Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS MASALAH DALAM ASUHAN

KEBIDANAN DI KOMUNITAS
KELOMPOK 3
Diani Rahayu (6020031018)
Fitriyani (6020031030)
Neneng (6020031046)
Sinta Agustina (6020031070)
Siti Ila Aqilatul U (6020031072)
Siti Umyati (6020031075)
Syahrotun Nazar O (6020031079)
PENGERTIAN ANALISIS
MASALAH

 Analisis masalah merupakan proses sistematis untuk melihat suatu keadaan atau masalah social
secara objektif dengan menempatkannya dalam konteks social yang lebih luas.
 Analisis masalah membantu untuk memahami dan mengidentifikasi permasalahan kunci dalam
suatu Masyarakat, kaitan antara beberapa faktor social, potensi yang ada, dan siapa yang memiliki
akses terhadap sumber daya.
 Analisis masalah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama dan mengembangkan “Pohon
masalah” melalui analisis sebab akibat. Cara analisis “Pohon masalah” akan mengurai penyebab-
penyebab masalah-masalah utama hingga kita mengetahui akar penyebabnya.
IDENTIFIKASI MASALAH
KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Beberapa pokok permasalahan yang terjadi di komunitas, diantaranya:


• Kematian ibu dan bayi
• Kehamilan remaja
• Unsafe abortion
• Angka kejadian BBLR
• Tingkat kesuburan PUS
• Pertolongan persalinan oleh tenaga non Kesehatan
• Infeksi menular seksual (IMS) pada Masyarakat
• Perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan
komunitas
Prioritas Masalah

1. Pernyataan standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa atau prioritas masalah kebidanan yang tepat
2. Kriteria
a. Diagnosa sesuai nomenklatur kebidanan.
b. Masalah dirumuskan sesuai kondisi klien.
c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Adapun hal-hal yang barus di perhatikan dalam menentukan prioritas masalah :
• Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan kebidanan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
• Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapatmengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit
• Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan kebidanan yang akan diberikan
• Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi
• Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahanmasalah kesehatan / kebidanan keluarga
• Pengetahuan dan kebudayaan keluarga
Perencanaan

1. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan'masalah yang ditegakkan.
2. Kriteria Perencanaana.
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dankondisi klien: tindakan segera, tindakan
antisipasi, danasuhan secara komprehensif
b. Melibatkan klien /pasien dan atau keluarga.
c. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budayaklien/keluarga
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhanklien berdasarkan evidence based dan
memastikan bahwaasuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,sumberdaya serta fasilitas yang ada.
Implementasi
1. Pernyataan standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara miandiri,
kolaborasi dan rujukan.
2. Kriteria:
a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhlukbio-psiko-sosial-spiritual-kultural
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dariklien dan atau keluarganya (inform consent)
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
d. Melibatkanklien/pasiendalamsetiaptindakan
e. Menjagaprivacyklien/pasien
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
h. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
i. Melakukan tindakan sesuai standar
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
Evaluasi

1. Pernyataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien.
2. Kriteria Evaluasi
a. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakanasuhan sesuai kondisi
klien.
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada kliendan /keluarga
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisiklien/pasien
KASUS
perilaku seks diluar nikah menjadi masalah utama pelayanan kesehatan reproduksi remaja
pedesaan di Puskesmas II Kembaran Kabupaten Banyumas. Remaja pedesaan tersebut memiliki
kecenderungan perilaku seks diluar nikah yang berpotensi menyebabkan kejadian IMS remaja dan
kasus kejadian IMS remaja merupakan fenomena gunung es. Bagaimana pencegahan kejadian IMS
remaja melalui promosi kesehatan yang tepat untuk merubah perilaku seksual remaja di luar nikah
menjadi permasalahan mitra dalam pengabdian kepada masyarakat ini.
IDENTIFIKASI MASALAH
berdasarkan kasus diatas masih banyaknya remaja putri yang masih kurangnya pengetahuan tentang IMS. dan dari
kurangnya pengetahuan tersebut bermakna meningkatkan perilaku seksual tidak aman pada remaja putri. Perilaku
seksual tidak aman yang dilakukan oleh remaja putri yaitu melakukan hubungan seksual sebelum umur 20 tahun,
tidak menggunakan kondom pada saat behubungan seks, dan berganti pasangan seksual lebih dari satu. kondisi ini
juga perlu untuk segera diperbaiki atau melakukan pencegahan kejadian IMS remaja mellaui promosi kesehatan
yang tepat untuk merubah perilaku seksual remaja di luar nikah. bila remaja putri sudah mengetahui akan
pengetahuan IMS dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang IMS yang tepat mengenai pencegahan
IMS sehingga diharapkan derajat kesehatan remaja meningkat.
PRIORITAS MASALAH

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas menunjukkan jumlah remaja terkena IMS di wilayah
Kabupaten Banyumas pada tahun 2012 sebesar 41 remaja terdiri dari remaja laki-laki sebanyak 15 dan
remaja putri sebanyak 26. Pada tahun 2013, data pelayanan kesehatan remaja di Kabupaten Banyumas
menunjukkan remaja terkena IMS menjadi 14 remaja terdiri dari remaja laki-laki sebanyak 5 dan remaja putri
sebanyak 9. Pada tahun 2014, data pelayanan kesehatan remaja di Kabupaten Banyumas menunjukkan
peningkatan kasus remaja IMS menjadi 19 remaja terdiri dari 12 remaja laki-laki dan 7 remaja putri.
PERENCANAAN

• Berdasarkan hasil kajian dan diskusi dengan mitra, maka disusunlah program pendidikan sebaya kesehatan
reproduksi remaja khusunya IMS remaja dan pencegahannya, serta konseling kesehatan reproduksi remaja berbasis
jejaring sosial. Program ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara promosi dan pendidikan kesehatan, dan alih
teknologi tepat guna dibidang informasi dan pemberdayaan remaja untuk promosi pencegahan IMS remaja di
desanya.
• Pengendalian Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Program ini mencakup penyediaan layanan IMS sebagai
standar di seluruh Puskesmas dan fasyankes lainnya (termasuk pemeriksaan rutin IMS dan penapisan sifilis untuk
populasi kunci dan ibu hamil di Kab kota), penyediaan kondom sebagai alat pencegahan dan paket pengobatan IMS.
• Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu dan Anak (PPIA) Program PPIA merupakan program pencegahan
penularan vertikal dari seorang ibu kepada bayinya. PPIA merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian
HIV-AIDS dan IMS dan upaya kesehatan ibu dan anak. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan tes HIV dan sifilis kepada semua ibu hamil sebagai
bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang persalinan. Di
daerah epidemi HIV rendah, tes HIV dan sifilis diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS, berisiko tertulari HIV,
IMS dan TB. Pemeriksaan dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan
antenatal sampai menjelang persalinan. Kerangka kerja program PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan
dan penanganan HIV secara komprehensif berkesinambungan yang meliputi empat komponen (prong) sebagai
berikut:
EVALUASI

Dengan melakukan kemitraan dengan paraji, kader dan melakukan pengabidan kepada masyarakat Desa Suka
Bakti, sehingga masyarakat sudah memahami pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas
kesehatan, kepala dusun masing-masing wilayah telah merencanakan aksi untuk persiapan transfortasi
membantu ibu yang akan bersalin ke fasilitas kesehatan.
Masyarakat juga sepakat untuk diadakan tabulin (Tabungan ibu bersalin), yang di pandu oleh bidan desa
dengan mengumpulkan hasil iuran dari ibu yang akan bersalin setiap bulan.
• pengkajian terdapat 6 remaja putri, dan dari 6 remaja putri permasalahanyang dijumpai yaitu masih kurangnya
pengetahuan remaja tentangkesehatanreproduksinya, kurang paparan tentang menjaga kesehatan reproduksinya
dan berbagaipenyimpangan yang terkadang meraka lebihbanyakmengetahuidari media sosial.Hal inijugadikarenakan
remaja di masyarakat umumnya masih menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tahu dan tidak untuk dibicarakan
secara terbuka. Orang tua biasanya engganuntuk memberikan penjelasan masalah-masalah seksualitas dan
reproduksi kepadaremajanya, dan anak pun cenderung malu bertanya secara terbuka kepada orang tuanya.Maka
diperlukanlah kegiatan pengabdian ini dilaksanakan, pengabdian masyarakat inidilakukan dengan cara memberi
penyuluhan kesehatanreproduksi.Karena dengan adanyapenyuluhanini diharapkan dapat mengkomunikasikan seputar
kesehatan reproduksi danmengurangi mencegah adanya prilaku penyimpangan seksual.Untuk mewujudkan
itusemua, Universitas Ngudi Waluyo khususnya Program Studi Pendidikan Profesi BidanProgram Profesi
melakukan Praktek Pengkajian Keluarga dengan pusat kegiatan di wilayahDusun Kalikopeng RT14RW 05 Desa
Langensari Kecamatan Ungaran Barat KabupatenSemarang Provinsi Jawa Tengah dari tanggal 10 Mei–11 Juni 20
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai