Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN AKHIR PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun untuk memenuhi tugas individu departemen komunitas di


Puskesmas Dau Malang

Oleh :
Tomi Rinaldi
0910723038

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat yang kurang mampu yang ditandai
dengan pendapatan yang rendah, kurangnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan
kurangnya aset (Oyortey & Pobi, 2003). Menikah dini di negara berkembang termasuk
Indonesia berkaitan dengan aspek ekonomi, pendidikan, kependudukan dan sosio kultural.
Dalam aspek pernikahan, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
melaporkan bahwa dari 6.341 perempuan usia 15-19 tahun, 12,8% dari mereka sudah
menikah dan dari 6.681 perempuan usia 20-24 tahun, 59,2% diantaranya sudah menikah.
Usia 15-24 tahun oleh UNFPA dianggap sebagai pemuda dan 15-19 tahun sebagai remaja
akhir, sehingga jelas bahwa remaja berdasarkan SDKI 2007 menikah pada usia yang lebih
muda.Selain itu, Gokce et al. (2007) juga menemukan bahwa, sebuah penelitian
menggunakan data dari 40 Demografi dan Survei Kesehatan menunjukkan bahwa sebagian
besar perempuan di negara-negara berkembang terus menikah sebagai remaja.
Perkawinan dini dan kehamilan remaja menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan
perempuan karena terputusnya sekolah serta rendahnya tingkat partisipasi kerja perempuan
dan pendapatan keluarga muda yang rendah. Hal ini berdampak pada krisis keluarga dan
taraf kesejahteraan yang kurang menguntungkan (Gogger & Bronars, 1993). Permasalahan
remaja termasuk didalamnya masalah pernikahan dini melalui program kesehatan reproduksi
remaja (WHO, 2006).
Pemerintah telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BkkbN) dalam
mengatasi permasalahan remaja dengan mengembangkan program Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR). Program KRR termasuk salah satu program pokok yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009). Diharapkan melalui program
ini setiap Kecamatan memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
(PIK-KRR) yang dapat mengatasi dan menanggulangi permasalahan remaja termasuk
pernikahan dini.
Perempuan yang menikah pada usia dini mempunyai waktu yang lebih panjang
berisiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih tinggi (Wilopo, 2005). Sebagaimana
tertera dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Perkembangan Penduduk
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, perlunya pengendalian kuantitas, peningkatan
kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk agar mampu menjadi sumber daya yang
tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional. Untuk mengatasi angka kelahiran
tinggi dan pengendalian jumlah penduduk, BkkbN tahun 2008 meluncurkan program baru
yaitu Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) (Muadz dkk, 2008).
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pernikahan dini di Indonesia
masih dijumpai pada daerah pedesaan. Perkawinan dini di pedesaan dipengaruhi oleh
karakteristik lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya masyarakat (Hanum, 1997).
Median usia kawin pertama Indonesia berada pada usia 19,8 tahun, sedangkan median usia
kawin pertama di pedesaan adalah 17,9 tahun (BPS & ORC Marco, 2007). Angka ini
mengindikasikan bahwa separuh dari pasangan usia subur di Indonesia menikah di bawah
usia 20 tahun.
Penelitian Choe, Thapa, dan Achmad di Indonesia dan Nepal (2001) yang ditinjau dari
segi demografis menunjukkan bahwa pernikahan sebelum usia 18 tahun pada umumnya
terjadi pada perempuan di Indonesia terutama di pedesaan. Hal ini dikarenakan tingkat
ekonomi serta pendidikan yang rendah serta faktor akses informasi yang tidak memadai.
Terjadinya pernikahan dini tidak terlepas dari tradisi dan pandangan masyarakat
terhadap pernikahan dan keluarga. Tradisi pernikahan termasuk juga usia yang diharapkan
untuk menikah dan bagaimana pemilihan istri tergantung pada pandangan masyarakat
terhadap sebuah keluarga yaitu mengenai peran, struktur, pola hidup dan tanggung jawab
individu terhadap keluarganya. Alasan penyebab terjadinya pernikahan dini juga tergantung
pada kondisi dan kehidupan sosial masyarakatnya. Terdapat dua alasan utama terjadinya
pernikahan dini, pertama, pernikahan dini sebagai strategi untuk bertahan secara ekonomi.
Kemiskinan adalah salah satu factor utama yang menjadi tiang pondasi munculnya
pernikahan dini. Pernikahan dini meningkat ketika tingkat kemiskinan juga meningkat.
Penyebab kedua adalah untuk melindungi anak gadisnya. Pernikahan adalah salah satu cara
untuk memastikan anak perempuan mereka terlindungi sebagai sitri, melahirkan anak yang
sah dimata hokum dan akan lebih aman jika memiliki suami yang dapat menjaga mereka
secara teratur (UNICEF, 2005).
Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan
diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan perempuan berumur 16 tahun. Namun
pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan
dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan
upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Oleh karena itu perkawinan diizinkan bila
laki-laki berumur minimal 21 tahun dan perempuan minimal berumur 19 tahun, sehingga
perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan
perempuan kurang dari 19 tahun.
Di negara-negara kurang berkembang, termasuk Indonesia, praktek pernikahan dini
dari Pemuda dan Remaja sering umum terutama di daerah pedesan Kondisi ekonomi yang
buruk kadang-kadang menjadi pembenaran mengapa orang tua yang hanya sebagian dari
gelar pendidikan yang lebih rendah (misalnya sekolah dasar) dengan menikahi putri
mereka untuk membantu penghasilan keluarga keuangan. Ini 'praktek pernikahan dini'
secara teratur pergi di daerah pedesaan yang orang tergantung terutama pada sumber daya
pertanian. Mereka sangat membutuhkan anggota keluarga yang dapat mendukung pekerjaan
mereka di lapangan, dan satu pilihan yang mereka dapat memperoleh adalah untuk
menikah anak perempuan mereka tanpa memperhitungkan usia.
Berdasarkan hasil wawancara kepada bidan Desa Selorejo didapatkan adanya
masalah pernikahan dini yang banyak terjadi di desa tersebut. Kunjungan konsultasi keluarga
muda ke bidan desa mengenai kesehatan reproduksi, penggunaan KB, dan perawatan balita
pada keluarga usia pernikahan muda. Dari data awal yang telah didapatkan dari pengkajian
awal pada setiap keluarga, mayoritas (95%) di setiap keluarga belum mendapatkan
penyuluhan mengenai ketiga masalah tersebut.
Pada kegiatan praktek profesi keperawatan komunitas kami akan melakukan
pemberian edukasi, konseling dan penyuluhan pada masyarakat dengan usia pernikahan
muda. Pembinaan kepada keluarga dengan usia pernikahan dini yang dapat menimbulkan
resiko biologis, psikologis, social, ekonomi. Seperti masalah kesehatan reproduksi,
penggunaan KB dan perawatan balita, Dengan ini diharapkan dapat mengatasi masalah
kesehatan yang terjadi pada individu, keluarga dan masyarakat serta mampu meningkatkan
derajat kesehatan dan manajemen konflik yang optimal secara mandiri pada keluarga dengan
usia pernikahan dini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja, penggunaan KB dan perawatan balita serta manajemen konflik
pada keluarga dengan usia pernikahan dini di RW 1-4 Dusun Krajan Desa Selorejo serta
mampu memberi pengetahuan untuk mencegah terjadinya masalah biologis, psikologis, social
dan ekonomi bersama masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang
terdapat di masyarakat dalam proses asuhan keperawatan komunitas.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan komunikasi efektif dengan tokoh masyarakat dan semua lapisan
masyarakat

2. Mengumpulkan data dan menganalisis data kesehatan masyarakat terkait


pengetahuan kesehatan reproduksi, penggunaan KB dan perawatan balita serta
manajemen konflik
3. Melakukan diskusi bersama masyarakat seputar upaya peningkatan perilaku
kesehatan reproduksi remaja, penggunaan KB dan perawatan balita serta manajemen
konflik

4. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan


perilaku kesehatan reproduksi remaja, penggunaan KB dan perawatan balita serta
manajemen konflik

5. Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat upaya peningkatan perilaku kesehatan


reproduksi remaja, penggunaan KB dan perawatan balita serta manajemen konflik

6. Menganalisa catatan perkembangan kesehatan remaja setiap minggu dalam


rangkaian kegiatan proses keperawatan

7. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah
keperawatan yang ditemukan

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa
1. Mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan kepada masyarakat tentang
kesehatan khususnya seputar kesehatan reproduksi remaja, penggunaan KB dan
perawatan balita serta manajemen konflik

2. Mendapatkan pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan dan menentukan


langkah penyelesaiannya

3. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dengan memanfaatkan sumber daya dalam


komunitas dalam meningkatkan kemandirian masyarakat untuk mengatasi dan
mencegah masalah kesehatan reproduksi, penggunaan KB dan perawatan balita serta
manajemen konflik.

1.3.2 Untuk masyarakat


1. Remaja dapat memahami pertumbuhan dan perkembangan pada diri sendiri dan
perilaku menjaga kesehatan reproduksi, penggunaan KB, perawatan balita serta
manajemen konflik

2. Orang tua mampu menjalankan peran secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan anak usia remaja

3. Masyarakat memahami kebutuhan remaja dalam meningkatkan perilaku kesehatan


reproduksi remaja, penggunaan KB dan perawatan balita serta manajemen konflik
4. Masyarakat mampu secara mandiri mencegah masalah kesehatan reproduksi remaja,
penggunaan KB dan perawatan balita serta manajemen konflik

1.3.3 Untuk puskesmas


1. Memberikan sumbangan/masukan berupa informasi tentang pengetahuan masyarakat
terkait kesehatan reproduksi remaja, penggunaan KB dan perawatan balita serta
manajemen konflik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja


2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi
pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi
perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (soetjiningsih,2004).
·       Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk
masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa.
Oleh karena, itu remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase
“topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan
secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini
adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada
masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Mohammad
Ali, 2010).
·       Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas
(Widyastuti Yani, 2009).

2.2.2 Tahap-tahap Remaja
Perkembangan dalam segi rohani atau kejiwaan juga melewati tahapan-
tahapan yang dalam hal ini dimungkinkan dengan adanya kontak terhadap lingkungan
atau sekitarnya. Masa remaja dibedakan menjadi:
a)    Masa remaja awal (10-13 tahun)
1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2. Tampak dan merasa ingin bebas
3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berfikir khayal (abstrak)

b)    Masa remaja tengah (14-16 tahun)


1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2. Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis
3. Timbul perasaan cinta yang mendalam
4. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
5. Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual

c)    Masa remaja akhir (17-19 tahun)


1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4. Dapat mewujudkan perasaan cinta
5. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
6. Manfaat remaja mengetahui kesehatan reproduksi
Agar memiiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai
faktor yang ada disekitarnya sehingga remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertujuan mengenai proses reproduksi.
4)    Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi dan hak – hak
reproduksi
b. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasangannya
c. PMS, HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
e. Pengaruh sosial & media thdp perilaku sexual
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan
diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative.

2.2.3 Perubahan pada Remaja


a)   Perubahan Fisik
Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan  dan laki-kali
memasuki usia antara 9 – 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tubuh menjadi
lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-perubahan di dalam
tubuh yg memungkinkan untuk bereproduksi atau berketurunan. Perubahan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas
ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan atau mimpi basah pada laki-
laki.
1)   Mimpi basah
Remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma bisa dikeluarkan
melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui penis.
Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja laki-laki) melalui
mimpi basah.
2)   Proses terjadinya menstruasi
Menstruasi terjadi karena sel telur yang diproduksi ovarium tidak dibuahi oleh sel
sperma dalam rahim. Sel telur tersebut menempel pada dinding rahim dan
membentuk lapisan yang banyak mengandung PemDa, kemudian menipis dan
luruh keluar melalui mulut rahim dan vagina dalam bentuk darah, yang biasanya
terjadi antara 3-7 hari. Jarak antara satu haid dengan haid berikutnya tidak sama
pada setiap orang. Adakalanya 21 hari atau bisa juga 35 hari.
b)   Alat reproduksi
1)    Pada perempuan
 Bibir luar dan labia minora
 Kelentit (clitoris)
 Lubang vagina
 Rambut kemaluan (mons veneris)
 Vagina
 Mulut rahim (cervix)
 Rahim (uterus)
 Sal telur (tuba fallopi)
  Indung telur (ovarium)

2)    Pada laki-laki
 Zakar (penis)
 Buah zakar (testis)
 Saluran zakar (uretra)
 Skrotum
 Sal sperma (vas deferens)
 Kelenjar prostat
 Bladder (kandung kencing)

c)   Masa subur
Masa subur adalah  masa dimana terjadinya pelepasan sel telur pada perempuan.
Titik puncak kesuburan terjadi pada hari ke 14 sebelum masa menstruasi berikutnya
Tanggal menstruasi berikutnya sering kali tidak pasti pada remaja. Biasanya diambil
perkiraan masa subur 3-5 hari sebelum dan sesudah hari ke 14.
b)  Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat di kelompokan
sebagai berikut :
 kehamilan tak dikehendaki
 kehamilan dan persalinan usia muda
 masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS
 tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan
transaksi seks komersil

c)   Pembinaan kesehatan reproduksi pada remaja, berupa pembekalan ilnu pengetahuan


diantaranya :
 Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
 Proses reproduksi yg bertanggung jawab
 Pergaulan yg sehat antara remaja laki-laki dan perempuan
 Persiapan pra nikah
 Kehamilan dan persalinan, serta cara Pencegahannya

3)   Peran tenaga kesehatan dalam menanggulangi masalah seksual


a)  Ikut serta dalam kelompok remaja sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan
misal: pengajian remaja & karang taruna
b)  Melakukan penyuluhan- penyuluhan pada remaja yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi

2.2.4 Perubahan yang Terjadi Pada Masa Remaja


Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia
remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif
dan dimensi sosial.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai
membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki
mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin
menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya.
Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.

b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang
ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana
untuk masa depan.

c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam
menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak
lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya.

2.2.5 Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi


a. Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan
organ reproduksi bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
a. Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora,
labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula
vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.

b. Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit
dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.

c. Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal
yang membentuk pola tertentu.
d. Payudara / kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.

Organ reproduksi bagian dalam:


a. Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir
dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang
kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk
keluarnya air kemih saja.

b. Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang


teratur di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan
sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah
melahirkan.

c. Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang
di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai pelumas
waktu melakukan aktifitas seksual.

d. Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya
mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan
otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding
sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.

e. Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai
tempat melintasnya sel telur/ovum.

f. Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon
esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah.

Fungsi organ:
Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali
pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai
berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan
progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan
terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan
dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba uterina.
Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian tidak
berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini sehingga
payudara akan membesar.

b. Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat
kelamin pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
a. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya
pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan
serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai
cairan sperma yang di sebut uretra.

b. Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri
dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.

Organ reproduksi bagian dalam:


a. Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-
kecil membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.

b. Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa,


berjumlah 2 buah.

c. Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan


kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.

d. Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk


kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu
dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap
kali pria ejakulasi.

Fungsi organ:
Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai saat pubertas
sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut antara lain:
a. Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama
kehidupannya.
b. Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat
pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig dalam
testis.

2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan
alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah,
penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja
dengan keluarganya.
a. Kebersihan Organ-Organ Genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut
dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak
menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat
dengan anus.

b. Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan


Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-
hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari
sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan
reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga.
Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja
mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku
berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan
kehamilan, Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar,
kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang
kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut,
khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit
menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral
bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut.
c. Hubungan seksual pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun.
Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko
kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan
yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang
berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil
misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya
secara umum.
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi.
Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa
hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang
tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko
lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi
yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi
akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu
antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)


5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9. Kanker hati (Liver Cancer)

10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya

11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)


Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya
rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-
teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku
pencobaan bunuh diri.

2.2 Pernikahan Dini


A. Pengertian
Pernikahan dini menurut UU no. 1 perkawinan tahun 1974 bahwa usia hukum
minimum yang ditetapkan untuk menikah bagi perempuan 16 tahun dan 19 tahun
bagi laki-laki. Jadi jika seorang wanita harusnya menikah usia diatas 16 tahnun dan
bagi pria usia diatas 19 tahun.

B. Permasalahan dalam pernikahan dini


Beberapa permasalahan dalam pernikahan meliputi faktor yang mendorong
maraknya pernikahan anak, pengaruhnya terhadap pendidikan, terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga, dampak terhadap kesehatan reproduksi, anak yang dilahirkan
dan kesehatan psikologi anak, serta tinjauan hukum terkait dengan pernikahan anak.

C. Faktor yang mendorong maraknya pernikahan anak


Di berbagai penjuru dunia, pernikahan anak merupakan masalah sosial dan
ekonomi, yang diperumit dengan tradisi dan budaya dalam kelompok masyarakat.
Stigma sosial mengenai pernikahan setelah melewati masa pubertas yang dianggap
aib pada kalangan tertentu, meningkatkan pula angka kejadian pernikahan anak.
Motif ekonomi, harapan tercapainya keamanan sosial dan finansial setelah menikah
menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan usia dini. Alasan orangtua
menyetujui pernikahan anak ini seringkali dilandasi pula oleh ketakutan akan
terjadinya kehamilan di luar nikah akibat pergaulan bebas atau untuk mempererat tali
kekeluargaan.Secara umum, pernikahan anak lebih sering dijumpai di kalangan
keluarga miskin, meskipun terjadi pula di kalangan keluarga ekonomi atas. Di banyak
negara, pernikahan anak seringkali terkait dengan kemiskinan. Negara dengan kasus
pernikahan anak, pada umumnya mempunyai produk domestik bruto yang rendah.
Pernikahan anak membuat keluarga, masyarakat, bahkan negara mengalami
kesulitan untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan dan hal ini tentunya
menyebabkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan yang rendah baik anak maupun
keluarga dan lingkungannya.

D. Pernikahan usia dini dan derajat pendidikan


Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan yang
dicapai oleh sang anak. Pernikahan dini seringkali menyebabkan anak tidak lagi
bersekolah, karena kini ia mempunyai tanggungjawab baru, yaitu sebagai istri dan
calon ibu, atau kepala keluarga dan calon ayah, yang diharapkan berperan lebih
banyak mengurus rumah tangga maupun menjadi tulang punggung keluarga dan
keharusan mencari nafkah. Pola lainnya yaitu karena biaya pendidikan yang tak
terjangkau, anak berhenti sekolah dan kemudian dinikahkan untuk mengalihkan
beban tanggungjawab orangtua menghidupi anak tersebut kepada pasangannya.
Dari berbagai penelitian didapatkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat
pendidikan dan usia saat menikah, semakin tinggi usia anak saat menikah maka
pendidikan anak relatif lebih tinggi dan demikian pula sebaliknya. Pernikahan di usia
dini menurut penelitian UNICEF tahun 2006 tampaknya berhubungan pula dengan
derajat pendidikan yang rendah. Menunda usia pernikahan merupakan salah satu
cara agar anak dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi.

E. Masalah domestik dalam pernikahan usia dini


Ketidaksetaraan jender merupakan konsekuensi dalam pernikahan anak.
Mempelai anak memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyuarakan pendapat,
menegosiasikan keinginan berhubungan seksual, memakai alat kontrasepsi, dan
mengandung anak. Demikian pula dengan aspek domestik lainnya. Dominasi
pasangan seringkali menyebabkan anak rentan terhadap kekerasan dalam rumah
tangga. Kekerasan dalam rumah tangga tertinggi terjadi di India, terutama pada
perempuan berusia 18 tahun. Perempuan yang menikah di usia yang lebih muda
seringkali mengalami kekerasan. Anak yang menghadapi kekerasan dalam rumah
tangga cenderung tidak melakukan perlawanan, sebagai akibatnya merekapun tidak
mendapat pemenuhan rasa aman baik di bidang sosial maupun finansial. Selain itu,
pernikahan dengan pasangan terpaut jauh usianya meningkatkan risiko keluarga
menjadi tidak lengkap akibat perceraian, atau menjanda karena pasangan meninggal
dunia.

F. Kesehatan reproduksi dan pernikahan usia dini

Masa pubertas (puber) ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi,


baik primer (produksi sperma atau sel telur) maupun organ reproduksi sekunder
(kumis, rambut kemaluan, payudara). Awal masa puber berkisar antara usia 11–12
tahun (perempuan) dan 13–14 tahun (laki-laki). Masa pubertas dicirikan dengan
terjadinya perubahan kerja hormon serta terjadinya hormon yang dominan pada
setiap jenis kelamin, estrogen (pada perempuan) dan testosterone (pada laki-laki).
Pada masa pubertas laki-laki mulai mengalami mimpi basah, yaitu keluarnya sperma
ketika mimpi tentang seks yang terjadi secara periodik berkisar setiap 2–3 minggu.
Mimpi basah sebenarnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki berejakulasi. Hal
ini normal bagi semua remaja laki-laki. Sedangkan masa pubertas pada perempuan
mengalami menstruasi (haid). Menstruasi akan berakhir saat perempuan berusia
sekitar 45–50 tahun (disebut menopause), di Indonesia menopause terjadi rata-rata di
atas usia 50 tahun. Ovarium bayi perempuan yang baru lahir mengandung ratusan
ribu sel telur tetapi belum berfungsi. Ketika pubertas, ovarium sudah mulai berfungsi
dan terjadi proses yang disebut siklus menstruasi (jarak antara hari pertama
menstruasi bulan ini dengan hari pertama menstruasi bulan berikutnya). Dalam satu
siklus, dinding rahim menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan. Sel telur yang
matang akan berpotensi untuk dibuahi oleh sperma hanya dalam 24 jam. Apabila
ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan mati dan terjadilah perubahan
pada komposisi kadar hormone yang akhirnya membuat dinding rahim akan luruh
disertai pendarahan, yang disebut dengan menstruasi. Kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi pada remaja, terutama yang telah mengalami haid,
menyebabkan sering terjadi kehamilan tidak diinginkan . Pengertian kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik,
mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.15 Sedangkan kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan
fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.15. Definisi kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di Kairo adalah
keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata
ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi dan fungsi dan proses.15 
Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun
meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan
di usia yang sangat muda ini ternyata berkorelasi dengan angka kematian dan
kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima
kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24
tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19
tahun.Angka kematian ibu usia di bawah 16 tahun di Kamerun, Etiopia, dan Nigeria,
bahkan lebih tinggi hingga enam kali lipat. Anatomi tubuh anak belum siap untuk
proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa
obstructed labour serta obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003,
memperlihatkan 15%-30% di antara persalinan di usia dini disertai dengan komplikasi
kronik, yaitu obstetric fistula. Fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan
yang menyebabkan kebocoran urin atau feses ke dalam vagina. Wanita berusia
kurang dari 20 tahun sangat rentan mengalami obstetric fistula. Obstetric fistula ini
dapat terjadi pula akibat hubungan seksual di usia dini.Pernikahan anak berhubungan
erat dengan fertilitas yang tinggi, kehamilan dengan jarak yang singkat, juga
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Mudanya usia saat melakukan hubungan
seksual pertamakali juga meningkatkan risiko penyakit menular seksual dan
penularan infeksi HIV. Banyak remaja yang menikah dini berhenti sekolah saat
mereka terikat dalam lembaga pernikahan, mereka seringkali tidak memahami dasar
kesehatan reproduksi, termasuk di dalamnya risiko terkena infeksi HIV. Infeksi HIV
terbesar didapatkan sebagai penularan langsung dari partner seks yang telah
terinfeksi sebelumnya. Lebih jauh lagi, perbedaan usia yang terlampau jauh
menyebabkan anak hampir tidak mungkin meminta hubungan seks yang aman akibat
dominasi pasangan. Pernikahan usia muda juga merupakan faktor risiko untuk
terjadinya karsinoma serviks. Keterbatasan gerak sebagai istri dan kurangnya
dukungan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena terbentur kondisi ijin
suami, keterbatasan ekonomi, maka penghalang ini tentunya berkontribusi terhadap
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada remaja yang hamil.

G. Anak yang dilahirkan dari pernikahan usia dini


Saat anak yang masih bertumbuh mengalami proses kehamilan, terjadi
persaingan nutrisi dengan janin yang dikandungnya, sehingga berat badan ibu hamil
seringkali sulit naik, dapat disertai dengan anemia karena defisiensi nutrisi, serta
berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Didapatkan bahwa sekitar 14%
bayi yang lahir dari ibu berusia remaja di bawah 17 tahun adalah prematur. Anatomi
panggul yang masih dalam pertumbuhan berisiko untuk terjadinya persalinan lama
sehingga meningkatkan angka kematian bayi dan kematian neonatus. Depresi pada
saat berlangsungnya kehamilan berisiko terhadap kejadian keguguran, berat badan
lahir rendah dan lainnya. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah, sehingga meningkatkan risiko terjadinya eklamsi yang membahayakan janin
maupun ibu yang mengandungnya. Asuhan antenatal yang baik sebenarnya dapat
mengurangi terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Namun sayangnya
karena keterbatasan finansial, keterbatasan mobilitas dan berpendapat, maka para
istri berusia muda ini seringkali tidak mendapatkan layanan kesehatan yang
dibutuhkannya, sehingga meningkatkan risiko komplikasi maternal dan mortalitas.
Menjadi orangtua di usia dini disertai keterampilan yang kurang untuk mengasuh
anak sebagaimana yang dimiliki orang dewasa dapat menempatkan anak yang
dilahirkan berisiko mengalami perlakuan salah dan atau penelantaran. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan dari pernikahan usia dini
berisiko mengalami keterlambatan perkembangan, kesulitan belajar, gangguan
perilaku, dan cenderung menjadi orangtua pula di usia dini.

H. Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini


Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini didukung
oleh suatu penelitian yang menunjukkan bahwa keluaran negatif sosial jangka
panjang yang tak terhindarkan, ibu yang mengandung di usia dini akan mengalami
trauma berkepanjangan, selain juga mengalami krisis percaya diri. Anak juga secara
psikologis belum siap untuk bertanggungjawab dan berperan sebagai istri, partner
seks, ibu, sehingga jelas bahwa pernikahan anak menyebabkan imbas negatif
terhadap kesejahteraan psikologis serta perkembangan kepribadian mereka.

I. Tinjauan hukum dalam pernikahan usia dini


Konvensi Hak Anak (KHA) berlaku sebagai hukum internasional dan KHA
diratifikasi melalui Keppres No.36 tahun 1990, untuk selanjutnya disahkan sebagai
undang-undang Perlindungan Anak (UU PA) No.23 tahun 2002. Pengesahan UU
tersebut bertujuan untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak. Dalam
UU PA dinyatakan dengan jelas bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap
hak anak yang merupakan hak asasi manusia.Konvensi Hak Anak telah menjadi
bagian dari sistem hukum nasional, sehingga sebagai konsekuensinya kita wajib
mengakui dan memenuhi hak anak sebagaimana dirumuskan dalam KHA. Salah satu
prinsip dalam KHA yaitu “kepentingan yang terbaik bagi anak”. Maksud dari prinsip
“kepentingan yang terbaik bagi anak” adalah dalam semua tindakan yang berkaitan
dengan anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan
yudikatif, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.
Dalam UU PA pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa “perlindungan anak” adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Dalam deklarasi hak asasi manusia, dikatakan bahwa pernikahan harus
dilakukan atas persetujuan penuh kedua pasangan. Namun kenyataan yang dihadapi
dalam pernikahan usia dini ini, persetujuan menikah seringkali merupakan akumulasi
dari paksaan atau tekanan orangtua/wali anak, sehingga anak setuju untuk menikah
seringkali merupakan rasa bakti dan hormat pada orangtua. Orangtua beranggapan
menikahkan anak mereka berarti suatu bentuk perlindungan terhadap sang anak,
namun hal ini justru menyebabkan hilangnya kesempatan anak untuk berkembang,
tumbuh sehat, dan kehilangan kebebasan dalam memilih. Pernyataan senada juga
dikeluarkan oleh International Humanist and Ethical Union, bahwa pernikahan anak
merupakan bentuk perlakuan salah pada anak (child abuse).Dalam hal ini, mengingat
berbagai konsekuensi yang dihadapi anak terkait dengan pernikahan dini
sebagaimana telah dibahas, maka pernikahan anak tentunya menyebabkan tidak
terpenuhinya prinsip “yang terbaik untuk anak”, sehingga hal ini merupakan
pelanggaran terhadap hak asasi anak. Dalam UU Perlindungan Anak dengan jelas
disebutkan pula mengenai kewajiban orangtua dan masyarakat untuk melindungi
anak, serta kewajiban orangtua untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia
anak-anak (pasal 26). Sangsi pidana berupa hukuman kurung penjara dan denda
diatur dalam pasal 77-90 bila didapatkan pelanggaran terhadap pasal-pasal
perlindungan anak

J. Teori Perilaku Lawrence Green


Menurut Lawrence Green (Notoatmodjo,2003) dalam rangka pembinaan dan
peningkatan perilaku kesehatan masyarakat supaya lebih efektif perlu diperhatikan
tiga faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi
Faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.10

b. Faktor pemungkin
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan. Faktor ini Mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, dokter, bidan praktek
swasta, dan sebagainya.10

c. Faktor penguat
Berbagai faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, atau
kelompok peers / sesama remaja yang melakukan perkawinan dini. Termasuk juga
di sini undang –undang, peraturan – peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat
kadang – kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta
dukungan fasilitas kesehatan saja melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan)
dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas
kesehatan.

Menurut Newcomb, bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek)

2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.10

3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap.10

4. Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.10
FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. St
2. Alamat dan telepon : RT 20 Dsn Gumuk, Desa Selorejo
3. Pekerjaan kepala keluarga :
a. PNS/BUMN/TNI/Polri
b. Karyawan Swasta
c. Petani √
d. Buruh
e. Wiraswasta
4. Pendidikan kepala keluarga :
a. SD tidak tamat
b. SD √

c. SLTP
d. SLTA
e. Akademi/PT

5. Komposisi keluarga dan genogram


Jenis Hub dg
No Nama umur Pendidikan
kelamin KK
1. Tn. J L KK 44 SD
2. Ny. R P Istri 38 SD
3. Tn. T L Anak 22 SD
4. Nn. L P Anak 16 SD
5. Tn. S L Menantu 21 SD
Genogram

66 6 59
6
1
3

48 46 42 26

Tn J Ny.
R

Tn. T Nn.
L Tn.S

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal dalam 1 rumah


X : meninggal

6. Tipe keluarga :
a. Inti (nuclear) √

b. Besar (extended)
c. Campuran (Blended)
d. Ayah/Ibu + anak (single parent)
e. Dewasa sendiri (single adult)
f. Lansia
g. Lain-lain, sebutkan ...........................

7. Suku bangsa :
a. Sunda
b. Jawa √

c. lain-lain, sebutkan .............................


8. Agama :
a. Islam √

b. Protestan
c. Katholik
d. Hindu
e. Budha

9. Status sosial ekonomi keluarga :


a. Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS)
b. KS I √

c. KS II
d. KS III
e. KS III Plus

10. Aktifitas rekreasi keluarga : Tn. J maupun Nn. L jarang pergi untuk rekreasi
ke suatu tempat, jika jenuh Ny. L berkunjung ke rumah tetangga/neneknya.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
a. Keluarga pemula √
b. Keluarga mengasuh anak
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
e. Keluarga dengan anak remaja
f. Keluarga dengan anak dewasa
g. Keluarga usia pertengahan
h. Keluarga usia lanjut

12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :


Tidak ada
13. Riwayat kesehatan keluarga inti :
Selama ini pasangan keluarga muda belum mengalami masalah kesehatan yang
berat. Cuma terkadang badan terasa meriang, batuk, pilek.

14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :


Menurut Tn. S di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit seperti hipertensi,
diabetes, atau penyakit keturunan lainnya.
III. Pengkajian lingkungan
15. Karakteristik rumah
a. Luas rumah: 3x11 meter, berjarak 1 meter dengan
rumah tetangga
b. Type rumah: rumah sederhana (1 lantai) dan
permanen
c. Kepemilikan: milik sendiri
d. Jumlah dan ratio kamar/ruangan: kamar tidur
berjumlah 3, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi
e. Ventilasi/cendela: ada jendela di ruang tamu,
ventilasi cukup, sinar matahari cukup dapat masuk dalam rumah, ruangan terang,
di kamar cahaya dapat masuk dan ada ventilasi atau cendela yang menghadap
keluar
f. Pemanfaatan ruangan: baik, lantai keramik dan
bersih dan pencahayaan cukup baik.
g. Sumber air minum: sumber air, air jernih dan tidak
berbau, air tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari yaitu untuk memasak,
minum, mandi serta cuci pakaian
h. Kamar mandi/WC: ada
i. Septic tank: ada, letak di belakang rumah
j. Sampah: dibuang ketempat khusus (tempat
penampungan sampah)
k. Kebersihan lingkungan: cukup bersih

Denah :
Keterangan :
KM D K2
KM : Kamar mandi
K1, K2, K3 :Kamar
K1 RT : Ruang Tamu
RTv K R.tv : Ruang Tv
3 D : dapur
RT

16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :


 Tipe lingkungan: termasuk daerah pedesaan (pegunungan), rumah berada pada
daerah permukiman penduduk, kondisi jalan rusak
 Kebiasaan: berkumpul saat waktu senggang dengan tetangga.
 Kelas sosial: jenis pekerjaan masyarakat sekitar mayoritas adalah petani jeruk, buruh
petik jeruk dan wiraswasta. Namun di tetangga sekitar rumah Tn. S kebanyakan buruh
petik jeruk
 Aturan/kesepakatan:
Anak perempuan tidak boleh pulang larut malam
 Budaya:
Mayoritas masyarakat menggunakan adat istiadat jawa dalam setiap kegiatan
17. Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga sudah tinggal di desa Selorejo selama ± 44 tahun. Mereka merupakan
penduduk asli desa tersebut. Keluarga menggunakan kendaraan pribadi yaitu
sepeda motor sebagai alat transportasi yang paling memungkinkan untuk diakses
oleh keluarga (dalam arti jarak, kecocokan, dan biaya) misalnya untuk Tn. J jika
hendak pergi bekerja ataupun ke Puskesmas, Nn. L dan Tn. S jika akan pergi ke
suatu tempat.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Kegiatan berkumpul dikeluarga biasanya dimalam hari sambil melihat TV. Keluarga
Tn. S mengatakan sering berkumpul dengan keluarga lainnya karena saudaranya
banyak yang tinggal di Selorejo juga. Ny.R dan Tn. J aktif mengikuti kegiatan yang
ada di masyarakat seperti tahlilan dan PKK.

IV. Struktur keluarga


19. Sistim pendukung keluarga :
Ketika keluarga mengalami kesulitan misalnya saat membutuhkan biaya tambahan
tak terduga biasanya dibantu oleh saudara-saudara dr Tn. J maupun Ny. R.
Kemudian saat sakit, saudara/tetangga yang mengantarkan periksa ke
puskesmas/dokter.
20. Pola komunikasi keluarga :
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa. Saat ini komunikasi
dengan antar anggota keluarga baik dan dua arah. Setiap anggota keluarga (baik
anaknya atau menantu) mengikuti nasehat/ pesan-pesan yang diberikan oleh kepala
keluarga.
21. Struktur kekuatan keluarga :
Kepala keluarga adalah yang membuat keputusan dalam keluarga tetapi dengan
berdiskusi terlebih dahulu.
22. Struktur peran :
Kepala keluarga mencari nafkah, sedangkan istrinya sebagai ibu rumah tangga yang
mengatur penggunaan penghasilan, dalam mengasuh anak peran dipegang oleh
Tn. J maupun istrinya. Sedangkan Nn. L yang baru menikah juga membantu
mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah atau memasak untuk
seluruh anggota keluarganya.

23. Nilai atau norma keluarga :


Keluarga mengajarkan bahwa sesulit apapun keadaan keluarga namun tetap
berusaha keras menghadapi dan tidak putus asa apalagi sampai menyebabkan
stress. Kepala keluarga menekankan bahwa anak-anaknya tidak boleh keluar
malam-malam terutama jika hanya untuk bermain. Keluarga mengatakan jika
selama ini nilai-nilai yang ada di masyarakat sesuai dengan nilai yang ada di
keluarga.

V. Fungsi keluarga
24. Fungsi afektif :
Komunikasi dengan keluarga di rumah baik saling berinteraksi dan diskusi jika ada
masalah . Anggota keluarga saling menghormati dan menyayangi satu sama lain.
Namun Tn. S sebagai anggota keluarga baru dalam keluarga tersebut dapat
menyesuaikan diri dengan anggota keluarga yang lainnya.
25. Fungsi sosialisasi :
 Kerukunan hidup dalam keluarga: keluarga hidup rukun
 Interaksi dan hubungan dalam keluarga baik, keluarga juka
sering berkomunikasi dengan saudara lainnya yang tinggal tidak jauh dari
rumahnya. Anggota keluarga juga bersosialisasi baik dengan masyarakat sekitar
 Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan
keputusan: kepala keluarga.
 Tanggung jawab membesarkan anak dipikul secara
bersama-sama, namun setelah Nn. L menikah menjadi tanggung jawab Tn. S
namun kadang juga masih dibantu orang tua.
 Kegiatan keluarga waktu senggang: bersantai melihat TV
 Partisipasi dalam kegiatan social: mengikuti kegiatan PKK,
tahlilan
26. Fungsi perawatan kesehatan :
Bila keluarga sakit misalnya batuk pilek Ny. L berusaha mengobati terlebih dahulu
dengan membeli obat di warung, namun jika kondisi tidak membaik maka akan
membawa periksa ke puskesmas.
a) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah
kesehatan keluarganya:
Sejauh ini keluarganya belum ada yang mengalami penyakit yang sangat serius.
Biasanya hanya pusing, batuk dan pilek, lalu mereka membawanya ke
puskesmas/dokter jika tidak kunjung sembuh.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan
kesehatan yang tepat:
Keluarga mengatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit maka akan
segera membawa ke layanan kesehatan terdekat. Dan jika sakitnya bertambah
parah maka akan dibawa ke puskesmas/RS.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:
Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
sehat:
Rumah bersih, rapi, ventilasi dan pencahayaan cukup dapat masuk ke dalam
rumah
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di
masyarakat :
Menggunakan puskesmas
27. Fungsi reproduksi :
a. Perencanaan jumlah anak: 2
b. Akseptor: Nn. L dan Tn. S masih bingung menggunakan alat
kontrasepsi yang tepat. Namun keduanya mengatakan bahwa ingin segera
mempunyai momongan.
28. Fungsi ekonomi :
a. Upaya pemenuhan sandang pangan: keluarga berusaha memenuhi semua
kebutuhan rumah tangga, namun kebutuhan prioritas saat ini adalah kebutuhan
sehari-hari.
b. Pemanfaatan sumber di masyarakat: -

VI. Stress dan koping keluarga


29. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek: tidak ada
b. Stressor jangka panjang: tidak ada

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :


Jika ada masalah keluarga mampu bermusyawarah dan menghadapi dengan tenang
bersama-sama

31. Strategi koping yang digunakan :


Jika ada masalah keluarga mampu bermusyawarah dan menghadapi dengan
tenang bersama-sama
32. Strategi adaptasi disfungsional :
Selama ini pasangan muda Tn. S dan Nn. L tidak mengalami adaptasi disfungsional
(tidak pernah saling diam-diaman/acuh tak acuh)

VII. Pemeriksaan fisik


Nama Tgl Hasil Pemeriksaan Fisik
Tn. J 11-02-16 1. Keluhan/ Riwayat Penyakit saat ini: terkadang pusing
dan sulit tidur di malam hari
2. Riwayat Penyakit sebelumnya:
Tidak ada
3. TTV
 TD: 130/80 mmHg
 N: 78 x/m
 S:36º
 RR 21 x/ menit
4. Kepala: penyebaran rambut merata
 Mata : konjungtiva tidak anemis, fungsi
pengelihatan baik
 Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
 Bibir : mukosa lembab, warna merah muda, lesi (-)
 Kuping : simetris, fungsi pendengaran baik
5. Leher : pemebesaran kelenjar limfe (-), pembesaran
Nama Tgl Hasil Pemeriksaan Fisik
tyroid (-), massa (-), nyeri telan (-)
6. Dada: pergerakan dada simetris (inspeksi)
7. Abdomen: tidak terdapat distensi
8. Ekstremitas: normal
9. Genetalia: tidak terkaji
10. Neurologi: kaki terkadang terasa kesemutan setelah
ditekuk, fungsi neurologi lainnya normal
11. Kulit : akral hangat
Ny. R 11-02-16 1. Keluhan/ Riwayat Penyakit saat ini:
Kaki kiri sering nyeri karena dulu pernah jatuh
2. Riwayat penyakit sebelumnya: tidak ada
3. TTV
 TD: 120/70 mmHg
 N: 70x/menit
 RR: 18 x/menit
 S: 36,7 º C
4. Kepala :
 rambut : warna hitam, penyebaran merata
 mata : konjungtiva tidak anemis, fungsi
pengelihatan baik
 hidung: pernafasan cuping hidung (-)
 telinga : fungsi pendengaran baik
 mulut : mukosa lembab, bersih, tidak ada lesi
 leher : tidak ada peningkatan JVP, pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tyroid (-),
nyeri telan (-)
5. Dada: pergerakan dinding dada simetris, ronci/
wheezing (-)
6. Abdomen: tidak terdapat distensi
7. Ekstremitas: normal
8. Genetalia: tidak terkaji
9. Neurologi: klien tidak mengalami masalah terhadap
status neurologinya
10. Kulit : akral hangat, lesi (-), kemerahan (-)
Nn. L 11-02-16 1. Keluhan kesehatan : tidak ada keluhan
 TTV:
Nama Tgl Hasil Pemeriksaan Fisik
 TD: 100/70 mmHg
 N: 80 x/menit
 RR: 20 x/menit
 S: 37
2. Kepala :
 rambut : warna hitam, penyebaran merata
 mata : konjungtiva tidak anemis, fungsi
pengelihatan baik
 hidung: pernafasan cuping hidung (-)
 telinga : fungsi pendengaran baik
 mulut : mukosa lembab, bersih, tidak ada lesi
 leher : tidak ada peningkatan JVP, pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tyroid (-),
nyeri telan (-)
3. Dada: Bentuk (simetris), tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
4. Abdomen: tidak terdapat distensi
5. Ekstremitas: normal
6. Genetalia: tidak terkaji
7. Neurologi: klien tidak mengalami masalah terhadap
status neurologinya
Tn. S 11-02-16 8. Keluhan kesehatan : capek-capek saat pulang bekerja
Riwayat kesehatan terdahulu : tidak ada
 TTV:
 TD: 110/80 mmHg
 N: 88 x/menit
 RR: 19 x/menit
 S: 36,4 C
9. Kepala :
 rambut : warna hitam, penyebaran merata
 mata : konjungtiva tidak anemis, fungsi
pengelihatan baik
 hidung: pernafasan cuping hidung (-)
 telinga : fungsi pendengaran baik
 mulut : mukosa lembab, bersih, tidak ada lesi
Nama Tgl Hasil Pemeriksaan Fisik
 leher : tidak ada peningkatan JVP, pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tyroid (-),
nyeri telan (-)
10. Dada: Bentuk (simetris), tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
11. Abdomen: tidak terdapat distensi
12. Ekstremitas: normal
13. Genetalia: tidak terkaji
14. Neurologi: klien tidak mengalami masalah terhadap
status neurologinya

VIII. Harapan keluarga


a. Terhadap masalah kesehatannya: keluarga berharap anggota keluarganya
tidak mengalami penyakit yang serius untuk ke depannya.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: selalu tanggap dan membantu
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan semaksimal
mungkin dan kunjungan ke keluarga untuk mengetahui kondisi kesehatan
keluarga lebih ditingkatkan.
Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1.  Data Subjektif Masyarakat di pedesaan Defisiensi pencegahan
Keluarga mengatakan perilaku pernikahan dini
bahwa tidak pernah ada
Belum adanya
penyuluhan atau informasi
penyuluhan terkait seputar
yang diberikan
tumbang
informasiremaja, tentang
kespro, manajemen
kesehatan, baik
stress dan KB reproduksi,
kesehatan
KB , dll.
Nn. L Pendidikan
mengatakan
rendah
bingung untuk memilih KB
yang tepat untuk dirinya kurang terpaparnya dengan
saat ini. sumber informasi

Data Objektif : kurangnya pemahaman


- Tingkat pendidikan terhadap informasi
rendah
- Keluarga sering Defisit Pengetahuan
mengutarakan Masyarakat mengenai
pertanyan pada tumbang remaja, kespro,
perawat manajemen stress dan KB
-
2. DS : Menikah di usia muda Kesiapan
Keluarga meningkatkan
mengatakan/merasa Semua responden tidak manajemen kesehatan
status kesehatannya mempunyai riwayat penyakit diri
sekarang masih kurang kronis atau masalah
reproduksi
DO :
- Pemahaman keluarga Ada kemauan untuk menerima
mengenai kesehatan informasi(penyuluhan) tentang
masih kurang kesehatan
- Informasi yang
didapatkan kurang Kesiapan meningkatkan
- Adanya kemauan manajemen kesehatan diri
meningkatkan
kesehatan/mendapatk
an informasi tentang
kesehatan

DS : Kebiasaan yang tidak tepat


Keluarga mengatakan untuk kesehatan diri Perilaku kesehatan
bahwa kebiasaan cenderung beresiko
yang dilakukan setiap Merokok kurang lebih 1
hari oleh keluarga pak/hari
adalah minum kopi
terutama pada Tn. J. Perilaku kesehatan cenderung
Dan Tn. S serta beresiko
anggota keluarga
lelaki semuanya
merupakan seorang
perokok

DO :
- Bibir Tn. S terlihat
menghitam
- Perilaku menjaga
kesehatan diri yang
tidak tepat
- Merokok kurang lebih
hampir 1 pak/hari
pada setiap anggota
keluarga lelaki di
rumahnya

 SKORING
Defisiensi pencegahan perilaku pernikahan dini

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 22/3x1=2/3 Keadaan ini merupakan ancaman jika
klien dan keluarga tidak
mempertahankan/meningkatkan upaya
untuk mendapatkan
pengetahuan/informasi tentang kesehatan
diri
2. Kemungkinan 11/2x2=1 mudah, dengan memberikan penyeluhan
masalah dapat dan media lain untuk menambah informasi
diubah pada klien. Serta meminta klien untuk
merubah perilaku kesehatannya setelah
mendapatkan pengetahuan
3. Potensi masalah 22/3x1=2/3 Mudah. Masalah dapat dicegah dengan
untuk dicegah memberikan informasi pada klien.

4. Menonjolnya 11/2x1=1/2 secara perlahan ditangani akan


masalah. memberikan dampak yang positif pada
klien.
Total Skor 2 5/6

Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri


Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalah 22/3x1=2/3 Keadaan ini merupakan ancaman jika


klien dan keluarga tidak
mempertahankan/meningkatkan upaya
untuk manajemen kesehatan dirinya.
2. Kemungkinan 11/2x2=1 mudah, Manajemen dari berbagai
masalah dapat permasalahan yang muncul dapat diatasi
diubah sesuai dengan respon yang muncul pada
klien
3. Potensi masalah 22/3x1=2/3 Mudah. Masalah yang muncul dapat
untuk dicegah dicegah dengan mengubah gaya
pemikiran, perilaku dan manajemen
kesehatan klien
4. Menonjolnya 11/2x1=1/2 secara perlahan ditangani dengan
masalah. mengedukasi pentingnya kesehatan
reproduksi dan manajemen kesehatan diri
lainnya.
Total Skor 2 5/6

Perilaku cenderung beresiko


Kriteria Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 22/3x1=2/3 Keadaan ini merupakan ancaman jika
dibiarkan karena kebiasaan merokok dan
minum kopi merupakan perilaku yang
beresiko untuk jangka panjang ke
depannya.
2. Kemungkinan 11/2x2=1 memodifikasi kebiasaan merokok dan
masalah dapat minum kopi dengan mengkonsumsi
diubah makanan lain yang lebih menyehatkan
3. Potensi masalah 22/3x1=2/3 Pencegahan dapat dilakukan jika keluarga
untuk dicegah mendukung secara bersama-sama untuk
mengurangi atau berhenti merokok
4. Menonjolnya 22/2x1=2 Segera ditangani agar tidak menjadi
masalah. masalah baru yang timbul

Total Skor 4 1/3

 DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH


NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA
MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
1. 11-02-16 Defisiensi pencegahan perilaku
pernikahan dini berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi

2. 11-02-16 Perilaku kesehatan cenderung


beresiko
3. 11-02-16 Kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan diri
 INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tgl DX keperawatan Tujuan Kriteria Hasil dan Intervensi Rasional
Standar Evaluasi
1 11 Defisiensi Tujuan umum: 1. Observasi dan identifikas Untuk mengetahui tingkat
Februari pencegahan Setelah dilakukan pengetahuan klien sebelumnya pengetahuan dan tingkat
2016 intervensi mengenai perawatan yang kebenaran klien selama in
perilaku pernikahan keperawatan selama dilakukan sehari-hari saat dalam melakukan
dini berhubungan 3 minggu klien dan mengalami menstruasi perawatan menstruasi
dengan kurang
keluarga dapat
memahami tentang
pengetahuan kesehatan reproduksi
tentang kesehatan (menstruasi,
kontrasepsi dan
reproduksi
kesiapan untuk
pernikahan dini)

Tujuan khusus 1:
Setelah dilakukan
intervensi Melakukan 2. Bersama klien dan keluarga Dengan mmeberikan
keperawatan selama perawatan yang yang masih mengalami edukasi pada klien dan
3 minggu klien dan tepat saat menstruasi berdiskusi anggota keluarga yang lain
keluarga mampu : menstruasi : mengenai perawatan yaitu diharapkan dapat merubah
a. Melakuk  Penggantan penggantian celana dalam dan perilaku perawatan pada
an perawatan yang celana dalam pembalut minimal 2x/hari menstruasi yang akan
tepat saat dan pembalut selama menstruasi datang
menstruasi minimal 2x/hari
Menyebutkan cara
pengalihan 3. Bersama klien dan keluarga Dapat membantu
perhatian/distraksi mendiskusikan cara pengalihan mengurangi rasa nyeri
saat mengalami perhatian saat nyeri menstruasi menstruasi yang dialami
b. Melakuk nyeri menstruasi datang(jika mengalami) klien dan anggota keluarga
 Tidur / istirahat yang lain yang mengalami
an pengalihan
 Menonton TV menstruasi
perhatian saat
nyeri menstruasi
Menyebutkan cara
pembersihan alat 4. Informasikan pada klien dan
kelamin yang tepat Memberikan informasi yan
anggota keluarga yang lain
yaitu dari depan tepat agara klien dan
c. Melakuk ke belakang cara pembersihan alat kelamin anggota keluarga yang lain
dapat merubah perilakuny
an pembersihan yang tepat yaitu dari depan ke
jika masih salah dalam
alat kelamin belakang melakukan perawatan

Tujuan khusus 2:
Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
3 minggu klien dan Mampu
keluarga mampu menyebutkan
macam-macam Memberikan gambaran
memahami tentang 5. Diskusikan dengan klien dan
kontrasepsi pada klien dan keluarga
kontrasepsi yang keluarga macam-macam
meliputi dalam memilih alat
ditandai dengan: kontrasepsi
 KB suntik kontrasepsi yang tepat
a. Menyebutkan  KB pil
macam-macam  IUD
alat kontrasepsi  Implan
dan kegunaannya

Mampu melakukan
pemilihan pada
alat kontrasepsi Membantu mencari
yang tepat 6. Diskusikan dengan klien dan solusi/pilihan dalam
digunakan dalam keluarga kontrasepsi yang keluarga untuk memilih
keluarganya ingin digunakan/yang paling kontrasepsi
b. Menyebutkan tepat digunakan
ketepatan dalam
pemilihan alat
kontrasepsi
Mampu mengubah
gaya pemikiran
untuk segera 7. Mendiskusikan dan Diharapkan dapat
menikahkan anak mengubah/menurunkan
menginformasikan pada
Tujuan khusus 3: remaja dalam angka kejadian pernikahan
Setelah dilakukan keluarganya keluarga dengan anak remaja dini karena belum
intervensi matangnya alat reproduks
kesiapan anak remaja saat
keperawatan selama anak usia remaja
5 minggu klien dan dinikahkan dalam usia muda
keluarga mampu
memahami tentang
kesiapan pernikahan
dini pada anak
remaja

2 Kesiapan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien Identifikasi terhadap tingka
meningkatkan tindakan keperawatan pengetahuan klien dan
manajemen selama 3 minggu dan keluarga mengenai tugas kelurga mengenai tugas
kesehatan diri kemampuan klien dan perkembangan
perkembangan keluarganya
keluarga dalam keluarganya
melakukan
manajemen
kesehatan meingkat

Tujuan khusus 1:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 minggu
klien dan keluarga
mampu menjelaskan : Mampu 2. Diskusikan dengan klien dan
a. Tugas menyebutkan : Memberikan pemahaman
keluarga tentang membagi
perkembangan Tugas tentang tugas
keluarga perkembangan tugas dalam keluarga perkembangan masing-
setiap anggota masing keluarga
keluarganya, misal
sebagai seorang
suami, istri, dsb.

Menyebutkan
3. Diskusikan cara membagi
b. Mampu membagi tugas salah satu
tugas keluarga sesuai
tugas pada setiap anggota keluarga, Identifikasi tugas
dengan tugas
anggota misal suami : pembagian dalam keluarga
perkembangan yang telah
keluarganya  sebagai kepala agar dalam keluarga dapa
dialami dalam keluarganya
keluarga berjalan sesuai dengan
 sebagai pencari tugas perkembangannya
nafkah sehingga tercipta keluarga
 sebagai yang harmonis
pemegang
kendali dalam
keluarga
 dsb

Mampu
Tujuan Khusus 2 mengetahui 4. .Informasikan pada klien
setelah dilakukan bahaya merokok Memberikan informasi dan
dan anggota keluarga yang
tindakan keperawatan dan dapat pengetahuan agar dapat
selama 3 minggu menyebutkan : memiliki kebiasaan merokok merubah sikap atau
klien dan keluarga  kandungan mengurangi konsumsi
tentang kandungan dan
memahami rokok pada anggota
manajemen perilaku rokok bahaya merokok bagi tubuh keluarga yang mempunyai
merokok, ditandai  bahaya rokok kebiasaan merokok
dengan mampu
menyebutkan bahaya bagi tubuh 5. Diskusikan dalam keluarga
merokok dan Diharapkan pada anggota
untuk mengurangi konsumsi
merubah perilakunya keluarga yang merokok
rokok dalam satu hari pada dapat merubah kebiasaan
untuk mengurangi faktor
anggota keluarga yang
resiko
memiliki kebiasaan merokok
Dx Tanggal Implementasi
1 14 Februari 1. Observasi dan identifikas pengetahuan klien sebelumnya mengenai perawatan yang dilakukan sehari-hari saat mengalami
menstruasi
2016
2. Bersama klien dan keluarga yang masih mengalami menstruasi berdiskusi mengenai perawatan yaitu penggantian celana dalam
dan pembalut minimal 2x/hari selama menstruasi
3. Bersama klien dan keluarga mendiskusikan cara pengalihan perhatian saat nyeri menstruasi datang(jika mengalami)
4. Informasikan pada klien dan anggota keluarga yang lain cara pembersihan alat kelamin yang tepat yaitu dari depan ke belakang
5. Diskusikan dengan klien dan keluarga macam-macam kontrasepsi
6. Diskusikan dengan klien dan keluarga kontrasepsi yang ingin digunakan/yang paling tepat digunakan
7. Mendiskusikan dan menginformasikan pada keluarga dengan anak remaja kesiapan anak remaja saat dinikahkan dalam usia
muda
18 Februari 1. Observasi dan identifikas pengetahuan klien sebelumnya mengenai perawatan yang dilakukan sehari-hari saat mengalami
menstruasi
2014
2. berdiskusi mengenai perawatan yaitu penggantian celana dalam dan pembalut minimal 2x/hari selama menstruasi
3. mendiskusikan manfaat pengalihan perhatian saat nyeri menstruasi datang(jika mengalami)
4. Diskusikan dengan klien dan keluarga macam-macam kontrasepsi
5. Diskusikan dengan klien dan keluarga kontrasepsi yang ingin digunakan/yang paling tepat digunakan
6. Mendiskusikan dan menginformasikan pada keluarga dengan anak remaja kesiapan anak remaja saat dinikahkan dalam usia
muda
20 Februari 1. Observasi dan identifikas pengetahuan klien tentang dampak pernikahan dini
2. Mendiskusikan dan menginformasikan pada keluarga dengan anak remaja kesiapan anak remaja saat dinikahkan dalam usia
2016
muda
24 Februari 1. Evaluas hasil intervensi
2. Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang mensturasi dan perawatannya.
2016
Mengidentifikasi dari hasil diskuti tentang persepsi pernikahan dini.

2 14 Februari 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai tugas perkembangan keluarganya
2. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang membagi tugas dalam keluarga
2016
3. Diskusikan cara membagi tugas keluarga sesuai dengan tugas perkembangan yang telah dialami dalam keluarganya
4. Informasikan pada klien dan anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok tentang kandungan dan bahaya merokok bagi
tubuh
5. Diskusikan dalam keluarga untuk mengurangi konsumsi rokok dalam satu hari pada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan
merokok
18 Februari 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai tugas perkembangan keluarganya
2. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang membagi tugas dalam keluarga
2014
3. Diskusikan cara membagi tugas keluarga sesuai dengan tugas perkembangan yang telah dialami dalam keluarganya

20 Februari 1. Informasikan pada klien dan anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok tentang kandungan dan bahaya merokok bagi
tubuh
2016
24 Februari 1. Evaluas hasil intervensi
2. Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang tugas perkembangan keluarga.
2016
3. Mengidentifikasi dari hasil dari persepsi hidup tidak sehat/ merokok

EVALUASI
Dx Tanggal Perkembangan
1 14 Februari 2016 Kasus 1 Perawatan mensturasi : melakukan perawatan yang salah.
Kasus 2 Kontrasepsi : tahu sebagian, tidak tahu fungsinya
Kasus 3 Pernikahan dini : masih berpersepsi menikah dini itu biasa
18 Februari 2014 Kasus 1 Perawatan mensturasi : mampu melakukan, namun tidak teratur ganti pebalut
Kasus 2 Kontrasepsi :mampu menyebitkan jenis Kontrasipsi, fungsinya seagian
Kasus 3 Pernikahan dini :memahami maksud, namun belum menerima
20 Februari 2016 Kasus 1 Perawatan mensturasi : mampu melakukan, namun tidak teratur ganti pebalut
Kasus 2 Kontrasepsi : mampu menyebitkan jenis Kontrasipsi, fungsinya seagian
Kasus 3 Pernikahan dini : memahami maksud, namun belum menerima
24 Februari 2016 Kasus 1 Perawatan mensturasi : mampu melakukan dang anti dengan teratur
Kasus 2 Kontrasepsi : mampu menyebitkan jenis Kontrasipsi, fungsinya seagian
Kasus 3 Pernikahan dini : memahami maksud, namun belum menerima
2 14 Februari 2016 Kasus 1 Tumbuh kembang : mampu menyebutkan tugas perkembangan keluarga
Kasus 2 Perilaku Tidak Sehat : masih saja merokok di rumah
18 Februari 2016 Kasus 1 Tumbuh kembang : mampu menyebutkan tugas perkembangan keluarga
Kasus 2 Perilaku Tidak Sehat : masih saja merokok di rumah
20 Februari 2016 Kasus 1 Tumbuh kembang : mampu menyebutkan tugas perkembangan keluarga
Kasus 2 Perilaku Tidak Sehat : masih saja merokok di rumah
24 Februari 2016 Kasus 1 Tumbuh kembang : mampu menyebutkan tugas perkembangan keluarga
Kasus 2 Perilaku Tidak Sehat : masih saja merokok di rumah

Anda mungkin juga menyukai