Abstrak
Perkembangan anak ke remaja menjadi salah satu hal yang sangat signifikan terutama
bagi orangtua yang mempunya anak remaja putri yang harus di perhatikan dari masa
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikologi dan intelektual selain itu masa
remaja juga di tandai dengan kecendrungan memiliki rasa ingin tau yang besar menyukai
tantangan dan berani mengambil resiko atas perbuatannya ( kemenkes 2016 ) Remaja juga
memiliki sejumlah karaterisktik yang mencangkupi sejumlah pencapaain hubungan yang matang
dengan teman sebaya dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria dan wanita dewasa
seperti menjalin hubungan asmara dengan lawan jenis yang menyebabkan awal mula pergaulan
yang menyimpang Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran remaja tentang
dampak pernikahan dini di desa Berang Rea Kecamatan Moyo Hulu Banyaknya kasus remaja
putri yang hamil di luar nikah disebabkan gaya berpacaran yang tidak sehat,pelecehan seksual
pemerkosaan seks bebas atau seks pranikah dan mitos mitos di tengah masyarakat karena adat
istiadat dan kebudayaan yang di anut oleh desa tersebut dan kurangnya pengetahuan dan
informasi yang di dapat tentang bahaya pernikahan di usia anak rentan usia perkawinan menurut
undang undang No 16 tahun 2019 mengatakan bahwa perkawinan hanya di izinkan apabila pria
dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.dalam undang undang No 35 tahun 2014 pasal 1 ayat
1 dikatakan bahwa anak anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Sedangkan menurut BKKBN Usia ideal perempuan untuk menikah
adalah 21 tahun dan untuk laki laki 25 tahun
Kata Kunci:Pernikahan dini, pergaulan bebas,, peran orang tua dan pendidik/guru
Pendahuluan
Masa remeja adalah masa peralihan dari kanak kanak ke dewaasa menurut WHO batasan
usia remaja adalah 10 hingga 19 tahun batasan usia remaja yang di gunakan kementrian
kesehatan RI adalah berdasarkan undang undang republic Indonesia no 35 tahun 2014 dan
peraturan menteri kesehatan no 25 tahun 2014 yaitu 10 hingga 18 tahun,sedangkan batasan usia
remaja 10-24 tahun dan belum menikah ( BKKBN) Masa remaja adalah masa peralihan dari
anak anak menuju dewasa yang di tandai dengan perubahan perubahan fisik yang mendahului
kematangan seksual dan seiring berjalannya waktu di tandai dengan perubahan fisik di mulai
dengan perkambangan psikologisnya. Gaya hidup remeja saat ini sudah terpengaruh karena
adanya teknologi informasi yang senakin berkembang pesat setiap orang bebas mengakses
apapun lewat internet dan media sosial akibatnya banyak remaja putri yang meniru gaya hidup
dari barat,cara berpakaian, dan pergaulan budaya luar negri sudah sangat mempengaruhi budaya
Indonesia terutama di kalangan remaja yang menyebabakan banyaknya perilaku seks bebas
karena gaya berpacaran yang menyimpang karena adanya hal tersebut jumlah remaja putri yang
hamil di luar nikah semakin banyak hal ini menjadi salah satu penyebab banyaknya pernikahan
dini di Indonesia pantauan orang tua dalam melihat setiap hal yang di lakukan oleh anak anak
sangat perlu terutama dalam konteks pergaulan dengan lawan sebaya.
Tantangan bagi orangtua yang mempunya anak remaja putri dalam mendidik dan
memberikan arahan yang benar oleh karenanya .masa remaja mempunyai tantangan dan tuntutan
yang besar dari orangtua dimana remaja harus mempunyai prinsip hidup untuk menggapai cita
cita dan harapan untuk kehidupannya cara berpikir dengan perkembangan teknologi dan
informasi dan sudah dapat mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya memilih dan mempersiapkan karir di masa depan sesuai minat dan kemampuannya
mengembangkan sikap fositip mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial dan
ilmu dalam beretika salah satu fenomena yang menjadi tantangan untuk remaja adalah
pernikahan dini, dalam undang undang No 16 tahun 2019 mengatakan bahwa perkawinan hanya
di izinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.dalam undang undang No 35
tahun 2014 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa anak anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut BKKBN Usia ideal
perempuan untuk menikah adalah 21 tahun dan untuk laki laki 25 tahun pada usia 21 tahun
perempuan di anggap sudah siap secara fisik,psikologis dan alat reproduksi sedangkan pada laki
laki di usia 25 tahun sudah siap secara fisik,psikologis, dan finansial usia tersebut di nilai dapat
memperoleh kesiapan dalam berumah tangga dan menghasilkan keturunan yang sehat dan kondsi
psikologis yang di nilai sudah matang.
Dengan perkembangn zaman pernikahan dini menjadi hal yang sangat di tentang dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat, Indonesia menduduki perinkat ke dua di ASSEAN dan
peringkat ke 8 di dunia di ketahui ada sekitar 22 dari 33 provinsi di Indonesia yang memiliki
angka perkawinan anak yang lebih tinggi dari rata rata nasional salah satunya di provinsi nusa
tenggara barat tahun 2020 lebih dari 750 kasus pernikahan dini terjadi di provinsi NTB salah
satunya adalah
Kurangnya pengetahuan dari remaja tentang batasan batasan dalam berpacaran dan
kurangnya kesadaran dan pantauan dari orang tua.pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoadmojo,2014)
Rendahnya pengetahuan tentang pernikahan dini di sebabkan karena kurangnya pengalaman dan
keterpaparan remaja terhadap suatu informasi yang dapat mengubah pengetetahuan,sikap dan
perilaku yang dimiliki (Erfandi 2019) pengetahuan berhubungan dengan semua aspek salah
satunya dalam resiko dan sikap dalam menghadapi pernikahan dini hal ini dapat di artikan bahwa
semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki semakin tinggi sikap responden terhadap penolakan
perkawinan usia dini. begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan yang dimiliki
semakin tinggi perilaku seksual pranikahnya dan semakin rendah pengetahuan yang di miliki
semakin tinggi perilaku seksual pranikahnya terdapat dalam penelitian krisnadewi (2013)
mengenai hubungan Antara pengetahuan mengenai resiko perkawinan usia dini sikap terhadap
perkawinan usia dini pada remaja putri.dan hasilnya karena memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai bahaya pernikahan dini dan memiliki resiko melakukan pernikahan dini sebanyak 4
kali di bandingkan dengan yang memiliki pengetahuan tinggi.
Pernikahan dini merupakan tindakan yang di lakukan oleh anak di bawah usia 18 tahun
terdapat lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun yang sudah menikah di Indonesia
jumlah perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar di bandingkan jumlah
laki laki muda berusia 15-19 tahun yang memiliki resiko terkena penyakit menular
seksual,kekerasan seksual, kehamila beresiko menurut badan pusat statistic tahun 2015
perkawinan dini di Indonesia khususnya perempuan ysng menikah di sebelum usia 18 tahun
tercatat sebesar 23 persen. Dilihat dari kesehatan resproduksi pengasuhan anak rentan kekerasan
dan perceraian dan putus pendidikan pernikahan dini juga di latar belakangi oleh adat istiadat
dan mitos mitos terhadap remaja putri tidak menjadi perawan tua di latar belakangi pendidikan
keluarga kondisi ekonomi lingkungan social budaya dan peranan keluarga yang intens.
Tujuan
Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah dengan tema “Perempuan dan wabah pernikahan
dini: Kesadaran remaja dalam menurunkan angka pernikahan dini di Sumbawa ” sebagai
berikut:
Novelty (Keterbaharuan)
Keterbaharuan dalam karya tulis ilmiah ini karena program yang dilakukan adalah
meningkatkan Kesadaran remaja dalam mencegah pernikahan usia anak SMAN 3 Sumbawa
besar di lihat dari usia pernikahan,pergaulan bebas dan peran orangtua dan guru di sekolah
(Peremepuan dengan wabah pernikahan dini pendekatan psikologi sosial ) yang memberikan
pemahaman terkait pencegahan usia pernikahan anak sebab dan akibat dari pernikahan anak serta
kesadaran orangtua guru dan remaja itu sendiri.karena krisis identitas dan bagaimana remaja
mempersikpakan diri menuju pernikahan pemberdayaan dengan “Kesadaran remaja” masa
remaja akan berjalan dengan terarah dengan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja yang
Dimana melalui pendewasaan usia perkawinan agar mampu menjalankan pendidikan dan karir
secara terencana dan menikah sesuai dengan kesiapan alat reproduksi dengan memiliki beberapa
bentuk hal hal yang efektif di lakukan di lingkungan masyarakat teman sebaya dan lingkungan
sekolah anatara lain :
Tugas dan perkembangan remaja, hal hal yang produktif dan menyenangkan bagi
remaja:
A. Pernikahan Dini
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan oleh
pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia
dibawah usia 19 tahun. Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan
bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi atau tidak
resmi yang dilakukan sebelum usia 18 tahun. Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7
ayat 1 menyatakan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur
19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Apabila masih di bawah umur
tersebut, maka dinamakan pernikahan dini.(21,10)Pengertian secara umum, pernikahan dini
yaitu merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja
dalam satu ikatan keluarga. Remaja itu sendiri adalah anak yang ada pada masa peralihan
antara masa anak-anak ke dewasa, dimana anak-anak mengalami perubahan-perubahan cepat
disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap,dan cara berfikir
serta bertindak,namun bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Pernikahan dibawah umur yang belum memenuhi batas usia pernikahan, pada hakikatnya
di sebut masih berusia muda atau anak-anak yang ditegaskan dalam Pasal 81 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun
dikategorikan masih anak-anak, juga termasuk anak yang masih dalam kandungan, apabila
melangsungkan pernikahan tegas dikatakan adalah pernikahan dibawah umur. Sedangkan
pernikahan dini menurut BKKBN adalah pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah
usia reproduktif yaitu kurang dari 20 tahun pada wanita dan kurang dari 25 tahun pada pria.
Pernikahan di usia dini rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti meningkatkan
angka kesakitan dan kematian pada saat persalinan dan nifas, melahirkan bayi prematur dan
berat bayi lahir rendah serta mudah mengalami stress. (11,22)Menurut Kementerian
Kesehatan RI, pernikahan adalah akad atau janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan
Yang Maha Esa yang merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling
memberi ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan
kasih (mawaddah wa rahmah).
b) Kekerasan seksual
Resiko kekerasan seksual meningkat, dari studi menunjukan bahwa dibandingkan
dengan wanita yang menikah pada usia dewasa, prempuan yang menikah pada
usia dibawah 18 tahun lebih cenderung mengalami kekerasan dari pasangannya.
Karena pada usia ini, ditambah dengan kurangnya pengetahuan dan mental yang
belum matang, seorang prempuan diusia muda akan lebih sulit dan tidak berdaya
menolak hubungan seks. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Sanford kadish
dalam Encyclopedia of Criminal Justice beliau mengatakan bahwa kekerasan
adalah semua jenis perilaku yang tidak sah menurut kadang-kadang, baik berupa
suatu tindakan nyata maupun berupa kecaman yang mengakibatkan pembinasaan
atau kerusakan hak milik. Meskipun demikian, kejahatan juga tidak dapat
dikatakan sebagai kejahatan bilamana ketentuan perundang-undangan (hukum)
tidak atau belum mengaturnya, seperti kekerasan yang terkait dengan hubungan
seksual.
Misalnya pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan suami terhadap
isterinya. Hal ini tidak bisa dikatakan sebagai kejahatan, sebab belum
ada satu pasal pun yang mengatur mengenai pemaksaan hubungan seksual
dilakuan oleh suami terhadap isterinya. Sedangkan dalam Undang-UndangNomor
23 Tahun 2004. Pasal 1 :“Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik,seksual,psikologis, atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau
perampasan kemerdekaansecara melawan hukum dan lingkup
rumah tangga”
c) Kehamilan berisiko
Kehamilan di usia remaja sangat berisiko tinggi pada ibu dan bayi seperti yang
telah dijelaskan di atas. Kehamilan berisiko tinggi adalah keadaan yang dapat
mempengaruhi keadaan ibu atau janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba,
2012). Kehamilan yang berisiko itnggi adalah kehamilan yang dapat
menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran
berlangsung (Indrawati, 2016). Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor
penting penyebab resiko tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok usia 35
tahun dikatakan usia tidak aman karena saat bereproduksi pada usia 35 tahun
dimana kondisi organ reproduksi wanita sudah mengalami penurunan kemampuan
untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari 45
kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah
anak lebih dari 4. Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera
ditangani pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang
paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi.
Masa remaja ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di
lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat
menimbulkan frustasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah
diri.
Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, remaja akan mengalami krisis
identitas atau identity confusion. Reaksi reaksi akan ekspresi emosional yang masih labil
dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi
maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru
dia menjadi orang yang berperilaku agresif.
Aborsi
Aborsi adalah pengeluaran janin dari Rahim secara spontan atau sengaja sebelum usia
kehamilan 22 minggu. Bahaya aborsi illegal bagi kesehatan remaja :
1 kematian akibat pendarahan hebat
2 infeksi di Rahim dan sekitarnya
3 kerusakan leher Rahim
4 meningkatkan resiko terjadinya kemandulan
5 berdampak negatif bagi psikologis remaja yang bersangkutan,seperti kehilangan harga
diri,perasaan bersalah,dll.
bayi berat badan lahir rendah /BBLR (kurang dari 2500 gr)
perempuan yang hamil di usia terlalu muda beresiko tinggi melahirkan bayi BBLR
sehingga membutuhkan perawatan khusus,terutama untuk membantunya bernapas setelah
di lahirkan.
B. Pergaulan bebas
1. Kemajuan Teknologi
Pada hakikatnya, kemajuan teknologi dan pengaruh dalam kehidupan remaja adalah hal
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dikarenakan saat ini dapat kita dilihat betapa kemajuan
teknologi yang telah mempengaruhi gaya hidup dan pola piker remaja. Seakan akan para remaja
ingin menirukan gaya hidup orang barat yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan kehidupan
dan tradisi yang ada yang ada di negeri ini. awalnya teknologi ini di ciptakan untuk
mempermudah kegiatan kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi
telah berkembang pesat dan semakin canggih seiiring dengan perkembangan zaman. Sehingga
menjadi penambahan fungsi teknologi yang semakin memanjakan manusia khususnya di
kalangan remaja. Teknologi membawa dampak luas bagi kehidupan pada tingkat praktis. Pada
tingkat praktis teknologi mempengaruhi pola berpikir yang pada gilirannya juga berdampak pada
tindakan. Perubahan yang dibawa oleh teknologi tidak hanya mempengaruhi kehidupan dipusat
kota, melainkan juga masuk kepedesaan. Disuatu sisi teknologi membawa pemerataan informasi
dalam bentuk demokratisasi data dan informasi disisi lain ia mempengaruhi bukan saja pola
intraksi manusia, melainkan kesadaran beragama. Dalam islam, sumber informasi disediakan
oleh otoritas dengan kualifikasi khusus. Sementara teknologi membuat otoritas jadi transparan.
Fenomena keagaaman yang muncul kepermukaan beragam sesuai dengan tingkat paparan
teknologi yang terjadi dilingkungan tersebut. Inilah yang menjadi landasan utama penelitian
mengenai dampak teknologi pada sikap beragama, khususnya pada studi kasus diremaja.
2. Pengaruh Lingkungan
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, pergaulan zaman sekarang berbeda
dengan pergaulan zaman dahulu. Di zaman yang semakin modern ini tentu pergaulan
juga semakin berperilaku menyimpang dimana perilaku semakin melewati batas-batas
norma yang ada. Setiap pergaulan juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
pembentukan kepribadian individu, sehingga pergaulan yang ia lakukan akan
mencerminkan kepribadian baik yang positif maupun yang negative. Pergaulan
merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu dengan
kelompok. Namun pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk
manusia sebab manusia adalah makhluk sosal yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu
pergaulan. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-
anak baik bentuk badan ataupun cara berpikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang. Di usia labil ini tidak luput dari pergaulan cenderung
bergaul dengan teman sebaya nya dalam kodisi ini para remaja sering kali bergaul,
adanya bergaul individu lebih dibilang mengikuti zaman. Adanya proses adaptasi
membuat individu perlu dengan pergaulan dengan individu lain, hal ini karena inividu
sering terpengaruh dengan dunianya, pemikirannya yang masih labil, dan tidak punya
pendirian. Manusia itu selalu senantiasa hidup dalam suatu pergaulan, baik bergaul
secara fisik/bergaul secara kealaman maupun bergaul secara sosial/bergaul dengan
masyarakat, yang didalamnya terjadi hubungan timbal balik. Dalam hubungan timbal
balik terjadi saling mempengaruhi Antara manusia dengan lingkungan. Suatu
lingkungan dalam perkembangannya dapat memberikan peran dan pengaruh dalam
tindakan belajar para pelajar. Perilaku remaja jaman sekarang berbeda jauh dengan
remaja tempo dulu yang suka malu-malu dan takut dengan norma-norma dan aturan
agama. Pergaulan bebas di jaman sekarang sudah bukan hal yang dianggap tabu lagi
bagi kalangan remaja. Sungguh merupakan hal yang tidak bisa dipersalahkan lagi,
karena remaja-remaja sekarang tidak mau dianggap ketinggal jaman.
Necking
Necking merupakan perilaku bercumbu, namun tidak sampai mempertemukan alat
kelamin. Bentuknya bias berupa berpelukan, memegang payudara atau alat kelamin,
bahkan sampai melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
Tangan yang kotor saat melakukkan necking dapat menyebarkan penyakit.
Petting
Petting adalah kegiatan bercumbu sampai menempelkan alat kelamin namun belum
sampai saat bersenggama atau masuk nya vanish ke dalam vagina. Petting tahapannya
sampai menggesek gesekkan alat kelamin dengan pasangan. Jika pasangan
berpacaran sudah melakukan petting, sulit untuk menghindari intercrouse atau
hubungan seksual.
a. Intercrouse
Intercrouse adalah hubungan kelamin atau bersetubuh. Pada intercrouse. Pasangan
telah melakukan kontak seksual layaknya seorang yang sudah menikah.
Bebrapa dampak dari perilaku hubungan seksual pra nikah, antara lain; kehamilan
yan tidak diingkan, putus sekolah, menjadi orang tua tunggal, infeksi menular
seksual, serta menigkatkan resiko terkena kanker leher Rahim.
a. Kekerasan Seksual
Pengertian kekerasan seksual
Menyebutkan 3 bentuk kekerasan seksual
Perkosaan
Pemaksaan seksual yang diarahkan pada bagian seksualitas seseorang dengan
menggunakan organ seksual ( penis ) ke organ seksual ( vagina) anus atau
mulut,atau dengan menggunakan bagian tubuh lainnya yang bukan organ
seksual ataupun benda benda lainnya dapat di lakukan dengan kekerasan
ancaman kekerasan ataupun dengan pemaksaan sehingga pemaksaan sehingga
mengakibatkan rasa takut akan kekerasan di bawah paksaan penahanan
tekanan psikologis atau penyalagunaan kekuasaan atau mengabil kesempatan
dari lignkungan yang koersif atau serangan pada seseorang yang tidak mampu
memberikan persetujuan yang sesungguhnya ( dibawah sadar )
Pelecehan seksual
Tindakan seksual yang disampaikan melalui kontak fisik maupun non fisik
yang menyasar pada bagian tubuh seksual atau seksualitas seseorang,
termasuk dengan menggunakan siulan, main mata, komentar atau ucapan
bernuansa seksual, mempertunjukkan materi0materi pornografi dan keinginan
seksual, sentuhan dibagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual
sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung merasa direndahkan
martabat nya, dan mungkn sampai menyebabkan masalah kesehatan.
Eksploitasi seksual
Merupakan bentuk pelanggaran mendasar terhadap hak-hak asasi termasuk
reproduksi seseorang. Sedangkan eksploitasi seksual merupakan
penyalahgnaan untuk tujuan seksual namun terbatas, yang di dalam nya bisa
memperoleh keuntungan dalam bentuk uang, sosial maupun politik terhadap
orang lain.
C. Peran Lingkungan bagi Remaja
1. Peran orang tua
a) Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak dini.
b) Membekali anak dengan dasar moral dan agama.
c) Berkomunikasi yang baik dan efektif Antara orang tua dan anak.
d) Menjadi tokoh panutan pada anak
2. Peran pendidik/guru
a) Memberikan informasi yang benar bagi siswanya terkait masalah
Yang rentan dihadapi remaja
b) Memberikan keluluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiataan
ekstrakurikuler.
c) Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman dan aman bagi siswa
d) Bersahabat dengan siswa
e) Meningkatkan deteksi dini terjadinya perilaku yang menyimpang pada remaja
3. Peran media
a) Sajikan tayangan yang mendidik bukan menjerumuskan .
b) Tidak menayangkan sinetron atau film yang cenderung memprovokasi remaja
untuk melakukan tindakan menyimpang termasuk seks bebas.
c) Bertangung jawab menyajikan tayangan yang layak untuk ditonton bagi
remaja
d) Adanya rubric khusus dalam media masa ( cetak,elektronik ) yang bebas biaya
khusus untuk remaja.
b) Persiapan Psikologis
Kematangan tertentu secara psikologis untuk menghadapi
tantangan tantangan ketika keberumah tangga.
Menjaga keseimbangan emosi atau perasaan jiwa
c) Persiapan Kognitif
Kesiapan diri terhadap perbedaan kultur, ilmu dan emosional.
Memahami kelebihan dan kekurangan pasangan
Memahami perbedaan pola pikir pasangan
Pembahasan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei dan assesmen di lapangan serta sesuai dengan kondisi
masyarakat sasaran dapat disimpulkan bahwa keterlambatan kognitif pada anak di bisa membuat
anak emndapatkan pembuliyan dan di perlukan meotde belajar yang lebih efektif agar anak
mudah memahami dan di liat dari segi lingkngan pentingnya pengawasan terhadap anak dari
orang tua
Daftar Pustaka
Af’ida, N,K dkk. (2015). Paket hamat bebas pasung (PAHE FREEPAS): Solusi inivatif aplikasi
model keperawatan jiwa eksistensial dan sosial dalam menangani kesehatan jiwa. Jurnal
BIMIKI, No. 2. Volume 3. 2015.
B2P3KS Yogyakarta. (2020). Kajian pendampingan ODGJ berbasi komunitas di masa pandemi
Covid-19. Yogyakarta: B2P3KS Press.
Daulirna, N. H. (2014). Proses Pengambilan Keputusan Tindakan Pasung oleh Keluarga
Terhadap Pasien Gangguan Jiwa. Fakultas Ilmu Keperawatan Ul: Disertasi.
Gunarsa, S,D. (2003). Psikologi perkembangan anak, remaja, keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.
Hajar,R,D. (2021). Peran keluarga pada penderita gangguan jiwa (ODGJ). Artikel kesehatan
jiwa. (diakses tanggal 10 februari 2022).
Halida, N., Dewi, E. I., & Rasni, H. (2016). Pengalarnan Keluarga dalam Pemenuhan
Kebutuhan Perawatan pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan Pasung Ji
Kecarnatan Ambulu Kabupaten Jember.
Hidayat, S, & Mumpuningtias, E, D., (2018). Pendampinga keluarga dan perawatan orang
dengan gangguan jiwa bebas pasung. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia. Volume. 3,
nomor, 2. Desember 2018.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang kehidupan.
Jakarta.
Widianti, E., Hernawati, T., dkk (2018). Pembentukan self help keluarga orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ). Jurnal MKK. Volume 1. No. 2. 2018.
Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your
potential for lasting fulfillment. New York: Free Press.
Seligman, M. (2005). Authentic Happiness: Using The New Posituve Psychology to Realize
Your Potential Fulfi Ilment. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Suharto, B. (2014). Budaya Pasung dan Dampak Yuridis Sosiologis (Studi Tentang Upaya
Pelepasan Pasung dan Pencegahan Tindakan Pemasungan di Kabupaten Wonogiri).
Indonsian Journal on Medical Science, 1(1), 1–3. https://doi.org/Poltekkes Bhakti Mulia
ukoharjo.ijmsbm.org
Sunaryo. (2014). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Suryani, S. (2015). Mengenal gejala dan penyebab gangguan jiwa. Universitas Padjadjaran.
Undang-Undang. (2014). Kementerian kesehatan Republik Indonesia. No, 18. Tentang
Kesehatan Jiwa,
Wahy, H. (2012). Keluarga sebagai basis pedidikan pertama dan utama. Jurnal ilmiah
DIDAKTIKA. Vol XII. No, 2. Hal 245-258.
WHO. (2013). ‘Global action plan for the prevention and control of noncommunicable diseases.
2013-2020.’, World Health Organization. doi: 978 92 4 1506236.
Windarwati, H, D., & Keliat, B,A .(2020). Bebas pasung: Analisis konsep. Jurnal keperawata.
Volume. 12. No 1. Hal 93-100. 2020.
Yusuf, A dkk (2017). Fenomena pasung dan dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa
pasca pasung. Jurnal JKP. No. 3. Vol. 5. 2017.