup sehat, termasuk konsumsi makanan bergizi seimbang. Selain itu,
remaja dapat memperluas wawasannya dengan mendalami isu stunting dan
menyuarakan permasalahan dan dampak dari stunting kepada masyarakat secara luas.
Remaja sebagai agent of change di masyarakat juga dapat memberikan sumbang

2
saran dan mendukung program-program pemerintah dalam upaya pencegahan
stunting.

Untuk dapat mempercepat pencegahan stunting, bukan hanya pemerintah saja


yang perlu mengerahkan daya dan usaha terbaiknya. Perlu sinergi dari masyarakat
juga agar upaya yang dilakukan bisa menghasilkan dampak nyata. Kerja sama antara
anggota masyarakat dengan pemerintah akan mempercepat penurunan prevalensi
stunting, baik secara lokal maupun nasional.

Berdasarkan latar belakang di atas untuk itu kami berinisiatif untuk


melakukan percepatan pencegahan stunting melalui kegiatan di Posyandu remaja
dengan KERJA THE BEST (Konsultasi Edukasi RemaJA sehaT HEbat BEbas
STunting). Secara umum makalah ini memberikan gambaran kegiatan pelayanan
kesehatan berupa konsultasi, penyuluhan kesehatan dan pemantauan tumbuh
kembang remaja di posyandu remaja.

1.2 Landasan Hukum

1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-


Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak
2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
4) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
5) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
6) Inpres Nomor 1 Tahun 2017 tentang Masyarakat Hidup Sehat

3
1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum
Untuk mendekatkan akses layanan kesehatan remaja terhadap permasalahan
kesehatan

b. Tujuan Khusus
 Meningkatkan pengetahuan remaja terhadap kesehatan dengan
menggali permasalahan remaja
 Meningkatkan peran dan partisipasi remaja dalam edukasi kesehatan
 Memperbaikan Gizi remaja
 Meningkatkan kesadaran remaja dalam menjaga kesehatannya

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dari makalah ini
adalah Apakah ada pengaruh pemberian Konsultasi dan Edukasi terhadap pengetahuan
remaja terhadap kesehatan remaja yang berkaitan dengan stunting.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori dan kerangka konsep.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

4
Bab ini berisi hasil kegiatan dan pembahasan mengenai pengaruh konsultasi
dan edukasi terhadap pengetahuan remaja pada Posyandu Remaja.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posyandu Remaja

2.1.1 Pengertian Posyandu Remaja

Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan


Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan bagi remaja untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang
peduli remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi: Keterampilan
Hidup Sehat (PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular
(PTM) dan pencegahan kekerasan pada remaja.
Sasaran dari Posyandu Remaja adalah remaja usia 10-18 tahun, laki-laki
dan perempuan dengan tidak memandang status pendidikan dan perkawinan
termasuk remaja dengan disabilitas.

2.1.2 Tujuan Kegiatan Posyandu Remaja


Tujuan Umum
Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi
remaja.

Tujuan Khusus

6
1. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
posyandu remaja
2. Meningkatkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja tentang kesehatan
reproduksi bagi remaja
4. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza
5. Mempercepat upaya perbaikan gizi remaja
6. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik
7. Melakukan deteksi dini dan pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)
8. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan

2.1.3 Fungsi Posyandu Remaja


1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan
keterampilan hidup sehat remaja
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang
mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi: Pendidikan
Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS), kesehatan reproduksi
remaja,pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik,
pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan
kekerasan pada remaja.
3. Sebagai surveilans dan pemantauan kesehatan remaja di wilayah
sekitar

2.1.4 Manfaat Kegiatan Posyandu Remaja


a. Bagi Remaja
1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang meliputi:
kesehatan reproduksi remaja, masalah kesehatan jiwa dan

7
pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik,
pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), pencegahan
kekerasan pada remaja
2. Mempersiapkan remaja untuk memiliki ketrampilan Hidup
sehat melalui PKHS
3. Aktualisasi diri dalam kegiatan peningkatan derajat
kesehatan remaja
b. Petugas Kesehatan
1. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada
masyarakat terutama remaja
2. Membantu remaja dalam memecahkan masalah kesehatan
spesifik sesuai dengan keluhan yang dialaminya
3. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
organisasi kemasyarakatan lainnya
c. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
organisasi kemasyarakatan lainnya. Meningkatkan koordinasi
dalam pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas,
pokok, fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.
d. Keluarga dan Masyarakat
1. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak
yang mampu berperilaku hidup bersih dan sehat
2. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak
yang memiliki keterampilan hidup sehat
3. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak
yang memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
menjadi sumber daya manusia yang bermanfaat.

8
Posyandu remaja berada di setiap desa/kelurahan. Bila diperlukan dan
memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun atau sebutan
lainnya yang sesuai. Tempat pelaksanaan kegiatan Posyandu Remaja disesuaikan
dengan kondisi di daerah. Setiap Posyandu Remaja beranggotakan maksimal 50
remaja. Jika dalam satu wilayah terdaftar lebih dari 50 remaja, maka wilayah
tersebut dapat mendirikan Posyandu Remaja lainnya.

2.2 Remaja dan Karakteristik Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja

mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan

serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015). Menurut World Health

Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa mencakup kematangan

mental, emosional sosial dan fisik. Dimana remaja mempunyai rasa keingintahuan

yang besar dan sedang mengalami proses perkembangan sebagai persiapan memasuki

masa dewasa.

9
Ciri-ciri Remaja Ciri remaja yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting Pada periode remaja, baik akibat

langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang

begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa

awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental

serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan Pada fase ini, remaja bukan lagi

seorang anak dan bukan juga orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-

anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha

berperilaku sebagaimana orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar

ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain

pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi

waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola

perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap

dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama

awalmasa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan

sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap

dan perilaku juga menurun.

10
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode perkembangan

mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi

persoalan yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.

Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang

mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak

selalu sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awalmasa

remaja, penyesuaian diri terhadap kelompokmasih tetap penting bagi anak laki-laki

dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak

puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti

sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang

menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas

ego pada remaja.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotip

budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri, yang tidak dapat dipercaya dan

cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan

bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Masa remaja cenderung

memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya

11
sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini,

tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya,

menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.

Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau

ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekatnya usia

kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip

belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena

itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obatobatan, dan

terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap

bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang

diharapkan mereka.

2.1.2 Karakteristik Remaja

Karakteristik Remaja Menurut (Titisari dan Utami, 2013) karakteristik

perilaku dan pribadi pada masa remaja meliputi aspek:

a. Perkembangan Fisik-seksual

12
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, dan munculnya ciri-ciri

seks sekunder dan seks primer

b. Psikososial

Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orangtua

memperluas hubungan dengan teman sebayanya.

c. Perkembangan Kognitif Ditinjau dari perkembangan kognitif, remaja secara

mental telah berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak

d. Perkembangan Emosional Masa remaja merupakan puncak emosionalitas,

yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ

seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-

dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan

untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis

e. Perkembangan Moral Remaja berada dalam tahap berperilaku sesuai

dengan tuntutan dan harapan kelompok dan loyalitas terhadap norma atau peraturan

yang berlaku yang diyakininya maka tidak heranlah jika diantara remaja masih

banyak yang melakukan pelecehan terhadap nilai-nilai seperti tawuran, minum

minuman keras dan hubungan seksual diluar nikah.

13
f. Perkembangan Kepribadian

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan

integrase kepribadian. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja Terjadinya

peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor

perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2003). Sebagian besar

dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis

dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan

sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang

remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual

(Soetjiningsih, 2004). Menurut Irawati (Irawati dan Prihyugiarto, 2005) remaja

melakukan berbagai macam perilaku seksual berisiko yang terdiri atas tahapan-

tahapan tertentu. Perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya

dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.

2.3 Stunting
2.3.1 Pengertian Stunting
Stunting adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling serius
dan masih menjadi tantangan di dunia. Kejadian Stunting merupakan permasalahan
yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Kejadian Stunting merupakan akibat dari asupan makan yang tidak adekuat dalam
jangka waktu yang lama, kualitas makan yang tidak baik, meningkatnya angka
kesakitan atau gabungan dari semua faktor tersebut (Gibson, 2005). Stunting
didefinisikan sebagai status gizi yang didasarkan pada indek PB/U (Panjang
Badan/umur) atau TB/U (Tinggi Badan/umur) dimana dalam standar antopometri

14
penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z
score) <-2 SD sampai -3 SD (pendek/stunted) dan <-3SD (sangat pendek/severely
stunted) (World Health Organization [WHO], 2010).

Stunting pada remaja merupakan retardasi pertumbuhan linier akibat


masalah gizi kronis yaitu dari asupan gizi yang kurang di masa lampau dan masa kini
karena makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan gizi. (Riskesdas, 2013)
Kejadian Stunting di dunia mencapai 149 juta (21,9%) (United Nations Children‟s
Fund [UNICEF], 2019). United Nations Children‟s Fund (UNICEF) tahun 2017
menempatkan Indonesia sebagai negara kedua dengan angka prevalensi Stunting
tertinggi di Asia (angkanya mencapai 36,4%). Prevalensi Stunting (usia 5-12 tahun)
di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, 2013 dan 2018 berturut-turut
sebesar 35.6%, 30.7% dan 23.6% (sangat pendek mencapai 6.7% dan pendek 16.9%).

Prevalensi Stunting (usia 13-15 tahun) di Indonesia berdasarkan data


Riskesdas tahun 2010, 2013 dan 2018 berturut-turut sebesar 35.2%, 35% dan 25.7%.
Prevalensi Stunting (usia 16-18 tahun) di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun
2010, 2013 dan 2018 berturut-turut sebesar 31.2%, 31.4% dan 26,9%. Prevalensi
Stunting (usia 5-12 tahun) di Sumatera Barat berdasarkan data Riskesdas tahun 2010,
2013 dan 2018 berturut-turut sebesar 36.1%, 39% dan 24.5%. Prevalensi Stunting
(usia 13-15 tahun) di Sumatera Barat berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, 2013
dan 2018 berturut-turut sebesar 39.7%, 41% dan 25.6%. Prevalensi Stunting (usia 16-
18 tahun) di Sumatera Barat berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, 2013 dan 2018
berturut-turut sebesar 33.0%, 32% dan 26,8%. Kemudian prevalensi Stunting yang
cukup tinggi juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Pal et al (2017) di
India bahwa prevalensi Stunting pada remaja adalah 53,57%, kemudian penelitian
Maehera et al (2019) di Indonesia prevalensi Stunting adalah 46% pada remaja dan
pada penelitian Setiawan et al (2018) di kota Padang Sumatera Barat bahwa
prevalensi Stunting ditemukan 26,9%.

15
Dari data di atas prevalensi Stunting (usia 5-18 tahun) di Indonesia dan
Sumatera Barat serta pada beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa
prevalensi masih lebih dari 20% sedangkan World Health Organization (WHO) telah
menetapkan batas prevalensi 20% untuk gizi buruk. Padahal, menuntaskan kasus
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) poin
kedua „zero hunger atau mengakhiri kelaparan‟.

Pada masa remaja adalah satu-satunya saat setelah bayi terjadinya


pertumbuhan fisik benar-benar meningkat. Sehingga dibutuhkan nutrisi dan kalori
yang lebih banyak dan optimal. Jadi, pada masa remaja ini adalah waktu peningkatan
kebutuhan nutrisi (UNICEF, 2011). Didukung oleh penelitian Rengma et al (2016)
bahwa usia 13-15 tahun lebih berisiko mengalami Stunting 2,53 kali dibandingkan
usia 7-8 tahun dan pada penelitian Getaneh et al (2019) bahwa usia 11-14 tahun lebih
berisiko mengalami Stunting 2 kali lebih tinggi daripada usia 6-10 tahun.

2.4 Pendekatan Kesehatan terhadap remaja

Promosi kesehatan melihat kesehatan sebagai fungsi dari individu dan


lingkungan di mana mereka hidup di dalamnya. Pendekatan ekologis dari Promosi
Kesehatan menunjukkan relasi antara pengambilan keputusan pribadi dan kebijakan
nasional, dengan guru, administrasi sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat, tenaga
kesehatan, dan penentu kebijakan sebagai pengambil keputusan pada tingkat yang
berbeda.

Melalui konseling terjadi proses hubungan saling membantu dan bekerjasama


antara konselor dank lien remaja (dalam situasi tatap muka dan kedudukan yang
setara) sebagai upaya menolong klien remaja untuk menyelesaikan masalah kesehatan
agar lebih mengerti dirinya dan lebih dapat menyeseuaikan diri. Konseling dapat
dilakukan secara individual ataupun kelompok.

16
Dalam pendekatan ini, Perubahan Perilaku dapat digunakan untuk mendukung
tokoh kunci di semua tingkatan agar membuat keputusan hidup sehat untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung dan memudahkan siswa sebagai sasaran
utama dari tingkat yang paling rendah

BAB III

17
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Kegiatan

Wilayah kerja Puskesmas Pariaman terdiri dari 6 desa dan 16 kelurahan.


Tercatat sebanyak 5.033 orang (16.36%) remaja di wilayah kerja Puskesmas
Pariaman pada tahun 2021. Sedangkan pada tahun 2022 sebanyak 5.139 orang
(16.47%). Golongan kelompok umur remaja ini merupakan kelompok umur
terbanyak ke 2 setelah kelompok umur 20 tahunan. Hal ini menunjukan bahwa
kelompok umur remaja ini yang memang rentan terhadap masalah kesehatan harus
diprioritaskan.

Berdasarkan besaran data kelompok umur tersebut perlu di buatkan wadah


sehingga terbentuklah posyandu remaja di wilayah kerja Puskesmas Pariaman.
Berawal dari tahun 2019 jumlah posyandu remaja yang terbentuk sebanyak 2 buah
posyandu. Sedangkan pada tahun 2023 ini sudah di bentuk 3 posyandu remaja.
Posyandu remaja di wilayah kerja Puskesmas Pariaman dilaksanakan setiap
bulannya. Pelaksanaan ini dibantu oleh kader kesehatan remaja, Tenaga Kesehatan
Puskesmas, dan Bidan Desa. Adapun langkah-langkah pelaksanaan Posyandu Remaja
ini sebagai berikut:

1. Pendaftaran Langkah pertama di Posyandu Remaja yaitu semua peserta


mengisi daftar hadir dan melakukan pengisian kuesioner bagi peserta yang baru
pertama kali hadir.

