Anda di halaman 1dari 6

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA

MAHASISWA KOST

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penulisan


Ilmiah

Dosen Mata Kuliah : Fitri Kurnia Rahim S.KM.,MPHM

Disusun Oleh :

Sarah Putri Utami CMR0160025

Kelas Reguler A

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2018
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA

MAHASISWA KOST

Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan individu dari masa kanak-kanak ke masa


dewasa (Kusmiran, 2011). Menurut World Health Organization (WHO), remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 1018 tahun, sedangkan menurut Badan dan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 sampai 24
tahun (Kepmenkes, 2015).

Permasalahan remaja merupakan permasalahan yang sangat kompleks, salah


satunya adalah seks bebas. Seks bebas merupakan hubungan yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, tanpa adanya ikatan
perkawinan, dan dapat dilakukan secara bebas dengan banyak orang (Wahareni,
2006). Perilaku seksual dan pacaran berkaitan erat satu sama lain, karena pacaran
akan menghadapkan remaja dengan kondisi yang meningkatkan pengalaman
seksual mereka (Statistik, 1995).

Berdasarkan survey SDKI tahun 2012 mengenai Kesehatan Reproduksi


Remaja, secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan
hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan data hasil SKRRI 2007. Hasil
survei SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta
remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan
hasil SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja (Statistik, 1995).
Data tersebut diperkuat oleh survey Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) yang menyebutkan 5,3% pelajar SMA di Jakarta
pernah berhubungan seks bebas, dan 63% remaja di Indonesia sudah pernah
melakukan kontak seksual dengan lawan jenisnya (Kependudukan and Nasional,
2014).

Akibat yang paling menonjol dari perilaku seks bebas adalah meningkatnya
angka Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD). Berdasarkan data yang
diperoleh BKKBN, di Indonesia terdapat sekitar 2,4 juta kasus aborsi setiap
tahunnya, di mana 700 ribu di antaranya dilakukan oleh remaja (Nurhasto et al.,
2016). Selain itu, besar kemungkinan remaja mendapat sanksi sosial seperti,
dikucilkan oleh teman, dihujat oleh masyarakat bahkan dianggap aib oleh
keluarga (Kartikasari, 2016). Akibat lain yang disebabkan dari perilaku seks bebas
adalah meningkatnya ancaman Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
HIV/AIDS.World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2008
terdapat 340 juta kasus baru IMS (gonore, infeksi chalmidya, siflis, dan
trikomonas) setiap tahunnya (Juwita, 2015).

Mahasiswa tergolong kedalam kelompok remaja usia 18 sampai 24


tahun.Remaja yang baru memasuki dunia perkuliahan memiliki keinginan untuk
hidup mandiri dan jauh dari orang tua.Salah satu caranya adalah dengan tinggal di
kostkostan.Kontrol orang tua yang kurang, ditambah kontrol sosial yang lemah di
lingkungan kostkostan, membuat mahasiswa berani menanggung segala macam
resiko atas perbuatannya tanpa berpikir panjang, salah satunya adalah melakukan
hubungan seksual pranikah (Kartikasari, 2016).

Menurut Gunarsa (dalam Pratiwi, 2009) dorongan atau hasrat seks selalu
muncul jauh lebih awal daripada kesempatan untuk melakukannya secara bebas.
Inilah yang terjadi pada remaja dengan gejolak hasrat seksnya yang besar padahal
remaja belum menikah.
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang
belum menikah cenderung meningkat.Hal ini terbukti dari penelitian Fuad dkk
(dalam Darmasih, 2009) yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali
mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia
terbanyak adalah antara 17-18 tahun.
Menurut Sarwono (dalam Monika, 2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku seksual pada remaja antara lain : 1) Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri remaja. Perubahan-perubahan hormonal yang
meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat
seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tungkah laku seksual tertentu.
2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar remaja.
Padahal Handayani (2009) menjelaskan bahwa perilaku seks pranikah dapat
mengakibatkan resiko seperti, (1) terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD); (2) putus sekolah (drop out), jika pelaku seks pranikah tersebut masih
sekolah; (3) pengguguran kandungan (aborsi); (4) terkena penyakit menular
seksual (PMS/ HIV/ AIDS); dan (5) tekanan psikosoial yang timbul karena
perasaan bersalah telah melanggar aturan agama dan takut diketahui oleh orangtua
dan masyarakat.
Menurut Daradjat (1991), mahasiswa yang tergolong remaja akhir dengan
pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan yang mendekati sempurna,
diharapkan mampu mengendalikan dorongan seksual yang muncul agar vtidak
terjerumus ke dalam tindakan yang merugikan diri remaja sendiri. Namun pada
kenyataannya menunjukkan bahwa pada masa sekarang ini ternyata mahasiswa
belum mampu mengendalikan dorongan seksualnya dengan baik.
Upaya yang dapat dilakukan berupa perubahan cara berpikir (kognitif),
perubahan perilaku yang lebih positif atau perubahan lingkungan yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah, meningkatkan spiritual sudah
diterapkan oleh lembaga pendidikan agama melalui mata ajar fikih seks untuk
memberikan edukasi mengenai seks pada para santri (Rayyan, 2016). Upaya
tersebut merupakan bentuk mekanisme koping adaptif individu dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Upaya tersebut merupakan bentuk mekanisme koping individu dalam
mencegah seks bebas. Menurut Videbeck (2008), mekanisme koping adalah
segala usaha yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan rasa kendali
terhadap situasi yang mengurangi rasa nyaman dan menghadapi situasi yang
menimbulkan stress.
DAFTAR PUSTAKA

1. KUSMIRAN, E. 2011. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta:


Salemba Medika, 21.
2. KEPMENKES, R. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
3. WAHARENI, P. A. 2006. Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Bebas
Ditinjau Dari Tingkat Penalaran Moral Pada Siswa Kelas Dua Sma
Kesatrian 1 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 (Teori Perkembangan Moral
Köhlberg). Universitas Negeri Semarang.
4. STATISTIK, B. P. 1995. Survei demografi dan kesehatan Indonesia, Biro
tsb.
5. KEPENDUDUKAN, B. & NASIONAL, K. B. 2014. Remaja Pelaku Seks
Bebas Meningkat. Diunduh dari web BKKBN: http://www. bkkbn. go.
id/ViewBerita.
6. NURHASTO, I. Y., WAHYUNINGRUM, D. & HANDAYANI, S. 2016.
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS
TERHADAP SIKAP REMAJA DALAM SEKS BEBAS DI SMS NI WEDI
KLATEN. MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal Of Health Science), 4.
7. JUWITA, Y. 2015. Perilaku Remaja Tentang Pencegahan Infeksi Menular
Seksual (Ims) Di Sma Prayatna Medan Tahun 2015. Perilaku Remaja
Tentang Pencegahan Infeksi Menular Seksual (Ims) Di Sma Prayatna Medan
Tahun 2015.
8. KARTIKASARI, B. D. 2016. STRATEGI PKBI DIY DALAM
PENDAMPINGAN REMAJA DENGAN MASALAH KEHAMILAN
TIDAK DIINGINKAN (KTD) DI KOTA YOGYAKARTA. Adinegara, 5.
9. Pratiwi, S. Y. (2009). Hubungan antara tingkat religiusitas dan pengetahuan
seksualitas dengan intensitas masturbasi pada mahasiswa yang tinggal di
kos. Jurnal Ilmiah. Berkala Psikologi, 11 (88-104). Fakultas Psikologi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
10. Darmasih, R. (2009). Faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah
pada remaja SMA di Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
11. Sarwono, S.W. 2007. Psikologi Remaja. PT Bumi Siliwangi. Bandung
12. Handayani, S. 2009. Efektivitas Metode Diskusi Kelompok dengan

dan Tanpa Fasilitator pada Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan


Motivasi Remaja tentang Perilaku Seks Pranikah. Berita
Kedokteran Masyarakat.Vol. 25. No. 3, September 2009. Hal:
133-141.
13. Daradjat, Z. 1991. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Batu.
14. Rayyan, H.A. (2016). Antusiasnya para santri ketika mempelajari seksualitas.
15. Videbeck, S. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai