DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS KLAKAH
Jl. Gunung Ringgit No.58, Telp. (0334)441118
Email : puskesmasklakah@gmail.com
KLAKAH 67356
1
Standar Tehnis pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan, Pasal
2 ayat 3
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan sebelum hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan ,
Penyelenggaraan pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan kesehatan Seksual
e. Permenkes Dan Mendagri No.188/Menkes/Pb/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Peta
Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan.
g. Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2019 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.
h. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).
2. Gambaran Umum
Keberadaan Puskesmas di daerah mempunyai pengaruh baik terhadap
perkembangan Kesehatan masyarakat. Adapun fungsi Puskesmas adalah sebagai
berikut :
1. Pusat pembangunan Kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya,
2. Membina peran serta masyarakat atau mengedukasi masyarakat di wilayah
kerjanya dalam rangka kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan Kesehatan masyarakat secara menyeluruh di wilayah
kerjanya.
Indonesia akan memasuki fenomena bonus demografi. Yakni Indonesia
mengalami peningkatan jumlah penduduk usia produktif secara signifikan. Hal ini
terjadi karena keberhasilan program Keluarga Berencana (KB). Melalui
keberhasilan program Keluarga Berencana merubah struktur umur penduduk yang
ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk
non-usia kerja (0-14 tahun dan diatas 65 tahun) terhadap penduduk usia kerja (15-
64 tahun).
Menghadapi Bonus Demografi, Program KB mengambil peran
meningkatkan kualitas penduduk melalui pembangunan keluarga. Mendorong agar
setiap anak yang dilahirkan berkualitas, dengan memperhatikan perkembangan dan
pertumbuhan anak di 1000 hari pertama kehidupan, dengan memberikan air susu
ibu (ASI) eksklusif, diharapkan orangtua cerdas dalam mengurus buah hati mulai
dari kebutuhan gizi hingga stimulus perkembangannya
Menghadapi Bonus Demografi kepada generasi muda Katakan tidak pada
seks pranikah, katakan tidak pada pernikahan usia anak, katakan tidak pada
narkoba. Generasi muda harus menjadi Generasi Berencana (GenRe) merencanakan
masa depanmu, merencanakan kapan selesai kuliah, kapan bekerja, merencanakan
2
kapan menikah. Menikahlah pada usia minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25
tahun bagi laki-laki.
Usia produktif dengan rentang usia 15–45 tahun, merupakan usia dimana
manusia sudah matang secara fisik dan biologis. Pada usia inilah manusia sedang
berada pada puncak aktivitasnya. Aktifitas fisik yang dilakukan cenderung lebih
berat dari pada usia lainnya.Padatnya aktifitas sering memicu timbulnya stress yang
juga merupakan penyakit yang sering menghinggapi masyarakat.Timbulnya stress
dapat mengubah fungsi-fungsi normal tubuh dan dalam rentang waktu lama
berujung pada kemunculan dini gejala penyakit degeneratif.
Perubahan hormon yang terjadi pada tubuh secara tidak disadari, jika asupan
tidak dijaga dengan baik, maka dapat memicu munculnya penyakit. Penyakit
degeneratif adalah penyakit yang timbul karena gaya hidup yang tidak sehat.
Manusia cenderung lebih memilih makanan yang menurut mereka enak tanpa
peduli akibat yang akan timbul pada diri mereka. Tidak sedikit masyarakat usia
produktif yang sudah merasakan beberapa gejala adanya penyakit degeneratif,
namun kebanyakan dari mereka lebih memilih mengunjungi dokter ketika gejala
yang dirasakan sudah semakin parah. Manusia memang membutuhkan makanan
demi menjaga kelangsungan hidupnya.Tetapi tidak selalu bahwa mengkonsumsi
bermacam-macam makanan membawa dampak yang baik bagi kesehatannya.
Kondisi seperti usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, tingkat aktivitas, dan
adanya penyakit juga mempengaruhi jenis asupan gizi yang dibutuhkan. Kesalahan
dalam pemilihan bahan makanan dapat memperburuk kondisi kesehatan tubuh.
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama
sebesar 36 (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, dimana
sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di Negara yang sedang berkembang
(WHO,2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan
akan terus terjadi sebesar 15 % (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara
tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan
lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada
stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi
pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,6%
dari kasus Diabetes Melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum
terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi
komplikasi bahkan berakibat kematian dini.
Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Peningkatan prevalensi PTM berdampak
terhadap peningkatan,sebab pembiayaan kesehatan yang harus di tanggung Negara
3
dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang relative mahal, terlebih
bila kondisinya berkembang semakin lama (menahun) dan terjadi komplikasi.
Data Pusat pembiayaan Jaminan kesehatan kementrian Kesehatan RI pada
tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan yang
cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh
penyakit menular.
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan factor resikonya, yaitu merokok,
diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
Mencegah dan mengendalikan factor resiko relative lebih murah bila dibandingkan
dengan biaya pengobatan PTM. Pengendalian factor resiko PTM merupakan upaya
untuk mencegah PTM bagi masyarakat sehat, yang mempunyai factor resiko dan
bagi penyandang PTM, dengan tujuan bagi yang belum memiliki factor resiko agar
tidak timbul factor resiko PTM, kemudian bagi yang mempunyai factor resiko
diupayakan agar kondisi factor resiko PTM menjadi normal kembali dan atau
mencegah terjadinya PTM, dan bagi yang sudah menyandang PTM, untuk
mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas
hidup.
