Anda di halaman 1dari 56

MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS

DI DESA KETAPANG KECAMATAN SUNGKAI SELATAN


KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROPINSI LAMPUNG

Laporan Parktik Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas

Oleh :
MAY MUNAH AKHIRIN NPM. 200102172P
MERISKA SEPTIANINGTIYAS NPM. 200102055P
MIRANTI MAYASARI NPM. 200102214P
OKTA SARI NPM. 200102216P
PUTRI WAHYUNINGSIH NPM. 200102245P
SILVIA KESUMANINGRUM NPM. 200102042P
WILDA KIRANA NPM. 200102211P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS


DI DESA KETAPANG KECAMATAN SUNGKAI SELATAN
KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROPINSI LAMPUNG

Laporan Kelompok Praktek Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas telah


Memenuhi Persyaratan Dan Di Setujui

Menyetujui Dan Mengesahkan

Ketua Pelaksana Pembimbing Praktek Akademik


PKL Kebidanan Komunitas

Eka Tri Wulandari, S.ST., M.Keb Iis Tri Utami, SST.,M.Keb.


NIDN. 0214028601

Mengetahui
Ketua Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

(Eka Tri Wulandari, S.ST., M.Keb)


NIDN. 0214028601
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa

dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan

bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Masa remaja seperti ini oleh

Bank Dunia disebut sebagai masa transisi kehidupan remaja (BKKBN, 2010).

Salah satu yang menjadi masalah pada masa remaja adalah perilaku

yang berkaitan dengan seks pra nikah. Bila remaja kurang diperhatikan, maka

akan terjebak dalam perkembangan pribadi yang lemah dan terjerumus ke

dalam belenggu permasalahan remaja. Masalah remaja terhadap seks bebas

merupakan hal serius yang perlu mendapat perhatian dan respon dari

masyarakat serta pemerintah. Ada berbagai cara yang ditempuh untuk

menurunkan angka kejadian seks bebas pada remaja, yaitu melalui peningkatan

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, melalui kurikulum formal

seperti pendidikan seks bebas, maupun informal seperti media TV, majalah dan

surat kabar (Dwi, 2012).

Beberapa hal yang menyebabkan remaja berprilaku seksual, yaitu

meningkatnya libido seksual, penundaan usia perkawinan, pembicaraan tentang

seks dianggap tabu kurangnya informasi tentang seks, dan pergaulan bebas di

kalangan remaja (Dwi, 2012).


Dampak dari seks bebas adalah hamil di luar nikah, merasa terancam

dengan kehamilan yang tidak diinginkan, maka jalan pintasnya mereka

melakukan aborsi. Menurut WHO, sebanyak 11-13% remaja yang meninggal

akibat melakukan aborsi dengan cara tidak aman. Pada tahun 2009,

Departemen Kesehatan Amerika Serikat mengeluarkan data resmi yang

menunjukkan terdapat 39 kehamilan yang tidak diinginkan dari 100 wanita,

diantaranya berusia 15-19 tahun (Ruang Hati : 2011). Di USA setiap tahunnya

500.000 remaja hamil diluar nikah, diantaranya 70% remaja belum menikah

(Himapid, 2009).

Hasil penelitian BKKBN di Indonesia pada tahun 2005, membuktikan

bahwa remaja secara terbuka menyatakan telah melakukan seks pranikah

diantaranya Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52%.

Dari 2,3 juta kasus aborsi, diantaranya 15-20% dilakukan oleh remaja. Hal ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu hubungan seksual yang berakibat hamil di

luar nikah, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender,

kekerasan seksual dan pengaruh media masa maupun gaya hidup. Data Pusat

Keluarga Berencana Indonesia tahun 2006 menunjukkan bahwa 2,5 juta

perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% diantaranya dilakukan

oleh remaja dengan cara tidak aman (BKKBN : 2010).

Penelitian dilakukan oleh Persatuan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) daerah Sumatera Barat, untuk 100 remaja tentang gambaran

pengetahuan remaja terhadap seks bebas dan prilaku seksual, dari 44,5%

remaja aktif seksual, diantaranya di Payakumbuh terdapat 13 %, di Bukittinggi

terdapat 21 % dan Padang 10,5% remaja aktif seksual. Ada sekitar 20%
responden yang menyatakan hubungan seksual diluar nikah boleh-boleh saja.

Ada sekitar 41% responden yang menyatakan bahwa alasan remaja melakukan

hubungan seksual karena cinta (suka sama suka) dan merupakan kebutuhan

biologis. Sedangkan 54% menyatakan bahwa aktivitas seksual tersebut terjadi

karena kurangnya perhatian orangtua maupun retaknya komunikasi antara

orangtua dan anak khususnya remaja (Cemara New Kilas, 2009).

Idealnya para siswi disekolah tersebut harus mengetahui tentang bahaya

hamil di usia remaja, karena masa remaja sangat rentan terhadap perilaku seks

bebas, menurut Elizabet B. Hurlock ada 3 faktor yang mempengaruhinya, yaitu

: faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari

keluarga dimana anak mulai tumbuh dan berkembang, faktor luar yaitu

mencakup kondisi sekolah yang cukup berperan terhadap perkembangan

remaja dalam mencapai kedewasaanya, faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan,

pergaulan dan perkembangan di segala bidang khususnya teknologi yang

dicapai manusia (Intan, dkk, 2012).

Dampak dari kehamilan remaja adalah, pengguguran kandungan, resiko

persalinan yang akan terjadi, perceraian pasangan muda, hubungan seks usia

muda beresiko kanker. Berikut ini ada beberapa hal yang mengakibatkan

terjadinya kehamilan remaja, yaitu kurangnya peran orang tua dalam keluarga,

kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja,

perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang

kuat (Dewi, 2011).

Kehamilan remaja dapat menyebabkan terganggunya perencanaan masa

depan remaja. Kehamilan pada masa sekolah, remaja akan terpaksa


meninggalkan sekolahnya, hal ini berarti terlambat atau bahkan mungkin tidak

tercapai cita-citanya. Sementara itu, kehamilan remaja juga mengakibatkan

lahirnya anak yang tidak diinginkan, sehingga akan berdampak pada kasih

sayang ibu terhadap anak tersebut (Kusmiran 2011).

Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup

tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksinya belum cukup matang

untuk melakukan fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsi

hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita

mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang di tandai dengan

mestruasi. Pematangan rahim dapat dilihat pula dari perubahan ukuran rahim

secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan dengan

umur dan perkembangan hormonal (Kusmiran, 2011).

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang pernikahan dini terhadap

kesehatan

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahuai tingkat pengetahuan remaja tentang pengertian pernikahan

dini

b. Mengetahuai tingkat pengetahuan remaja tentang penyebab pernikahan

dini

c. Mengetahuai tingkat pengetahuan remaja tentang dampak pernikahan

dini
d. Mengetahuai tingkat pengetahuan remaja tentang pencegahan

pernikahan dini

C. Manfaat

1. Bagi Lembaga Pendidikan

Memberi data bagi lembaga pendidikan mengenai aspek tingkat

pengetahuan dan sikap pelajar tentang dampak pernikahan dini

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan sebagai latihan dalam meningkatkan kemampuan

melaksanakan penelitian keperawatan dan sebagai data untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan

dengan pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat tentang pernikahan dini.

3. Bagi Remaja/Pelajar

Sebagai bahan introspeksi diri sejauh pengetahuan dan sikapnya tentang

dampak pernikahan dini.

4. Bagi Bidan

Sebagai bahan masukan untuk menjalankan perannya sebagai Health

Educator terutama bagi perawat kesehatan masyarakat yang memegang

program Upaya Kesehatan Sekolah.

D.      Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan, menggunakan metode

pengumpulan data yaitu:

1.      Survei
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap

sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

2.      Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dikunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan keterangan dan pendirian secara lisan dari

seorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap – cakap berhadapan

muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010).

3.      Observasi

Adalah suatu hasil penelitian aktif dan penuh perhatian menyadari adanya

rangsangan (Notoatmodjo, 2010).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan pada Remaja

a. Definisi

Kehamilan remaja adalah kehamilan pada ibu berumur di bawah 20 tahun

(14 – 20 tahun). Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada

wanita usia antara 14 – 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah.

b. Penyebab

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja menurut

Elizabeth B. Hurlock sebagai berikut :

1)      Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari

keluarga dimana anak mulai tumbuh dan berkembang

2)      Faktor luar yaitu mencakup kondisi sekolah yang cukup berperan

terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaanya

3)      Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan

di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.

Kehamilan pada remaja disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

1)   Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi


2)     Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami

swadarmanya sebagai pelajar

3)  Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua yang

menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang

diinginkan.

4)     Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang

memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-

hal yang negatif (Kusmiran, 2011:36).

Beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja :

a. Kurangnya pendidikan seks atau keterbukaan bisa menjadi sebab.  Banyak

remaja atau wanita usia muda tidak bisa menolak untuk hubungan seksual.

Bagaimana atau berani berkata ‘tidak’ bisa diajarkan sejak dini.

b. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental

yang kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin

mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila

hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat

membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan

sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma

dan agama yang berlaku.

c. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga

Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap

perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan

ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di

luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai

bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.

d. Faktor Agama dan Iman

Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas

dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami isteri

di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan

berumah tangga dan untuk bertanggung jawab.

e. Faktor Lingkungan

1. Orang Tua

Kurangnya perhatian khususnya dari orang tua remaja untuk dapat

memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal

ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan cenderung

membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual.

2. Teman, Tetangga dan Media

Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari

media elektronik yang salah. Dapat membuat para remaja berpikiran

bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang

lazim

3. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan

Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual

sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko

dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka

mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari

sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video


atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik

dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari.

4. Perubahan zaman

Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada

kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis

oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama,

seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga remaja

dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah

hubungan seks di luar nikah.

5. Perubahan Kadar Hormon pada remaja meningkatkan libido atau

dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas

seksual.

6. Semakin cepatnya usia pubertas

Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang

remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan

kehidupan saat ini menyebabkan “masa-masa tunda hubungan seksual”

menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan yang tepat

maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.

7. Adanya Trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja

Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual diluar nikah meskipun

dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah pula

bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika melakukan

hubungan seksual dengan banyak orang. (Dewi, 2011:58-60).

3. Dampak
Akibat kehamilan remaja menurut Intan dkk (2012) adalah :

1.      Bagi remaja

a.       Remaja laki-laki tidak perjaka, wanita tidak perawan

b.      Resiko tertular penyakit menular seksual meningkat

c.       Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran

kandungan yang tidak aman, kematian karena perdarahan

d.      Terancam kejiwaan

e.      Akan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan

kesempatan bekerja

f.       Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.

2.      Bagi keluarga

a.       Menimbulkan aib keluarga

b.      Menambah beban ekonomi

c.       Mempengaruhi kejiwaan anak karena adanya tekanan (ejekan) dari

masyarakat

3.      Bagi masyarakat

a.      Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat

menurun

b.      Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi

c.      Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan

msyarakat menurun (Intan, dkk. 2012:19).

Dampak biologis dari kehamilan remaja (Dewi, 2011:55).

a. Kehamilan di usia 20 tahun, resiko kehamilan tidaklah banyak berbeda

dengan kehamilan di usia lebih dari 20 tahun. Namun pada usia 15-19
tahun atau di bawahnya, memiliki keluaran kehamilan yang lebih buruk

seperti anemia, kehamilan preterm (sebelum waktunya), dan berat bayi

lahir rendah dibanding ibu yang hamil di usia 20-24 tahun.

b. Kematian janin pada ibu usia 15-19 tahun 50% lebih tinggi dibanding ibu

usia 20-29 tahun. Kematian ibu karena persalinan lebih tinggi 50-100%

jika ibu pada usia 15-19 tahun.

c. Komplikasi ini mungkin disebabkan kehamilan remaja cenderung

mendapat asuhan kehamilan lebih jarang.

d. Defisiensi nutrisi karena kebiasaan makan yang buruk, seperti makan

snack atau cepat saji, yang biasa dilakukan di masa remaja. Walau

kehamilan remaja adalah 11% dari seluruh persalinan, namun merupakan

penyebab 23% dari angka kesakitan (morbiditas) dan kematian

(mortalitas) karena persalinan. Sekitar 2,5 juta ibu remaja menjalani aborsi

tidak aman.

e. Komplikasi lain adalah belum berkembangnya tulang pelvis yang yang

bisa mengganggu proses persalinan. Bila ini terjadi di daerah yang belum

ada fasilitas bedah sesar, tentu komplikasi lainnya akan terjadi (seperti

fistula atau kematian janin) karena kemacetan persalinan. Sekitar 65%

fistula atau komplikasi seperti ini terjadi pada kehamilan remaja.

f. Komplikasi lainnya adalah lebih tinggi angka komplikasi preeklampsia

(tekanan darah tinggi pada kehamilan), infeksi dan perdarahan pada ibu

dengan kehamilan remaja.

g. Pengguguran Kandungan

Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah :


1. Status ekonomi sebuah keluarga

Keadaan ini mendorong suatu keluarga untuk lebih memilih

menggugurkan kandungannya karena faktor ekonomi yang membuat

mereka merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi.

2. Keadaan emosional

Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan terganggu

keadaan emosionalnya, apalagi bagi mereka yang tidak bisa menerima

kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga

mendorong mereka untuk menggugurkan kandungan.

3. Pasangan yang tidak bertanggung jawab

Dengan usia yang belum cukup (belum matang) terlebih lagi bagi pihak

pria yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan yang

dilakukannya, membuat pihak pria berpikir dua kali untuk bertanggung

jawab. Dan apabila pihak pria tidak bertanggung jawab maka ini terjadi

beban bagi wanita sehingga memaksa dia untuk menggugurkan

kandungannya.

h. Resiko persalinan yang akan terjadi

Beragam resiko yang terjadi pada kehamilan di usia dini diantaranya pre-

eklampsia, anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR),

kematian bayi dan PMS meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia

16 tahun. Selain itu remaja yang hamil amat berisiko untuk menderita

disproporsi sefalo pelvik (karena tulang panggul belum tumbuh

sempurna).

i. Perceraian pasangan muda


Pernikahan remaja di usia muda dengan status emosi yang masih belum

stabil kebanyakan berujung kepada perceraian. Disamping itu faktor

ekonomi dari pasangan yang berubah drastis dimana sebelumnya kedua

pasangan suami isteri dibiayai oleh orang tua. Kini berubah menjadi

memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan segudang masalah yang mereka

hadapi dapat menyebabkan para pasangan berpikiran singkat untuk segera

menyelesaikan hubungan yang telah terjadi dengan jalan perceraian.

j. Hubungan Seks Usia Muda Berisiko Kanker

Hubungan seks pada usia dibawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel

kanker pada alat kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12 – 17

tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali.

Saat sel sedang membelah secara aktif (metamorfosis) idealnya tidak

terjadi kontaks atau rangsangan apapun di luar, termasuk injus (masuknya)

benda asing dalam tubuh perempuan. Karena adanya benda asing,

termasuk alat kelamin pria dan sperma akan mengakibatkan

perkembangan sel ke arah abnormal. Apalagi kalau sampai terjadi luka

yang mengakibatkan infeksi dalam rahim. Sel abnormal dalam mulut

rahim itu dapat mengakibatkan kanker mulut rahim (serviks). Kanker

serviks menyerang alat kelamin perempuan, berawal dari mulut rahim dan

berisiko menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan.

Dampak psikososial (Dewi, 2011:55).

Dari segi sosial, penelitian menyebutkan ibu dengan kehamilan remaja, 10-

14%-nya tidak menyelesaikan pendidikan sekunder. Dan kemudian 14-29%nya


mendapat sekolah sekunder susulan. Seperempat dari ibu kehamilan remaja

akan mempunyai anak kedua dalam 24 bulan dari kehamilan pertamanya.

a. Kehamilan remaja mempengaruhi perkembangan psikososial dari anak.

Insiden dari kelainan perkembangan dan perilaku meningkat pada anak dari

ibu dengan kehamilan remaja.

b. Ibu dengan kehamilan remaja, lebih jarang menstimulasi anaknya dengan

perilaku seperti membelai, tersenyum dan komunikasi verbal lainnya yang

menerima dan sensitif terhadap kebutuhan anak.

c. Kemampuan akademik, seperti lulus dari sekolah sekunder, lebih rendah

pada anak dari ibu dengan kehamilan remaja. Anak perempuan dari ibu

kehamilan remaja lebih mempunyai resiko untuk kehamilan remaja.

Dampak Kehamilan Remaja di Komunitas (Dewi, 2011:55).

Banyak efek negatif dari kehamilan remaja diantaranya penyakit fisik seperti :

anemia, kesulitan persalinan karena tulang panggul belum sempurna,

persalinan prematur, kematian janin dalam kandungan, berat badan bayi lahir

rendah dan sebagainya.

Di bidang sosial remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan

menerima sikap ungkapan yang negatif karena dianggap memalukan, yang

dapat menimbulkan sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya.

Kehamilan remaja juga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial

seperti putus sekolah, rasa rendah diri, kawin muda dan perceraian dini.

Abortus dengan konsekuensi psikososial seperti rasa bersalah yang berlebihan,

ancaman hukuman pidana dan sanksi adat/masyarakat. Penyakit menular


seksual, gangguan dan tekanan psikososial di masa lanjut yang timbul akibat

hubungan seks remaja pra nikah

4. Pencegahan

Kehamilan remaja berefek banyak, bukan hanya menyangkut ibu dan anak

yang dilahirkan. Apa yang bisa dilakukan? Pencegahan adalah langkah terbaik.

Turunnya angka persalinan secara umum belakangan ini juga menurunkan

kehamilan pada remaja. Program pendidikan seksual masih menjadi

kontroversi, apakah akan menurunkan angka kehamilan remaja. Tetapi yang

jelas, usia remaja membutuhkan informasi pendidikan seksual dan kontrasepsi.

Melakukan gerakan ‘absentinence-only’ pada remaja, walau belum begitu

popular untuk masyarakat Indonesia. Kekhawatirannya hampir sama seperti

pendidikan seksual, apakah akan memicu lebih jauh. Seperti studi dari

Columbia Univ. di Amerika, 88% remaja yang mengikuti gerakan ini tetap saja

melakukan hubungan seksual pranikah. Lini kedua adalah kontrasepsi.

Pengetahuan kontrasepsi dan wawasan efek kehamilan dini bisa mengurangi

kemungkinan kehamilan remaja.

Hal yang penting juga adalah usaha pendampingan dari ibu dengan kehamilan

remaja. Di Indonesia, belum ada lembaga yang secara konsisten dalam usaha

ini. Pendampingan akan memberikan kemungkinan lebih besar ibu dengan

kehamilan remaja menjalanin kehamilan dan persalinan lebih sehat.

Upaya seperti pengetahuan nutrisi, asuhan persalinan, kontrasepsi setelah

kehamilan, upaya pengasuhan anak, pendidikan sekunder yang memungkinkan

untuk ibu dengan kehamilan remaja


B. Pernikahan Dini

1. Defenisi

Pernikahan adalah peristiwa ketika sepasang mempelai dipertemukan

secara formal di hadapkan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi, dan

sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri

melalui upacara (Irianti dkk, 2011)

Menurut Mansur (2009), perkawinan adalah ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal sebagai bentuk ibadah kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan diperlukan persiapan fisik dan mental untuk

melaksanakannya, sementara dini, yaitu awal atau muda.

Di Indonesia pasal 7 Undang – Undang no 1 tentang perkawinan tahun

1974 menetapkan bahwa perkawinan di izinkan bila pria berusia 19 tahun dan

wanita berusia 16 tahun, tetapi pada gerakkan pendewasaan Usia Perkawinan

(PUP) untuk meningkatkan rata-rata usia kawin pertama (UKP) wanita secara

ideal, perempuan 20 tahun dan laki-laki 25 tahun. Angka perkawinan dibawah

umur di Bantul mencapai 5 %, atau sekitar 334 pasangan. Banyaknya perkawinan

di usia muda itu sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksi, jumlah kematian

ibu melahirkan, tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga (Sibagariang dkk,

2010).

2. Faktor Faktor Penyebab Perkawinan Dini

Ada dua faktor penyebab terjadinya perkawinan dini pada kalangan

remaja, yaitu sebab dari anak dan luar anak.


a. Sebab dari anak

1. Faktor pendidikan

Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika

seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu

dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga

merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri dan hal yang sama juga jika anak

yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa

pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif.

Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar

kontrol membuat kehamilan di luar nikah.

2. Faktor telah melakukan hubungan biologis

Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah

melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini,

orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, bahwa karena

sudah tidak perawan lagi dan hal ini menjadi aib.

b. Sebab dari luar anak

1. Faktor Pemahaman Agama

Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak

menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama dan

sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan

anak-anak tersebut.

2. Faktor ekonomi

Kasus orang tua yang memiliki utang dan tidak mampu lagi

membayarnya, maka anak gadisnya diserahkan sebagai alat pembayaran kepada


penagih hutang, serta setelah anak dinikahi, lunaslah hutang-hutang orang tua

tersebut.

3. Faktor adat dan budaya.

Beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa

pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah

dijodohkan orang tuanya dan akan segera dinikahkan setelah anak

tersebutmengalami masa menstruasi. Pada hal umumnya anak-anak perempuan

mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan

dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah

pernikahan yang diamanatkan UU (Rahma, 2012)

3. Resiko Pernikahan Dini

Remaja yang melakukan perkawinan dini memiliki resiko dalam kehamilan dan

proses persalinan, yaitu :

a. Resiko Sosial Perkawinan Dini

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri dan

membutuhkan pergaulan dengan teman- teman sebaya. Perkawinan dini secara

sosial akan menjadi bahan pembicaraan teman- teman remaja dan masyarakat,

kesempatan untuk bergaul dengan teman sesama remaja hilang, sehingga remaja

kurang dapat membicarakan masalah- masalah yang dihadapinya. Remaja

memasuki lingkungan orang dewasa dan keluarga yang baru, dan asing bagi

mereka. Bila remaja kurang dapat menyesuaikan diri, maka akan timbul berbagai

keterangan dalam hubungan keluarga dan masyarakat (Sibagariang ddk, 2010).

Perkawinan dini dapat mengakibatkan remaja berhenti sekolah sehingga

kehilangan kesempatan untuk menuntut ilmu sebagai bekal hidup untuk masa
depan. Sebagian besar pasangan muda ini menjadi tergantung dengan orang tua,

sehingga kurang dapat mengambil keputusan sendiri. Perkawinan dini

memberikan pengaruh bagi kesejateraan keluarga dan dalam masyarakat secara

keseluruhan. Wanita yang kurang berpendidikan dan tidak siap menjalankan

perannya sebagai ibu akan kurang mampu untuk mendidik anaknya, sehingga

anak akan bertumbuh kembang secara kurang baik, yang dapat merugikan masa

depan anak (Sibagariang dkk, 2010).

b. Resiko Kejiwaan Perkawinan Dini

Perkawinan pada umumnya merupakan suatu masa pemeliharaan dalam

kehidupan seseorang dan oleh karena itu mengandung stres. Istri dan suami

memerlukan kesiapan mental dalam menghadapi stres, yaitu bahwa istri dan

suami mulai beralih dari masa hidup sendiri kemasa hidup bersama dan keluarga.

Kesiapan dan kematangan mental biasanya belum di capai pada umur di bawah 20

tahun (Sibagariang dkk, 2010)

Pengalaman hidup remaja yang berumur dibawah 20 tahun biasanya

belum mantap. Apabila wanita pada masa perkawinan usia muda menjadi hamil

dan secara mental belum mantap, maka janin yang di kandungnya

akan menjadi anak yang tidak dikehendakinya, ini berakibat buruk terhadap

perkembangan jiwa anak sejak dalam kandungan (Sibagariang dkk, 2010)

Remaja yang memiliki kejiwaan dan emosi yang kurang matang, mengakibatkan

timbulnya perasaan gelisah, kadang-kadang mudah timbul rasa curiga, dan

pertengkaran suami dan istri sering terjadi ketika masa bulan madu sudah berakhir

(Sibagariang dkk, 2010).


c. Resiko Kesehatan Perkawinan Dini

Resiko kehamilan usia dini merupakan kehamilan pada usia masih muda

yang dapat merugikan. Perkawinan dini memiliki resiko terhadap kesehatan,

terutama pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan proses persalinan.

Kehamilan mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan seorang remaja.

Sebenarnya remaja tersebut belum siap mental untuk hamil, namun karena

keadaan remaja terpaksa menerima kehamilan dengan resiko (Sibagariang dkk,

2010). Berikut beberapa resiko kehamilan yang dapat dialami oleh remaja (usia

kurang dari 20 tahun), yakni :

1. Kurang darah (anemia) adalah dalam masa kehamilan dengan akibat yang

buruk bagi janin yang dikandung, seperti pertumbuhan janin

2. terlambat dan kelahiran prematur.

3. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan perkembangan

biologis dan kecerdasan janin terlambat, sehingga bayi dapat lahir dengan

berat badan rendah.

4. Preeklamsi dan eklamsi yang dapat membawa maut bagi ibu maupun

bayinya.

5. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan cendrung untuk

6. melakukan pengguguran kandungan (aborsi) yang dapat berakibat kematian

bagi wanita.

7. Pada wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun mempunyai resiko dua kali

lipat untuk mendapatkan kangker servik dibandingkan dengan wanita yang

menikah pada umur yang lebih tua.


Kehamilan remaja dapat menyebabkan terganggunya perencanaan masa depan

remaja. Kehamilan pada masa sekolah, remaja akan terpakasa meninggalkan

sekolahnya, hal ini berarti terlambat atau bahkan mungkin tidak tercapai cita-

citanya. Sementara itu, kehamilan remaja juga mengakibatkan lahirnya anak yang

tidak diinginkan, sehingga akan berdampak pada kasih sayang ibu terhadap anak

tersebut (Kusmiran 2011).

4. Upaya Penanggulangan Resiko Perkawinan Dini

Resiko perkawinan dini dapat ditanggulangi dengan :

a. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu orang tua perlu menyadari perkawinan

dini bagi anaknya penuh dangan resiko yang membahayakan baik secara sosial,

kejiwaan maupun kesehatan, sehingga orang tua perlu menghindari perkawinan

dini bagi remaja dan remaja perlu diberi informasi tentang hak-hak reproduksinya

dan resiko perkawinan dini serta bagi remaja yang belum menikah, kehamilan

remaja dapat dicegah dengan cara menghindarkan terjadinya senggama. Itu

artinya remaja harus mengisi waktunya dengan kegiatan-kegiatan yang akan

memberi bekal hidupnya di masa depan (Sibagarian dkk, 2010).

Adapun tugas (kegiatan-kegiatan) perkembangan pada masa remaja adalah

sebagai berikut :

1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara

efektif.

2. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki dan

perempuan).
3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dan dengan teman sebaya, baik

sejenis maupun lawan jenis.

4. Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab.

5. Mempersiapakan karier dan kemandirian secara ekonomi.

6. Menyiapakan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan

kehidupan keluarga.

7. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup

bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau

pekerjaan).

8. Mencapai nilai-nilai kedewasaan (Kusmiran, 2011).

b. Penanganan

Kehamilan remaja merupakan kehamilan yang beresiko, karena itu remaja yang

hamil harus intensif memeriksakan kehamilannya. Dengan demikian diharapkan

kelainan dan penyulit yang akan terjadi dapat segera di obati. Akhirnya di

harapkan kehamilan dan persalinan dapat di lalui dengan baik dan selamat

(Sibagarian dkk, 2010).

C. Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun

demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga

istilah adolesens (dalam bahasa inggris: adolescence) (Aryani, 2010:1).

Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara

masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses
reproduksi sehingga perlu dipersiapkan sejak dini. Secara psikologik masa

remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,

usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih

tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. (Romauli, dkk.2011:48).

WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat

konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria yaitu biologis,

psikologis dan sosial ekonomi sehingga secara lengkap definisi tersebut

berbunyi sebagai berikut :

a.      Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

b.      Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c.      Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono,2012:12).

Walau demikian sebagai pedoman umum dapat menggunakan

batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia

dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a.      Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual

sekunder mulai tampak

b.      Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil

baligh, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak

lagi memperlakukan sebagai anak-anak.


c.     Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri

d.      Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberi

peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih

menggantungkan diri pada orang tua.

e.      Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena

arti perkawinan masih sangat penting dimasyarakat pada umumnya.

(Sarwono, 2012:19).

2. Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling

mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini.

Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun

sebagai batasan usia remaja.

Dengan demikian dari segi program pelayanan, definisi remaja yang

digunakan oleh Departemen kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19

tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat

Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-

21 tahun (BKKBN, 2006).

Menurut WHO yang dikatakan usia remaja adalah 10-18 tahun. Tetapi

berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas :

1)      Masa remaja awal (10-13 tahun)

2)      Masa remaha tengah ( 14-16 tahun)

3)      Masa remaja akhir (17-19 tahun) (Aryani, 2010:1).


Undang-Undang kesejahteraan Anak (UU No. 4/1979) menganggap

semua orang di bawah usia 21 tahun dan belum menikah sebagai anak-anak

dan karenanya berhak mendapat perlakuan dan kemudahan bagi anak.

Tetapi batas usia ini lebih rendah yaitu 16 tahun dalam UU Perlindungan

anak No. 23/2002, pasal 1. UU No. 22/2009 tentang Lalu-Lintas Pasal 81

ayat 2 menetapkan syarat usia 17 tahun untuk SIM-A dan SIM-C.

Sementara itu, UU No. 10/2008 tentang Pemilu pada Pasal 1 angka 22

menetapkan usia 17 tahun atau sudah menikah sebagai batas usia seseorang

berhak memilih dalam Pemilu. (Sarwono, 2012:7).

Karakteristik remaja berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

a.      Masa remaja awal (10-12 tahun)

1).       Lebih dekat dengan teman sebaya

2).      Ingin bebas

3).       Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

4).      Mulai berfikir abstrak

b.      Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)

1).       Mencari identitas diri

2).      Timbul keinginan untuk berkencan

3).       Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4).      Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5).       Berkhayal tentang aktivitas seks

c.      Remaja akhir (17-21 tahun)

1).       Pengungkapan kebebasan diri

2).      Lebih selektif dalam mencari teman sebaya


3).       Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri

4).      Dapat mewujudkan rasa cinta

Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan

reproduksi sebagai berikut :

a.      Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa khusus dan penting

karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan

sering disebut masa pubertas.

b.      Masa remaja terjadi perubahan fisik secara cepat yang tidak seimbang

dengan perubahan kejiwaan. Perubahan yang cukup besar ini dapat

membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu

pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan sekitar agar mereka

dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang sehat, baik

jasmani, mental maupun psikososial

c.      Dalam lingkungan sosial tertentu sering terjadi perbedaan perlakuan

terhadap remaja laki-laki dan wanita (Intan, dkk. 2012:14).


BAB III
Asuhan kebidanan

A. Rumusan Masalah

Didapatkan sebagian besar remaja putri di desa Ketapang Kecamatan

Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara tidak mengerti tentang dampak

pernikahan dini, pubertas. Belum mengetahui tentang proses menstruasi.

B. PERENCANAAN

Masalah Rencana
No Tujuan Implementasi Evaluasi
Kebidanan Kebidanan
1. Kurangnya Setelah Memberitahu Menjelaskan Remaja mengerti
pengetahuan dilakukan remaja mengenai dan mampu
keluarga penyuluhan mengenai bahaya menjelaskan
mengenai tentang dampak Pernikahan kembali tentang
bahaya bahaya Pernikahan dini bahaya
Pernikahan Pernikahan dini dan Pernikahan dini
dini. dini. dampak Bagi
diharapkan kesehatan
remaja
sadar akan
bahaya
Pernikahan
dini.

C. PELAKSANAAN
No Hari / tanggal Jam Pelaksana Materi Tempat
1 Desember 9.00 S/d May munah akhirin Pernikahan Puskesmas
2020 selesai dini Ketapang
Meriska
septianingtiya

Miranti mayas
Okta sari
Putri wahyuningsih

Silvia
kesumaningrum

Wilda kirana

E. Evaluasi

1. Remaja mengerti tentang pernikahan dini


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Asuhan kebidanan komunitas memfokuskan pemberian pelayanan pada

setiap keluarga yang berada dalam wilayah kerjanya. Bentuk pemberian

pelayanan yang dilaksanakan adalah menyelesaikan berbagai permasalahan di

bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Kegiatan-kegiatan tersebut

tentunya bertujuan akhir untuk menurunkan angka kematian dan kematian. Dari

berbagai penyuluhan yang telah dilakukan diharapkan akan mampu meningkatkan

pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan kesehatan mereka sehingga

diharapkan masyarakat akan lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah

kesehatan yang ada di lingkungannya. Begitu juga dengan remaja di desa

Ketapang setelah dilakukan beberapa tindakan untuk menyelesaikan masalah yang

ada, kini remaja sudah lebih memahami apa dan bagaimana cara mengatasi

masalah kesehatannya.

B.     Saran

1. Kepada Remaja

Remaja diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi mengenai

kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan

kebidanan pada keluarga.

2. Kepada Keluarga

Dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan keluarga dapat mengenali

masalah kesehatan serta mampu mencari penyelesaian secara mandiri.


3. Kepada Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan bimbingan yang dapat

memberikan semangat bagi para remaja.


SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Permasalahan Pada Remaja

Sub Pokok Bahasan : Pernikahan Dini (Pernikahan pada Remaja)

Sasaran : Remaja Putri

Hari / tnaggal : : Desember 2020

Waktu : 09.00 – 10.00

Tempat : Puskesmas Ketapang

I. Tujuan Intruksional umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan remaja dampak pernikahan dini

terhadap kesehatan

II. Tujuan intruksional khusus

Setelah mengikuti penyuluhan remaja dapat :

1. Mengetahuai tentang pengertian pernikahan dini

2. Mengetahuai tentang penyebab pernikahan dini

3. Mengetahuai tentang dampak pernikahan dini

4. Mengetahuai tentang pencegahan pernikahan dini

III. Pokok Materi

a. Pengertian pernikahan dini

b. Penyebab pernikahan dini

c. Dampak pernikahan dini


d. Pencegahan pernikahan dini

IV. Kegiatan

1. Metode penyuluhan

Ceramah

Diskusi

Tanya jawab

2. Langkah-langkah kegiatan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan siswa

1 10 menit Kegiatan pra penyuluhan


a. Membuka/ memulai kegiatan a. Menjawab salam
dengan mengucapkan salam b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri c. Menjawab
c. Kontrak waktu penyuluhan yaitu pertanyaan
selama 45 menit d. Mendengarkan
d. Melakukan pre tes dengan e. Menjawab
memberikan pertanyaan pertanyaan
e. Menanyakan kepada peserta
apakah sudah mengerti tentang
penyuluhan yang di berikan
mengenai gizi kurang
f. Meminta peserta menyimpulkan
materi
2 10 menit Membuka Penyuluhan a. Mendengarkan
a. Menjelaskan tujuan dari b. Mengajukan
penyuluhan pertanyaan
b. Bertanya kepada keluarga apakah
sudah mengetahui tentang gizi
kurang
3 20 menit Kegiatan Inti
a. Menjelaskan pengertian a. Mendengarkan
pernikahan dini b. Mengajukan
b. Memberikan kesempatan pertanyaan
kepada peserta untuk bertanya c. Mndengarkan
c. Menjelaskan Penyebab d. Mengajukan
pernikahan dini pertanyaan
d. Memberikan kesempatan e. Mendengarkan
kepada peserta untuk bertanya f. Mengajukan
e. Menjelaskan Dampak pertanyaan
pernikahan dini g. Mendengarkan
g. Memberikan kesempatan h. Mengajukan
kepada peserta untuk bertanya pertanyaan
h. Menjelaskan Pencegahan
pernikahan dini
i. Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya

4 5 Menit Penutup Menjawab pertanyaan


a. Melakukan Post test Mendengarkan
b. Menyimpulkan materi Menjawab salam
c. Mengucapkan salam penutup

V. Media penyuluhan

1. Leaf leat

VI. Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Pre planning sudah siap beserta materi untuk peserta

b. Tempat dan peralatan sudah siap

c. Leaflet sudah siap tanggapan tentang materi yang telah diberikan.


2. Evaluasi proses

a. Acara penyuluhan berjalan lancar

b. 75 % undangan hadir

c. 100 % peserta yang hadir dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

d. peserta aktif mendengarkan dan bertanya

e. diskusi dan tanya jawab berjalan lancar

3. Evaluasi hasil

Remaja dapat :

1. Menyebutkan tentang pengertian pernikahan dini

2. Menyebutkan tentang penyebab pernikahan dini

3. Menyebutkan tentang dampak pernikahan dini

4. Menyebutkan tentang pencegahan pernikahan dini

Lampiran
MATERI PENYULUHAN

A. Kehamilan pada Remaja

a. Definisi

Kehamilan remaja adalah kehamilan pada ibu berumur di bawah 20 tahun

(14 – 20 tahun). Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada

wanita usia antara 14 – 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah.

b. Penyebab

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja menurut

Elizabeth B. Hurlock sebagai berikut :

1)      Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari

keluarga dimana anak mulai tumbuh dan berkembang

2)      Faktor luar yaitu mencakup kondisi sekolah yang cukup berperan

terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaanya

3)      Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan

di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.

Kehamilan pada remaja disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

1)   Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

2)     Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami

swadarmanya sebagai pelajar

3)  Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua yang

menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang

diinginkan.
4)     Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang

memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-

hal yang negatif (Kusmiran, 2011:36).

Beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja :

f. Kurangnya pendidikan seks atau keterbukaan bisa menjadi sebab.  Banyak

remaja atau wanita usia muda tidak bisa menolak untuk hubungan seksual.

Bagaimana atau berani berkata ‘tidak’ bisa diajarkan sejak dini.

g. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental

yang kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin

mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila

hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat

membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan

sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma

dan agama yang berlaku.

h. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga

Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap

perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan

ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di

luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang

banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai

bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.

i. Faktor Agama dan Iman

Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas

dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami isteri


di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan

berumah tangga dan untuk bertanggung jawab.

j. Faktor Lingkungan

1. Orang Tua

Kurangnya perhatian khususnya dari orang tua remaja untuk dapat

memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal

ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan cenderung

membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual.

2. Teman, Tetangga dan Media

Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari

media elektronik yang salah. Dapat membuat para remaja berpikiran

bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang

lazim

3. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan

Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual

sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko

dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka

mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari

sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video

atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik

dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari.

4. Perubahan zaman

Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada

kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis


oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama,

seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga remaja

dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah

hubungan seks di luar nikah.

5. Perubahan Kadar Hormon pada remaja meningkatkan libido atau

dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas

seksual.

6. Semakin cepatnya usia pubertas

Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang

remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan

kehidupan saat ini menyebabkan “masa-masa tunda hubungan seksual”

menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan yang tepat

maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.

7. Adanya Trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja

Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual diluar nikah meskipun

dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah pula

bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika melakukan

hubungan seksual dengan banyak orang. (Dewi, 2011:58-60).

3. Dampak

Akibat kehamilan remaja menurut Intan dkk (2012) adalah :

1.      Bagi remaja

a.       Remaja laki-laki tidak perjaka, wanita tidak perawan

b.      Resiko tertular penyakit menular seksual meningkat


c.       Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran

kandungan yang tidak aman, kematian karena perdarahan

d.      Terancam kejiwaan

e.      Akan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan

kesempatan bekerja

f.       Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.

2.      Bagi keluarga

a.       Menimbulkan aib keluarga

b.      Menambah beban ekonomi

c.       Mempengaruhi kejiwaan anak karena adanya tekanan (ejekan) dari

masyarakat

3.      Bagi masyarakat

a.      Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat

menurun

b.      Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi

c.      Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan

msyarakat menurun (Intan, dkk. 2012:19).

Dampak biologis dari kehamilan remaja (Dewi, 2011:55).

k. Kehamilan di usia 20 tahun, resiko kehamilan tidaklah banyak berbeda

dengan kehamilan di usia lebih dari 20 tahun. Namun pada usia 15-19

tahun atau di bawahnya, memiliki keluaran kehamilan yang lebih buruk

seperti anemia, kehamilan preterm (sebelum waktunya), dan berat bayi

lahir rendah dibanding ibu yang hamil di usia 20-24 tahun.


l. Kematian janin pada ibu usia 15-19 tahun 50% lebih tinggi dibanding ibu

usia 20-29 tahun. Kematian ibu karena persalinan lebih tinggi 50-100%

jika ibu pada usia 15-19 tahun.

m. Komplikasi ini mungkin disebabkan kehamilan remaja cenderung

mendapat asuhan kehamilan lebih jarang.

n. Defisiensi nutrisi karena kebiasaan makan yang buruk, seperti makan

snack atau cepat saji, yang biasa dilakukan di masa remaja. Walau

kehamilan remaja adalah 11% dari seluruh persalinan, namun merupakan

penyebab 23% dari angka kesakitan (morbiditas) dan kematian

(mortalitas) karena persalinan. Sekitar 2,5 juta ibu remaja menjalani aborsi

tidak aman.

o. Komplikasi lain adalah belum berkembangnya tulang pelvis yang yang

bisa mengganggu proses persalinan. Bila ini terjadi di daerah yang belum

ada fasilitas bedah sesar, tentu komplikasi lainnya akan terjadi (seperti

fistula atau kematian janin) karena kemacetan persalinan. Sekitar 65%

fistula atau komplikasi seperti ini terjadi pada kehamilan remaja.

p. Komplikasi lainnya adalah lebih tinggi angka komplikasi preeklampsia

(tekanan darah tinggi pada kehamilan), infeksi dan perdarahan pada ibu

dengan kehamilan remaja.

q. Pengguguran Kandungan

Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah :

1. Status ekonomi sebuah keluarga


Keadaan ini mendorong suatu keluarga untuk lebih memilih

menggugurkan kandungannya karena faktor ekonomi yang membuat

mereka merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi.

2. Keadaan emosional

Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan terganggu

keadaan emosionalnya, apalagi bagi mereka yang tidak bisa menerima

kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga

mendorong mereka untuk menggugurkan kandungan.

3. Pasangan yang tidak bertanggung jawab

Dengan usia yang belum cukup (belum matang) terlebih lagi bagi pihak

pria yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan yang

dilakukannya, membuat pihak pria berpikir dua kali untuk bertanggung

jawab. Dan apabila pihak pria tidak bertanggung jawab maka ini terjadi

beban bagi wanita sehingga memaksa dia untuk menggugurkan

kandungannya.

r. Resiko persalinan yang akan terjadi

Beragam resiko yang terjadi pada kehamilan di usia dini diantaranya pre-

eklampsia, anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR),

kematian bayi dan PMS meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia

16 tahun. Selain itu remaja yang hamil amat berisiko untuk menderita

disproporsi sefalo pelvik (karena tulang panggul belum tumbuh

sempurna).

s. Perceraian pasangan muda


Pernikahan remaja di usia muda dengan status emosi yang masih belum

stabil kebanyakan berujung kepada perceraian. Disamping itu faktor

ekonomi dari pasangan yang berubah drastis dimana sebelumnya kedua

pasangan suami isteri dibiayai oleh orang tua. Kini berubah menjadi

memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan segudang masalah yang mereka

hadapi dapat menyebabkan para pasangan berpikiran singkat untuk segera

menyelesaikan hubungan yang telah terjadi dengan jalan perceraian.

t. Hubungan Seks Usia Muda Berisiko Kanker

Hubungan seks pada usia dibawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel

kanker pada alat kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12 – 17

tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali.

Saat sel sedang membelah secara aktif (metamorfosis) idealnya tidak

terjadi kontaks atau rangsangan apapun di luar, termasuk injus (masuknya)

benda asing dalam tubuh perempuan. Karena adanya benda asing,

termasuk alat kelamin pria dan sperma akan mengakibatkan

perkembangan sel ke arah abnormal. Apalagi kalau sampai terjadi luka

yang mengakibatkan infeksi dalam rahim. Sel abnormal dalam mulut

rahim itu dapat mengakibatkan kanker mulut rahim (serviks). Kanker

serviks menyerang alat kelamin perempuan, berawal dari mulut rahim dan

berisiko menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan.

Dampak psikososial (Dewi, 2011:55).

Dari segi sosial, penelitian menyebutkan ibu dengan kehamilan remaja, 10-

14%-nya tidak menyelesaikan pendidikan sekunder. Dan kemudian 14-29%nya


mendapat sekolah sekunder susulan. Seperempat dari ibu kehamilan remaja

akan mempunyai anak kedua dalam 24 bulan dari kehamilan pertamanya.

a. Kehamilan remaja mempengaruhi perkembangan psikososial dari anak.

Insiden dari kelainan perkembangan dan perilaku meningkat pada anak

dari ibu dengan kehamilan remaja.

b. Ibu dengan kehamilan remaja, lebih jarang menstimulasi anaknya dengan

perilaku seperti membelai, tersenyum dan komunikasi verbal lainnya yang

menerima dan sensitif terhadap kebutuhan anak.

c. Kemampuan akademik, seperti lulus dari sekolah sekunder, lebih rendah

pada anak dari ibu dengan kehamilan remaja. Anak perempuan dari ibu

kehamilan remaja lebih mempunyai resiko untuk kehamilan remaja.

Dampak Kehamilan Remaja di Komunitas (Dewi, 2011:55).

Banyak efek negatif dari kehamilan remaja diantaranya penyakit fisik seperti :

anemia, kesulitan persalinan karena tulang panggul belum sempurna,

persalinan prematur, kematian janin dalam kandungan, berat badan bayi lahir

rendah dan sebagainya.

Di bidang sosial remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan

menerima sikap ungkapan yang negatif karena dianggap memalukan, yang

dapat menimbulkan sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya.

Kehamilan remaja juga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial

seperti putus sekolah, rasa rendah diri, kawin muda dan perceraian dini.

Abortus dengan konsekuensi psikososial seperti rasa bersalah yang berlebihan,

ancaman hukuman pidana dan sanksi adat/masyarakat. Penyakit menular


seksual, gangguan dan tekanan psikososial di masa lanjut yang timbul akibat

hubungan seks remaja pra nikah

4. Pencegahan

Kehamilan remaja berefek banyak, bukan hanya menyangkut ibu dan anak

yang dilahirkan. Apa yang bisa dilakukan? Pencegahan adalah langkah terbaik.

Turunnya angka persalinan secara umum belakangan ini juga menurunkan

kehamilan pada remaja. Program pendidikan seksual masih menjadi

kontroversi, apakah akan menurunkan angka kehamilan remaja. Tetapi yang

jelas, usia remaja membutuhkan informasi pendidikan seksual dan kontrasepsi.

Melakukan gerakan ‘absentinence-only’ pada remaja, walau belum begitu

popular untuk masyarakat Indonesia. Kekhawatirannya hampir sama seperti

pendidikan seksual, apakah akan memicu lebih jauh. Seperti studi dari

Columbia Univ. di Amerika, 88% remaja yang mengikuti gerakan ini tetap saja

melakukan hubungan seksual pranikah. Lini kedua adalah kontrasepsi.

Pengetahuan kontrasepsi dan wawasan efek kehamilan dini bisa mengurangi

kemungkinan kehamilan remaja.

Hal yang penting juga adalah usaha pendampingan dari ibu dengan kehamilan

remaja. Di Indonesia, belum ada lembaga yang secara konsisten dalam usaha

ini. Pendampingan akan memberikan kemungkinan lebih besar ibu dengan

kehamilan remaja menjalanin kehamilan dan persalinan lebih sehat.

Upaya seperti pengetahuan nutrisi, asuhan persalinan, kontrasepsi setelah

kehamilan, upaya pengasuhan anak, pendidikan sekunder yang memungkinkan

untuk ibu dengan kehamilan remaja


B. Pernikahan Dini

1. Defenisi

Pernikahan adalah peristiwa ketika sepasang mempelai dipertemukan

secara formal di hadapkan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi, dan

sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri

melalui upacara (Irianti dkk, 2011)

Menurut Mansur (2009), perkawinan adalah ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal sebagai bentuk ibadah kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan diperlukan persiapan fisik dan mental untuk

melaksanakannya, sementara dini, yaitu awal atau muda.

Di Indonesia pasal 7 Undang – Undang no 1 tentang perkawinan tahun

1974 menetapkan bahwa perkawinan di izinkan bila pria berusia 19 tahun dan

wanita berusia 16 tahun, tetapi pada gerakkan pendewasaan Usia Perkawinan

(PUP) untuk meningkatkan rata-rata usia kawin pertama (UKP) wanita secara

ideal, perempuan 20 tahun dan laki-laki 25 tahun. Angka perkawinan dibawah

umur di Bantul mencapai 5 %, atau sekitar 334 pasangan. Banyaknya perkawinan

di usia muda itu sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksi, jumlah kematian

ibu melahirkan, tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga (Sibagariang dkk,

2010).

2. Faktor Faktor Penyebab Perkawinan Dini

Ada dua faktor penyebab terjadinya perkawinan dini pada kalangan

remaja, yaitu sebab dari anak dan luar anak.


a. Sebab dari anak

1. Faktor pendidikan

Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika

seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu

dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga

merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri dan hal yang sama juga jika anak

yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa

pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif.

Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar

kontrol membuat kehamilan di luar nikah.

2. Faktor telah melakukan hubungan biologis

Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah

melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini,

orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, bahwa karena

sudah tidak perawan lagi dan hal ini menjadi aib.

b. Sebab dari luar anak

1. Faktor Pemahaman Agama

Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak

menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama dan

sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan

anak-anak tersebut.

2. Faktor ekonomi

Kasus orang tua yang memiliki utang dan tidak mampu lagi

membayarnya, maka anak gadisnya diserahkan sebagai alat pembayaran kepada


penagih hutang, serta setelah anak dinikahi, lunaslah hutang-hutang orang tua

tersebut.

3. Faktor adat dan budaya.

Beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa

pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah

dijodohkan orang tuanya dan akan segera dinikahkan setelah anak

tersebutmengalami masa menstruasi. Pada hal umumnya anak-anak perempuan

mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan

dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah

pernikahan yang diamanatkan UU (Rahma, 2012)

3. Resiko Pernikahan Dini

Remaja yang melakukan perkawinan dini memiliki resiko dalam kehamilan dan

proses persalinan, yaitu :

a. Resiko Sosial Perkawinan Dini

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri dan

membutuhkan pergaulan dengan teman- teman sebaya. Perkawinan dini secara

sosial akan menjadi bahan pembicaraan teman- teman remaja dan masyarakat,

kesempatan untuk bergaul dengan teman sesama remaja hilang, sehingga remaja

kurang dapat membicarakan masalah- masalah yang dihadapinya. Remaja

memasuki lingkungan orang dewasa dan keluarga yang baru, dan asing bagi

mereka. Bila remaja kurang dapat menyesuaikan diri, maka akan timbul berbagai

keterangan dalam hubungan keluarga dan masyarakat (Sibagariang ddk, 2010).

Perkawinan dini dapat mengakibatkan remaja berhenti sekolah sehingga

kehilangan kesempatan untuk menuntut ilmu sebagai bekal hidup untuk masa
depan. Sebagian besar pasangan muda ini menjadi tergantung dengan orang tua,

sehingga kurang dapat mengambil keputusan sendiri. Perkawinan dini

memberikan pengaruh bagi kesejateraan keluarga dan dalam masyarakat secara

keseluruhan. Wanita yang kurang berpendidikan dan tidak siap menjalankan

perannya sebagai ibu akan kurang mampu untuk mendidik anaknya, sehingga

anak akan bertumbuh kembang secara kurang baik, yang dapat merugikan masa

depan anak (Sibagariang dkk, 2010).

b. Resiko Kejiwaan Perkawinan Dini

Perkawinan pada umumnya merupakan suatu masa pemeliharaan dalam

kehidupan seseorang dan oleh karena itu mengandung stres. Istri dan suami

memerlukan kesiapan mental dalam menghadapi stres, yaitu bahwa istri dan

suami mulai beralih dari masa hidup sendiri kemasa hidup bersama dan keluarga.

Kesiapan dan kematangan mental biasanya belum di capai pada umur di bawah 20

tahun (Sibagariang dkk, 2010)

Pengalaman hidup remaja yang berumur dibawah 20 tahun biasanya

belum mantap. Apabila wanita pada masa perkawinan usia muda menjadi hamil

dan secara mental belum mantap, maka janin yang di kandungnya

akan menjadi anak yang tidak dikehendakinya, ini berakibat buruk terhadap

perkembangan jiwa anak sejak dalam kandungan (Sibagariang dkk, 2010)

Remaja yang memiliki kejiwaan dan emosi yang kurang matang, mengakibatkan

timbulnya perasaan gelisah, kadang-kadang mudah timbul rasa curiga, dan

pertengkaran suami dan istri sering terjadi ketika masa bulan madu sudah berakhir

(Sibagariang dkk, 2010).


c. Resiko Kesehatan Perkawinan Dini

Resiko kehamilan usia dini merupakan kehamilan pada usia masih muda

yang dapat merugikan. Perkawinan dini memiliki resiko terhadap kesehatan,

terutama pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan proses persalinan.

Kehamilan mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan seorang remaja.

Sebenarnya remaja tersebut belum siap mental untuk hamil, namun karena

keadaan remaja terpaksa menerima kehamilan dengan resiko (Sibagariang dkk,

2010). Berikut beberapa resiko kehamilan yang dapat dialami oleh remaja (usia

kurang dari 20 tahun), yakni :

8. Kurang darah (anemia) adalah dalam masa kehamilan dengan akibat yang

buruk bagi janin yang dikandung, seperti pertumbuhan janin

9. terlambat dan kelahiran prematur.

10. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan perkembangan

biologis dan kecerdasan janin terlambat, sehingga bayi dapat lahir dengan

berat badan rendah.

11. Preeklamsi dan eklamsi yang dapat membawa maut bagi ibu maupun

bayinya.

12. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan cendrung untuk

13. melakukan pengguguran kandungan (aborsi) yang dapat berakibat kematian

bagi wanita.

14. Pada wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun mempunyai resiko dua kali

lipat untuk mendapatkan kangker servik dibandingkan dengan wanita yang

menikah pada umur yang lebih tua.


Kehamilan remaja dapat menyebabkan terganggunya perencanaan masa depan

remaja. Kehamilan pada masa sekolah, remaja akan terpakasa meninggalkan

sekolahnya, hal ini berarti terlambat atau bahkan mungkin tidak tercapai cita-

citanya. Sementara itu, kehamilan remaja juga mengakibatkan lahirnya anak yang

tidak diinginkan, sehingga akan berdampak pada kasih sayang ibu terhadap anak

tersebut (Kusmiran 2011).


Oleh :

MAY MUNAH AKHIRIN NPM. 200102172P


MERISKA SEPTIANINGTIYAS NPM. 200102055P
MIRANTI MAYASARI NPM. 200102214P
OKTA SARI NPM. 200102216P
PUTRI WAHYUNINGSIH NPM. 200102245P
SILVIA KESUMANINGRUM NPM. 200102042P
WILDA KIRANA NPM. 200102211P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


TERAPAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2020
mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun AKIBAT KEHAMILAN REMAJA :
untuk pria dan 16 tahun untuk wanita. a. Remaja laki-laki tidak perjaka, wanita tidak
definisi ‘pernikahan dini’sebagai sebuah perawan
pernikahanyang dilakukan oleh merekayang Faktor yang menyebabkan terjadinya b. Resiko tertular penyakit menular seksual
berusia di bawah usiayang dibolehkan pernikahan dini
meningkat
untukmenikah dalam Undang-Undang 1. Faktor perkembangan yang terjadi dalam
Perkawinan nomor1 tahun 1974, yaitu diri mereka, yaitu berasal dari keluarga c. Remaja putri terancam kehamilan yang
minimal16 tahun untuk perempuandan 19 tahun dimana anak mulai tumbuh dan tidak diinginkan, pengguguran kandungan
untuk laki-laki.(Pernikahan dini berkembang
yang tidak aman, kematian karena
menurutNegara), Hal inidimaksudkan agar 2. Faktor luar yaitu mencakup kondisi sekolah
keduabelah pihak benar-benar siapdan matang yang cukup berperan terhadap perdarahan
dari sisifisik, psikis dan mental. perkembangan remaja dalam mencapai d. Terancam kejiwaan
kedewasaanya e. Akan kehilangan kesempatan untuk
3. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan,
melanjutkan pendidikan dan kesempatan
pergaulan dan perkembangan di segala
bidang khususnya teknologi yang dicapai bekerja
manusia. f. Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.
2. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi
PENCEGAHAN PERNIKAHAN DINI
3. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang  
kurang memahami swadarmanya sebagai 1. Meningkatkan kesempatan mengikuti
Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini
pelajar
mempunyai dampak negatif baik bagi ibu pendidikan lebih tinggi.
4. Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas
maupun anak yang dilahirkan. Menurut para 2. Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.
tanpa kendali orangtua yang menyebabkan
sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan
remaja merasa bebas untuk melakukan apa 3. Peningkatan penerangan kesehatan dan
dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga.
saja yang diinginkan.
Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, pendidikan seks, KB pada remaja.
5. Perkembangan teknologi media komunikasi
gejolak darah muda dan cara pikir yang belum 4. Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam
yang semakin canggih yang memperbesar
matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai persiapan perkawinan yaitu dengan konseling
kemungkinan remaja mengakses apa saja
aspeknya memang mempunyai banyak dampak
termasuk hal-hal yang negatif
negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya

Anda mungkin juga menyukai