Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM KEHAMILAN REMAJA

Dosen pembimbing :

Ns.IRMA FIDORA. M, kep,S.kep

Disusun oleh

Habib bullah

(191000214201001)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kesehatan Dan Mipa

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syuker penulis penjatkan kehadirat Allah swt yang maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
OERAN PERAWAT PADA KEHAMILAN MASA REMAJA makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dalam menyusunaun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
layanan internet. Oleh karna itu, penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh
dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna sempurnaka makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Bukittinggi,22November 2020
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................I

B. Rumusan Masalah.................................................................................................II

C. Tujuan....................................................................................................................III

BAB II PEMBAHASAN

Peran perawat pada kehamilan remaja.......................................................................IV

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................V

B. Saran......................................................................................................................VI

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan usia dini adalah kehamilan yang terjadi pada wanita berusia di bawah 20 tahun dan
merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh remaja (Vorvick, 2009). Kehamilan usia dini
termasuk kedalam faktor kehamilan dengan risiko tinggi ( Manuaba, 2008). Kehamilan usia dini dapat
mempengaruhi kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2007).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menyatakan bahwa di Indonesia persentase
perempuan muda yang menikah pada usia dini sebanyak 0,2 persen atau lebih dari 22.000 wanita muda.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002, persentase kehamilan remaja di propinsi Jawa Barat
(18,02%), Sumatera Utara (20-30%), Riau (18,08%), DKI Jakarta (6,48%), Jawa Tengah (12,6%), 95,8%
terutama di pedesaan dan pinggiran kota (BKKBN, 2008). Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA)
tahun 2000 menunjukkan median umur kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun, sebanyak 46%
perempuan mengalami kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun, dimana angka kejadian kehamilan
dini di desa lebih tinggi 61% daripada di kota (Dinkes Indonesia, 2007)

Tujuan Penelitian

 Tujuan umum Mengidentifikasi gambaran permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada
kehamilan usia dini

Tujuan Penelitian

 Tujuan umum Mengidentifikasi gambaran permasalahan kesehatan ibu dan bayi pada
kehamilan usia dini

BAB II
PEMBAHASAN

Kehamilan Remaja

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14 - 19 tahun
baik melalui proses pra nikah atau nikah. Menurut perkembangannya, masa remaja dibagi
menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal 10 -12 tahun, masa remaja tengah 13- 15 tahun, masa
remaja akhir 16 -19 tahun (Depkes.RI, 2001).

 Faktor yang berhubungan dengan kehamilan Remaja

Berikut akan dijelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan remaja


menurut Maurer & Smith 2010, karena ternyata 80% adalah karena kehamilan yang tidak
diinginkan Haensaw 2001 dalam Maurer & Smith 2010.

 Perubahan hormonal, timbulnya kesadaran seksual, pear pressure

Menurut Kalmuss et al (2003 dalam Maurer & Smith 2010), masa remaja adalah masa
dimana kesadaran seksual, kingintahuan, dan keinginan untuk bereksperimen meningkat.
Tekanan teman sebaya mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam aktivitas seksualnya. Hal ini
sebagaimana disebutkan oleh Wong (2000) bahwa remaja dihadapkan pada harapan adanya
perilaku peran seksual yang matang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Remaja yang
terlibat dalam aktivitas seksual biasanya mempunyai teman yang melakukan hal itu juga

 Peran seksual yang pervasive dari media

Remaja sering terekspose dengan paparan dari media terkait seks, aktivitas seksual, dan
pentingnya menjadi orang yang menarik lawan jenisnya (Maurer & Smith, 2010). Hal ini yang
menjadikan remaja terjerumus dalam perilaku seks pra nikah, yang antara lain lain berujung pada
kehamilan yang tidak diinginkan.

 Aktivitas seksual yang terpaksa

Semakin muda usia remaja semakin mudan untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang
terpaksa. (Maurer & Smith, 2010). 21% gadis remaja yang terlibat aktivitas seksual sebelum
berusia 15 tahun melaporkan bahwa hal itu terjadi karena dipaksa (Kalamuss et al 2003, dalam
Maurer & Smith, 2010).

 Kurangnya pengetahuan tentang seks dan konsepsi

Peningkatan aktivitas seksual remaja tidak diimbangi dengan peningkatan pengetahuan


tenang fungsi seksual, kontrol kehamilan dan pro-creatin, kurangnya pemahaman remaja tentang
masa rentan dalam siklus menstruasi (Maurer & Smith, 2010).Hal ini yang menyebabkan remaja
kurang dapat menyesuaikan aktivitas seksual dengan masa subur dalam siklus haidnya

 Misase atau Nonuse Kontrasepsi

Remaja kurang mengetahui metode kontrasepsi yang spesifik dan penggunaan


kontrasepsi yang tepat. Satu dari empat gadis tidak melanjutkan mengkonsumsi kontrasepsi pil
KB meskipun mereka tetap melanjutkan aktivitas seksualnya.

 Kesulitan mengkases alat kontrasepsi

Finer dan Zabin (1998 dalam Maurer & Smith, 2010) menemukan bahwa interval antara
intercourse seksual pertama serta kunjungan terhadap pelayanan kesehatan adalah 22 bulan.
Pemasangan alat kontrasepsi efektif seperti IUD, implant ataupun suntik membutuhkan
perjanjian terlebih dahulu dan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan. Padahal remaja tidak pernah
mencari pelayanan kesehatan tanpa ijin orangtua. Selain itu msalah yang terkait keuangan juga
menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi remaja untuk mengakses kontrasepsi.

 Destigmatisasi/Illegiitimacy

Dalam Maurer & Smith, 2010 menyatakan saat ini sudah menjadi hal yang biasa seorang
remaja hamil tanpa menikah dan menjadi single parent. Penuturan stigma ini seolah-olah
menjadi legalisasi bagi remaja bahwa hamil ketika remaja dan belum menikah adalah menjadi
suatu hal yang biasa dan dapat diterima oleh masyarakat.

 Usaha untuk mencapai kebebasan

Kehamilan bagi remaja dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang menunjukkan
perlawanan terhadap pembatasan dari orang tua, Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Wong
(2000) bahwa terkait perkembangan sosial, remaja ingin dewasa dan bebas dari orangtua.
Orangtua tentu saja akan melarang anak seorang anak remajanya unruk melibatkan aktivitas seks
di luar nikah. Kehamilan dapat dijadikan sebagai sebuah alasan menentang perintah orang tua
untuk menunjukkan kebebasan remaja.

 Kebutuhan untuk merasa spesial, dicintai dan diinginkan

Beberapa remaja putri mengharapkan adanya bayi dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk
dicintai dan diperhatikan (Maurer & Smith, 2010).

 Kurangnya maturitas dan orientasi masa depan

Perencanaan masa depan remaja minimal. Mereka kurang berpikir tentang akibat dari aktivitas
seksual mereka (Maurer & Smith, 2010). Walaupun jika melihat perkembangan kognitif mereka,
remaja sudah dapat memikirkan akibat dari tindakan yang dilakukan (Wong, 2008).

Faktor terjadinya Kehamilan

Remaja Beberapa hal yang menyebabkan kehamilan remaja adalah :

 Kurangnya peran orangtua

Perhatian dan peran orangtua adalah berperan sangat besar terhadap perkembangan
mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman di dalam keluarganya
akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka
melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai
bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu dan bapaknya.

 Kurangnya pendidikan seks dari orangtua dan keluarga terhadap remaja.

Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September tahun 2007 yang dilakukan pada 4
kota di Indonesia yaitu dengan mengambil responden berjumlah 450 responden dan dengan
kisaran usia antar 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah
ke atas dan ke bawah. Di dapatkan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat
dari kawan 35% dari 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi seks dari
orangtua.
 Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang
kuat.

Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan
informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan
mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah
sehingga timbullah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang
berlaku.

 Kebutuhan Khusus Remaja Hamil

Menurut Ford et, al (2002) 33 % remaja perempuan yang menjadi ibu tidak menerima
perawatan prenatal yang adekuat. Padahal remaja yang menjadi ibu dan bayinya mempunyai ibu
dan bayinya mempunyai rsiko yang lebih besar terhadap timbulnya masalah kesehatan jika
dibandingkan ibu yang lebih tua dan bayinya. AGI (2002) ; Martin et,al (2003) juga mengatakan
resiko yang berhubungan dengan kehamilan dini terkait faktor-faktor seperti status ekonomi
yang rendah, perawatan prenatal yang kurang, nutrisi yang tidak adekuat dan praktik gaya hidup
yang tidak sehat (dalam Maurer & Smith, 2007). Komponen esensial program prenatal untuk
mengurangi BBLR harus mencakup yaitu scrining perilaku yang beresiko, pengkajian resiko
berkelanjutan, perawatan individu, konseling nutrisi, pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk
mengurangi kebiasaan yang tidak sehat, dan pelayanan support social. Program prenatal yang
baik juga harus mencakup persiapan untuk persalinan dan melahirkan, pengenalan perawatan
bayi baru lahir dan pilihan menggunakan kontrasepsi postpartum (Maurer & Smith, 2007).
Menurut Neamsakul (2007), kebutuhan selama hamil menyangkut kebutuhan remaja diri sendiri
serta kebutuhan bayi. Kebutuhan untuk remaja dibagi menjadi kebutuhan fisik dan emosional.
Kebutuhan fisik selama hamil terdiri dari pemeriksaan fisik, kebutuhan informasi untuk
kesehatan remaja dan janin, nasehat tentang praktik selama kehamilan dan perawatan bayi baru
lahir, cara untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil serta dukungan positif dari pemberi
pelayanan kesehatan. Kebutuhan emosional dapat berupa cinta dan kepedulian, pemahaman, dari
orang lain, dukungan, keamanan, perasaan nyaman, sedangkan kebutuhan untuk bayi antara lain
meliputi konfirmasi tentang kesehatan bayi , jenis dan nasehat untuk melindungi bayi dari
penyakit dan kebutuhan hidup bayi yang akan dilahirkan seperti pakaian, Air Susu Ibu, dan kasih
sayang untuk si bayi. Keluarga sebagai support sosial utama bagi remaja harus membantu remaja
dalam memenuhi kebutuhannya. Dukungan pada remaja pada masa sulit menjadi sangat penting.
Penelitian menurut Neamsakul (2007) mengidentifikasi dukungan pada remaja dalam berbagai
bentuk. Dukungan selama hamil adalah merupakan tindakan yang dipersepsikan oleh partisipan
sebagai tindakan yang mendukung orang lain. Persepsi terhada dukungan berupa jenis support,
sumber support, tingkat dukungan dan kontuinitas. Jenis support meliputi support fisik, emosi,
materi, informasional dan finansial. Dukungan fisik dapat berupa dukungan dari teman lelaki
putri agar remaja yang hamil tidak membawa barang-barang berat. Dukungan emosi dapat
berupa ekspresi perhatian terhadap kehamilan. Dukungan materi dapat berupa pemberia bantuan
berupa uang dari orangtua maupun teman lelaki remaja putri, sedangkan dukungan informasional
dapat berupa pemberian informasi baik dari pelayanan kesehatan maupun dari orang lain. Selain
itu, Neamsakul (2008) juga membagi jenis sumber dukungan dari beberapa aspek. Sumber
dukungan dapat berupa dukungan dari orangtua, teman lelaki remaja putri, orang lain, keluarga
dari teman lelaki remaja putri, tetangga dan pemberi pelayanan kesehatan. Sedangkan
kontuinitas dukungan juga dibagi menjadi tidak pernah, kadang-kadang, sering , biasa dilakukan,
selalu. Selain itu tingkat dukungan dibagi dalam rentang yaitu 1-9.

 Dampak dan resiko kehamilan remaja.

Setiap suatu kejadian mempunyai dampak dan resiko, dari hal tersebut dampak dan
resiko kehamilan remaja adalah kegusuran arau pengguguran kandungan, yang dipengaruhi oleh
status ekonomi sebuah keluarga, keadaan emosional, serta pasangan yang tidak bertanggung
jawab. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya karena terkejut,
cemas, stress, tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional
sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian
dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Resiko
persalinan yang akan terjadi pre-eklamsi, anemia, bayi prematur, BBLR, kematian bayi dan
peningkatan PMS pada remaja usia 16 tahun. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat
reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir
rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,
pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi
ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya
pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan. Persalinan prematur, berat badan lahir
rendah (BBLR) dan kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat
reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir
rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,
pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang
stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-
loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya
akan gizi masih kurang sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat
badan lahir rendah dan cacat bawaan. Mudah terjadi infeksi. Pada kehamilan remaja. Keadaan
gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil
terlebih pada kala nifas. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi juga dampak dan resiko
kehamilan remaja. Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda, karena pada saat hamil
mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta sehingga
lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis. Keracunan
Kehamilan (Gestosis) terjadi akibat kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil
dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian. Kematian ibu yang tinggi dampak resiko kehamilan remaja. Kematian
ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka
kematian ibu karena gugur kandungan juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga
non profesional (dukun).
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain yaitu resiko
bagi ibunya berupa mengalami perdarahan. Perdarahan pada saat melahirkan antara lain
disebabkan karena otot rahim yang ter lalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga
disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim), kemudian
proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir
dan kemungkinan keguguran atau abortus. Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan
terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja,
baik dengan obat-obatan maupun memakai alat serta persalinan yang lama dan sulit. Persalinan
yang disertai komplikasi ibu maupun janin merupakan penyebab dari persalinan lama sendiri
dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan
serta pimpinan persalinan yang salah, juga dapat menyebabkan kematian ibu. Kematian pada saat
melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi. Selain itu dari bayinya dapat berupa
kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan. Kelahiran prematur yang kurang dari 37
minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan
berkurang, selain itu berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
yang kurang dari 2.500 gram, hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil
kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil dan
cacat bawaan yang merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan
kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon serta dapat menyebabkan
kematian bayi yaitu kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian
perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia, serta perceraian pasangan
muda dan hubungan seks usia muda beresiko kanker. (Manuaba, 2009

 Peran perawat dalam kehamilan pada remaja

Peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko yang terjadi pada
kehamilan usia remaja. Petugas kesehatan selaku edukator berperan dalam melaksanakan bimbingan
atau penyuluhan, pendidikan pada klien, keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan termasuk siswa
bidan/keperawatan tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi termasuk mengenai kehamilan usia remaja. Peran penyuluhan petugas kesehatan
dilaksanakan dengan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara petugas kesehatan
kepada individu yang sedang mengalami masalah kesehatan. Selaku motivator, petugas kesehatan
berkewajiban untuk mendorong perilaku positif dalam kesehatan, dilaksanakan konsisten dan lebih
berkembang. Untuk peran fasilitator, tenaga kesehatan harus mampu menjembatani dengan baik antara
pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keluarga sehingga faktor risiko dalam tidak terpenuhinya
kebutuhan keamanan dapat diatasi, kemudian membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk
meningkatkan derajat kesehatan.

Semua peran petugas kesehatan dapat dilaksanakan dalam Program Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) yang merupakan pelayanan kesehatan kepada remaja melalui perlakuan khusus
yang disesuaikan dengan keinginan, selera, dan kebutuhan remaja. Sayangnya, Puskesmas Singgalang
belum membentuk dan menjalankan PKPR. Namun demikian, hal lain yang dapat diupayakan adalah
pemberian informasi oleh petugas kesehatan saat remaja yang akan menikah meminta suntik imunisasi
calon pengantin. Pada saat inilah petugas dapat menyampaikan informasi dampak kehamilan di usia
remaja, dan menyarankan remaja yang mau menikah untuk menunda kehamilannya dengan
menggunakan alat kontrasepsi.

Kesimpulan

Hasil penelitian mendapatkan lebih dari separuh responden hamil di usia remaja. Lebih dari
separuh responden kurang merasakan peran dari petugas kesehatan dan kurang mendapat dukungan
dari keluarga, terutama orangtua. Pengetahuan mengenai kehamilan usia remaja pada separuh
responden tergolong rendah. Didapatkan hubungan antara peran tenaga kesehatan, dukungan keluarga,
dan tingkat pengetahuan dengan kejadian kehamilan remaja. Tingkat pengetahuan sebagai faktor yang
paling dominan berhubungan dengan kehamilan usia remaja.

Saran

Perlu peran aktif tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan mensosialisasikan
tentang risiko kehamilan di usia remaja. Sasaran penyuluhan tidak hanya remaja, tetapi juga pihak
keluarga. Puskesmas diharapkan melengkapi sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja dengan membentuk PKPR
DAFTAR PUSTAKA

http://www.biomedcentral.com/content/pdf/

http://stikesmuhla.ac.id.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

Anda mungkin juga menyukai