Anda di halaman 1dari 28

ANEMIA DALAM

KEHAMILAN

Pembimbing : dr. Bram Pradipta Sp OG


Disusun oleh
Nor Shahirah Binti Ismail 112019266
Andri Hernadi Salampak Dehen 112019093
Anemia dalam kehamilan

• Kondisi kurangnya kadar eritrosit atau hemoglobin dalam darah


• WHO memberi batasan anemia dalam kehamilan bila kadar hemoglobin
≤ 11 gr/dL
• Menurut Centre for Disease Control and Prevention (CDC)

Klasifikasi anemia

Ringan: 10-10,9g/dl Berat: <7g/dl


Sedang: 7-9,9g/dl Sangat berat: <4g/dl
ETIOLOGI

Anemia fisiologis Anemia patologis

EPIDEMIOLOGI

• Secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia  41,8% (data dari WHO
2010)
• Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat dibandingkan dengan 2013, pada
tahun 2013 sebanyak 37,1% ibu hamil anemia sedangkan pada tahun 2018 meningkat
menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018).
Faktor – faktor yang berhubungan dengan
anemia pada ibu hamil
Kunjungan Antenatal Care Pola konsumsi tablet Fe
Faktor Tidak Langsung

Faktor Langsung
Penyakit infeksi (TBC, cacing,
Paritas
malaria)

Usia ibu hamil Perdarahan

Riwayat Kesehatan Ibu kurang gizi


PATOFISIOLOGI
Kebutuhan oksigen lebih tinggi

Peningkatan produksi eritropoetin

Volume plasma bertambah dan eritrosit meningkat (mulai minggu ke 6-8


kehamilan)

Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yg lebih besar


dibandingkan dengan peningkatan eritrosit

Penurunan konsentrasi haemoglobin (Hemodilusi)


PATOFISIOLOGIS

ERITROPOIESIS
• Pada sumsum tulang
• Proliferasi, diferensiasi, maturasi
• Umur eritrosit rata-rata 120 hari
• Memerlukan beberapa zat:
Mineral : zat besi
Vitamin : asam folat, B12, vitamin C  sintesis DNA 
Hormon eritopoietin  stimulasi stem cell eritrosit pada
sumsum tulang
PATOFISIOLOGIS

ANEMIA DEFISIENSI BESI


• Pada kehamilan terjadi peningkatan demand
zat besi
• Konsumsi antasida, H2 bloker, dan PPI 
menganggu penyerapan besi
• Gagal memenuhi demand asupan zat besi
menjadi penyebab utama
EXTRA IRON REQUIREMENT & LOSS DURING
PREGNANCY
PATOFISIOLOGIS

ANEMIA DEFISIENSI FOLAT DAN B12


• Menyebabkan gagalan maturasi  anemia megaloblastic 
• Lebih sering defisiensi folat daripada B12
• Kebutuhan B12 saat tidak hamil adalah 2u dan saat hamil 3u  mudah terpenuhi dgn konsumsi
produk hewani
• Asam folat disimpan di hepar  persediaan 6 minggu
• Kekurangan asam folat > 3 minggu  terjadi penurunan kadar di serum
• Dalam 17 minggu tampak anemia megaloblastic
• Saat kehamilan asam folat dibutuhkan 200ug
• Rekomendasi konsumsi folat adalah 600ug
MANIFESTASI KLINIS UMUM
Sering tidak
bergejala (pada mudah lelah Lemah
anemia ringan)

Jantung berdebar-
Pusing Sesak napas
debar

anemia sedang anemia berat 


mulai ada gangguan berdebar-debar,
melakukan aktivitas sesak, bisa terjadi
sehari-hari dekompensasi kordis
ANEMIA DEFISIENSI BESI
• Secaralaboratorium  untuk  menegakkan  diagnosis  anemia  defisiensi  besi  (tahap  satu  dan  tahap  dua)  dapat 
dipakai  kriteria  diagnosis  anemia  defisiensi  besi  modifikasi  dari  kriteria  Kerlin  et  al) sebagai  berikut  :
• Anemia  hipokromik  mikrositer  pada  apusan  darah  tepi,  atau  MCV  <  80  fl  dan  MCHC  <  31  %  dengan 
salah  satu  dari  a,  b,  c  atau  d  :  

a) b) c) d)

Pengecatan sumsum tulangde Dengan pemberian sulfas


Dua  dari  parameter  ini: Serum  feritinin <20  ngan biru prusia fenosus 3x200mg/hari  (atau 
Besi  serum  <  50  mg/dl
ug/dl   (perl’s  stain)menunjukan preparat  besi  lain  yang  setara) 
TIBC  >  350  mg/dl Saturasi  cadangan besi (butir-butir  selama  4  minggu disertai
transferin  <  15%  hemosiderin) negatif  kenaikan  kadarhemoglobin 
lebihdari 2g/dl.
atau atau atau
Tahapan Anemia Def Besi

1 : cadangan besi berkurang tanpa disertai pe↓kadar besi dalam serum  nilai
feritin rendah

2 : cadangan besi habis dan nilai Hb masih dalam batas normal, pe↓ saturasi
transferin, pe↑TIBC dan pe↑ protoporfirin eritrosit bebas Nilai MCV dbn,
ditemukan sel mikrositik pada blood smear

3 : pe↓ Hb  anemia defisiensi besi


PENATALAKSANAAN ANEMIA
DEFISIENSI BESI
• Terapi kausal. Misalnya; pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia.
Terapi kausal harus dilakukan kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

• Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron replacemen theraphy).

a) Terapi besi per oral: merupakan terapi pilihan pertama (efektif, murah, dan aman). Preparat yang
tersedia: ferrosus sulphat (sulfas fenosus). Dosis anjuran 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas fenosus
mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas fenosus 3 x 200 mg mengakibatkan absorpsi besi 50
mg/hari dapat meningkatkan eritropoesis 2-3 kali normal.

Preparat yang lain: ferrosus gluconate, ferrosus fumarat, ferrosus lactate, dan ferrosus succinate. Sediaan
ini harganya lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama dengan sulfas fenosus.
b) Terapi besi parenteral

Terapi ini sangat efektif tetapi efek samping lebih berbahaya, dan lebih mahal.

Indikasi :

 Intoleransi terhadap pemberian oral


 kepatuhan terhadap berobat rendah
 Gangguan pencernaan kolitis ulseratif yang dapat kambuh jika diberikan besi
 penyerapan besi terganggu, seperti misalnya pada gastrektomi
 keadaan dimana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi oleh pemberian besi oral.
 Kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada kehamilan trisemester tiga atau sebelum operasi.
 Defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian eritropoetin pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit
kronik.

Preparat yang tersedia : iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml) iron sorbitol citric acid complex dan yang terbaru adalah
iron ferric gluconate dan iron sucrose yang lebih aman. Besi parental dapat diberikan secara intrauskular dalam atau intravena.

Efek samping: reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut dan sinkop.
• Terapi besi parental bertujuan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan mengisi besi sebesar 500 sampai 1000 mg.

• Dosis yang diberikan dapat dihitung melalui rumus berikut :

• Dosis ini dapat diberikan sekaligus atau diberikan dalam beberapa kali pemberian.

• Pengobatan lain:

 Diet  sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein
hewani.
 Vitamin c  diberikan 3 x 100 mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi.
Indikasi transfusi:
 Transfusi darah : anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfusi darah.  Ada penyakit jantung anemik dengan
ancaman payah jantung
• Pada ibu hamil diberikan profilaksis 1x300mg sulfas ferosus  Anemia yg sangat simptomatik, dgn gejala
pusing yang sangat menyolok
 Ps memerlukan peningkatan kadar
haemoglobin yg cepat seperti pada
kehamilan trimester akhir atau pra operasi
Anemia Megaloblastik
• Gangguan pembentukan DNA pada inti eritroblast (defisiensi Vit. B12
dan Asam folat)
• Anemia def. Vit. B12 relative jarang di Indonesia, An. def. Asam Folat
cukup sering dijumpai pada wanita hamil
• Pada ibu hamil kebutuhan asam folat meningkat (transfer folat dari
ibu ke janin)
• Peningkatan lebih besar (kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi,
dan pengobatan antikonvulsan)
Gejala Klinis Secara Umum
Anemia def. Asam Folat Anemia def. Vitamin B12
Manifestasi  anemia Manifestasi  anemia
Glositis dan kulit kasar Glositis
Kadang-kadang ikterus ringan Kadang-kadang ikterus ringan
Tidak disertia gelala neuropati Disertai gejala neuropati
Gambaran Laboratorium
• Hb menurun dari ringan sampai berat
• MCV meningkat 110-125 fl, MCH dan MCHC normal
• Bilirubin indirek serum dan LDH meningkat
Pemeriksaan Khusus membedakan Def. asam folat dan Def. Vit. B12
• Pengukuran kadar vit. B12 dan asam folat (Vit. B12<100 pg/ml, folat< 3
ng/ml)
• Eksresi methilmalonic acid urine meningkat pada def. vit. B12
• Eksresi formioglutamic acid (FIGLU) urine meningkat pada def. asam folat
• Schiling tes
Penatalaksanaan
• Konsumsi sayuran hijau dan buah-buahan
• Kebutuhan asam folat : 50-100 mcg/hari
• Pada ibu hamil kebutuhan meningkat dianjurkan minimal 400 mcg/hari
• Pemberian folat secara oral : 1-5 mg/ hari selama 4 bulan
• Vitamin B12 : 1 x 250-1000 mcg
• Transfusi bila sesuai indikasi
• Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau
tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa denyut janin secara
berkala
Respon Terhadap Terapi
• Rerikulosit mulai naik hari 3-4
• Mencapai puncak pada hari 7-8
• Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu
Komplikasi

• Anemia defisiensi folat selama kehamilan dapat menyebabkan cacat tabung saraf
(minggu ke 3-4 masa gestasi)  otak atau sumsum tulang belakang tidak
berkembang secara normal. Ini dapat menyebabkan kematian sebelum atau
segera setelah lahir. Atau bisa menyebabkan kelumpuhan pada kaki.
Pencegahan Komplikasi NTD
• Rekomedasi dari US Public Health Service (USPHS), semua wanita
subur harus mengkonsumsi 400 mcg (0,4 mg) asam folat/ hari untuk
mencegah NTD (pemberian sejak 1 bulan konsepsi sampai trimester
pertama dapat mencegah NTD 50% atau lebih)
• Wanita hamil yang pernah melahirkan anak dengan NTD dianjurkan
untuk diberikan asam folat 4-5 mg/hari sejak 1 bulan sebelum
konsepsi sampai kehamilan trimester pertama.
Tatalaksana Umum Anemia di FKTP
• Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel
darah merah.

• Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia ?

• Berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah
darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat
diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.
Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke
pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.

• Berikut ini adalah tabel jumlah kandungan besi elemental yang terkandung dalam berbagai jenis sediaan suplemen
besi yang beredar
Anemia Aplastik
• Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastic yang terkait dengan
kehamilan, tetapi hubungan diantara keduanya tidak jelas.
• Teridentifikasi pertama kali sewaktu hamil kemudian membaik atau
bahkan sembuh ketika kehamilan diakhiri tetapi dapat kambuh pada
kehamilan berikutnya.
• Penatalaksanaan sesuai dengan usia gestasi, keparahan penyakit, dan
terapi yang telah diberikan
Anemia akibat Kehilangan Darah Akut
• Pada kehamilan dini, merupakan hal yang umum pada kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola
hidatidiformis.

• Anemia pasca persalinan disebabkan oleh perdarahan obstetrik.

• Wanita anemia derajat sedang (≥ 7 g/dL) secara hemodinamis stabil, dapat beraktivitas tanpa gejala
menyimpang dan tidak septic  Transfusi tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi besi selama ± 3 bulan
Pencegahan
• Asuhanan Antenatal

a. Melengkapi riwayat medis


b. Melengkapi pemeriksaan fisik umum
c. Melengkapi pemeriksaan fisik obstetric
d. Melakukan pemeriksaan penunjang
e. Memberikan suplemen dan pencegahan penyakit
f. Memberikan materi konseling, informasi, dan edukasi (KIE)
Referensi
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Bakta, I made. 2014. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
3. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku saku pelayanan kesehatan Ibu
di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.

Anda mungkin juga menyukai