2. Pengukuran Setiap peserta dilakukan berbagai penimbangan meliputi


penimbangan berat badan (BB), tinggi badan (TB), pengukuran tekanan darah (TD),
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar perut, serta pengecekan anemia
bagi remaja putri.

18
3. Pencatatan Kader melakukan pencatatan dari semua hasil pengukuran yang
telah dilakukan di meja sebelumnya. Semua hasil di catat dalam buku register dan
buku pemantauan kesehatan remaja (format terlampir).

4. KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi) oleh tenaga Promosi kesehatan


dengan berbagai informasi dan edukasi yang di kemas dalam bentuk lebih menarik
dengan menggunakan lembar balik, power point dan bahkan berupa game dengan
tujuan agar remaja dapat memahami informasi dengan lebih cepat dan mudah.
Sedangkan untuk konselingnya sendiri diberikan oleh bidan atau dokter agar lebih
akurat dalam penggalian permasalahan remaja.

5. Pelayanan rujukan sesuai dengan permasalahan remaja ke fasilitas


kesehatan jika diperlukan.

19
3.2 Pembahasan

Evaluasi dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya pelayanan di posyandu


remaja belum optimal dilakukan. Kegiatan yang dilakukan masih berupa kegiatan
rutin seperti pencatatan, penimbangan dan pelaporan. Oleh karena itu kami dari
Program Promosi Kesehatan berusaha membuat pengembangan berupa konsultasi
dan edukasi terhadap remaja.

Kegiatan Konsultasi dan edukasi ini baru mulai berjalan dari awal tahun 2023.
Untuk pelaksanaannya sendiri dilakukan pada saat jadwal Posyandu Remaja. Setelah
melakukan pencatatan data primer sasaran (format terlampir). Para remaja ini akan
dikumpulkan untuk selanjutnya akan diberikan edukasi tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja, Perilaku Hidup Bersih Sehat, Pubertas. Sedangkan untuk materi
PTM, penyakit menular, gizi pada remaja dan lain-lain akan dilaksanakan di bulan
bulan berikutnya.

Sementara itu untuk pemberian Konsultasi akan disiapkan ruangan tersendiri


agar remaja lebih leluasa dan nyaman saat berkonsultasi berlangsung. Untuk
konsultanya sendiri terdiri dari berbagai profesi seperti dokter, bidan, ahli gizi dan
lainnya sesuai dengan materi yang akan di berikan.

Posyandu Remaja yang kami angkat ini diharapkan dapat menjadi wadah
pengembangan untuk menfasilitasi remaja dalam memahami permasalahan kesehatan
remaja, menemukan alternatif pemecahan masalah dan membentuk kelompok
dukungan remaja, termasuk sebagai wadah untuk pemberian informasi pendidikan
maupun pekerjaan dengan kemasan pengembangan program yang lebih kretif dan
inovatif.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan


generasi yang produktif dan sangat berharga bagi keberlangsungan pembangunan di
masa mendatang. Apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menyaring
informasi dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, hal ini dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang kompleks sebagai akibat perilaku yang beresiko seperti
merokok, pernikahan dini, kehamilan di usia muda dan perilaku seks bebas yang
dapat berakibat buruk untuk masa depan remaja.

4.2 Saran

Kegiatan konseling dan edukasi di Posyandu Remaja ini semoga dapat


menjadi kegiatan serupa di

21
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Pariaman. (2014). Teknik Konseling Kesehatan Remaja Bagi
Petugas PKPR. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. 79 hal

Dinas Kesehatan Kota Pariaman, (2016). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan


Peduli Remaja (PKPR) Bagi Tenaga Kesehatan. Direktur Jendral Bina Gizi dan KIA
Kementarian Kesehatan RI, Jakarta, 265 hal.

Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. (2018). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan


Posyandu. Remaja. Kementerian Kesehatan RI, 120 hal

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Standar Nasional Pelayanan


Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. 114 hal

22
LAMPIRAN

Contoh form pencatatan di posyandu remaja

Register Pencatatan kegiatan Posyandu Remaja

23
Pemeriksaan kesehatan dan penimbangan berat badan di Posyandu Remaja

24
Edukasi di Posyandu Remaja kelurahan Jawi-jawi II

25
26
Konseling pada remaja di Posyandu remaja

27
28
Games dan Pengembangan kreatifitas remaja

29
30

Anda mungkin juga menyukai