Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Penelitian &

e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

PENGARUH PERNIKAHAN USIA DINI TERHADAP POLA ASUH


ORANG TUA

1Zulham Hamidan Lubis, 2R. Nunung Nurwati


1Mahasiswa
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Padjadjaran
2Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjadjaran

1
Zulham18001@mail.unpad.ac.id,, 2nngnurwati@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pernikahan dini merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di berbagai negara, berbagai upaya sudah
dilakukan namun tidak memberi dampak yang berarti. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti masalah
ekonomi, adat istiadat, dan pendidikan atau nilai yang ditanamkan oleh orang tua. Pernikahan dini
mempunyai dampak, seperti memiliki resiko terhadap kesehatan reproduksi, menambah jumlah fertilitas,
dan lain sebagainya. Penulisan ini menggunakan metode studi pustaka dengan memperoleh berbagai
sumber, seperti artikel jurnal ilmiah, hasil penelitian sebelumnya, serta perolehan statistik. Dari hasil temuan
yang diperoleh bahwa orang tua yang melakukan pernikahan dini sebagian besar melakukan pola asuh
permisif dan otoriter hal ini berdampak negatif kepada anak seperti berperilaku impulsif dan suka
memberontak.

Kata Kunci: Pernikahan dini, Pola asuh, resiko kesehatan, pendidikan

ABSTRACT

Early marriage is one of the problems that occur in various countries, various efforts have been made but
did not have a significant impact. This is caused by various things, such as economic problems, customs,
and education or values instilled by parents. Early marriage has an impact, such as having a risk to
reproductive health, increasing the amount of fertility, and so forth. This writing uses the literature study
method by obtaining various sources, such as scientific journal articles, the results of previous studies, and
the acquisition of statistics. From the findings obtained that parents who engage in early marriage mostly do
permissive and authoritarian parenting, this has a negative impact on children such as impulsive and
rebellious behavior.

Keywords: Early marriage, parenting, health risks, education

Pendahuluan dini adalah suatu ikatan yang dilakukan seseorang


yang masih dalam usia muda atau pubertas.
Remaja merupakan suatu masa peralihan
dari fase anak-anak menuju fase kedewasaan. Secara global, perkawinan muda terus
Pada masa ini terjadi perubahan baik secara menurun di berbagai negara. UNICEF pada tahun
mental, fisik, emosional, dan psikososialnya. Oleh 2018 memperkirakan 21% perempuan muda (usia
karena itu, fase ini menjadi fase yang sangat 20 sampai 24 tahun) melakukan pernikahan muda
penting bagi seseorang karena ini merupakan fase pada usia anak-anak. Hal ini mengalami
untuk mereka menemukan jati dirinya. Salah satu penurunan dibandingkan dengan 10 tahun yang
hal yang harus menjadi perhatian dalam hal ini lalu yang mencapai 25%. Namun, sekitar 650 juta
ialah pernikahan dini karena hal tersebut terjadi di perempuan dan anak perempuan yang hidup hari
usia remaja. Pernikahan dini (early mariage) ini melakukan pernikahan sebelum usia mereka
adalah suatu pernikahan formal atau tidak formal mencapai 18 tahun. Negara-negara di Asia
yang dilakukan di bawah usia 18 tahun(UNICEF, Selatan menyumbang jumlah terbanyak diikuti
2014). Sarwono (2007) menjelaskan pernikahan oleh Sub-Sahara Afrika.

68
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Di Indonesia prevalensi perkawinan usia yang tinggal di wilayah perkotaan hal ini terjadi
anak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 24%. biasanya karena ‘kecelakaan’ yang diakibatkan
Sementara pada tahun 2015, prevalensinya hanya oleh pergaulan bebas. Hal tersebut sesuai dengan
mengalami penurunan sebesar 1% yakni 23% penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai
yang artinya satu dari lima perempuan pernah institusi di Indonesia dalam kurun waktu 1993-
kawin usia 20-24 tahun melakukan perkawinan 2002 yang menunjukkan bahwa 5%-10% wanita
pertama sebelum usia 18 tahun. Hal ini dan 18%-38% pria muda berusia 16-24 tahun
menunjukkan penurunan prevalensi di Indonesia telah melakukan hubungan seksual pranikah
termasuk lambat. Daerah pedesaan merupakan sesama dengan pasangan mereka. Selain itu, hal
prevalensi perkawinan usia dini lebih tinggi ini bisa terjadi juga karena pendidikan remaja dan
dibandingkan dengan di daerah perkotaan. pendidikan orang tua. Dalam kehidupan
Provinsi dengan prevalensi perkawinan usia dini seseorang, tingkat pendidikan berkaitan dengan
tertinggi pada tahun 2015 adalah Sulawesi Barat sikap seseorang dalam menghadapi masalah yang
dengan prevalensi mencapai 34,22%. kompleks karena pendidikan juga berkaitan
dengan psikososialnya. Pengetahuan atau
Persentase perempuan pernah kawin usia
pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
20-24 tahun yang menikah sebelum usia 16 tahun
cenderung melakukan pernikahan dini (Alfiyah,
lebih sedikit, dibandingkan setelah mencapai usia
2010). Pendapat tersebut juga sesuai dengan
16 tahun hingga sebelum usia 18 tahun,
penelitian yang dilakukan oleh Nandang, dkk
persentasenya semakin besar. Perkawinan usia 16
(2009) yang menunjukkan bahwa remaja muda
tahun dianggap sah/ legal karena hal ini sesuai
yang berpendidikan rendah mempunyai resiko
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
(ods rasio) 4,259 kali untuk melakukan
tentang perkawinan pada pasal 7 ayat 1 yang
pernikahan dini dibandingkan dengan remaja
menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan
muda yang berpendidikan tinggi. Hal ini
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
menunjukkan tingkat pendidikan merupakan salah
dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
Akan tetapi, dalam pasal 6 dikatakan bahwa
menyikapi suatu masalah dan membuat
perkawinan sebelum usia 21 tahun harus
keputusan (decision) atau kematangan
mendapatkan izin orang tua. Di sini menjadi jelas
psikososialnya.
bahwa peran orang tua dalam keluarga sangat
besar dalam keputusan pernikahan anaknya Selain pendidikan anak, pendidikan orang
termasuk pernikahan yang terjadi pada usia anak. tua juga perlu mendapat perhatian karena
Orang tua menjadi kunci utama dalam upaya menurut Nandang (2009) lingkungan keluarga
untuk menurunkan prevalensi perkawinan usia merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk
anak sehingga setiap upaya untuk menurunkan memperoleh pendidikan dan juga yang paling
prevalensi perkawinan usia dini harus meliputi utama. Juspin (2012) juga mengemukakan bahwa
edukasi atau sosialisasi terhadap orang tua. peran orang tua terhadap pernikahan dini yang
terjadi disebabkan pengetahuan orang tua yang
Pulau Sulawesi dan Kalimantan memiliki
terhubung dengan tingkat pendidikannya. Hal ini
prevalensi pernikahan dini lebih tinggi daripada
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
angka nasional. Sedangkan di Pulau Sumatera,
Nandang, dkk (2009) yang menunjukkan ada
provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu
hubungan antara pendidikan orang tua pada
Bengkulu 14,33% sedangkan terendah adalah
wanita dewasa muda dengan resiko sebesar 7,667
Provinsi Kepulauan Riau 4,68%. Provinsi NTB
kali lipat. Maka, remaja yang memiliki latar
memiliki prevalensi pernikahan usia dini tertinggi
belakang orang tua berpendidikan rendah maka
untuk wilayah Jawa dan Bali dan Nusa Tenggara
mempunyai resiko lebih besar untuk menikah dini
sebesar 15,48% sedangkan yang terendah yaitu
dibandingkan dengan remaja yang memiliki
DKI Jakarta dan untuk wilayah Maluku dan Papua,
pendidikan orang tua berpendidikan tinggi karena
Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pihak
pernikahan dini tertinggi sebesar 13,36%
orang tua terhadap anaknya salah satunya yang
sedangkan Provinsi Maluku prevalensinya
paling terlihat yaitu faktor pendidikan keluarga.
terendah sebesar 8,94%.
Jika kita teliti lebih jauh mengenai
Mengapa hal ini bisa terjadi? Bagi
pernikahan dini memiliki resiko yang lebih besar
masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan
khususnya pada remaja perempuan dalam hal
pernikahan dini ini terjadi pada golongan ekonomi
kesehatan reproduksinya. Pengetahuan
menengah ke bawa, sementara untuk masyarakat

