Anda di halaman 1dari 4

Penanggulangan Penyimpangan Seksualitas Remaja Melalui

Program BKR Untuk Menghindari Stunting

Putri Patresia (1204010120)

Patrisiaputri87@gmail.com

Latar Belakang

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)
dari standar usianya. Remaja sendiri membutuhkan bimbingan untuk menghindari
stunting akibat pernikahan dini, Kementrian Pemberdayaan Permepuan dan
Perlindungan Anak sangat aktif melakukan Gerakan Bersama Pencegahan
Perkawinan Anak.
Usia saat seseorang melangsungkan perkawinan sangat berdampak pada
kehidupan yang akan dijalani setelahnya, kehamilan pada perempuan muda pun
akan beresiko karena sistem reproduksi yang belum siap untuk hamil dan anak yang
lahirpun akan beresiko terlahir cacat atau prematur serta berpotensi mengalami
stunting atau gizi buruk. Penelitian yang dilakukan oleh BPS dan UNICEF (dalam
Puspasari dan Pawitaningtyas, 2020) mengungkapkan bahwa kehamilan anak usia
10-14 tahun bersiko lima kali lebih besar untuk meniggal dari pada kehmilan dan
persalinan. Sedangkan usia 20-24 tahun kemudian secara global menunjukan
bahwa kematia yang disebabkan kehamilan adalah penyebab utama kematian anak.
Pembahasan
Masa remaja merupakan masa seseorang mengalami perubahan dari anak-
anak ke dewasa secara fisik, emosi dan psikis (Supratman,2015). Menurut BKKBN,
usia remaja yaitu mulai dari 10 tahun sampai 24 tahun (Wijaya et al., 2018). Pada
masa remaja seseorang akna mencari jati dirinya dengan tidak segan untuk
mencoba-coba hal baru hingga melalui banyak kesalahan, sehingga tak jarang yang
mengalami kenakalan remaja (Sumara et al., 2017). Salah satu kenakalan yang ada
pada remaja yaitu perilaku seksual pranikah yang negatif. Perilaku seksual pranikah
yang negatif mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada remaja.
Kehamilan yang tidak di inginkan akibat perilaku sesksual pranikah oleh remaja
akan memberikan dampak negatif dari segi fisik, psikologi dan sosial.
Beberapa dampak yang sangat dikhawatirkan dan menjadi pemicu ialah
dinilai dari segi kesehatan bahwa ibu yang kawin pada usia dini belum siap alat
reproduksinya sehingga memungkinkan untuk bertambahnya angka kematian pada
ibu yang melahirkan dan bayinya, malnutrisi yang terjadi pada bayi serta stunting
pada anak. Menurut beberapa hasil penelitian, penyebab terlaksananya perkawinan
usia anak disebabkan beberapa hal; dorongan dari faktor ekonomi yang kurang;
adanya stigma dalam kalangan orang tua yang berfikir bahwa dengan mengawinkan
anak gadisnya maka mengurangi satu anggota keluarganya yang berarti mengurangi
kebutuhan untuk sandang, pangan dan papan anak tersebut.
Dampak KTD pada remaja dapat dibedakan menjadi secara internal dan
eksternal. KTD secara internal terbagi menjadi fisik dan non fisik, dampak KTD
secara fisik yaitu remaja dapat melakukan aborsi, mengalami resiko kematian ibu
dan anak, remaja bisa terkena penyakit menular, beresiko bayi berat badan lahir
rendah dan stunting. Sedangkan dampak KTD eksternal terjadi dilingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Cara pencegahan KTD pada remaja secara
internal dilakukan melalu peran orang tua dan peran remaja, peran orang tua untuk
mencegah KTD pada remaja diantaranya menambah serta memahami materi
tentang kespro dan seks; pencegahan KTD pada remaja secara eksternal dilakukan
memalui peran sekolah dan peran masyarakat. Peran sekolah dalam mencegah KTD
pada remaja diantaranya membuat kurikulum tentnag kespro dan seks, peran
masyarakat demi mencegah KTD pada remaja yaitu dengan mengadakan
pertemuan warga desa atau melaksanakan program BKR yang sudah terbentuk dan
diharapkan unutk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait cara
pencegahan KTD dan cara penanganan bila terjadi KTD.
Pengoptimalan Bina Keluarga Remaja (BKR) yang merupakan program
inisiasi dari BKKBN dapat menekankan laju kasus KTD pada remaja. Anggota
BKR sendiri yaitu para orang tua yang memiliki anaka remaja dan ditunjukan
sebagai kader BKR yang sebelumnya diberikan pemahaman informasi terkait
kesehatan reproduksi oleh BKKBN, kemudian informasi tersebut disampaikan
kepada para orang tua remaja. Dalam kegiatan BKR para orang tua diberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan seks selain itu para
orang tua juga diberikan keterampilan komunikasi dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah terkait kesehatan reproduksi anak remaja sebagai upaya
untuk mencegah meningkatnya kejadian kehamilan tidak diinginkan remaja.
Kesimpulan
Beberapa dampak yang sangat dikhawatirkan dan menjadi pemicu ialah
dinilai dari segi kesehatan bahwa ibu yang kawin pada usia dini belum siap alat
reproduksinya sehingga memungkinkan untuk bertambahnya angka kematian pada
ibu yang melahirkan dan bayinya, malnutrisi yang terjadi pada bayi serta stunting
pada anak.
Cara pencegahan KTD pada remaja secara internal dilakukan melalu peran
orang tua dan peran remaja, peran orang tua untuk mencegah KTD pada remaja
diantaranya menambah serta memahami materi tentang kespro dan seks;
pencegahan KTD pada remaja secara eksternal dilakukan memalui peran sekolah
dan peran masyarakat.
Peran sekolah dalam mencegah KTD pada remaja diantaranya membuat
kurikulum tentnag kespro dan seks, peran masyarakat demi mencegah KTD pada
remaja yaitu dengan mengadakan pertemuan warga desa atau melaksanakan
program BKR yang sudah terbentuk dan diharapkan unutk memberikan
pemahaman kepada masyarakat terkait cara pencegahan KTD dan cara penanganan
bila terjadi KTD.
Daftar Pustaka
Arsalna, H. A., & Susila, M. E. (2021). Pertanggungjawaban Pidana Bagi
Remaja Yang Melakukan Aborsi Karena Kehamilan Di Luar Nikah.
Indonesian Journal of Criminal Law and Criminology (IJCLC), 2(1), 1–11.
Ashari,A., Hidayah, F. N., & Rahmatika, S. D. (2019). Pengaruh Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Seksual Remaja Berisiko Di
Kota Cirebon. Prosiding Seminar Nasional LPPM UMP 2019, 10–15
Cholizah, n. Implementasi pencegahan perkawinan usia anak di wilayah jakarta
barat (Studi Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 5 tahun
2020) (Bachelor's thesis, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Denty, Z. N., & Devy, S. R. (2022). Persepsi Masyarakat terhadap Kehamilan Tidak
Diinginkan pada Remaja: Studi Fenomenologi. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal, 12(3), 471-484.
Herti, Puspasari Windya dan Pawataningtyas Indah, Masalah Kesehatan Ibu dan
Anak Pada Pernikahan Usia Dini di Beberapa Etnis Indonesia; Dampak dan
Pencegahannya , Pulitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Oktober
2020.
Hidyaningsih, P. S. (2014). Perilaku Berisiko dan Permasalah Reproduksi
Pada Remaja. Indonesian Journal of Reproductive Health, 5(2),
Muinah, R., Maulidya, R., & Sudira, t. Faktor penyebab dan dampak pernikahan
dini.
Resdati, & Hasanah, R. (2021). Kenakalan Remaja Sebagai Salah Satu Bentuk
Patologi Sosial (Penyakit Masyarakat). Jurnal Cakrawala Ilmiah, 1(3), 74–79.
Rini, Heryanti B., “Implementasi Perubahan Kebijakan Batas Usia Perkawinan”,
Jurnal Ius Constituendum, Vol 6, No. 1 (2021).
Suryadilaga, M.Al-fatih , Efek Pernikahan Dini sebuah pertimbangan bahaya
kesehatan, Musawa (Juli 2009) Vol.8, No.2

Anda mungkin juga menyukai