Anda di halaman 1dari 14

PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA

DI PUSKESMAS KERKOPAN

Disusun Oleh:

MASTURIN, S.Kep,Ners
NIP. 19810212 200501 1 009

DIAJUKAN SEBAGAI PRASYARAT


SELEKSI TENAGA KESEHATAN TELADAN
KOTA MAGELANG

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisis maupun psikis
yang menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada proses
pertumbuhan dan perkembangannya. Masa ini merupakan masa
terjadinya proses awal pematangan organ reproduksi dan perubahan
hormonal yang nyata. Remaja menghadapi berbagai masalah yang
kompleks terkait dengan perubahan fisis, kecukupan gizi,
perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya
menimbulkan konflik dalam dirinya yang kemudian memengaruhi
kesehatannya.
Remaja yang mengalami gangguan kesehatan berupaya untuk
melakukan reaksi menarik diri karena alasan-alasan tersebut.
Pencegahan terhadap terjadinya gangguan kesehatan pada remaja
memerlukan pengertian dan perhatian dari lingkungan baik orangtua,
guru, teman sebayanya, dan juga pihak terkait agar mereka dapat
melalui masa transisi dari kanak menjadi dewasa dengan baik.
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari aspek fisis,
emosi, intelektual, dan sosial pada masa remaja merupakan pola
karakteristik yang ditunjukkan dengan rasa keingintahuan yang besar,
keinginan untuk bereksperimen, berpetualang, dan mencoba
bermacam tantangan, selain cenderung berani mengambil risiko tanpa
pertimbangan matang terlebih dahulu. Ketersediaan akan akses
terhadap informasi yang baik dan akurat, serta pengetahuan untuk
memenuhi keingintahuan mempengaruhi keterampilan remaja dalam
mengambil keputusan untuk berperilaku. Remaja akan menjalani
perilaku berisiko, bila keputusan yang diambil dalam menghadapi
konflik tidak tepat dan selanjutnya menerima akibat yang harus
ditanggung seumur hidupnya dalam berbagai bentuk masalah
kesehatan fisis dan psikososial.
Beberapa alasan mengapa program kesehatan remaja ini perlu
diperhatikan antara lain disebabkan:

2
1. Jumlah remaja di Indonesia lebih kurang 20% dari populasi;
2. Remaja merupakan aset sekaligus investasi generasi mendatang;
3. Upaya pemenuhan Hak Asasi Manusia;
4. Untuk melindungi sumber daya manusia potensial.
Remaja menghadapi masalah kesehatan yang kompleks,
walaupun selama ini diasumsikan sebagai kelompok yang sehat. Dari
beberapa survei diketahui besaran masalah remaja, sebagaimana
ditunjukkan oleh data berikut: survei demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan 17% perempuan yang
saat ini berusia 45-49, menikah pada usia 15 tahun; Sementara itu,
terdapat peningkatan secara substansial pada usia perempuan
pertama kali menikah. Perempuan usia 30-34 tahun yang menikah
pada usia 15 tahun sebesar 9%, sedangkan perempuan usia 20-24
tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4% (BPS and Macro
International, 2008).
Menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia
(SKRRI) tahun 2007, persentase perempuan dan lelaki yang tidak
menikah, berusia 15-19 tahun merupakan :
1. Perokok aktif hingga saat ini: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki:
47,0%.
2. Mantan peminum alkohol: Perempuan: 1,7%; dan lelaki: 15,6%.
3. Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %.
4. Lelaki pengguna obat dengan cara dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %;
ditelan 1,3%.
5. Perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,5%;
pada yusia 12-14 tahun: 22,6%; usia 15-17 tahun: 39,5%; usia 18-
19 tahun: 3,2%. Melakukan petting pada saat pacaran: 6,5%.
6. Lelaki pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,0%; usia 12-14
tahun: 18,6%; usia 15-17 tahun: 36,9%; usia 18-19 tahun: 3,2%.
Melakukan petting saat pacaran: 19,2%.
7. Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%.y
8. Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada
usia: <15 tahun: 1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%;
usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun: 0,1%.

3
9. Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum
menikah pada remaja berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan
alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%); dipaksa
oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan
tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja
(25,8%).
10. Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah
mengalami KTD, 60% di antaranya mengalami atau melakukan
aborsi.

Penanganan masalah remaja dilakukan melalui kerjasama


multi-sektoral dan multidimensional, dengan intervensi pada aspek
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang komprehensif.
Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di
puskesmas sejak satu dekade yang lalu. Selama lebih dari 10 tahun,
program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa
penyuluhan dan diskusi dengan remaja tentang masalah kesehatan
melalui wadah usaha kesehatan sekolah (UKS), karang taruna, atau
organisasi pemuda, dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh
puskesmas. Petugas puskesmas berperan sebagai fasilitator dan
narasumber. Pemberian pelayanan khusus kepada remaja yang
disesuaikan dengan keinginan, selera, dan kebutuhan remaja belum
dilaksanakan. Remaja yang berkunjung ke puskesmas masih
diperlakukan selayaknya pasien lain sesuai dengan keluhan atau
penyakitnya.
Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas
puskesmas sebagai barisan terdepan pemberi layanan kesehatan
kepada masyarakat, puskesmas sebaiknya memberikan pelayanan
langsung kepada remaja sebagai salah satu kelompok masyarakat
yang dilayaninya. Pelayanan kesehatan remaja di puskesmas amat
strategis dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien mengingat
ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan jangkauan
puskesmas ke segenap penjuru Indonesia seperti halnya keberadaan
remaja sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil perdesaan.
Sesuai dengan kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan
klinis medis, melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang

4
lebih tinggi. Rujukan sosial juga dilakukan oleh puskesmas, misalnya
penyaluran kepada lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca
penyalahgunaan napza, atau penyaluran kepada lembaga tertentu
agar mendapatkan program pendampingan dalam upaya rehabilitasi
mental korban perkosaan. Sedangkan rujukan pranata hukum untuk
memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam
menindaklanjuti suatu kasus belum banyak dilakukan. Pelayanan
komprehensif kepada remaja ini merupakan bentuk kerjasama
berbagai sektor yang diawali dengan komitmen antar institusi terkait.

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memberikan
sumbangsih terhadap pengembangan program pelayanan kesehatan
peduli remaja melaui pendekatan yang sederhana dan dapat
dilakukan di Puskesmas tanpa memerlukan sumberdaya yang banyak
dengan mengoptimlakan potensi yang ada.

5
BAB II

PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA

A. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja


1. Pengertian
Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan
terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan
kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien
dalam memenuhi kebutuhan tersebut
2. Tujuan
a. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang
berkualitas
b. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja
d. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja
3. Karakteristik
a. Kebijakan yang peduli remaja
b. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
c. Petugas khusus yang peduli remaja
d. Petugas pendukung yang peduli remaja
e. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
f. Partisipasi/keterlibatan remaja
g. Keterlibatan masyarakat
h. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung, serta
mengupayakan pelayanan sebaya
i. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
j. Pelayanan yang efektif
k. Pelayanan yang efisien

6
4. Strategi pelaksanaan dan pengembangan PKPR di Puskesmas
a. Penggalangan kemitraan, dengan membangun kerjasama atau
jejaring kerja
b. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara
bertahap
c. Penyertaan remaja secara aktif
d. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin
e. Dilaksanakannya kegiatan minimal
f. Ketepatan penentuan prioritas sasaran
g. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
h. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal
5. Mengapa remaja perlu PKPR
Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa
kanak-kanak untuk menjadi dewasa. Secara fisik, remaja dapat
dikatakan sudah matang tetapi secara psikis/kejiwaan belum
matang, oleh karena itu kelompok anak usia remaja dianggap
termasuk dalam kelompok beresiko untuk terkena berbagai
masalah termasuk kesehatan.. Beberapa sifat remaja yang
menyebabkan tingginya resiko antara lain: rasa keingintahuan
yang besar tetapi kurang mempertimbangkan akibat dan suka
mencoba hal-hal baru untuk mencari jati diri.
Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat
dan benar, maka perilaku remaja sering mengarah kepada
perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), perilaku yang
menyebabkan mudah terkena infeksi HIV/AIDS, Infeksi menular
seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang darah, kurang energi
kronik (KEK), obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

B. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas Kerkopan


1. Tujuan
Memberikan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas, efektif
dan efisien.

7
2. Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Kerkopan meliputi sebagian Kecamatan
Magelang Tengah yaitu Kelurahan Cacaban dan Kelurahan
Kemirirejo. Jumlah penduduk Kecamatan Magelang Tengah pada
akhir Juni 2018 tercatat 50.308 jiwa. Jumlah penduduk usia remaja
berjumlah 7.505 atau sebesar 14.92%.
3. Pelayanan
Pelayanan PKPR di Puskesmas Kerkopan meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan
b. Pengobatan penyakit
c. Konseling/curhat
d. Penyuluhan kesehatan
e. Diskusi dan dialog
4. SDM
Jumlah SDM yang pernah mengikuti refreshing kesehatan remaja
berjumlah 5 orang dengan berbagai basis profesi. Dalam
pelaksanaan program tetap dilakukan koordinasi lintas program.
5. Integrasi Program
Program PKPR dilaksanakan secara integratif dengan program-
program lain terutama:
a. Layanan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan)
b. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
c. Gizi
d. KIA
e. Promosi Kesehatan
6. Hambatan
a. Karena membutuhkan kerjasama lintas program yang baik
maka pengorganisasian jugaharus berjalan dengan optimal.
Komunikasi antarprogram belum sepenunhya berjalan tanpa
kendala.
b. Keterbatasan sarana dan prasarana program.
c. Masih kurangnya keterlibatan remaja sebagai sasaran program
karena terbatasnya akses dari sasaran program ke Puskesmas
atau sebaliknya.

8
C. Inovasi
Untuk mengurangi hambatan komunikasi antara konselor PKPR
dengan sasaran (remaja) di wilayah kerja Puskesmas Kerkopan perlu
ada langkah-langkah yang mampu menjembatani sehingga
komunikasi dua arah dapat terjalin dengan baik. Beberapa hal yang
dilakukan yaitu:
1. Counselling on the Spot (cSPOT)
Counselling on spot (cSPOT) adalah konseling yang diberikan
terintegrasi dengan program lain. Salah satu contoh pada saat
pelaksanaan penjaringan kesehatan di sekolah-sekolah, konseling
langsung diberikan jika petugas menemui klien yang bermasalah
tanpa harus dirujuk ke klinik konseling terpadu terlebih dahulu
sehingga klien mendapatkan beberapa alernatif pemecahan
masalah meskipun pada akhirnya mungkin memerlukan rujukan
ke fasilitas kesehatan.

2. Counselling Daring (cDAR)


Counselling Daring (cDAR) merupakan program konseling
menggunakan pendekatan teknologi informasi / media sosial.

a. Metode:

Feedback
Preparing Memberikan konseling
Melakukan persipan dalam online kepada klien.
semua aspek yang
diperlukan termasuk SDM,
SOP, sarana dan
prasarana, dsb

Organizing
Input
Mengorganisasi tim yang
Klien mengirimkan akan merespon konsultasi
pertanyaan, keluhan dsb tertentu
melalui media yang sudah Seleksi
ditetapkan: Koordinator memilah topik, apakah
1. Mobile phone bisa langsung direspon oleh
2. Whatsapp konselor atau membutuhkan
3. email analisa dan jawaban oleh petugas
khusus misal kondisi medis
tertentu, masalah nutrisi, dsb

9
b. Kelebihan:
1) On demand, cDAR dapat diakses setiap kapan saja tanpa
harus meluangkan waktu untuk berkunjung ke Puskesmas.
2) Gratis, klien dapat menggunakan fasilitas ini tanpa berbayar
selama ada akses internet.
3) Privasi, tidak kekhawatiran masalah klien akan
mempengaruhi penilaian akademik karena materi konseling
tidak melalui guru.
c. Kekurangan:
1) Pada kondisi tertentu konselor mungkin sulit memberikan
kesimpulan atau diagnosis definitif karena mereka tidak
melihat kondisi pasien, misal pada klien yang memiliki
gejala fisik.
2) Kebanyakan hanya bersifat saran atau informasi
kesehatan, sehingga mungkin tetap akan diarahkan pada
rujukan tatap muka.

3. Counselling box (cBOX)


Counselling box (cBOX) adalah menempatkan kotak (dropbox)
disekolah yang hanya bisa diakses oleh seluruh siswa-siswi.
cBOX dilengkapi dengan formulir dan amplop tertutup yang bisa
digunakan oleh klien untuk menulis keluhan atau masalah
kesehatan untuk mendapatkan solusi oleh petugas kesehatan.
cBOX hanya dibuka oleh petugas kesehatan dari Puskesmas.

a. Metode:

Pilih Feedback
Klien memilih cara Konselor akan
Form umpan balik dari memberikan
Klien mengambil konselor: umpan balik
form dan amplop 1. Menggunakan dengan cara yang
yang telah medsos sesuai dengan
disediakan. 2. Email pilihan klien
3. Surat tertulis

Tulis Entry
Klien mengisi form
Masukkan ke
dengan hal-hal
dalam cBOX yang
yang akan
telah disediakan
dikonsulkan.

10
b. Kelebihan:
1) Dapat diakses oleh klien secara bebas tanpa harus
meluangkan waktu untuk berkunjung ke Puskesmas.
2) Klien dapat menuliskan panjang lebar tentang masalahnya
karena tidak ada batasan karakter seperti jika
menggunakan media sosial.
3) Gratis, klien dapat menggunakan fasilitas ini tanpa
berbayar.
4) Privasi, tidak kekhawatiran masalah klien akan
mempengaruhi penilaian akademik karena materi konseling
tidak melalui guru.
c. Kekurangan:
1) Pada kondisi tertentu konselor mungkin sulit memberikan
kesimpulan atau diagnosis definitif karena mereka hanya
tidak melihat kondisi pasien, misal pada klien yang memiliki
gejala fisik.
2) Feedback mungkin akan lebih lama dibandingkan
menggunakan media sosial karena kotak akan dibuka
berkala satu pekan sekali.

11
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan


layanan yang mempunyai dampak luas bagi kehidupan masyarakat.
Dengan upaya meningkatkan status kesehatan remaja saat ini maka
masyarakat sehat pada masa yang akan datang adalah keniscayaan.
PKPR merupakan salah satu program yang menyentuh upaya
kesehatan pada hulu masalah kesehatan yang merupakan kunci
penting untuk mencapai visi Indonesia Sehat.

PKPR yang dilaksanakan di Puskesmas tentu tidak berjalan


tanpa hambatan baik internal maupun eksternal, dari pemberi layanan
maupun klien. Perlu pendekatan-pendekatan sederhana namun tepat
guna untuk mengoptimalkan pelaksanaan program meskipun
sumberdaya mungkin terbatas.

B. SARAN
1. Perlu adanya perencanaan program, monitoring dan evaluasi
yang memadai karena PKPR dilaksanakan lintas program dan
multi disiplin profesi.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana secara bertahap akan
membantu kelancaran pelaksanaan program.

12
REFERENSI

Pemerintah Kota Magelang, 2018, Informasi Kewilayahan Kecamatan


Magelang Tengah Tahun 2018,

Wijaya, Awi Muliadi, 2009, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),


retrived from https://www.infodokterku.com/index.php/en/96-daftar-
isi-content/info-kesehatan/helath-programs/191-pelayanan-
kesehatan-peduli-remaja-pkpr on 25 September 2018

Departemen Kesehatan RI, 2005, Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli


Remaja di Puskesmas, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.

Pratiwi, Rinni Yudhi, 2009, Kesehatan Remaja di Indonesia, retrieved


form http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-
remaja-di-indonesia on 24 September 2018

13
14

Anda mungkin juga menyukai