69
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

perempuan khususnya oleh remaja perempuan dianalisis, dan disimpulkan sehingga mendapatkan
yang rendah terkait dengan kesehatan reproduksi, hasil sesuai dengan kajian literatur.
keluarga sehubungan mengenai peran sosial
Sebelum melakukan analisis, terlebih
budaya, dan dukungannya, masalah kebutuhan
dahulu penulis harus mengetahui secara pasti
ekonomi, seks bebas, dan kebijakan pemerintah
mengenai sumber dari mana informasi berasal
dalam perpanjangan usia perkawinan adalah
dan adapun sumber yang digunakan antara lain,
faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan
buku-buku teks, jurnal ilmiah, referensi statistik,
di usia dini. Pernikahan ini juga mempengaruhi
hasil-hasil penelitian sebelumnya, internet, dan
pengetahuan mereka dalam memberikan polas
berbagai macam sumber lain yang relevan. Maka
asuh anak yang baik dan benar. Apabila orang
dari itu, sifat penelitian kali ini termasuk penelitian
tua, khususnya ibu usia dini tersebut tidak mampu
deskriptif, yakni berfokus pada penjelasan secara
memenuhi kebutuhan dasar anak, maka akan
sistematis tentang fakta-fakta yang diperoleh saat
menjadi suatu permasalahan bagi anak yang
penelitian dilakukan.
dilahirkan dari ibu usia dini tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Pembahasan
mengenai dampak pernikahan dini terhadap
1. Orang tua
kesehatan reproduksi, perempuan yang berusia
15-19 tahun memiliki resiko kemungkinan dua kali Soegarda dalam (Bariroh, 2006: 5)
lebih besar meninggal dibandingkan dengan yang menjelaskan yang dimaksud dengan orang tua
menikah berusia 20-25 tahun, sedangkan usia di adalah pendidik atas dasar hubungan darah atau
bawah 15 tahun memiliki resiko sebesar lima kali. keturunan. Orang tua juga memiliki fungsi
Oleh karena itu, perempuan muda yang sedang sebagai peran serta pelindung anggota
hamil akan mengalami pendarahan, keguguran, keluarganya. Menurut Arifin dalam (Bariroh, 2006:
dan persalinan yang lama dan sulit (Yenrizal 5) terkait dengan fungsi dan peran orang tua
Makmur dalam Nad, 2014). Hal ini sesuai dengan adalah sebagai pelindung setiap anggota
penelitian yang dilakukan oleh Irne (2014) yang keluarga. Keluarga juga merupakan kelompok
mengambil 20 responden dan didapatkan bahwa terkecil dalam masyarakat yang luas. Jadi kunci
sebelas telah mengalami kehamilan dan utama dalam ketentraman dan kedamaian hidup
persalinan pada usia yang muda dan tiga orang di terletak pada keluarga mengingat pentingnya
antaranya pernah mengalami keguguran dan keluarga yang dalam Islam pun memandang
sebanyak 4 orang yang melahirkan mengalami bukan hanya sebagai kelompok kecil, namun lebih
berat badan lahir di bawah 2,5 kg. dari itu sebagai lembaga hidup manusia yang
dapat memberi kemungkinan kecelakaan dan
Selain itu, masalah utama juga yang
kebahagiaan anggota keluarga dunia dan akhirat.
dihadapi adalah bagaimana orang tua tersebut
mendidik anak dengan pola asuh yang benar dan Ayah dan Ibu juga mempunyai kewajiban
tepat, karena fakta di lapangan saat ini masih untuk memenuhi berbagai kebutuhan anaknya
banyak ditemukan kasus yang sering terjadi pada yang meliputi pengasuhan, kebutuhan agama,
anak dengan orang tua yang menikah di usia psikologi, makan, minum, dan lain sebagainya
muda mejadikan orang tua sebagai sosok yang (Puspitawati, 2013). Menurut Hastuti, dkk (2011)
demokratis, permisif, dan otoriter. juga berkaitan dengan kualitas pengasuhan yang
diberikan ibu sebgai pengasuh yang utama
Dari penjelasan tersebut dapat kita
memiliki peran yang sangat penting terhadap
simpulkan bahwa pernikahan dini banyak memiliki
pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut
dampak negatif. Oleh sebab itu, tulisan ini
Selo Soemardjan (ahli Sosiologi Indonesia) juga
bertujuan untuk mencegah agar pernikahan dini
berpandangan bahwa keluarga yang di dalamnya
ke depannya tidak terjadi lagi, selain itu juga
terdapat keluarga inti sebagai pendidikan pertama
tulisan ini sebagai pengetahuan mengenai pola
dan bersifat alamiah. Dalam keluarga ini anak
asuh anak yang baik dan benar dan
dipersiapkan untuk menjalani tingkatan-tingkatan
mengendalikan tingkat kelahiran penduduk.
perkembangannya sebagai bekal ketika memasuki
dunia dewasa, adat istiadat, bahasa, dan seluruh
Metode Penulisan
isi kebudayan, yang sudah seharusnya menjadi
Penulisan ini menggunakan studi literatur. tugas orang tua dalam keluarga.
Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan,
Dalam orang tua juga terdapat ayah
sebagai kepala keluarga harus mampu

70
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

mempersiapkan dan memenuhi segala sesuatu -Fungsi selektif, dalam hal ini orang tua sebagai
yang dibutuhkan sebuah keluarga, seperti kontrol terhadap pengalaman anak terutama anak
pengarahan, ajakan, pemberian contoh, dan juga berusia 0-5 tahun yang belum memiliki
hukuman yang khas dalam suatu keluarga, baik pengetahuan dan pengalaman, apalagi di usia ini
itu berupa pekerjaan kerumahtanggaan, anak memasuki usia ‘golden age’ karena anak
keagamaan maupun kemasyarakatan lainnya, mengalami pertumbuhan otak yang sangat pesat,
yang dipikul secaa individual ataupun seluruh sehingga orang tua harus memberikan kontrol
anggota keluarga. Ki Hajar Dewantara juga yang tepat.
menjelaskan keluarga adalah sekumpulan individu
-Fungsi pedagogis, yakni orang tua mewariskan
yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih,
nilai dan norma kepada anak yang berfungsi
demi kepentingan seluruh individu yang berada di
memberikan warisan nilai-nilai yang berhubungan
dalamnya. Selain Ki Hajar Dewantara, Abdullah
dengan kepribadian anak.
dan Berns juga memiliki pendapat bahwa
keluarga yang didalamnya terdapat orang tua Pada kenyataannya orang tua masih
merupakan kelompok sosial yang memiliki tempat banyak tidak mengetahui tentang tiga fungsi
tinggal bersama, bekerja sama dalam ekonomi tersebut sehingga mereka tidak memperhatikan
dan reproduksi. Dalam konteks psikologi juga bagaimana anak mereka tumbuh dan berkembang
keluarga sebagai kumpulan orang-orang yang di lingkungan tempat mereka tinggal, ataupun
hidup bersama dengan tempat tinggal yang sama mereka mengetahui tetapi tidak menerapkan
dan adanya pertautan batin di antara mereka fungsi tersebut kepada anak mereka sehingga
sehingga saling memperhatikan, saling tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikis
membantu, bersosial, dan menyerahkan diri. menjadi tidak optimal.
Oleh karena itu, orang tua mempunyai 2. Teori Pendidikan Orang tua Pada Anak Menurut
tugas yang sangat penting/ urgent yakni Para Ahli
menciptakan suasana dalam keluarga dengan
a. J.H. Pestolozzi (1746-1827)
proses pendidikan yang berkelanjutan untuk
melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas Pestolozzi memiliki anggapan bahwa
dan berakhlak, baik di mata orang tuanya, pendidikan sebaiknya mengikuti sifat bawaan
gurunya, temannya, dan masyarakatnya. Orang anak. Model pendidikan ini menggunakan konsep
tua juga harus memberikan pendidikan dasar yang merupakan perpaduan antara dunia alam
sebagai fondasi anak mereka untuk menapaki dalam artian keluarga dan pendidikan yang
kehidupan yang lebih berat ke depannya. Namun praktis dengan cara membimbing anak dengan
realitanya, masih banyak orang tua maupun calon perlahan-lahan, bisa dengan memulai usaha anak
orang tua yang belum mengetahui mengenai itu sendiri dengan memberikan kesempatan untuk
bagaimana mendidik anak mereka, karena pada berbuat dan melakukan sesuatu yang berawal
dasarnya, fungsi keluarga merupakan sebagai dari sense impression sampai ke ide-ide yang
pendidikan budi pekerti, sosial, kewarganegaraan, abstrak.
pembentukan kebiasaan dan pendidkan
Beliau juga yakin bahwa segala bentuk
intelektual.
pendidikan berdasarkan dari pancaindera dan
Mollenhaur (dalam Abdullah: 2003) melalui pengalaman-pengalaman serta potensi
kemudian membagi tiga fungsi orang tua dalam yang dimiliki untuk berkembang. Rumah tangga
pendidikan anak, yaitu sebagai berikut: dianggap sebagai lingkungan tempat anak
tumbuh dan berkembang serta Pestolozzi
-Fungsi kuantitatif, yakni memberikan atau
menganggap pentingnya peran ibu dalam
menyediakan bagi pembentukan perilaku dasar
mendidik anak karena ibu mempunyai tanggung
yang artinya keluarga tidak hanya memberikan
jawab yang besar dalam hal tersebut.
kebutuhan dasar berupa kebutuhan fisik,
kebutuhan makanan dan minuman, serta tempat b. Friedrich Frobel (1782-1852)
tinggal yang diperlukan, tetapi juga orang tua
Frobel merupakan murid dari Pestolozzi
dituntut juga memberikan fasilitas kebutuhan
yang berpendapat bahwa pendidikan yang
pembentukan karakter, seperti etika, sopan
dilakukan terhadap anak di dalamnya berupa
santun, dasar-dasar kebaikan, dan pembentukan
permainan, bernyanyi, dan berbagai macam
karakter anak yang santun.
pekerjaan anak yang diberikan hal ini untuk
memberikan pengalaman langsung kepadanya.

71
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Menurut beliau jika anak-anak tidak bergerak Beliau salah satu tokoh yang berpengaruh
bebas dan lebih banyak diam, itu bisa menjadi dalam pendidikan di Indonesia. Konsep
pertanda anak kurang sehat fisik atau jiwanya pendidikan Ki Hajar Dewantara dituangkan melalui
karena dengan bergeraknya anak-anak “Tri Sentra Pendidikan” yang diaplikasikan di
merupakan perpaduan antara jiwa dan tubuh Perguruan Taman Siswa, yakni pusat keluarga,
anak-anak yang bersifat satu. pusat perguruan, dan pusat masyarakat. Dalam
konteks pusat atau sentra keluarga, Ki Hajar
Sesuai dengan konsep pendidikan yang
Dewantara menaruh perhatian dan meminta
diberikan oleh Frobel tentang menciptakan
kepada pada orang tua untuk mendidik anak
berbagai macam bentuk permainan, manakal
sejak usia dini karena beliau beranggapan bahwa
permainan harus memperhatikan syarat-syarat
keluarga merupakan alam dengan tempat sebaik-
sebagai berikut:
baiknya bagi anak untuk melakukan pendidikan
- Permainan tersebut harus membuat anak kesusilaan dan kesosialan. Sehingga keluarga
merasa senang dan antusias. merupakan tempat pendidikan yang sempurna
sifat dan wujudnya dari tempat-tempat lainnya
- Permainan harus memberikan kesempatan
untuk melangsungkan pendidikan ke arah
kepada anak untuk berimajinasi.
kecerdasan budi pekerti dan sebagai peyediaan
- Anak harus tangkas dan mampu menyelesaikan hidup kemasyarakatan.
permainan.
Ki Hajar Dewantara memiliki pendapat
- Permainan harus mengandung unsur seni. mengenai keluarga, yakni:
- Permainan diharapkan mengandung dan -Tempat pendidikan pertama kali bagi anak
mengarahkan anak-anak ke arah ketertiban. dengan orang tua sebagai pendidik dan
Ketertiban tersebut dalam artian mendidk anak pemimpin.
rasa kesusilaan dan diharapkan anak memiliki
-Anak mendapatkan pendidikan dalam keluarga
sikap kemanusiaan dan kemasyarakatan yang
melalui orang tua.
kuat.
-Anak juga mendapatkan kesempatan dalam
c. Maria Montessori (1870-1952)
keluarga untuk mendidik diri mereka sendiri.
Montessori berpandangan bahwa
-Orang tua sebagai penuntu, pengajar, dan
perkembangan seorang anak adalah suatu proses
sebagai pemberi contoh dan teladan bagi anak
yang saling berkesinambungan. Pendidikan
sehingga diharapkan orang tua memberikan
merupakan sebagai aktivitas diri dan
contoh teladan yang baik untuk anak.
mengarahkan anak pada pembentukan disiplin
pribadi, pengarahan diri, dan kemandirian. Beliau e. Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali
kemudian merancang suatu sistem pendidikan (1058 M-1111 M)
berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh anak.
Al-Ghazali mengenai konsep pendidikan
Misalnya ketika anak belajar tentang suara
berpendapat bahwa pendidikan agama harus
dengan melalui pendengaran, Montessori
dimulai sejak usia dini, karena saat usia ini anak
merancang suatu kumpulan kotak dan masing-
siap untuk menerima aqidah-aqidah dengan dasar
masing kotak tersebut berisi bahan yang berbeda
iman tanpa meminta dalil untuk menguatkan atau
sehingga menghasilkan suara yang berbeda pula.
menuntut untuk memberikan penjelasan. Dalam
Dari hal itu kemudian beliau merancang alat
proses mengajarkan agama kepada anak dimulai
belajar lain guna meningkatkan fungsi
dengan menghafal berbagai macam kaidah dan
penglihatan, penciuman, perabaan, pengecap
dasarnya, kemudian baru gur atau orang tua
melalui cara yang khas dan prinsip evaluasi diri.
menjelaskan maknanya sehingga mereka pun
Selain itu beliau juga mengembangkan pendidikan
meyakini, memahami, dan membenarkannya.
jasmani yang berpengaruh pada pengembangan
Berdasarkan penjelasan tersebut orang tua
otot-otot, belajar tentang alam, dan berkebun.
dijadikan sebagai pendidik yang utama dan
Melalui hal tersebut diharapkan anak dapat
menjadi kekuatan dalam diri mereka dengan
mengembangkan fisik jasmani mereka dan
harapan tumbuh menjadi anak yang berakhlak
memiliki pengalaman kehidupan yang kuat.
mulia, bertakwa, dan menyebarkannya ke seluruh
d. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) umat.
3. Pola Asuh Orang tua

72
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Pola Asuh secara etimologi berasal dari - Penyimpanan dan persiapan makanan.
kata ‘pola’ dan ‘asuh’. Dalam KBBI kata pola
- Praktek kebersihan sanitasi lingkungan.
berarti model sistem dan cara kerja, sedangkan
kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, - Merawat keluarga jika ada yang sakit meliputi
dan mendidik anak agar dapat berdiri sendiri. praktek kesehatan di rumah dan pola
Wahyuning (2003) juga menggambarkan pola pencarian pelayanan kesehatan.
asuh sebagai perlakuan orang tua yang
*Asuh Kesehatan
ditetapkan pada anak yang merupakan bagian
penting dan mendasar dalam menyiapkan anak Balita adalah salah satu kelompok yang
untuk menjadi masyarakat yang baik. Sementara rentan terhadap penyakit. Budi dalam (Anas:
itu pola asuh merupakan suatu proses interaksi 2013) berpendapat bahwa jenis sakit yang
secara total antara orang tua dengan anak, dialami, frekuensi, dan lama sakit yang diderita
seperti proses pemeliharaan, pemenuhan sangat mempengaruhi kesehatan dan status gizi
kebutuhan fisik, perlindungan dan proses balita. Hal ini juga berkaitan dengan interkasi
sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar terhadap sarana dan prasarana yang ada di
(Hetherington dan Whiting, 1999). Gunarsa lingkungan rumah tangga dan lingkungan di
(2002) menjelaskan pola asuh orang tua secara sekelilingnya. Status kesehatan anak dapat
lebih lengkap sebagai bentuk interaksi antara diperoleh dengan cara memperhatikan keadaan
anak dengan orang tua yang meliputi tidak hanya gizi, kelengkapan imunisasinya, kebersihan diri
pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, anak dan lingkungan tempat mereka berada dan
minum, pakaian, dan lain sebagainya, tetapi juga upaya yang dilakukan orang tua dalam mencari
kebutuhan psikologis (kasih sayang) dan juga pengobatan jika anak dalam keadaan sakit (Zeitlin
norma-norma yang berlaku di masyarakat supaya dalam Anas: 2013).
anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Orang tua dalam mengatasi anak yang
Orang tua sangat berperan dalam pola sedang sakit dan pemantauan kesehatan secara
asuh anak terutama ketika mereka memasuki terprogram merupakan pola pengasuhan
golden age yang terjadi sekitar usia 0-5 tahun kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi
karena pada masa ini anak mengalami balita seperti misalnya jika balita mendapatkan
perkembangan pesat baik dari segi fisik maupun imunisasi lebih rendah mengalami resiko penyakit.
psikisnya. Peranan orang tua dalam pengasuhan Sakit yang alam akan mempengaruhi nafsu
dasar anak meliputi kebutuhan dasar seperti makan balita yang berakibat pada rendahnya
mandi, makan, dan menyediakan pakaian buat asupan gizi.
anak, sedangkan peranan lain pengawasan
*Asuh Makan
terhadap anak, menyediakan obat dan menjaga
kesehatan anak(O’Connel dan Bahar: 1992, Asuh makan merupakan metode atau
2002). cara seseorang dalam memilih makanan dan
memakannya sebagai tanggapan terhadap
UNICEF (1997) menekankan dengan
pengaruh fisiologi, sosial, dan psikologi budaya
kerangka yang konseptual bahwa komponen
(Waryana dalam Anas: 2013). Kebutuhan pangan
makanan, kesehatan, dan asuhan adalah faktor
yang baik harus disiapkan oleh orang tua
yang berperan dalam menunjang perkembangan
semenjak sebelum kelahiran, masa baru
dan pertumbuhan anak yang optimal. Engel et all
melahirkan dengan pemberian ASI yang baik,
(1997) mengungkapkan bahwa pola asuh
menyiapkan makanan tambahan berupa makanan
dimanifestasikan ke dalam enam hal, yaitu:
padat yang lebih bervariasi lagi, serta dukungan
- Perhatian atau dukungan terhadap wanita emosional untuk anak.
seperti pemberian waktu istirahat yang tepat
*Asuh Diri
dan peningkatan asupan makanan selama
hamil. Asuh diri meliputi perilaku ibu memelihara
kebersihan rumah dan lingkungan di sekitarnya,
- Pemberian ASI dan makanan pendamping
menjaga kebersihan makanan dan sanitasi
yang baik untuk anak.
lingkungan (Anwar dalam Anas: 2013). Dalam
- Memberikan rangsangan psikososial kepada melakukan hal tersebut harus secara bertahap
anak dan dukungan untuk perkembangan dan terus-menerus. Anak harus dilatih dengan
mereka. sifat-sifat, yakni mandi dua kali sehari, cuci
tangan sebelum dan sesudah makan, makan

