Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

ORIENTASI PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN


UPTD PUSKESMAS DALAM PELAYANAN KESEHATAN
PEDULI REMAJA (PKPR)
DI KABUPATEN GARUT
TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT


DINAS KESEHATAN
Jalan Proklamasi No 7 Tarogong – Garut Telepon/ Fax (0262) 232670/ 2246427

anaklansia.garut@gmail.com
I. Pendahuluan
a. Latarbelakang
Kesehatan sebagai hak asasi manusia, dan salah satu unsur
kesejahteraan yang menjadi tanggung jawab setiap orang, keluarga, dan
masyarakat, serta di dukung oleh pemerintah. Tujuan pembangunan
kesehatan seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2009, tentang kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap
orang, agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, yang merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Salah satu modal pembangunan nasional adalah sumber daya manusia
yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang sehat fisik, mental dan
sosial serta mempunyai produktivitas yang optimal.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat diperlukan upaya-
upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan secara terus menerus yang
dimulai sejak dalam kandungan, balita, usia sekolah sampai dengan usia
lanjut.
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Garut ditujukan dalam upaya
mewujudkan Visi Pemerintahan Kabupaten Garut yaitu Terwujudnya
Kabupaten Garut yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera. Berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Garut tahun 2014-2019 bidang kesehatan diprioritaskan untuk meningkatkan
Angka Harapan Hidup (AHH), penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB).
AKI dan AKB merupakan indikator status kesehatan masyarakat
penentu AHH. AKI dan AKB di Kabupaten Garut masih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata Provinsi Jawa Barat. Data BPS tahun 2013 di Kabupaten
Garut, Angka Kematian Ibu 184,5 per 100.000 kelahiran hidup (target MDGs
2015; 102 per 100.000 KH), Angka Kematian Bayi 49,45 per 1000 kelahiran
hidup (target MDGs 2015; 23 per 1000 KH) dan Angka Harapan Hidup 66,51
tahun. AHH tahun 2014; 66,97 tahun.
Masalah kesehatan yang ditunjukan tingginya AKI dan AKB merupakan
masalah dampak dari masalah kesehatan sebelumnya, mulai dari masa janin,
bayi, balita, anak usia pra sekolah, anak usia sekolah dan remaja. Melalui
pendekatan siklus hidup (life cycle) sebagai salah satu kebijakan operasional
mengatasi masalah mendasar yang berdampak pada kesehatan selanjutnya.
Ibu hamil yang anemia berpotensi terjadinya perdarahan persalinan dan
memberikan dampak pada lahirnya bayi dengan berat lahir rendah. Hasil
pemeriksaan kadar hemoglobin remaja putri (Hb rematri) kelas 3 setingkat
SMA di Kabupaten Garut tahun 2014 diketahui 38,1% anemia dan tahun 2015
sebanyak 35,5% anemia. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan pun

anaklansia.garut@gmail.com
menitikberatkan pada masalah di setiap siklusnya sehingga intervensinya
akan fokus.
Untuk mengantisipasi kedepan maka perlu dipersiapkan kualitas
sumber daya manusia, dimana proporsi penduduk diperkirakan sekitar 18,3%
adalah kelompok usia remaja sehingga diperlukan intervensi pelayanan
kesehatan terhadap calon orangtua yang berkualitas sehingga akan
berdampak pula terhadap penurunan AKI, AKB, AKABA (Angka Kematian
Balita), dan AKK (Angka Kematian Kasar).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalui program anak usia sekolah dan remaja, karena merupakan
bagian dari kegiatan intervensi utama gerakan penyelamatan masa depan
(GEMA MAPAN).
Menurut WHO (2003), masa remaja adalah suatu tahap perkembangan
individu mulai usia 10 hingga 19 tahun. Di dalam masa tersebut terjadi banyak
perubahan fisik dan psikososial, yang perkembangannya tidak hanya
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan tingkat kematangan seseorang, namun
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, dan
ekonomi di mana para remaja tersebut tinggal. Masa remaja juga dikenal
sebagai masa yang penuh dengan eksperimentasi (keinginan untuk
mencoba) dan juga ditandai dengan peningkatan kesadaran diri, sikap kritis,
serta peningkatan perasaan dan dorongan seksual. Hal tersebut dapat
membawa risiko bagi status kesehatannya. Oleh karenanya, masa remaja
dapat dianggap masa kritis dalam kehidupan seseorang. Di lain pihak
menunjukan begitu banyak aspek yang dapat diintervensi untuk meningkatkan
faktor pendukung dan mengurangi faktor risiko dalam membentuk perilaku
positif yang menghasilkan status kesehatan dan kualitas hidup yang baik pada
saat ini dan dikemudian hari.
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan salah satu
strategi dalam mengupayakan kesehatan remaja secara optimal melalui
penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas di puskesmas dan
fasilitas kesehatan lainnya, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
remaja dalam pencegahan masalah kesehatan, serta melibatkan remaja
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan remaja dengan dibentuknya
Konselor Remaja (Peer Konselor). Kementerian Kesehatan RI menetapkan
target usia remaja dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar sebesar
70%, dengan memprioritaskan pelayanan kesehatan dalam bentuk pendidikan
kesehatan (preventif dan promotif).
Sampai dengan tahun 2016 di Kabupaten Garut 20 (dua puluh) UPTD
puskesmas sudah mampu melaksanakan tatalaksana PKPR, maka untuk
pemerataan kemampuan tenaga kesehatan di UPTD puskesmas lainnya
dipandang perlu mendapatkan Orientasi PKPR dengan dukungan dana APBD
Kabupaten Garut tahun 2016.
Berdasarkan fakta berikut ini hasil SDKI tahun 2012 menunjukan bahwa
saat ini remaja Indonesia menghadapi berbagai tantangan:
1. Perilaku beresiko
a. Antara 26,4% anak usia kelompok SD/MI dan SMP/MTs menderita
anemia gizi yang dapat berpengaruh pada prestasi belajar
b. Merokok pada 18,3% anak usia 15-19 tahun

anaklansia.garut@gmail.com
c. Kurang mengkonsumsi sayuran pada 95% anak usia 13-15 tahun
d. Tidak menggosok gigi secara benar pada 92,3% anak usia 13-15 tahun
e. Sebanyak 7% remaja perempuan 15-19 tahun pernah melahirkan. Hal
ini sungguh memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan pada
remaja dibawah 19 tahun meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi.
Dapat dibuktikan dari hasil SDKI yang menunjukan angka fertilitas pada
remaja umur 15-19 tahun adalah 48/1000 perempuan dikelompok umur
tersebut. Persalinan pada ibu dibawah umur 20 tahun memiliki
kontribusi dalam tingginya Angka Kematian Neonatal (34/1000), dan
kematian balita (61/1000).

2. Pengetahuan
Pengetahuan remaja umur 15-19 tahun tentang kesehatan reproduksi
belum memadai.
a. 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki mengetahui
bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual
b. 41,2% perempuan dan 55,3% laki-laki mengetahui bahwa cara
penularan HIV-AIDS dapat dikurangi jika berhubungan seks hanya
dengan seseorang yang tidak memiliki pasangan lain
c. 46% perempuan dan 60,8% laki-laki mengetahui bahwa penularan HIV-
AIDS dapat dikurangi dengan menggunakan kondom
d. 9,9% perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan
komprehensif mengenai HIV-AIDS.

3. Akses terhadap informasi


remaja umur 15-19 tahun lebih suka berdiskusi/curhat mengenai masalah
kesehatan reproduksi kepada teman sebayanya, seperti yang ditunjukan
SDKI 2012, dimana sebesar 57,1% laki-laki dan 57,6% perempuan
berdiskusi/curhat mengenai kesehatan reproduksi dengan temannya.

b. Dasar
1. UUD 1945 Pasal 28B Ayat 2 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Selanjutnya Pasal 28H Ayat
1 menegaskan bahwa “setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan”
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (UUPA) menegaskan bahwa setiap anak berhak untuk
hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapa perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4), dan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sesuai dengan kebutuhan
fisik, mental, spiritual, dan sosial (Pasal 8)
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

anaklansia.garut@gmail.com
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatnya kompetensi tenaga kesehatan UPTD puskesmas dalam
pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas PKPR
b. Tujuan Khusus
1. Tersosialisasinya kebijakan terbaru dalam pelaksanaan program
kesehatan anak di Indonesia dan Jawa Barat
2. Terselenggaranya orientasi UPTD Puskesmas dengan PKPR
3. Merencanakan tindak lanjut terselenggaranya UPTD Puskesmas dengan
PKPR

III. Indikator Keluaran dan Keluaran


a. Indikator Keluaran
Peserta sepakat untuk menindaklanjuti hasil rekomendasi pertemuan dalam
upaya pelayanan kesehatan remaja serta koordinasi kerjasama dengan lintas
sektor terkait

b. Keluaran
Sebanyak 30 (tiga puluh tujuh) orang tenaga kesehatan (Perawat dan Bidan)
dari 15 (lima belas) UPTD puskesmas di lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Garut hadir mengikuti orientasi peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan UPTD Puskesmas dalam PKPR di Kabupaten Garut tahun 2016.
UPTD Puskesmas:
1. Cempaka
2. Cimaragas
3. Cipanas
4. Pembangunan
5. Padaawas
6. Leuwigoong
7. Sukamerang
8. Citeras
9. Bayongbong
10. Singajaya
11. Cikelet
12. Sindangratu
13. Cisewu
14. Sukarame
15. Selaawi

IV. Pelaksanaan Kegiatan

anaklansia.garut@gmail.com
a. Metode Pelaksanaan
Kegiatan orientasi dilaksanakan melalui sistem ceramah dan diskusi sesuai
kebutuhan
b. Tahapan Kegiatan
1. Persiapan kelengkapan peserta
2. Pelaksanaan orientasi
3. Pelaporan hasil orientasi

V. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari : Rabu s.d. Kamis
Tanggal : 10 s.d. 11 Agustus 2016
Jam : 09.00 s.d. 16.00 WIB
Tempat : Hotel Suminar
Jalan Otto Iskandardinata No 267, Tarogong – Garut.

VI. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan


a. Pelaksana Kegiatan
Adalah Seksi Kesehatan Anak dan Lansia, Bidang Kesehatan Keluarga, Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut
b. Penanggungjawab Kegiatan
Adalah Kepala Bidang Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Kabupaten
Garut

VII. Biaya
Anggaran dalam pelaksanaan Kegiatan ini bersumber dana APBD Kabupaten
Garut tahun 2016, Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan
Kesehatan Masyarakat.

VIII. Penutup
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan
kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat tahun 2016 di Kabupaten Garut.

Garut, 21 Juli 2016


Mengetahui
Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Kepala Seksi
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Kesehatan Anak & Lansia

Iwan Suhendar,S.Sos, M.MKes Yeti Heryati,SKM, MKM


NIP 19640304 198402 1 001 NIP 19671214 199006 2 001

JADWAL (tentatif)

anaklansia.garut@gmail.com
ORIENTASI PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DALAM PKPR
DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2016

Hari/Jam Kegiatan Pelaksana


Rabu, 10-8-2016
09.00 – 09.30 Registrasi peserta Panitia
09.30 – 10.00 Pembukaan MC
1. Laporan Panitia Kasi Kes.Anak & Lansia
Penyelenggara Kadiskes Kab.Garut
2. Sambutan dan
Pembukaan
10.00 – 10.15 Coffe break Panitia
10.15 – 11.00 Kebijakan kesehatan anak Kabid Kesga
11.00 – 12.00 Strategi Operasional PKPR Narasumber
12.00 – 13.00 ISTIRAHAT – SHALAT - MAKAN Panitia
13.00 – 13.45 Peran LS & LSM dalam PKPR Narasumber
13.45 – 14.30 Standar PKPR di Pelayanan Dasar Narasumber
14.30 – 15.15 Cara Belajar Orang Dewasa Narasumber
15.15 – 16.00 Tumbuh Kembang Remaja dan Narasumber
Permasalahannya

Kamis, 11-8-2016
08.00 – 08.45 Persiapan Pra Nikah Narasumber
08.45 – 09.30 Proses Reproduksi Sehat Narasumber
09.30 – 10.15 IMS, HIV/AIDS, NAPZA Narasumber
10.15 – 10.30 Coffe break Panitia
10.30 – 11.15 Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) Narasumber
11.15 – 12.00 Kekerasan dan Penyimpangan Perilaku Narasumber
Seksual
12.00 – 13.00 ISTIRAHAT – SHALAT – MAKAN Panitia
13.00 – 13.45 KIE/KIP&K Narasumber
13.45 – 14.30 Pengenalan Gender Narasumber
14.30 – 15.15 Penentuan Status Gizi dan Mental Pengelola Program Ausrem
Emosional Kab
15.15 – 15.45 Pencatatan dan Pelaporan PKPR Pengelola Program Ausrem
Kab
15.45 – 16.00 Kesepakatan dan Penutupan Kasi Kes. Anak & Lansia

anaklansia.garut@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai