Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

PEMBELAJARAN AGENDA I
ANALISIS ISU KONTEMPORER

DISUSUN OLEH :
NDH: 03. Rini Apriyani, A.M.Kep
NDH: 11. Aprilia Siri Arpinaliah, A.Md.A.K
NDH: 19. Bintang Baskoro, A.M.Kep
NDH: 31. RM Mayora Ruwi Perwira Putra, A.Md. Tra

ANGKATAN IV
KELOMPOK 3. REGU 1

PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DASAR CPNS TAHUN 2022


PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI
A. Pendahuluan
Isu adalah suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah. Kontemporer
yang dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan terjadi dan masih
berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini. Isu kritikal
adalah adanya atau disadarinya suatu fenomena atau kejadian yang dianggap penting atau
dapat menjadi menarik perhatian orang banyak, sehingga menjadi bahan yang layak untuk
didiskusikan.
Secara umum,isu kritikal terbagi dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya , yaitu :
1. Isu saat ini (current issue)
2. Isu berkembang (emerging issue)
3. Isu potensial.
Untuk menganalisis sebuah isu, terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan,
Teknik tersebut diantaranya adalah teknik tapisan isu, teknik analisis isu, dan analisis
kesenjangan atau gap analysis.

B. Deskripis dan Identifikasi Isu


1. Pelecehan Seksual Pada Anak.

Hasil pantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama Januari-


Juli 2022 menemukan 31 persen anak lelaki dan 69 persen anak perempuan dari total
52 anak menjadi korban kekerasan seksual di lembaga pendidikan. Usia korban dalam
rentang 5-17 tahun.

Dari wilayah kejadian, kekerasan seksual itu terjadi di Kabupaten Bogor,


Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, dan Kota Depok (Provinsi Jawa Barat),
Kabuapten Mojokerto, Kabupaten Jombang, dan Kabupaten Kediri (Provinsi Jawa
Timur), Kabupaten tangerang dan Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten), Kabupaten
Pekalongan (Provinsi Jawa Tengah), serta Kabupaten Karimun (Provinsi Kepulauan
Riau).

Komisioner KPAI Retno Listyarti, Sabtu (23/7), menjelaskan temuan itu adalah
kasus-kasus yang sudah menjadi penyelidikan atau penyidikan polisi. Dia
menambahkan temuan KPAI ini untuk menjadi bahan pertimbangan bagi
Kemendikbudristek dan Kementerian Agama dalam merumuskan bentuk-bentuk
pencegahan terjadinya kekerasan di lembaga pendidikan, termasuk kekerasan seksual,
pengawasan, dan perlindungan terhadap peserta didik.

Menurut Retno, guru menjadi pelaku kekerasan seksual paling banyak karena
mereka memiliki kesempatan dan soal relasi kuasa antara pendidik dengan anak didik.
Dia menegaskan kalau ada sistem pencegahan, pengawasan dan pengaduan yang baik,
guru tidak akan memanfaatkan relasi kuasa itu untuk melakukan kekerasan seksual
kepada anak didiknya.

2. Sarana dan prasarana berbasis digital belum merata di setiap ruang rawat jalan
di Puskesmas

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat. Sistem Informasi Puskesmas merupakan suatu tatanan yang menyediakan
informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan
manajemen Puskesmas untuk mencapai sasaran kegiatannya.
Berdasarkan prinsip ketersediaan akses pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud, Puskesmas menyelenggarakan pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan
status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan. Teknologi tepat guna
Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan
Kesehatan.
Masih ada salah satu ruang rawat jalan yang belum difasilitasi komputer dan
alat pendukung lainnya, yang bisa memudahkan pelayanan yang dilakukan di
Puskesmas, tidak memakan ruang dan lebih efisien.

3. Peningkatan Kasus Kehamilan Remaja/di Luar Nikah

Kehamilan pada remaja menjadi isu yang menjadi perhatian di Tingkat


Nasional. Oleh karena itu pemerintah masih melihat kehamilan dan melahirkan pada
usia remaja sebagai suatu permasalahan yang harus diatasi.
Masa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan dari remaja menuju
dewasa. Tentunya, pada tahapan masa remaja ini, seseorang remaja masih mengalami
perubahan seperti emosi, hormonal, kognitif, dan sosialnya. Pada masa ini, hormon-
hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik juga mempengaruhi
dorongan seks pada remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya
dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan
keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Kematangan organ reproduksi dan
perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta mudahnya
mendapatkan berbagai informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja
Masalah yang akhirnya timbul terkait dengan masa awal kematangan organ
reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex), masalah kehamilan yang
terjadi pada remaja usia sekolah di luar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS.
Tentunya, sebagai ASN di Pemerintahan khususnya menangani dalam bidang
kesehatan, saya mengkhawatirkan isu ini berkembang sangat pesat, menjadi hal yang
biasa di lingkungan masyarakat. Pentingnya edukasi Kesehatan Reproduksi sedari
kecil, bukan lagi remaja. Anak dan Cucu kita harus diajari tentang menjaga bagian –
bagian mana saja yang tidak boleh dipegang oleh lain. Diajari juga tentang Apa itu
menstruasi dan mimpi basah, dan lain sebagainya tentang kesehatan reproduksi.
Dimulai dari keluarga kita, sampai ke masyarakat.

4. Upaya Pencegahan dan Pengendalian DBD

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular berbahaya


yang disebabkan oleh virus Dengue dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu
singkat oleh karena terjadinya perdarahan dan shock. Penyakit DBD sering kali muncul
sebagai wabah.
Di Asia Tenggara, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1953 di
Manila, selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia sendiri, penyakit DBD
dilaporkan pertama kali di Surabaya dan DKI Jakarta. Pada awalnya penyakit DBD ini
merupakan penyakit perkotaan dan menyerang terutama anak-anak usia di bawah 5
tahun. Namun, dengan perkembangan waktu penyakit ini kemudian tidak hanya
berjangkit di daerah perkotaan, tetapi juga menyebar ke daerah pedesaan. Usia
penderita juga cenderung bergeser menyerang usia dewasa. Cara penularan penyakit
DBD adalah melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang menggit penderita DBD
kemudian ditularkan kepada orang sehat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran dan penularan penyakit
DBD, yaitu urbanisasi yang cepat, perkembangan pembangunan di daerah pedesaan,
kurangnya persediaan air bersih, mudahnya transportasi yang menyebabkan mudahnya
lalu lintas manusia antardaerah, adanya pemanasan global yang dapat mempengaruhi
bionomik vektor Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang mempunyai sifat yang khas,
menggigit pada waktu siang yaitu pada pagi dan sore hari, hinggap antara lain di
gantungan baju, dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak
mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas yang dibuang
sembarangan yang pada waktu hujan terisi air.
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal. 1) Peningkatan
kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan
dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah baik lintas sektor maupun lintas program dan
masyarakat termasuk sektor swasta. Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam
upaya pemberantasan penyakit DBD antara lain membuat kebijakan dan rencana
strategis penanggulangan penyakit DBD, mengembangkan teknologi pemberantasan,
mengembangkan pedoman pemberantasan, memberikan pelatihan dan bantuan teknis,
melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta penggerakan masyarakat
Masyarakat dapat ikut berperan dalam 3 upaya pemberantasan penyakit DBD
tersebut. Sebagai contoh: peran masyarakat dalam kegiatan surveilans penyakit, yaitu
masyarakat dapat mengenali secara dini tanda-tanda penyakit DBD yang menimpa
salah satu anggota keluarga maupun tetangga mereka dan segera merujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat. Sehingga bisa dilakukan penegakan diagnosa secara dini
dan diberikan pertolongan dan pengobatan dini.
Pertolongan pertama kepada tersangka penderita DBD dapat dilakukan di
rumah sebelum dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan yaitu dengan memberikan
minum sebanyak-banyaknya dengan oralit, teh manis, sirup, juice buah-buahan,
pemberian obat penurun panas seperti paracetamol. Obat penurun panas yang tidak
boleh diberikan adalah dari jenis yang mengandung asam salisilat yang dapat
memperberat perdarahan. Tujuan pemberian pertolongan pertama di atas adalah untuk
mempertahankan volume cairan dalam pembuluh darah penderita sehingga dapat
membantu mengurangi angka kematian karena DBD.
Masyarakat juga dapat berperan dalam upaya pemberantasan vektor yang
merupakan upaya paling penting untuk memutuskan rantai penularan dalam rangka
mencegah dan memberantas penyakit DBD muncul di masa yang akan datang. Dalam
upaya pemberantasan vektor tersebut antara lain masyarakat dapat berperan secara aktif
dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan serentak Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN).

C. Teknik Analisis Isu


Dari beberapa isu di atas, kami melakukan curah pendapat tentang menentukan isu
manakah yang akan diprioritaskan. Teknik yang kami gunakan yaitu Teknik Tapisan Isu
(Metode USG) dan Teknik Analisis Isus (Metode Fishbone)
1. Teknik Tapisan Isu (Metode USG)
Dari beberapa teknik tapisan isu, kami menggunakan teknik USG ini karena
lebih familiar, lebih terukur dikarenakan ada angka/skala. Berikut hasil dari diskusi
kami mengenai beberapa cara untuk memprioritaskan masalah tersebut.
Kriteria
Total
No Isu/Masalah Penilaian Peringkat
Skor
U S G
1 Pelecehan Seksual pada Anak 5 5 5 15 I
2 Sarana dan prasarana berbasis digital 3 1 2 6 IV
belum merata di setiap ruang rawat
jalan di puskesmas
3 Peningkatan Kasus Kehamilan 5 5 4 14 II
Remaja/di Luar Nikah
4 Upaya Pencegahan dan Pengendalian 4 4 4 12 III
DBD

Keterangan USG yaitu : Adapun kriteria penetapan indikator USG, yaitu:


Urgency = Kegawatan Nilai 1 = Tidak Penting
Seriousness = Mendesak Nilai 2 = Kurang Penting
Growth = Pertumbuhan Nilai 3 = Cukup Penting
Nilai 4 = Penting
Nilai 5 = Sangat Penting
Dari hasil diskusi kami, prioritas masalah/isu yang pertama yaitu tentang
“Pelecehan Seksual pada Anak”

2. Teknik Analisis Isu (Metode Fishbone)


Dalam menetapkan akar penyebab masalah kami mengambil menggunakan
metode fish bone yang akan dijabarkan pada gambar di berikut ini:

MAN METHOD MONEY

Masih kurangnya Kurangnya


kesadaran pendidikan sosialisasi Status
agama di masyarakat tentang ekonomi
kesehatan masyarakat
reproduksi yang rendah
Rendahnya kontrol
gairah diri seseorang

AKIBAT:
Pelecehan
Seksual pada
Anak

Belum adanya Kurangnya


Prasarana waktu
Penyalahgunaan CCTV di sudut mengawasi
atau di tempat anak oleh
Media Sosial
yang orang tua
mencurigakan

Machine Material Minute


D. Strategi Penyelesaian Isu
Berikut adalah tabel, tentang solusi pemecahan masalah/isu sesuai dengan metode di
atas.
No. Kategori Penyebab Solusi
1 Man - Masih kurangnya - Koordinasi kepada
kesadaran tokoh agama
pendidikan agama - Konsultasi kepada
di masyarakat psikolog / dokter untuk
- Rendahnya kontrol menghindari trauma
gairah diri korban kasus
seseorang pelecehan, sehingga
perlu penanganan
khusus
2 Method Kurangnya sosialisasi Memberikan Penyuluhan
tentang kesehatan tentang Kesehatan
reproduksi Reproduksi

3 Money Status ekonomi Jaminan berkelanjutan


masyarakat yang pendidikan dan pekerjaan
rendah
4 Machine Penyalahgunaan Media - Bijak dalam ber media
Sosial sosial
- Menyarankan kepada
Dinas/Kementrian
terkait tentang
pemblokiran web yang
bersifat negatif
5 Material Belum adanya Koordinasi kepada pihak
Prasarana CCTV di terkait untuk pengadaan
sudut atau di tempat CCTV sehingga
yang mencurigakan meningkatkan
kewaspadaan terhadap
perilaku kejahatan seksual
6 Minute Kurangnya waktu Penyuluhan pada orang tua
mengawasi anak oleh terkait pentingnya
orang tua pengawasan kepada anak
di luar rumah, terutama di
malam hari

E. Kesimpulan
Tentunya sebagai ASN perlu bersikap kritis untuk mengatasi berbagai macam
permasalah/isu dan cakap menganalisis masalah, sehingga memperoleh masalah mana
yang harus diatasi terlebih dahulu, selain itu solusi/strategi permasalahannya pun tepat
sasaran.

F. Dokumentasi System Thinking/Brainstorming


1. Metode USG

2. Metode Fishbone
3. System Thinking/Brainstorming

4. Dokumentasi Koordinasi kelompok


TUGAS KELOMPOK

PEMBELAJARAN AGENDA I

ANALISIS ISU KONTEMPORER

Disusun oleh :

NDH : 07. Muhammad Firmansyah Alfaridzi, Amd. T


NDH : 15. Ahmad Hamdan Apandi,AM. Kep
NDH : 23. Dea Perdana Rifai, A.M.G
NDH : 27. Desi Asrianti, A.Md. Kep

ANGKATAN IV
KELOMPOK 3 REGU 2

PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DASAR CPNS 2022

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 adalah untuk mewujudkan birokrasi kelas
dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai Negeri
Sipil ( PNS ) dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi
Indonesia dalam percaturan global belum memuaskan. Permasalahan lainnya adalah
kepedulian PNS dalam meningkatkan kualitas birokrasi yang masih rendah menjadikan daya
saing Indonesia dibandingkan negara lain baik di tingkat regional maupun internasional
masih tertinggal.

PNS berkarya pada semua instansi yang melayani masyarakat seperti puskesmas,
rumah sakit, kantor pelayanan pajak, kantor kelurahan, kantor kecamatan, sekolah dasar
hingga menengah dan lain sebagainya. Sehingga di harapkan dengan banyaknya PNS di
setiap lini pelayanan masyarakat, PNS mampu untuk mengembangkan kemampuannya sesuai
dengan harapan masyarakat yang tinggi dan kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya
sebagai ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c)
komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan.

Salah satu kemampuan PNS adalah dapat merespon setiap hal – hal yang menjadi
trending topic yang terus di perbinvangkan akhir – akhir ini. Diantara berita atau kejadian
yang menjadi trending topic adalah masih adanya berita terkait kasus korupsi, fokusnya
semua instansi pemerintah pada pencegahan stunting pada anak balita, serta sejak 2020
Indonesia mengalami pandemic Covid-19 yang membuat masyarakat harus menjaga protocol
kesehatan seperti penggunaan masker serta penanggulangan Covid-19 berupa pelaksanaan
vaksinasi bagi masyarakat serta penanggulangan penyakit tidak menular.

Sebagai PNS harus mampu melakukan analisa atau pemecahan masalah yang menjadi
trending topic tersebut sesuai dengan latar belakang PNS bekerja namun tetap melakukan
koordinasi dengan lintas sektor terkait agar permasalahan yang timbul dapat segera diatasi.
Oleh karena itu masalah - masalah yang menjadi trending topic tersebut harus dapat
dipecahkan secara rinci agar tindak lanjut atau solusinya dapat melingkupi semua instansi
yang terlibat serta untuk menghindari tumpang tindih tugas.
Agar sebuah masalah dapat diatasi sesuai dengan dampak yang timbul serta
kemampuan PNS atau instansi PNS bekerja maka perlu di susun sebuah metode analisa
masalah dan pemecahan masalah sehingga masalah yang menjadi trending topic tidak
berlarut larut.
BAB II
A. MENENTUKAN MASALAH
1. Masih adanya kasus Stunting pada anak

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama terutama
pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dari ibu mengalami kehamilan (270
hari) sampai anak usia 2 tahun (730 hari) sehingga tinggi badan anak dibanding usia
nya berdasarkan standar tidak sesuai grafik atau melihat teman sebaya nya terlihat lebih
pendek.
Dampak jangka pendek dari stunting ini adalah gagal tumbuh, penurunan
kemampuan kognitif dan motorik anak balita, serta kurang optimalnya pertumbuhan dan
adanya gangguan metabolisme sehingga jangka panjangnya adalah penurunan kapasitas
intelektual adanya gangguan sel otak untuk secara permanen sehingga ketika sekolah
tidak optimal untuk menyerap pelajara di sekolah yang mengakibatkan penurunan
produktivitas di masa dewasa nanti.

2. Masih kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap vaksin (imunisasi)


Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu. Produk/ zat yang dimasukkan (suntikan/ lewat mulut) kedalam tubuh untuk
menstimulasi sistem imun tubuh. Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh.
Faktor yang menjadi penentu dalam pemberian imunisasi di masyarakat adalah
perilaku masyarakat itu sendiri. Beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak
terpenuhinya pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi secara merata. Menurut
dari beberapa penelitian yang dilakukan menyebutkan beberapa hambatan yang
menjadi kendala dalam pemberian imunisasi yaitu seperti tradisi (budaya), dukungan
keluarga, tingkat pendidikan orang tua, pengetahuan ibu, pekerjaan orang tua, akses
atau jangkaun pelayanan imunisasi, sikap dan perilaku ibu, informasi terkait imunisasi,
keterbatasan waktu, komposisi vaksin, usia ibu, status imunisasi, peran petugas
kesehatan, dukungan tokoh agama, kepatuhan ibu, kehadiran balita serta pendapatan
orang tua. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam
tentang faktor yang mempengaruhi kurangnya cakupan pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Waluran Kabupaten Sukabumi.
Dikarenakan terdapat beberapa hambatan, salah satunya dampak dari pandemi
COVID-19 dari tahun 2020 yang sudah terjadi sehingga sasaran tidak datang ke
pelayanan kesehatan untuk vaksinasi dikarenakan tingginya penularan COVID-19 yang
sedang terjadi, serta dengan beredarnya vaksin COVID masyarakat beranggapan bahwa
petugas kesehatan akan memberikan vaksin COVID-19 kepada bayinya, masih adanya
masyarakat yang menolak untuk dilakukan vaksinasi pada bayi atau balitanya karena
efek samping dari imunisasi seperti demam, adanya adat budaya dan kepercayaan yang
menolak imunisasi dan kurangnya pengetahuan tentang imunisasi pada sebagain
masyarakat, biasanya masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang
imunisasi ini merupakan sebagian masyarakat yang tidak menghadiri penyuluhan saat
dilaksanakan posyandu.
Hasil dari wawancara dengan beberapa staf di salah satu puskesmas di
kabupaten sukabumi menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian
imunisasi campak yaitu seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu, informasi imunisasi,
dan dukungan keluarga. Beberapa staf yang terjun langsung saat melakukan penyuluhan
serta memberikan pelayanan kesehatan di posyandu dapat menilai masyarakat yang ada
di wilayah kerja Puskesmas.
3. Kasus covid-19 di dalam maupun luar negeri

Apa yang sedang terjadi dan dialami oleh dunia saat ini yaitu covid-19
merupakan penyakit yang disebabkan oleh coronavirus dalam penularannya, virus
tersebut menjadi ancaman global, melihat pandemi tidak melihat batas-batas negara
yang dikarenakan dari pergerakan manusia. Resiko bersama yang dialami tidak
mungkin bisa di tangani sendiri, perlu adanya kerjasama internasional dalam upaya
mengatasinya. Selain itu juga kerjasama ditingkat lokal dalam suatu pemerintahan
sangat diperlukan dan dibutuhkan. Isu kesehatan global tidak bisa dipisahkan oleh
kepentingan negara dan juga politik suatu negara. Berbicara negeri kita yang tercinta
ini, perihal kesehatan merupakan bagian dari salah satu pilar politik luar negeri
Indonesia. Oleh sebab itu sudah seharusnya negara bergerak secara cepat dan
transparan dalam memutus mata rantai penularan coronavirus dalam penyakit covid-
19 yang menjadi sebuah bencana kesehatan.
Dalam menyikapi covid-19 yang penularannya melalui coronavirus, kita akan
melihat dari konsep Human Security atau keamanan manusia. Keamanan manusia
kedepannya harus lebih diperhatikan dan juga menjadi prioritas bagi negara bangsa.
Berbicara konsep keamanan manusia bisa kita merujuk atau mengacu pada konsep
keamanan manusia menurut United Nations Development Programme (UNDP) atau
Program Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Menurut UNDP ada 7
(tujuh) komponen penting, dan harus diperhatikan dan dipenuhi oleh negara, yaitu:
• Bebas dari kemiskinan dan jaminan pemenuhan kebutuhan hidup.
• Akses terhadap kebutuhan pangan.
• Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, dan adanya proteksi penyakit.
• Proteksi dari polusi udara dan pencemaran lingkungan.
• Kelestarian identitas kultural dan tradisi budaya, dan
• Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan juga kebebasan dari
tekanan politik.
3. Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam
jangka waktu yang panjang (kronis). Pada perjalanan awal, PTM sering tidak
bergejala, banyak yang tidak mengetahui dan menyadari jika mengidap PTM. Hal
tersebut membuat kesadaran untuk memeriksakan diri / deteksi dini kurang. Sehingga
banyak yang periksa ketika terjadi komplikasi dari PTM, bahkan berakibat kematian
lebih dini.
Semakin hari kejadian PTM semakin meningkat. Seperti ditunjukkan dengan
data Riskesdas tahun 2013 dan Riskesdas tahun 2018. Pada Riskesdas tahun 2013,
kejadian Diabetes Mellitus (DM) 6,9% , Hipertensi (HT) 25,8% dan perokok adalah
7,2%. Tetapi pada Riskesdas tahun 2018 telah terjadi peningkatan yaitu kejadian DM
8,5% ,HT 34,1% dan perokok adalah 9,1%. Hal tersebut sesuai dengan penyebab
kematian yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Danurejan II yaitu penyakit
jantung, stroke, HT, kanker dan DM.
Penyebab kematian tersebut seusai dengan hasil pendataan PIS PK (Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) yang menyatakan bahwa indikator
hipertensi berobat secara teratur menjadi cakupan terendah diantara indikator keluarga
sehat lainnya.
B. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH

Teknik analisa prioritas masalah adalah untuk menentukan masalah mana yang
sangat penting untuk dipecahkan. Setelah memahami berbagai masalah sebagaiamana
disebutkan diatas, dilakukan analisa prioritas masalah dengan metode penetapan
masalah yang terdiri dari U (Urgency) / Kegawatan, S (Seriousness) / Mendesak, dan
G (Growth)/ Pertumbuhan.

SELEKSI MASALAH MENGGUNAKAN


METODE USG
NO MASALAH KRITERIA PENILAIAN TOT PERINGK
Kegawatan Mendesak Pertumbuhan AL AT
SK MASALA
OR H
1 Masih adanya 5 5 5 15 1
kejadian stunting

2 Kasus covid-19 di 5 3 3 11 4
dalam maupun
luar negeri

3 Penyakit 5 4 4 13 2
tidak
menular

4 Masih kurangnya 4 4 4 12 3
kepercayaan
masyarakat terhadap
vaksin (imunisasi)

Keterangan pada kolom USG yaitu:


Urgency = Kegawatan, Seriousness = Mendesak, Growth = Pertumbuhan.

Adapun kriteria penetapan indikator USG, yaitu: skor1 = Tidak penting, skor 2 =
Kurang penting, skor 3 = Cukup penting, skor 4 = Penting, skor 5 = Sangat penting
C. TEKNIS IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH

Dalam menentukan analisa pemecahan masalah dapat dilakukan dahulu penyebab


mengapa masalah itu muncul dengan menggunakan moted diagram tulang ikan atau fish
bone.

STUNTING
KEJADIAN
D. TEKNIS PEMECAHAN MASALAH

Setelah mengetahui analisa mengenai penyebab masalah stunting diatas maka dapat
diketahui solusi pemecahan masalah nya diantara nya adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan kepala desa terkait gaji kader atau bantuan bagi masyarakat
ekonomi rendah apakah ada anggaran yang tersedia atau tidak.
2. Penyuluhan tentang pentingnya asupan makan bagi balita, pentinya ASI eks,
pentingnya PHBS.
3. Perlu dibuatkan jadwal untuk penyuluhan ke desa – desa atau posyandu – posyandu
oleh nakes agar kegiatan kegiatan penyuluhan ini dapat menjangkau semua lapisan
masyarakat
4. Koordinasi antar lintas sector terkait pengadaan sarana air bersih, jamban sehat,
septictank.
5. Berkoordinasi dengan ketua RT/RW kepala dusun untuk dapat menggerakan keluarga
yang memiliki balita agar rutin ke posyandu.
6. Pengajuan alat – alat / media penyuluhan agar penyuluhan lebih menarik untuk diikuti.
E. Dokumentasi Kegiatan

Koordinasi Regu 2 tentang Penentuan Isu Kontemporer

Koordinasi Kelompok 4 Terkait Tugas Isu Kontemporer

Anda mungkin juga menyukai