73
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

teratur, menyikat gigi di pagi dan malam hari, dan untuk menguasai keterampilan motorik dan
buang air kecil atau air besar pada tempatnya. bahasanya (Prayitno, 2010: 3). Maka dari itu
anak usia dini yaitu kelompok anak yang berada
Berdasarkan penjelasan tersebut adanya
pada pertumbuhan dan perkembangan yang
kaitan antara pola asuh yang diberikan orang tua
pesat dan bersifat unik dan memiliki pribadi yang
terhadap perkembangan fisik dan psikis anak. Jika
menakjubkan serta bergantung pada
kebutuhan-kebutuhan atau ada kewajiban yang
kemampuannya untuk menguasai
belum orang tua penuhi seperti hal di atas akan
perkembangannya sehingga diperlukan pola asuh
berdampak bagaiman anak tumbuh dan
yang baik dari orang tua.
berkembang ke depannya.
Pola asuh mempunyai peran yang sangat
Namun, kenyataan di lapangan pola asuh
penting bagi perkembangan perilaku anak, karena
dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua
dasar perilaku pertama kali diperoleh dari orang
kepada anak belum sepenuhnya dilakukan, faktor
tuanya. Pola asuh dilakukan orang tua dalam
tersebut disebabkan:
bentuk interaksi, bimbingan, pembinaan, dan
-Kurangnya pengetahuan dan pemahaman orang mendidik anaknya dalam kehidupan sehari-hari
tua tentang kedudukan peran dan fungsi serta untuk memiliki kecakapan hidup (Euis, 2004:18).
tanggung jawab para orang tua dalam hal
Ada empat macam bentuk pola asuh
pendidikan dan pola asuh anak di rumah. Hal ini
menurut Baumrind (dalam Santrok 2002: 257-
bisa disebabkan karena pendidikan orang tua
258),yaitu pola asuh otoriter, pola asuh
yang rendah disebabkan ketidakmampuan dalam
demokratis, pola asuh penelantaran, dan pola
penyelesaian sekolah.
asuh permisif.
-Kuatnya desakan dan tarikan ekonomi para
-Pola Asuh Otoriter
orang tua dalam memenuhi tuntutan dan
kebutuhan keluarga sehingga mengabaikan Pola asuh ini menuntut agar anak tunduk
peran-peran yang lain sebagai fungsi dan tugas dan patuh terhadap semua perintah yang
orang tua bahkan ada orang tua yang sampai diberikan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada
lupa akan tanggung jawabnya karena terlalu sibuk kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan
dengan pekerjaannya. pendapat mereka sendiri. Anak dikontrol penuh
dan dijadikan sebagai miniatur dalam pencapaian
-Kurang atau lemahnya peran sosial budaya di
misi hidupnya. Shapiro (1992: 27)
masyarakat dalam membangung kesadaran akan
mengemukakan pendapat bahwa orang tua
pentingnya pendidikan keluarga. Orang tua juga
otoriter berusaha menjalankan rumah tangga
seringkali mengabaikan nilai-nilai edukasi dalam
yang didasarkan pada struktur dan tradisi,
rumah tangga dengan membiarkan anak bermain
walaupun banyak hal tekanan mereka akan
dan bergaul tanpa kontrol yang baik, kurangnya
pengawasan dan keteraturan yang membebani
perhatian ketika ia sedang berkomunikasi dengan
anak.
temannya.
Pola asuh ini dapat menyebabkan anak
4. Tipe-Tipe Pola Asuh
kesulitan untuk bersosialisasi. Hal ini disebabkan
Undang-Undang Republik Indonesia No. orang tua banyak memberikan larangan dan
20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan berbagai aturan yang harus dipatuhi semua oleh
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu anak, sehingga menciptakan perasaan yang
upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak cemas, minder, takut, dan rasa kurang
sejak lahir sampai usia enam tahun yang menghargai serta rasa percaya diri pada anak.
dilakukan melalui pemberian rangsangan
Menurut Natuna (2007: 145) yakni anak-
pendidikan untuk membantu pertumbuhan,
anak dari keluarga dengan pola asuh yang otoriter
perkembangan fisik dan psikis mereka agar
menunjukkan perilaku dengan kecenderungan
memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
kurang memperlihatkan rasa ingin tahu dan
yang lebih lanjut.
emosi-emosi yang positif serta cederung kurang
Anak usia dini merupakan pribadi yang bisa bergaul. Hal ini disebabkan oleh bentuk sikap
menakjubkan yang ingin mencapai banyak hal yang ditunjukkan oleh orang tuanya yang terlalu
sekaligus, perkembangan psikologi, sosial, dan keras dan membatasi rasa keingintahuan anaknya
kognitif anak berinteraksi secara langsung dan dengan menerapkan berbagai aturan yang jika
bersama serta bergantung pada kemampuannya

74
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

dilanggar akan mendapatkan sanksi atau kemudian mencari hal di luar keluarganya yang
hukuman. dapat mengganti peran orang tua mereka.
-Pola Asuh Demokratif -Pola Asuh Permisif
Baumrind berpendapat bahwa pola asuh Selanjutnya Shapiro (1999: 127-128)
demokrasi ini orang tua mendorong supaya anak- berpendapat bahwa orang tua dengan pola asuh
anaknya mandiri namun masih dalam batasan- permisif selalu berusaha menerima dan mendidik
batasan dan pengendalian atas tindakan mereka. anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat
Pola asuh ini juga membangun musyawarah pasif ketika sampai pada masalah penetapan
dengan harapan terciptanya kehangatan- batasan-batasan atau menanggapi
kehangatan dan kasih sayang yang diperlihatkan. ketidakpatuhan. Orang tua permisif sangat terlibat
Maka anak yang hidup dalam pola asuh ini dalam kehidupan anak-anak mereka, akan tetapi
memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi menetapkan sedikit batasan atau kendali terhadap
dan menunjukkan perilaku terpuji. anak mereka, sehingga orang tua cenderung
membiarkan anak mereka melakukan apa saja
Pola asuh demokrasi yang diterapkan oleh
yang mereka inginkan sehingga anak tidak dapat
orang tua kepada anaknya menghasilkan perilaku
mengendalikan perilakunya serta tidak mampu
moral yang baik dan sesuai dengan harapan.
untuk menaruh hormat pada orang lain. Mereka
Selain itu juga ketika orang tua memberikan
juga tidak begitu menuntut dan menetapkan
larangan selalu menyertai dengan penjelasan dan
sasaran yang jelas bagi anaknya karena yakin
bukti yang dimengerti oleh anak.
bahwa anak-anaknya seharusnya berkembang
Dalam hal pembelajaran, orang tua sesuai dengan kecenderungan alamiahnya.
demokratis menghargai kemandirian, memberikan
Covey (1997: 45) juga menyatakan
pujian dan dorongan (shapiro, 1999: 28). Pola
bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh ini
asuh ini identik dengan penanaman nilai-nilai
cenderung ingin selalu disukai anak-anaknya dan
demokrasi yang menghargai dan menghormati
tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam
hak-hak anak dengan mengutamakan diskusi
mengenai standar dan harapan, tanpa komitmen
daripada intruksi, kebebasan berpendapat, dan
pribadi untuk disiplin dan bertanggung jawab.
selalu memotivasi anak untuk menjadi yang lebih
Pola asuh permisif tidak dapat menanamkan
baik.
perilaku moral yang sesuai dengan standar sosial
Natuna (2007: 145) berpendapat bahwa pada anak. Hal ini disebabkan orang tua bersifat
seperti halnya orang tua otoriter, orang tua longgar dan menuruti semua keinginan anaknya
demokratis juga memiliki seperangkat aturan dan yang menyebabkan anak salah satunya menjadi
standar yang jelas, ia juga menuntut anak untuk tidak mandiri.
memenuhi dan mematuhi segala aturan tersebut,
Selain pola asuh permisif, hal yang
akan tetapi perbedaannya ialah orang tua yang
menyebabkan anak tidak dapat mandiri (Markum,
menerapkan pola ini dengan pemahaman bukan
1985) yakni:
paksaan. Mereka berusaha dan berupaya
menyampaikan peraturan-peraturan tersebut *Kebiasaan selalu dibantu dan dilayani.
disertai dengan penjelasan yang dapat
*Kurangnya kegiatan di luar rumah, di saat anak-
dimengerti.
anak lain mempunyai kegiatan dengan temannya,
-Pola Asuh Penelantaran anak dengan kurang kegiatan akan membuat ia
bosan sehingga dia akan menjadi malas dan tidak
Pada pola asuh ini orang tua sangat tidak
kreatif.
terlibat dalam kehidupan anak mereka dan
mengembangkan perasaan bahwa aspek-aspek *Peranan anggota lain yang melakukan tugas
lain kehidupan orang tua lebih penting daripada rumahnya yang kemudian dapat menghambat
anak-anaknya. Anak dibesarkan tanpa kasih kemandiriannya.
sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang
Maka dapat disimpulkan bahwa orang tua dalam
cukup. Sehingga anak menjadi rentan dengan
menerapkan pola asuh permisif kurang tepat
perilaku-perilaku menyimpang seperti kenakalan
digunakan dalam menanamkan perilaku moral
remaja, sex bebas, dan mengkonsumsi narkoba.
pada anak karena minim dengan pengawasan dan
Hal ini disebabkan misalnya, orang tua yang
penanaman nilai etika moral dengan anggapan
terlalu fokus dengan pekerjaannya sehingga anak
semua perilaku anak yang tidak baik, seiring

75
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

dengan bertambahnya usia akan berubah dengan empat sistem tindakan dalam mempelajari
sendirinya perilaku mereka disebabkan semakin tindakan sosial, yaitu sebagai berikut:
bertambah pengetahuannya.
-Sistem budaya menganalisis ‘arti’, seperti agama,
5. Pernikahan Dini Dalam Perspektif Teori Sistem kepercayaan, agama, bahasa, dan nilai-nilai serta
konsep sosialisasi.
Teori sistem dipetakan oleh George Ritzer
pada paradigma fakta sosial. Paradigma fakta -Sistem sosial yang memandang masyarakat
sosial sendiri merupakan suatu istilah yang berada dalam interaksi berdasarkan peran dan
digunakan untuk menjelaskan mengenai cara sistem sosial ini selalu terarah pada
pandang seseorang dalam melihat fakta sosial, keseimbangan.
yang terdiri dari dinamika sosial, konflik sosial,
-Sistem kepribadian merupakan satu kesatuan
interaksi sosial, kelompok sosial, dan lain
yang paling kecil dipelajari dengan individu
sebagainya. Penggunaan teori ini dikhususkan
sebagai aktor. Oleh karena itu fokus kajiannya
pada masalah sosial yang berkaitan dengan nilai-
adalah kebutuhan, motif, dan sikap.
nilai, institusi atau pranata sosial yang mengatur
dan menyelenggarakan kehidupan masyarakat. -Sistem organisme merupakan kesatuan yang
Sementara itu, pernikahan dini ditinjau dari berdasar pada sistem ini adalah manusia dalam
berbagai aspek merupakan salah satu dimensi arti biologis dan lingkungan fisik di mana manusia
masalah sosial. Hal ini membawa dampak yang itu hidup juga sistem saraf yang saling terkait
cukup signifikan bagi keberlangsungan pasangan dengan kegiatan motorik dan sistem organ
yang menikah dini karena dinilai belum siap dalam manusia.
memenuhi tuntutan dan tanggung jawabnya
Pernikahan dini sebagai bentuk perilaku
dalam memenuhi hak-hak yang sebenarnya dalam
yang membudaya bagi masyarakat Indonesia. Hal
menjalani kehidupan bermasyarakat.
ini memiliki artian bahwa kematangan dan
Buckley memperkenalakn tiga jenis kesiapan usia individu bukan menjadi penghalang
sistem, yakni sistem sosial budaya, sistem bagi seseorang untuk melangsungkan pernikahan.
mekanis, dan sistem organis. Dalam sistem
Berdasarkan pemahaman mengenai teori
mekanis sendiri terjadi saling keterkaitan antar
sistem, pernikahan usia dini berhubungan dengan
bagian yang didasarkan pada transfer energi,
kemiskinan, pertukaran ekonomi saat perkawinan,
dalam sistem organis kesalingketerkaitan antar
dan pendidikan yang rendah. Semua bagian
bagian lebih didasarkan pada pertukaran
tersebut merupakan satu kesatuan sistem yang
informasi daripada pertukaran energi. Sementara
saling berkaitan. Pernikahan usia dini juga
dalam sistem sosial budaya, saling keterkaitan
didorong oleh alasan kemandirian dan terbebas
lebih didasarkan pada pertukaran informasi.
dari pengaruh orang ua berhubungan dengan
Buckley juga mengungkapkan beberapa manfaat
sikap yang dibangun antara anak dan orang tua.
menggunakan teori sistem, yaitu sebagai berikut:
Hal ini juga berkaitan dengan cara orang tua
-Dapat diterapkan dalam semua ilmu perilaku dan menerapkan pola pengasuhan kepada anak.
ilmu sosial.
Pengetahuan dan pendidikan yang rendah
-Memiliki berbagai level yang diterapkan pada mengenai kesehatan reproduksi memicu
skala terkecil sampai dengan skala terbesar atau terjadinya pernikahan dini seperti yang telah
dari yang paling objektif sampai yang paling dijelaskan sebelumnya. Selain itu, orang tua
subjektif sekalipun. mempunyai peran yang lebih besar dalam
terjadinya pernikahan dini pada anaknya. Orang
-Mengkaji beragam hubungan antar aspek sosial,
tua juga memiliki keterbatasan pemahaman
dalam artian tidak parsial, dan
khususnya tentang kesehatan reproduksi dan hak
-Keseluruhan aspek dipandang dalam konteks anak, dan akibatnya adalah menikahkan anak
proses khususnya terkait dengan jaringan pada usia dini dan begitu juga keluarga yang
informasi dan komunikasi. tidak memiliki hubungan yang harmonis. Peran
orang tua dalam pernikahan dini juga dipengaruhi
Selain Buckley, Talcott Parson juga
oleh faktor sosial ekonomi keluarga dengan
berpendapat bahwa sistem mengandalkan adanya
harapan cepat-cepat menikahkan anaknya beban
satu kesatuan masing-masing bagian yang
ekonomi keluarga menjadi berkurang karena anak
berhubungan satu sama lain untuk mencapai
perempuan yang sudah menikah akan menjadi
tujuan tertentu. Beliau kemudian menjelaskan
tanggung jawab suami (BKKBN, 1993:9), tingkat

76
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

pendidikan keluarga karena tidak dibarengi pernikahan dini dapat mengakibatkan peran
dengan pemikiran yang panjang akibat dan perempuan di pasar kerja dan jumlah jam kerja
dampak permasalahan yang dihadapi, yang mereka dapat lakukan.
kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam
6. Pola Asuh Pasangan Usia Dini
keluarga, hal ini disebabkan sejak kecil anak telah
dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Pernikahan Salah satu permasalahan utama yang
dini atas dasar adat istiadat dilakukan agar ikatan dihadapi dari dampak pernikahan dini yakni
hubungan kekeluargaan antara kerabat mempelai bagaimana mendidik anak mereka dengan pola
laki-laki dengan kerabat mempelai perempuan asuh yang tepat dan benar karena hingga saat ini
yang memang ingin bersama dan hubungan banyak ditemukannya kasus-kasus yang sering
kekeluargaan mereka tidak terputus terjadi pada anak dengan orang tua yang
(Wigyodipuro, 1967: 133). menikah di usia muda menjadikan orang tua
sebagai sosok yang demokratis, permisif, dan
Berdasarkan penjelasan megenai
otoriter, sedangkan orang tua dengan pola asuh
pandangan teori sistem terkait pernikahan dini,
demokratis yang memprioritaskan kepentingan
ada beberapa dampak yang ditimbulkan, antara
anak masih sangat jarang ditemukan.
lain:
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan
-Kesejahteraan Sosial
oleh Rianti (2004) terhadap 127 orang tua yang
Dari survei yang dilakukan Susenas pada menikah di usia di bawah 20 tahun diperoleh
bulan Maret tahun 2018 menunjukkan perempuan kesimpulan bahwa hampir sebagian besar orang
yang usia 20-24 tahun yang menikah sebelum tua (84,14%) kurang memperhatikan kesehatan
usia 18 tahun yang berstatus miskin lebih besar dan pendidikan anak-anaknya, (72,43%) orang
dibandingkan yang menikah di atas usia 18 tahun tua cenderung mengabaikan keinginan anak dan
yaitu 13,76% berbanding 10,09%, walaupun tidak membatasi semua aktivitas anak dengan
hanya pernikahan muda yang menyebabkan mengancam serta memarahi anaknya dan
kemisikinan, tetapi juga masih ada faktor-faktor (81,66%) orang tua sangat permisif kepada anak-
lain. anaknya.
-Membatasi akses bekerja Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Endah dan Ria (2013) di Desa Jambu Kidul,
Banyak perempuan muda di negara
Ceper, Klaten ditemukan bahwa remaja yang
berkembang tidak memiliki banyak pilihan selain
menikah dini usia 15-20 tahun hampir sebagian
melangsungkan perkawinan pada usia muda.
remaja yang menikah dini tersebut cenderung
Kebanyakan juga pengantin muda kemudian
mengabaikan pola asuh yang diberikan oleh
menjadi ibu muda. Selain karena adanya implikasi
orangtuanya. Kemudian setelah dilakukan
kesehatan akibat kehamilan pada usia muda,
wawancara langsung secara bersamaan
perkawinan usia dini juga membatasi akses
ditemukan dari 10 yang melakukan pernikahan
perempuan tersebut untuk bekerja produktif.
dini didapatkan hasil pola asuh demokratis 2, pola
Berdasarkan laporan dari World Bank asuh permisif 5, dan pola asuh otoriter 3.
yang berjudul Economic Impacts of Child
Dari hasil penelitian yang dilakukan lagi
Marriage, hal tersebut mungkin dapat disebabkan
oleh Endah dan Ria (2014) di Desa Jambukidul
terganggunya pekerjaan yang seringkali terjadi
Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten diperoleh
karena proses persalinan dan tanggung jawab
hasil dengan pola asuh demokratis sebesar 28
merawat anak yang dapat mempengaruhi jenis
responden dengan melakukan pernikahan dini
pekerjaan yang dapat ia lakukan, memakasa
sebanyak 4 responden (10%) dan tidak
mereka bekerja dengan gaji rendah dan dalam
melakukan pernikahan dini sebanyak 24
kondisi yang tidak stabil. Perkawinan usia dini
responden (60%). Pola asuh permisif sebesar 7
juga membatasi posisi tawar perempuan dalam
dengan pernikahan dini sebanyak 7 responden
rumah tangga dan ini mungkin juga berkaitan
(17,5%). Kemudian pola asuh otoriter sebanyak 5
dengan keputusan untuk masuk angkatan kerja.
responden dengan pernikahan dini sebesar 2
Pernikahan dini mungkin tidak responden (5%) dan tidak sebanyak 3 responden
memberikan dampak secara signifikan atau secara (7,5%). Hasil uji statistik yang mereka lakukan
langsung pada partisipasi angkatan kerja bagi dengan metode chi square diperoleh hasil bahwa
perempuan di kemudian hari, tetapi fertilitas yang ada keterkaitan antara pola asuh orang tua
semakin tinggi yang salah satunya disebabkan dengan kejadian pernikahan dini di Desa

77
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Jambukidul. Hal ini disebabkan adanya faktor keinginan anak dan membatasi semua aktivitas
yang mempengaruhi pola asuh yang dilakukan anak dengan nada ancaman serta memarahinya ,
seperti pendidikan, sosial budaya, ekonomi, dan (81,66%) orang tua sangat permisif
informasi dan jumlah anak (Sochib, 2009). Hal ini terhadap anak mereka (Rianto, 2004).
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hapsari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
(2013) tentang keterkaitan pola asuh dengan
oleh Yuli, dkk (2017)tentang Pengaruh Kesiapan
kecerdasan emosional yakni pola asuh orang tua
Orang Tua dan Poal Asuh Psikososial Terhadap
sebagian besar menerapkan pola asuh
Perkembangan Sosial Anak Yuli menunjukkan
demokratis.
anak yang berasal dari keluarga dengan ayah dan
Pernikahan dini merupakan masalah ibu yang menikah di usia lebi matang, orang ta
kontemporer, dini sendiri dikaitkan dengan waktu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, kesiapan
sangat awal di waktu tertentu (Abbas, 2013). Hal ibu dan ayah juga memberikan pola asuh
ini disebabkan bagi orang-orang yang hidup di psikososial yang baik yang akan meningkatkan
awal abad ke 20 maupun sebelumnya, pernikahan perkembangan sosial anak kearah yang lebih
seseorang perempuan pada usia 13-14 tahun atau mandiri dibandingkan dengan orang tua yang
laki-laki usia 17-18 tahun merupakan hal yang menikah muda, pendidikan orang tua rendah,
biasa. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tidak siap untuk menjadi orang tua, dan pola asuh
yang menunjukkan 7 responden dengan pola psikososial yang diberikan rendah. Menurut
asuh permisif dan 7 responden tersebut Bradley, dkk (1981) pola asuh psikososial meliputi
melakukan pernikahan dini yang menunjukkan reaksi emosi, dorongan positif, suasana yang
semua pola asuh tersebut merupakan pasangan nyaman, kasih sayang yang ditunjukkan orang
yang menikah dini. Pola asuh permisif tua, sarana tumbuh kembang dan belajar
menghasilkan perilaku anak yang bersikap
Orang tua mempunyai peran utama dan
impulsif dan agresif, suka memberontak, kurang
pertama bagi anak, termasuk pendidikan anak,
memiliki rasa percaya diri dan kontrol diri, suka
mulai dari mengasuh, membersarkan dan
mendominasi, tidak mempunyai tujuan yang jelas
mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak
dalam hidupnya, serta memiliki prestasi yang
lepas dari berbagai halangan dan tantangan, dan
rendah (Yusuf, 2001). Hasil penelitian Hikmah
semakin baik pemberian pengasuhan yang positif
(Universitas Ahmad Dahlan) tentang faktor-faktor
kepada anak maka akan meningkatkan perilaku
yang berkaitan dengan pernikahan dini pada
positif sosial anak. Ibu dan ayah yang telah siap
remaja di desa Sidomulyo Kabupaten Kendal,
baik secara materil maupun immateril dengan usia
Kecamatan Ceriping Jawa Tengah bahwa pola
dan mental yang matang sangat berhubungan
asuh otoriter juga mempengaruhi kejadian
dengan perkembangan sosial anak (Yousafzai,
pernikahan dini.
2016).
Di dalam kehidupan sehari-hari anak
hidup dalam lingkungan fisik maupun lingkungan Kesimpulan dan Saran
sosial dengan budaya yang selalu mempengaruhi
Orang tua mempunyai peran yang
perkembangan dan tingkat kemandiriannya.
penting dan pertama dalam mengasuh anak.
Melalui orang tua juga anak beradaptasi dengan
Orang tua dengan pengasuhan yang kurang tepat
lingkungannya mengenal dunia di sekitarnya serta
akan membuat anak ke depannya melakukan hal-
pola pergaulan hidup yang berlaku di
hal yang bersifat negatif, seperti kenakaln remaja,
lingkungannya. Hal ini disebabkan orang tua
bersikap agresif, memakai narkoba, dan lain
merupakan dasar pertama bagi pembentukan
sebagainya. Pernikahan dini selain menambah
karakter anak. Orang tua memgang peranan
jumlah fertilitas, membuat IPM (Indeks
utama dan pertama bagi pendidikan anak.
Pembangungan Manusia) menjadi rendah. Selain
Pengasuhan, membesarkan, serta mendidik anak
itu, pernikahan dini memiliki pola asuh yang
ialah tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai
permisif dan otoriter, walaupun hal yang paling
halangan dan tantangan.
sering dilakukan adalah pola asuh permisif. Pola
Penelitian Rianti (2004) terhadap 127 asuh permisif dan otoriter mengakibatkan anak
orang tua yang menikah di bawah usia 20 tahun menunjukkan sikap impulsif, suka memberontak,
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar suka mendominasi, dan agresif yang mana hal
orang tua (84,14%) kurang memperhatikan tersebut berdampak negatif kepada teman-
pendidikan dan kesehatan anak-anaknya temannya.
(72,43%) dan orang tua cenderung mengabaikan

78
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 68 - 79 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Berikut berupa saran agar pernikahan dini Kelompok B Taman Kanak-Kanak Pgri
dapat dikurangi dan diatasi, yaitu: Gerunung Tahun Pelajaran
2017/2018. Jurnal Ilmiah Mandala
-Penguatan hukum dan kebijakan yang
Education, 4(1), 184-188.
melindungi anak perempuan dari perkawinan
anak termasuk yang lebih lanjut memastikan pula Hidayah, N. F. N. (2013). Hubungan antara Pola
bahwa kebijakan terlaksana dengan baik, seperti Asuh Orang tua dengan Perilaku Seksual
peningkatan usia minimum perkawinan. Pranikah Pada Remaja di SMK Batik 1
Surakarta. Gaster: Jurnal
-Memastikan layanan pendidikan dan kesehatan
Kesehatan, 10(2), 53-61.
berkualitas tersedia untuk mencegah dan
menangani perkawinan anak untuk semua anak Jailani, M. S. (2014). Teori Pendidikan Keluarga
terutama bagi anak yang lebih rentan daripada dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam
anak lainnya. Pendidikan Anak Usia Dini. Nadwa, 8(2),
245-260.
-Mengatasi kemiskinan yang menjadi salah satu
faktor yang mendorong terjadinya perkawinan Jannah, H. (2012). Bentuk pola asuh orang tua
anak dengan memadukan berbagai pendekatan, dalam menanamkan perilaku moral pada
pendekatan perlindungan anak, penguatan anak usia di kecamatan ampek
kapasitas pengasuh utama anak, dan penguatan angkek. Jurnal Ilmiah Pesona PAUD, 1(2).
sistem kesejahteraan anak dalam program
Prabowo, E. W., Ishartono, I., & Budiarti, M.
bantuan dan perlindungan sosial.
(2016). POLA ASUH ANAK OLEH IBU USIA
-Pengubahan pola pikir dan perlindungan akses DINI. Prosiding Penelitian dan Pengabdian
anak pada hak kesehatan seksual dan reproduksi kepada Masyarakat, 3(2).
(HKSR), kesetaraan gender dan partisipasi kaum
Sardi, B. (2016). faktor-faktor pendorong
muda.
pernikahan dini dan dampaknya di Desa
-Mendukung riset-riset lebih lanjut yang berfokus Mahak Baru Kecamatan Sungai Boh
pada intervensi yang sudah dilakukan untuk anak Kabupaten Malinau. Ejournal Sosiatri-
perempuan yang menikah, KDRT setelah Sosiologi, 4(3), 194-207.
perkawinan anak, perkawinan anak di perkotaan ,
Setyowati, Y. D., Krisnatuti, D., & Hastuti, D.
dan anak laki-laki dan perempuan yang menikah.
(2017). Pengaruh kesiapan menjadi orang
tua dan pola asuh psikososial terhadap
DAFTAR PUSTAKA
perkembangan sosial anak. Jurnal Ilmu
Desiyanti, I. W. (2015). Faktor-faktor yang Keluarga & Konsumen, 10(2), 95-106.
berhubungan terhadap pernikahan dini
Susenas, Perkawinan Usia Anak Di Indonesia
pada pasangan usia subur di Kecamatan
(2013 dan 2015).
Mapanget Kota Manado. Jikmu, 5(3).
UNICEF. 2018. Child Marriage: Latest trends and
Haeriah, B. (2018). Pengaruh Pola Asuh Orang
future prospects.
Tua Terhadap Kemandirian Anak

79

Anda mungkin juga menyukai