Salah satu stategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpatisipasi dalam pengendalian factor resiko
PTM dengan dibekali pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan deteksi dini,
pemantauan factor resiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada
atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja
yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina
atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing
kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain
berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan
dengan Posbindu PTM.
Sosialisasi Program PTM merupakan kegiatan pertemuan koordinasi dengan
seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu
PTM. Diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan
mencakup berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukan.
Setelah memahami gambaran umum diatas maka puskesmas mengadakan
suatu kegiatan preventif dan promotif berupa :
1. Kelas prakonsepsi
2. Penyuluhan KB pada Kader kesehatan
3. Kunjungan PUS DO KB
4
4. Orientasi Program PTM tingkat Desa
5. Sosialisasi program posbindu ptm dan orientasi perbub tentang ktr di tingkat
sekolah menengah
6. Pelayanan Posbindu PTM tingkat Desa
7. Skreening usia produktif pada remaja sekolah usia 15 tahun ke atas
8. Surveylans dan pemantauan penderita penyakit tidak menular
Data Kependudukan
Jumlah penduduk seluruhnya : 56.101 orang
Laki laki : 27.523 orang
Perempuan : 28.578 orang
Piramida Penduduk
LAKI-LAKI UMUR PEREMPUAN
2.404 0-4 2.306
2.511 5-9 2.208
2.452 10-14 2.125
2.547 15-19 2.498
2.111 20-24 2.374
2.394 25-29 2.553
2.195 30-34 2.235
2.188 35-39 2.300
1,943 40'44 2.091
1.844 45-49 2.132
1.557 50-54 1.510
1.099 55-59 1.059
925 60-64 1.203
573 65-69 813
506 70-74 761
274 75 + 410
a) Data sasaran keadaan Usia Produktif dan Penyakit Degeneratif di Kecamatan Klakah
yang tersebar di 12 desa adalah sebagai berikut :
No Desa Usia Produktif >15 tahun
5
L P Total
1 Kebonan 907 648 1.555
2 Kudus 906 1.018 1.924
c) Data sasaran Kawasan Tanpa Rokok Sekolah di Kecamatan Klakah adalah sebagai
berikut :
Jumlah Sekolah Melaksanakan KTR
No Desa
SD SMP SMA SD SMP SMA
1 Kebonan 7 3 0 2 0 0
2 Kudus 2 0 0 2 0 0
3 Duren 2 1 1 0 0 0
6
4 Sumberingin 4 0 1 1 0 1
5 Papringan 5 2 0 3 2 0
6 Ranupakis 2 1 0 0 0 0
7 Tegalrandu 3 0 0 2 0 0
8 Klakah 4 1 1 0 0 0
9 Mlawang 3 1 1 1 0 0
10 Sruni 4 1 1 3 0 0
11 Tegalciut 2 2 1 0 0 1
12 Sawaran Lor 2 1 0 0 0 0
Kecamatan 40 13 6 14 2 2
d) Data sasaran KB diKecamatan Klakah yang tersebar di 12 Desa adalah sebgai berikut :
Bulin PUS PUS PUS 4T PUS Bumil
No Desa
GAKIN ALKI
1 Kebonan 43 528 132 148 26 45
2 Kudus 69 834 209 234 42 72
3 Duren 43 521 130 146 26 45
4 Sumberingin 46 553 138 155 28 48
5 Papringan 51 613 153 172 31 53
6 Ranupakis 73 883 221 247 44 76
7 Tegalrandu 70 842 211 236 42 73
8 Klakah 107 1291 323 362 65 115
9 Mlawang 81 976 244 273 49 85
10 Sruni 45 549 137 154 27 47
11 Tegalciut 66 798 200 223 40 69
12 Sawaran Lor 66 803 201 225 40 70
Kecamatan 790 9191 2299 2575 460 798
7
4. Evaluasi anggaran dan realisasi tahun sebelumnya serta permasalahan
Uraian Nilai
No Nilai Realisasi Penggunaan Anggaran
Anggaran Anggaran
a. Penyuluhan KB (Unmeet
1 Pengelolaan Rp.10.125.
Need)
Rp.48.675.000 000
Pelayanan
(per Agustus b. Sosialisasi Kesehatan
Kesehatan pada 2020)
Pra Konsepsi
Usia Produktif
c. Orientasi Program PTM
d. Surveylans PTM
B. Manfaat
Apabila Usia Produktif dapat mengakses Pelayanan pra konsepsi, pelayanan catin,
pelayanan KB dan pelayanan screening usia produktif sesuai standart, sehingga salah satu
indicator Standart Pelayanan Minimaml Bidan Kesehatan yaitu Pelayanan Usia Produktif
akan tercapai.
8
c) Untuk membantu meningkatkan keberhasilan pelayanan yaitu dengan membuat program
inovasi dengan melibatkan lintas program, Linsek dan TOMA yang ada baik di tingkat desa
maupun tingkat Kecamatan .
F. Lampiran
9
Sertakan lampiran data dan hal lainnya yang relevan dan dibutuhkan
10